Anda di halaman 1dari 16

u d a ya d a n

Sosial B
A nt ro po l o gi
Dosen pembimbing : Ibu Seventina Nurul Hidayah, S.SiT, M.Kes

Anggota Kelompok : 1. Anisya Ul Khoiriyah (20070023)


2. Meliyana (20070024)
3. Kiki Amelia (20070026)
KELOMPOK
1
PERKAWINAN DI TINJAU DARI
ASPEK
KESEHATAN DAN REPRODUKSI
Hakekat
Perkawinan
Hakekat perkawinan adalah membentuk rumah tangga yang harmonis
penuh dengan kedamaian, cinta kasih sayang dan penuh tanggung jawab
antara suami isteri.

Pengertian Perkawinan Menurut Undang-


Undang No.
Perkawinan adalah 1
ikatanTahun
lahir batin1974.
antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Jenis-jenis
Perkawinan
1. Perkawinan Muda
2. Perkawinan Tua
Kesehatan
Reproduksi
Menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya.
1. Pernikahan Muda

Secara nasional pernikahan dini dengan pasangan usia di bawah 16 tahun sebanyak

26,95%. Padahal pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun
sementara laki-laki 25-28 tahun.
Menurut UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diijinkan
bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun.

Perkawinan Usia Muda adalah Pernikahan yang dilakukan oleh remaja di bawah
umur (antara 13-18 tahun) yang masih belum cukup matang baik fisik maupun
psikologis,
Dampak perkawinan
dini bagi kesehatan
dan reproduksi
1. Gangguan psikolog
Menikah saat belum cukup umur dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi, serta isolasi
(kesepian). Pernikahan di usia kanak-kanak juga dapat merenggut masa kecil. Selain itu,
pernikahan dini mengurangi kesempatan untuk menyelesaikan Pendidikan, dan membangun
persahabatan dengan teman-teman sebayanya.
2. Peningkatan risiko penyakit menular seksual dan kanker
leher Rahim
Menikah sebelum usia 20 tahun dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV pada
perempuan. Penyakit menular seksual lainnya seperti herpes, gonore, dan
klamidia (infeksi jamur) pun berpotensi dialami pasangan yang menikah muda.
Selain itu, pernikahan dini juga dapat meningkatkan risiko penularan human
papillomavirus (HPV) dan kanker serviks (leher rahim).
3. Risiko gangguan selama kehamilan dan
persalinan
Menjalani kehamilan dan persalinan pada usia terlalu muda, dapat
memicu risiko komplikasi. Misalnya : proses persalinan yang sangat
panjang, hingga berhari-hari. Kondisi ini merupakan penyebab utama
kematian ibu dan bayi. Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan usia di
bawah 20 tahun, berisiko mengalami kematian, atau tidak bisa
bertahan hidup dalam seminggu pertama setelah dilahirkan. Kondisi
semacam ini jarang terjadi pada perempuan yang melahirkan pada
rentang usia 20-29 tahun.
4. Anak berisiko mengalami kelainan
Anak berusia di bawah lima tahun yang lahir dari ibu di bawah umur, memiliki
risiko lebih besar terhadap nutrisi (gizi buruk), bahkan kematian. Sementara itu,
kondisi yang buruk pada usia-usia awal kehidupan, akan berdampak pada
perkembangan otak, serta kemampuan anak hingga dewasa kelak. Individu
dengan usia 28-32 tahun dianggap ideal untuk menikah.
Kelebihan pernikahan usia muda :
1. Terhindar dari perilaku seks bebas.
2. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil.
Kekurangan pernikahan usia muda :
1. Meningkatkan angka kelahiran.
2. Ditinjau dari segi kesehatan.
Perkawinan usia muda meningkatkan angka kematian bayi dan ibu, risiko komplikasi
kehamilan, persalinan dan nifas.
3. Kematangan psikologis belum tercapai.
4. Ditinjau dari segi sosial.
Dengan perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri, mengurangi
kesempatan melanjutkan pendidikan jenjang tinggi.
5. Adanya konflik dalam keluarga.
Sehingga meningkatkan risiko penggunaan minum alcohol, narkoba dan seks bebas.
6. Tingkat perceraian tinggi.
Faktor - faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Perkawinan Dalam Usia Muda
1. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan.
2. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat.
3. Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki
yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.
4. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian Permisif
terhadap seks.
5. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua.
2. Perkawinan Usia Tua
adalah perkawinan yang dilakukan bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
A. Kekurangan pernikahan usia tua
a. Meningkatkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Kemungkinan risiko

terjadi cacat mamae meningkat.


b. Meningkatnya risiko kehamilan dengan anak kelainan bawaan.
B. Faktor - factor Penyebab Pernikahan Tua :
1. Belum memiliki pekerjaan tetap
2. Belum lulus dari jenjang pendidikan tinggi
3. Belum menemukan pasangan yang cocok
4. Belum mantap ke jenjang pernikahan
5. Merasa masih banyak waktu
C. Dampak Pernikahan Tua
1. Dampak negatif
a. Kekuatan sudah jauh berkurang sehingga beban terasa lebih berat.
b. Berkurangnya ketidak harmonisan di antara pasangan.
c. Melahirkan kebiasaan baru yang tidak dapat ditoleransi pasangan.
d. Hormon-hormon reproduksi mulai berkurang sehingga kesehatan juga akan
menurun
2. Dampak positif
a. Di masa tua cenderung tidak tergesa-gesa dan lebih sabar
b. Di masa tua cenderung lebih berhikmat dan memahami prioritas hidup
c. Di masa tua seharusnya lebih takut akan tuhan dan lebih mementingkan hal
rohani.
3. Pernikahan Incest
Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga. Pelaku biasanya
adalah orang yang lebih dewasa (lebih kuasa) dan korban lebih banyak adalah anak-
anak. Sering terjadi pada anak tiri oleh bapak tiri, menantu oleh mertua, cucu oleh
kakeknya.
Incest dapat terjadi karena saling suka atau saling cinta dan dapat juga terjadi akibat
paksaan tanpa rasa cinta. Incest ada yang diluar perkawinan, namun ada juga yang
sengaja dilakukan dalam ikatan perkawinan. Diluar negri, perkawinan incest
diperbolehkan, sedangkan di Indonesia perkawinan incest tidak dibenarkan menurut
hukum.
Gambaran incest di luar ikatan perkawinan
a. Pelaku kebanyakan orang yang kerap berinteraksi dengan korban, tinggal dalam satu
rumah.
b. Korban mayoritas anak-anak sehingga tidak kuasa melakukan perlawanan diri.
c. Sering berakibat trauma fisik dan psikis.
Beberapa hal yang harus dilakukan pasangan
dalam menjaga kesehatan reproduksi
1. Pasangan harus memiliki pemahaman
komprehensif tentang kesehatan reproduksi
2. Pasangan melakukan komunikasi yang baik dan
terbuka dalam membicarakan kesehatan
reproduksi.
3. Suami mendukung isteri agar menjaga kesehatan
reproduksinya.
4. Suami mengingatkan dan menemani istri
periksa/berkonsultasi kesehatan reproduksi ke
tenaga kesehatan
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai