Anda di halaman 1dari 10

TUGAS SOSIOANTROPOLOGI KESEHATAN

DETERMINAN SOSIAL KESEHATAN (KEHIDUPAN DINI)

OLEH:

KELOMPOK 4

1. Adhrian Y. Amalo (2107010052)


2. Dewi Muddzalifah (2107010160)
3. Dhea N. Tefa (2107010065)
4. Indriawati Ratuloli (2107010020)
5. Maria Gunasti Eda (2107010102)
6. Maria N. A. Peri (2107010104)
7. Martha Belandina (2107010185)

PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
Determinan Sosial Kesehatan

Kehidupan Dini

Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan.


Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada awal
kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental, dan kemampuan
intelektual masa dewasa.

Masa dewasa adalah masa aktif, dan merupakan gambaran dari apa yang telah
dilakukan ketika masa remaja atau anak. Jika masa mudanya dulu dipakai dengan hal-
hal yang Cuma-Cuma seperti mabuk mabukan dan sebagainya, tentu akan dirasakan
ketika masa dewasa, dimana tubuh tidak kuat untuk lari atau tubuh mudah sekali
mengalami kelelahan. Selain itu, orang yang lebih banyak mengalami tekanan ketika
masa mudanya, seperti korban buly atau sering dimarahi orang tua. Hal ini juga dapat
mempengaruhinya ketika ia mulai dewasa, emosinya akan labil, penakut, atau mungkin
menjadi pemarah dan penista orang lain (ini kondisi sakit secara mental).

Judul Penelitian:

DETERMINAN FAKTOR PEMICU TERJADINYA PERNIKAHAN DINI


PADA USIA REMAJA

Salah satu masalah klasik yang dialami oleh sebagian masyarakat di Indonesia dan
menjadi salah satu pemicu terjadinya permasalahan kesehatan adalah adanya tradisi
pernikahan dini yang masih dipraktikkan di masyarakat. Meskipun dalam kurun waktu
beberapa tahun telah mengalami trend penurunan, namun praktik pernikahan dini masih
sering ditemukan di masyarakat Indonesia. pernikahan dini cenderung terjadi pada
masyarakat pedesaan (rural community). Hal ini berkaitan dengan kondisi
perekonomian yang dalam kategori menengah kebawah atau berhubungan dengan
tingkat pendidikan yang masih rendah. Namun pergeseran trend pernikahan dini juga
mulai marak terjadi pada wilayah perkotaan (urban community). Perilaku seks bebas,
pergaulan tanpa batas, mudahnya akses situs porno, perilaku minum minuman keras
tanpa kendali, penggunaan narkoba dan pengawasan yang kurang dari orang tua
menjadikan permasalahan pernikahan dini semakin sulit untuk terkendali.
➢ Alasan penelitian dilakukan:

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor penyebab


pernikahan dini pada remaja di Kota Mojokerto.

➢ Keterkaitan determinan kehidupan dini dengan pernikahan dini


Kehidupan dini sangatlah berkaitan dengan kehidupan di masa dewasa
yang berpengaruh pada kesehatan di masa dewasa. Dan sebaliknya, Kesehatan
masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan.
Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang kurang baik pada
awal kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan fisik, mental, dan
kemampuan intelektual masa dewasa.
Menikah di usia kurang dari 20 tahun merupakan suatu keadaan yang
harus dihadapi oleh sebagian remaja perempuan yang ada di seluruh dunia
terutama pada negara-negara berkembang.
• Adapun faktor pemicu pernikahan dini, yaitu:
1. Adanya adat istiadat dan tradisi yang mengatur norma sosial
pada suatu kelompok masyarakat
2. Selain karena faktor tradisi dan budaya, dewasa ini pernikahan
dini juga dipicu akibat perilaku seksual bebas atau tindakan
asusila yang dilakukan pada anak atau remaja perempuan.
3. Selain itu alasan klasik yang sering menjadi pembenar dari
praktik pernikahan dini adalah alasan ekonomi, harapan dan
keinginan untuk mencapai keamananan dosial dan finansial
setelah melakukan pernikahan, menyebabkan banyak orang tua
yang mendorong anak dan remaja perempuan mereka untuk
menikah pada usia dini.
• Resiko pernikahan dini:
1. Terjadinya hubungan seksual yang dipaksakan,
2. Terjadinya kehamilan pada usia dini,
3. Peningkatan resiko terjangkitnya penyakit HIV, penyakit
menular seksual lainnya dan kanker leher rahim (Fadlyana dan
Larasaty, 2016).
Selain itu pernikahan dini juga berpotensi memicu terjadinya
perceraian pada pasangan yang telah menikah karena masing-
masing pasangan tidak mampu memahami pasangan yang lain atau
karena pada remaja perempuan merasa bahwa pernikahan yang
dilakukannya adalah hal yang salah. Kekerasan dalam rumah tangga
juga dapat dialami oleh pasangan yang melakukan pernikahan dini.

