Anda di halaman 1dari 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERNIKAHAN DINI

A. Hari/tanggal
Kamis, 10 Desember 2015
B. Pokok Bahasan
1. Pengertian pernikahan dini
2. Faktor penyebab pernikahan dini
3. Dampak pernikahan dini
4. Pendewasaan Usia Perkawinan
C. Sasaran
Ibu-ibu tahlil
D. Waktu
Pukul 19.30 20.00 WIB
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu-ibu dapat memahami dampak dari
pernikahan dini.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapakan ibu-ibu dapat:
a. Memahami pengertian pernikahan dini
b. Memahami faktor penyebab pernikahan dini
c. Memahami dampak pernikahan dini
d. Memahami tentang Pendewasaan Usia Perkawinan
F. Materi
Materi penyuluhan terlampir :
1. Pengertian pernikahan dini
2. Faktor penyebab pernikahan dini
3. Dampak pernikahan dini
4. Pendewasaan Usia Perkawinan
G. Metode
Ceramah dan tanya jawab
H. Media
Flip chart dan leaflet
I. Uraian Kegiatan Penyuluhan
No
1

Kegiatan
Pembukaan

Inti

Waktu
19.30-19.35
WIB

19.35-19.55
WIB

Kegiatan penyuluhan
Mengucapkan salam,
Memperkenalkan diri
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
Kontrak waktu
Pre test
Menjelaskan pengetian
pernikahan dini

Kegiatan
sasaran
Menjawab
salam,
mendengarkan
dan menjawab
pertanyaan.

Metode
Ceramah
dan tanya
jawab

Mendengarkan, Ceramah
memperhatikan dan tanya

Penutup

19.55
20.00 WIB

Menjelaskan faktor
penyebab pernikahan
dini
Menjelaskan dampak
pernikahan dini
Menjelaskan tentang
Pendewasaan Usia
Perkawinan
Memberikan
kesempatan audiance
untuk bertanya
Melaksanakan evaluasi
dan memberikan
pertanyaan
Menyimpulkan materi
bersama peserta
Mengucapkan salam

,menjawab
pertanyaan

jawab

Memberikan
pertanyaan,
menjawab
pertanyaan,
menyimpulkan
materi,
menjawab
salam

Ceramah,
tanya
jawab

J. Media
Flip chart dan leaflet
K. Evaluasi (Hasil)
Melakukan post test mengenai materi yang telah disampaikan.
L. Daftar Pustaka

PERNIKAHAN DINI
A. Pengertian Pernikahan Dini
Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam Undang-undang
Perkawinan bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika
pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah
mencapai umur 16 (enam belas tahun) tahun.
Menurut agama pernikahan dini adalah pernikahan sebelum seorang anak baligh.
B. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pernikahan Dini
1. Adanya perjodohan yang dilakukan orang tua.
2. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan berbagai alasan ekonomi, sosial
anggapan tidak penting pendidikan bagi anak perempuan dan stigma negatif terhadap
status perawan tua.
3. Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur. Dalam
kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya melakukan hal-hal yang
tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis, yang jika
diluar kontrol membuat kehamilan di luar nikah.
4. Diajukannya pernikahan karena anak-anak telah melakukan hubungan biologis
layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini, orang tua anak perempuan cenderung
segera menikahkan anaknya, karena menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena
sudah tidak perawan lagi, dan hal ini menjadi aib.
5. Hamil sebelum nikah
C. Dampak Pernikahan Dini
1. Dampak Biologis
Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses menuju kematangan
sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya, apalagi
jika sampai hamil kemudian melahirkan. Jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,
perobekan yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ reproduksinya
sampai membahayakan jiwa anak. Patut dipertanyakan apakah hubungan seks yang
demikian atas dasar kesetaraan dalam hak reproduksi antara istri dan suami atau adanya
kekerasan seksual dan pemaksaan (penggagahan) terhadap seorang anak. Anak
perempuan berusia 10-14 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih
besar, selama kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 2025 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun memiliki
kemungkinan dua kali lebih besar.
Kemungkinan timbulnya resiko medik sebagai berikut:
a. Keguguran
b. Preeklamsia (tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria)
c. Eklamsia (keracunan kehamilan)
d. Timbulnya kesulitan persalinan

