Anda di halaman 1dari 4

SEJARAWAN YANG BERCORAK PANCASILA

Nama: Rhamadhan Ardhi Wiranata

NIM: 22407141034

Kelas A

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun yang berarti pohon, hal ini
dikaitkan dengan nasab (garis keturunan) yang ada pada manusia. Dalam bahasa
Inggris, sejarah disebut sebagai history yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu istoria
yang berarti "Ilmu, belajar dengan bertanya-tanya"1. Sejarah merupakan guru
kehidupan, hal ini diungkapkan oleh Cicero, seorang filsuf Yunani dalam De Oratore

Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae....

Yang kira-kira berarti "sejarah adalah saksi waktu, cahaya kebenaran, kehidupan
kenangan, pengatur kehidupan...". Hal ini menjelaskan pentingnya kita mempelajari
sejarah dalam kehidupan ini, sebab dalam sejarah kita dapat mengambil langkah yang
lebih baik daripada langkah-langkah yang diambil oleh orang-orang terdahulu.

Pancasila merupakan falsafah sekaligus pandangan hidup bangsa Indonesia.


Pancasila adalah hasil dari nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan bangsa
Indonesia, seperti religius, humanisme, nasionalisme, ekualitas, dan keadilan.
Pancasila dirumuskan dan disahkan oleh para pendiri negara Republik Indonesia,
1
Sardiman AM., "Memahami Sejarah", (Yogyakarta, BIGRAF Publishing, 2004) 4
yang menandakan betapa pentingnya keberadaan Pancasila sebagai pedoman bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, seluruh masyarakat Indonesia
diharuskan menjunjung dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

Termasuk juga sejarawan, sejarawan Indonesia harus bisa mengaplikasikan Pancasila


dalam kehidupannya. Seperti apa sejarawan yang pancasilais? Mengapa sejarawan
harus selaras dengan Pancasila? Bagaimana penerapan Pancasila di dalam kajian
sejarah?

Berdasarkan paparan diatas, penyusun tertarik untuk membahas topik tersebut di


dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengajukan judul "Sejarawan Yang
Bercorak Pancasila".

B. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan dibahas di makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud "Sejarawan yang bercorak Pancasila"?


2. Mengapa Sejarawan perlu selaras dengan Pancasila?
3. Bagaimana penerapan Pancasila dalam pengkajian sejarah?

C. Tujuan Penyusunan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud "Sejarawan yang bercorak Pancasila".


2. Untuk mengetahui alasan mengapa sejarawan perlu selaras dengan
pancasila.
3. Untuk mengetahui bagaimana Pancasila diterapkan dalam pengkajian
sejarah
D. Manfaat Penyusunan

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan makalah ini dapat membuat pembaca memperluas pengetahuannya


tentang Pancasila dan penerapannya. Makalah ini juga menarik minat pembaca untuk
mencaritahu lebih lanjut mengenai penerapan Pancasila yang sesuai dengan profesi,
khususnya sejarawan.

b. Manfaat Praktis

Diharapkan makalah ini mampu menjadi refrensi dan bahan evaluasi tenaga pendidik,
khususnya tenaga pendidik Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajar dari Siswa
hingga Mahasiswa

PEMBAHASAN

A. Definisi dari sejawan yang Pancasilais


Pancasila adalah pokok dari Falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Tidak
seperti ideologi-ideologi lainnya yang merupakan hari dari pikiran 1 orang saja,
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah ada sebelum Indonesia
dilahirkan2. Oleh karena itu, nilai-nilai dalam Pancasila mudah menyerap dalan
bangsa Indonesia, termasuk oleh sejarawan. Jadi yang dimaksud Sejarawan yang
bercorak Pancasila adalah sejarawan yang memiliki nilai-nilai Pancasila didalam
dirinya dan mampu mengaplikasikannya dalam perbuatannya.

B. Keselarasan Sejarawan dengan Pancasila.

Sejarah yang diajarkan melalui pelajaran kewarganegaraan lewat Penataran P-4


memiliki tujuan agar Pancasila dapat menjadi tolak ukur moral bangsa Indonesia,
termasuk pada benar dan salah, baik dan buruk, cinta dan benci, berani dan takut.
Pergerakan Nasional dan perjuangan selama revolusi sering menggambarkan bahwa
Indonesia lah yang selalu berada di pihak yang benar, baik, dan pemberani,
sedangkan kolonial Belanda selalu dilihat sebagai bangsa yang licik, kejam, tidak
bermoral, dan tamak3. Inilah yang diajarkan oleh pendidikan kita melalui P-4 pada
zaman Orde Baru.

Walaupun Pancasila merupakan falsafah hidup, tetapi negara hanya memiliki 2 tugas
utama, yang pertama adalah melindungi segenap dan seluruh warga negara, salah
satu upayanya adalah membuat aturan hukum, sedangkan yang kedua adalah
membuat atau menciptakan kesejahteraan sosial dan tidak berhak membuat standar
moral, sebagaimana yang dilakukan Orde Baru melalui P-4. Negara hanya membuat
standar hukum, sedangkan standar moral dibuat oleh institusi agama, keluarga,
masyarakat, atau individu4

2
Kaelan, "Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia", edisi pertama, (Yogyakarta, PARADIGMA,
2002), 47

3
Kuntowijoyo, "Pengantar Ilmu Sejarah", (Yogyakarta, Penerbit Tiara Wacana, 2018), 20

4
Rukiyati, dkk, "Pancasila", edisi pertama, (Yogyakarta, UNY Press, 2016

Anda mungkin juga menyukai