Anda di halaman 1dari 2

HIKAYAT MELAYU DAN SEJARAH MELAYU

Nama: Rhamadhan Ardhi Wiranata


NIM: 22407141034
Kelas A

Hikayat adalah nama jenis sastra yang penulisannya menggunakan bahasa melayu
sebagai medianya. Kata Hikayat diturunkan dari bahasa Arab bikayat, yang artinya cerita,
kisah, dongeng-dongeng, berasal dari bentuk kat a kerja baka, yang artinya 'menceritakan,
mengatakan sesuatu kepada orang lain-lain. Sedangkan Dalam bahasa Melayu, kata ini
berarti (1) cerita, cerita kuno atau cerita lama, dalam bentuk prosa, (2) riwayat, sejarah. Jika
diringkas, makna "hikayat" seperti yang dijelaskan dalam berbagai kamus adalah sebagai
berikut: (1) Sebuah tulisan yang berisi cerita, bukan peristiwa yang sebenarnya terjadi atau
hasil imajinasi; (2) Cerita yang sudah tua atau kuno; (3) Bentuk tulisannya adalah prosa; dan
(4) Tetapi juga dapat merujuk kepada cerita yang memang terjadi, seperti kenangan atau
sejarah. Definisi yang disajikan oleh kamus-kamus ini umumnya berkaitan dengan konten
atau isi. Tentang bentuknya, semua setuju bahwa hikayat memiliki bentuk prosa. Secara
esensial, bahasa Melayu juga mengadopsi kata Arab lain yang memiliki arti serupa dengan
hikayat, seperti kata kisah dan riwayat. Namun, dua kata tersebut tidak memiliki makna
sekomprehensif hikayat dalam bahasa Melayu. Arti kisah dan riwayat cenderung merujuk
pada cerita yang benar-benar terjadi.
Bahasa Melayu pertama kali digunakan di wilayah timur Sumatra, kemudian diadopsi
dan disebarkan oleh para imigran ke daerah sekitarnya, termasuk Jazirah Malaka, Riau,
Kepulauan Lingga, serta wilayah pesisir pulau lainnya. Pada masa Kerajaan Sriwijaya,
bahasa ini telah menjadi bahasa resmi, tidak hanya digunakan dalam administrasi, tetapi juga
sebagai medium komunikasi dalam kegiatan keagamaan dan filsafat. Pada zaman
kegemilangan Kerajaan Melayu di Malaka, Pasai, dan Aceh, bahasa Melayu digunakan
sebagai medium untuk menulis dan menyusun karya sastra. Di istana, karya sastra yang
dihasilkan biasanya berupa tulisan-tulisan sastra, sementara karya sastra rakyat lebih sering
berbentuk cerita-cerita lisan.
Karakteristik sastra rakyat tidak pernah diabadikan secara tertulis oleh komunitas
Melayu itu sendiri. Upaya untuk mendokumentasikannya baru muncul kemudian, atas
permintaan dari para penggemar atau peneliti sastra Melayu, terutama para peneliti Barat.
Cerita-cerita rakyat tersebut masih mencerminkan unsur-unsur kebudayaan kuno, yaitu pada
masa ketika budaya Melayu belum terpengaruh oleh budaya asing, seperti kebudayaan India
dan Islam. Adapun yang menjadi tradisi tua adalah kategori narasi asal-usul, di mana terdapat
representasi keyakinan nenek moyang masyarakat Melayu terhadap kekuatan gaib yang
memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Masuknya pengaruh budaya India dan Islam ke
wilayah Nusantara membawa bangsa Melayu ke dalam kontak dengan cerita-cerita dari India,
Persia, dan Arab. Cerita-cerita tersebut kemudian direkam ulang atau disesuaikan dengan
pemahaman mereka, yang kemudian memperkaya warisan sastra Melayu dengan berbagai
narasi selama beberapa abad.
Layaknya penulisan sejarah tradisional lainnya, hikayat erat akan cerita epik dan
kerap berkubungan dengan aspek-aspek mistis. Hal ini tentunya dikarenakan agar mudah
penyebarannya dari generasi ke generasi agar cerita tersebut terus bersambung dan tetap
terjaga karena mudah menarik minat pendengar. Hikayat sendiri terkadang berisi tentang
cerita pelipur lara yang cukup kompleks, cerita jenaka tentang kehidupan binatang yang
mencerminkan perilaku manusia akan sosialnya, cerita lucu yang menyampaikan pesan moral
melalui humor, maupun cerita-cerita yang secara eksplisit bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran keagamaan dengan tambahan unsur khayalan, merupakan ciri khas dari jenis cerita
ini.

Daftar Pustaka
Mu’jizah. 2018. Historiografi Tradisional, Raja-Raja Melayu, Dan Kekuasaan Dalam Hikayat
Negeri Johor. Atavisme, 21(1), 18-19
Baried, Baroroh & dkk. (1985). Memahami Hikayat Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV

Anda mungkin juga menyukai