PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama
islam, karena dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam
agama Hindu maupun agama Budha. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama,
baik ia kaya atau miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi atau rendah adalah
keimanan dan ketakwaan. Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam
sebagai agama yang patut untuk di ikuti atau di yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai
penelitian tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini,
yang kemudian adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang
di lakukan oleh para sejarawan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
a. Mengasah kemampuan penulis secara akademik untuk membahas tentang
kerajaan-kerajaan islam di Indonesia
b. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis maupun pembaca
c. Menyelesaikan tugas Pendidikan Agama Islam
BAB II
PEMBAHASAN
c. Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1) Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada
tahun1238 ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain
itu, ia juga membangun sebuah kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang
dinamakan kerajaan Samudra Pasai. Tujuannya tentu adalah untuk menguasai
perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.
2) Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)
Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan
Dinasti Fatimah di Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai.
Maka, dikirimlah Syekh Ismail yang nantinya akan bersekutu dengan Marah
Silu (putra seorang bangsawan Persia, Marah Gajah). Kerajaan ini berhasil
direbut dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh. Pada masanya,
ia memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka. Ia
meninggal tahun 1297.
3) Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)
Putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi
perpecahan antara kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur.
Sultan Mansyur memilih untuk memisahkan diri ke Aru dan kembali
menganut Islam Syiah.
4) Sultan Ahmad Perumadat Perumal
Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan
Sultan Delhi, Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan
1346. Ibnu Batutah singgah dua kali saat pergi ke dan dari China. Ia
mengatakan bahwa Islam yang dianut adalah Islam Syafei dan ada golongan
bangsawan Persia yang disebut Amir.
5) Zainal Abidin (1383-1405)
Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa
pemerintahannya karena Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan
Malaka di bawah Iskandar Syah.
6) Sultan Shalahudin (1405 - 1412).
Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat
ditaklukkan oleh bangsa Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di
bawah pimpinan Ali Mughayat Syah tahun 1524.
d. Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas
mayarakat untuk terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga
mempersiapkan bandar – bandar yang digunakan untuk :
e. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan
– aturan dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat
persamaan dengan kehidupan sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab.
Karena persamaan inilah sehingga daerah Aceh mendapat julukan Daerah
Serambi Mekkah.
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik.
Beberapa orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama
Islam untuk menulis karya mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut
dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut
adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini diperkirakan ditulis sekitar
tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra Melayu klasik di
bumi nusantara.
f. Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari
Timur Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di
Nusantara. Berdasarkan hal itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai
begitu taat dalam menjalankan agama Islam sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia
selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja yang telah beragama
Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan
kepatuhannya kepada sang raja.
a. Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Aceh
1) Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan pendiri Kerajaan Aceh yang
memerintah dari tahun 1514 sampai 1528. Pada awalnya Aceh merupakan
bagian dari kerajaan Pidie. Namun, berkat kegigihannya Aceh mampu
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Pidie.
2) Salahudin
Salahudin merupakan raja pengganti Sultan Ali Mughayat Syah. Pada
suatu waktu, Salahudin gagal menyerang, maka pada tahun 1537 Salahudin
dijatuhkan oleh Alaudin Riayat Syah Al-Kahar.
3) Alaudin Riayat Syah Al-Kahar
Ia merupakan pengganti Salahudin yang pada suatu waktu menyerang
wilayah Batak, Aru, Johor, dan Malaka.
4) Sultan Iskandar Muda
Ia memerintah dari tahun 1607 sampai 1638.
7) Kehidupan ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa
kejayaannya. Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh
menjadi kerajaan yang kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas,
perak dan timah serta rempah-rempah.
3. Kerajaan Demak
Kerajaan demak didirikan oleh raden patah pada tahun 1500 M. pendukung
terbesar berdirinya kerajaan demak adalah para mubalig yang disebut Wali
songo.Kemudian didirikan mesjid agung demak sebagai tempat perkumpulan para
ulama atau pusat penyiaran islam di pulau jawa. Adapun tempat yang dijadikan para
ulama bermusyawarah adalah serambi mesjid agung demak.
a. Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
1) Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan
raja terakhir dari kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa,
Raden Fatah di angkat menjadi bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan
Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah
pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang
proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2) Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh
Adipati Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa
pemerintahan Adipati Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia
yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun
usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di
Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus
dijiluki Pangeran Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta
kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
3) Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa
Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa
Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya
antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap daerah
ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan
Padjajaran. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan
Fatahillah. Dengan kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa
menjadi Jayakarta (berarti kemenangan penuh). Peristiwa yang terjadi pada
tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai hari jadi kota
Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung
Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad
Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu sebelumnya telah diberikan kepada raden
patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan Majapahit.
Para ulama yang menyebarkan islam di tanah jawa yang akhirnya
disebut wali songo (Sembilan wali ) sebagai berikut:
a. Maulana malik Ibrahim (maulana maghribi) beliau berasal dari turki,
seorang ulama dan ahli dibidang tata Negara, beliau wafat di gresik pada
tahun 1419
b. Raden Rahmad (sunan ampel) beliau adlaah ulama yang sangat di
hormati oleh raja majapahit dari itulah beliau di berikan kebebasan untuk
menyebarkan agama islam di pulau jawa
c. Makdum Ibrahim (sunan bonang) putra raden rahmat, wayang
merupakan media yang beliau gunakan dalam berdakwah
d. Raden Paku (sunan giri) beliau mendirikan pesantren-pesantren untuk
golongan rakyad lemah, beliau ahli dalam pemerintahan dan kesenian yang
menciptkana tambang pocong asmarada
e. Syarif Hidayatullah (sunan gunung jati) beliau yang mengukuhkan
islam sebagai ketatanegaraan kerajaan cerebon
f. Ja’far Shadiq (sunan kudus) beliau merupakan ulama yang tegas serta
istiqomah beliau juga masih keturunan sayyidina ali bin abi thalib
g. Reden Prawata ( sunan muria ) beliau adalah putra dari sunan kalijaga,
beliau berdakwah melalui seni budaya , beliau wafat dimuria
h. Raden Syarifudin ( sunan derajat) beliau adalah putra sunan ampel yang
berdakwahnya banyak di daerah gresik. Dalam berdakwah ia menciptkan
gending pengkur.