e. Bayi lahir sebelum waktunya


f. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
g. Fistula Vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina)
h. Fistula Retrovaginal ( keluarnya gas dan feses/tinja ke vagina)
i. Kanker leher rahim
2. Dampak psikologis
Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seks, sehingga akan
menimbulkan trauma psikis berkepanjangan dalam jiwa anak yang sulit disembuhkan.
Anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir pada perkawinan yang dia
sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya. Selain itu, ikatan perkawinan akan
menghilangkan hak anak untuk memperoleh pendidikan (Wajar 9 tahun), hak bermain
dan menikmati waktu luangnya serta hak-hak lainnya yang melekat dalam diri
anak. Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan yang menikah dini
mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan tingkat frekuensi tinggi.
Sisanya, 56 persen anak perempuan mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
3. Dampak Sosial
Fenomena sosial ini berkaitan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat patriarki
yang bias gender, yang menempatkan perempuan pada posisi yang rendah dan hanya
dianggap pelengkap seks laki-laki saja. Kondisi ini sangat bertentangan dengan ajaran
agama apapun termasuk agama Islam yang sangat menghormati perempuan (Rahmatan
lil Alamin). Kondisi ini hanya akan melestarikan budaya patriarki yang bias gender
yang akan melahirkan kekerasan terhadap perempuan. Di bidang pendidikan,
perkawinan dini mengakibatkan si anak tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih
tinggi. Hanya 5,6 persen anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah
kawin.
D. Pendewasaan Usia Perkawinan
1. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
PUP dalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga
mencapai usia minimal pada saat perkawinan yaitu 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun
bagi pria. PUP bukan sekedar menunda sampai usia tertentu saja tetapi mengusahakan
agar kehamilan pertamapun terjadi pada usia yang cukup dewasa
2. Tujuan program pendewasaan usia perkawinan
Tujuan PUP yaitu memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar didalam
merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan
dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial,
ekonomi serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran.
3. Kenapa perlu Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan?
Kemungkinan timbulnya dampak fisik, psikologis, dan sosial.
4. Bagaimanakah Masa Menjarangkan kehamilan

Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada periode PUS berada pada umur 20-35
tahun. Secara empirik diketahui bahwa PUS sebaiknya melahirkan pada periode umur
20-35 tahun, sehingga resiko-resiko medik yang diuraikan di atas tidak terjadi.
Apakah arti Masa Mengakhiri Kehamilan ?
E. Masa mengakhiri kehamilan berada pada periode PUS berumur 30 tahun
keatas. Sebab secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 30
tahun banyak mengalami resiko medik. Mengakhiri kehamilan adalah
proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi
F. Perkawinan
G. Perkawinan bukanlah hal yang mudah, di dalamnya terdapat banyak
konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan
baru individu dewasa dan pergantian status dari lajang menjadi seorang
istri yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus sepanjang
perkawinan
H. Perkawinan di usia dewasa
I. Perkawinan di usia dewasa akan menjamin kesehatan reproduksi ideal bagi
wanita sehingga kematian ibu melahirkan dapat dihindari. Perkawinan di
usia dewasa juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan
psikologis dan sosial ekonomi.
J. Sikap terhadap penundaan usia perkawinan
K. (1) keyakinan akan hasil atau manfaat yang diperoleh dari penundaan usia
perkawinan, dan
L. (2) evaluasi terhadap masing-masing hasil yang diperoleh dari penundaan
usia perkawinan.
M. SIKAP terhadap penundaan usia perkawinan dalam kategori tinggi yakni
sebesar 77,5%, NORMA subyektif 50,5% untuk kategori tinggi dan 22%
untuk kategori sangat tinggi, INTENSI penundaan usia perkawinan sebesar
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.

48,5%, untuk kategori tinggi dan 24,5% untuk kategori sangat tinggi.
Faktor-faktor yang mendorong perkawinan di usia muda :
faktor ekonomi,
faktor pendidikan,
faktor orang tua,
faktor diri sendiri,
faktor adat setempat.
TERMINASI

Anda mungkin juga menyukai