i. Raden Mas Syahid (sunan kalijaga) beliau berdakwah melalui seni
budaya masyarakat setempat yaitu wayang yang isi ceritanya sesuai
dengan islam.
4. Kerajaan Pajang
Sultan petama kerjaan pajang bernama jaka tingkir yang kemudian bergelar
sultan hadiwijaya. Kerajaan pajang adalah kelanjutan dari kerajaan islam di demak.
Setelah meninggalnya sultan hadwijaya, kerjaan pajang dipindahkan ke
mataram dan juga akhirnya wilayah pajang dikuasai mataram.
a. Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan pajang
1) Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki
Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan
wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir. Kedua ki ageng ini adalah
murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh
sakit dan meninggal dunia.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja
yang serba lemah, tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia
mampu menguasai pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik.
Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang dilanjutkan lagi oleh Raja
Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa pada abad ke-
18 dan 19. Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen
(lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).
2) Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang
tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya,
yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan
takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan
Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah
usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas
menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang
dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang
Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia
mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat
Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk
Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok
karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang
mengabdi pada Pangeran Benawa.
3) Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang
memerintah tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya. Pangeran Benawa
adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak
kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang
mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang
menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu
Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
c. Kehidupan Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di
Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana
bupati Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung
kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian. Lokasi pusat kerajaaan
Pajang ada di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke
dua-duanya bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi
berjalan lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga
pertanian di Pajang maju.
a. Letak geografis
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram pada awal
perkembangannya adalah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Pajang. Kerajaan mataram berada di daerah jawa tengah bagian selatan
dengan pusat Kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di
Kotagede.
b. Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Mataram
1) Ki Ageng Pamanahan ( Ki Gede Pamanahan )
o Pendiri desa mataram tahun 1556 bergelar Panembahan Senapati dibawah
pimpinan anaknya.
o Ki Pamanahan adalah putra Ki Ageng Henis, putra Ki Ageng Sela
menikah dengan sepupunya sendiri, yaitu Nyai Sabinah, putri Nyai Ageng
Saba (kakak perempuan Ki Ageng Henis).
o Meninggal tahun 1584.
4) Raden Mas Rangsang (Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma )( nama asli
: Raden Mas Jatmika )
o Lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram, 1593 - wafat: Karta (Plered,
Bantul), Kesultanan Mataram, 1645
o Raja ketiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645
o Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan
terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu.( puncak kejayaan )
o Pada tahun 1620 pasukan Mataram mulai mengepung kota Surabaya
secara periodik.
o Kemunduran kerajaan mataram Islam akibat kalah dalam perang merebut
Batavia dengan VOC
o Menyerang Batavia sebanyak 2x.
8) Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik
berdasarkan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja.
Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di
bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang
bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan,dalam
istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk
a. Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Banten
1) Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin adalah raja pertama di Kerajaan Banten.
Perjuangannya sangat gigih. Pada tahun 1568 Sultan Hasanudin mampu
melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Demak. Pada saat itu di Demak
terjadi perebutan kekuasaan setelah Sultan Trenggono wafat. Wilayah
kekuasaan Kerajaan Banten hingga ke Lampung. Banten menjadi pusat
penjualan dan perdagangan lada. Pada tahun 1570 Sultan Hasanudin wafat.
3) Maulana Muhammad
Maulana Muhammad merupakan pengganti Panembahan Yusuf. Ia
menjadi raja dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Maulana Muhammad
memperluas kerajaan Banten dengan menyerang Palembang. Dalam sejarah
diceritakan penyerangan ke Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro. Ki
Gede Ing Suro adalah seorang penyiar agama Islam yang berasal dari
keturunan orang Surabaya yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar
keislaman di Palembang. Dalam pertempuran tersebut Sultan Banten gugur.
4) Abdulmufakhir
Abdulmufakhir merupakan pengganti Maulana Muhammad yang telah
gugur. Namun, karena usianya masih muda belia maka ia didampingi oleh
Pangeran Ranamenggala sebagai mangkubumi. Pangeran Ranamenggala
mengendalikan pemerintahan dari tahun 1608 sampai 1624.
Selama pemerintahan raja tersebut Kerajaan Banten menjadi pusat
perdagangan lada dan cengkih.
b. Kehidupan ekonomi
Kerajaan Banten dalam kehidupan perekonomiannya bertumpu pada bidang
perdagangan. Hal tersebut disebabkan karena:
o Kedudukan kerajaan banten sangat strategis di tepi Selat Sunda.
o Banten memiliki hasil ekspor penting, yaitu lada.
o Kerajaan Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannya memenuhi syarat
sebagai pelabuhan dagang yang baik.
o Jatuhnya malaka ke tangan portugis mendorong pedagang islam mencari
daerah baru di Jawa Barat, yaitu Banten dan Cirebon.