• Adapun resiko pada anak yang dilahirkan oleh pasangan yang


melakukan pernikahan dini, diantaranya:
1. Pada saat anak atau remaja perempuan yang masih dalam proses
pertumbuhan mengalami proses kehamilan, terjadi persaingan
nutrisi dengan janin yang dikandungnya, sehingga berat badan
ibu hamil seringkali sulit naik, dapat disertai dengan anemia
karena defisiensi nutrisi, serta berisiko melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah.
2. Anatomi panggul yang masih dalam pertumbuhan berisiko untuk
terjadinya persalinan lama sehingga meningkatkan angka
kematian bayi dan kematian neonatus. Depresi pada saat
berlangsungnya kehamilan berisiko terhadap kejadian
keguguran, berat badan lahir rendah dan lainnya.
3. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan tekanan darah,
sehingga meningkatkan risiko terjadinya eklamsi yang
membahayakan janin maupun ibu yang mengandungnya.
4. Selain itu, anak yang dilahirkan dari seorang ibu yang belum
cukup umur untuk hamil dan melahirkan berpotensi mengalami
stunting.
5. Asuhan antenatal yang baik sebenarnya dapat mengurangi
terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan. Namun
sayangnya karena keterbatasan finansial, keterbatasan mobilitas
dan berpendapat, maka para istri berusia muda ini seringkali
tidak mendapatkan layanan kesehatan yang dibutuhkannya,
sehingga meningkatkan risiko komplikasi maternal dan
mortalitas.
6. Menjadi orangtua di usia dini disertai keterampilan yang kurang
untuk mengasuh anak sebagaimana yang dimiliki orang dewasa
dapat menempatkan anak yang dilahirkan berisiko mengalami
perlakuan salah dan atau penelantaran.

Berdasarkan faktor penyebab dan resiko yang ditimbulkan,


menunjukkan adanya pengaruh atau hubungan antara pernikahan
dini dengan kehidupan khususnya dari aspek kondisi kesehatan di
masa dewasa, sehingga terjadinya ketidakharmonisan dalam
keluarga tersebut.

➢ Hasil penelitian menunjukkan bahwa:


1. Faktor pengetahuan sebagai faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
2. Faktor ekonomi sebagai faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
3. Faktor pendidikan sebagai faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
4. Faktor media massa sebagai faktor penyebab terjadinya pernikahan dini
5. Faktor adat istiadat sebagai faktor penyebab terjadinya pernikahan dini

Judul Penelitian:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


BERISIKO REMAJA DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

Sumber daya manusia merupakan Salah satu komponen penting dalam


mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Sumber daya manusia yang berkualitas
sangat dibutuhkan untuk dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Remaja
sebagai bagian dari komponen sumber daya manusia adalah asset yang sangat berharga
bagi bangsa pada masa yang akan datang.

Di Indonesia, seperlima dari jumlah penduduk adalah remaja yang berpeluang


berperilaku berisiko tanpa mewaspadai akibat jangka panjang dari perilaku tersebut.
Mereka mengadopsi perilaku berisiko itu melalui pergaulan yang tidak sehat dan
informasi yang tidak terarah.

➢ Alasan penelitian dilakukan:


Untuk mengetahui informasi dasar tentang perilaku berisiko pada
remaja terkait kesehatan dan faktor terkait.
➢ Keterkaitan perilaku berisiko remaja terhadap determinan sosial
kesehatan
1. Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT)
Orang tua adalah pelaku utama dalam tindak KDRT pada
Remaja, karena sebagian besar remaja masih tinggal dengan orang tua.
Remaja yang mendapat tindak KDRT baik itu oleh orangtua, saudara
atau pasangan berisiko lebih besar Berperilaku buruk terhadap
kesehatan jiwa. Hal ini Disebabkan korban merasa dirinya lemah, tidak
Berdaya, ketidakmandirian (baik ekonomi maupun Kejiwaan),
ketidakmampuan untuk bersikap dan Berkomunikasi secara terbuka
2. Kurangnya perhatian orang tua terkait kegiatan sekolah anaknya
Remaja yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tua atau
keluarga akan cenderung melakukan hal-hal yang akan beresiko
terhadap kehidupannya, misalnya seks bebas, menggunakan narkoba
dan melakukan tindakan kriminal lain.
3. Kekerasan
Pelecehan disini adalah semua perlakuan yang tidak baik
termasuk pemukulan, diolok-olok, baik berkaitan dengan seksual atau
tidak. Pelecehan terbanyak yang dialami remaja adalah pelecehan
seksual, tindakan kekerasan seperti diatas dapat mempengaruhi
kesehatan mental dan fisik remaja
4. Seks bebas
Remaja yang melakukan seks l meningkatkan risiko untuk
terkena penyakit menular seksual, seperti HIV/AIDS. Banyak remaja
yang melakukan seks bebas karena dipengaruhi oleh film porno.
5. Mengonsumsi alkohol
Banyak remaja yang meminum alkohol secara berlebihan dan
akhirnya mabuk dan mendapatkan banyak masalah, remaja yang telah
mengonsumsil alkohol cenderung akan menjadi adiktif terhadap alkohol
dan akan berpengaruh pada masa dewasanya, ia akan lebih sulit untuk
mengontrol diri dan menyebabkan banyak permasalahan dalam dirinya
terutama dalam Kesehatan
➢ Hasil penelitian:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, orang tua remaja
yang minum alkohol, remaja yang mendapat perlakuan KDRT, dengan perilaku
berisiko pada remaja.

Judul Penelitian:

PENGARUH PENGETAHUAN GIZI, STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA


HIDUP DAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK (Studi Kausal
di Pos PAUD Kota Semarang Tahun 2015)

➢ Keterkaitan gizi dengan kehidupan dini:


Pada determinan sosial kesehatan dalam hal ini kehidupan dini, kesehatan
masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan. Sehingga
jika terjadi kekurangan gizi pada masa kanak-kanak akan melahirkan orang
dewasa yang lebih pendek dan berat badan yang lebih ringan dan tingkat
produktivitas yang lebih rendah. Anak yang menderita kekurangan gizi juga
cenderung lebih mudah menderita penyakit-penyakit kronis di kemudian hari.
Berat badan adalah indikator utama yang dapat dilihat ketika seseorang
mengalami kekurangan gizi. dalam jangka panjang kurang gizi akan
mengakibatkan hambatan pertumbuhan tinggi badan, dan akhirnya berdampak
buruk bagi perkembangan mental-intelektual individu.
➢ Alasan penelitian dilakukan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan gizi,
status sosial ekonomi, gaya hidup dan pola makan terhadap status gizi anak usia
dini dalam keluarga.
➢ Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan gizi terhadap status gizi
anak usia dini
Hasil penelitian di Pos PAUD di kota Semarang banyak ditemukan
orang tua termasuk ibu yang tidak peduli dengan makanan yang dikonsumsi
anak, hal ini berkaitan dengan ketidaktahuan ibu dalam mengenal gizi untuk
anak. Mereka berpendapat bahwa yang penting anaknya mau makan.
Karena ketidaktahuan seorang ibu akhirnya akan berdampak pada staus gizi
anak.
2. Terdapat pengaruh langsung positif status sosial ekonomi terhadap status
gizi anak usia dini
Hasil penelitian di Pos PAUD-Pos PAUD di Kota Semarang, banyak
anak yang berasal dari status sosial ekonomi yang rendah menunjukkan
status gizi yang rendah. Anak-anak dengan status gizi yang rendah banyak
ditemukan karena pendidikan orang tuanya rendah seperti pendidikan yang
setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan bahkan cukup banyak
orang tua yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Karena pendidikan yang
rendah banyak orang tua yang tidak peduli dengan makanan yang
dikonsumsi anak sehingga status gizi anak menjadi rendah.
3. Terdapat pengaruh langsung positif pola makan terhadap status gizi anak
usia dini
Pola makan anak terbentuk dari kebiasaan makan dalam keluarga. Hal
ini bisa dilihat dari kebiasaan makan yang dilakukan oleh ayah dan ibu serta
anggota keluarga lainnya yang mana anak akan mengikuti kebiasaan makan
tersebut. Penelitian di Pos PAUD di Kota Semarang menujukkan bahwa
pola makan orang tua membuat anak mengikutinya.
4. Terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan gizi terhadap pola makan
Meningkatnya pengetahuan gizi akan mengakibatkan peningkatan pola
makan. Pengetahuan gizi yang dipunyai oleh seorang ibu tentu akan
memberikan informasi-informasi yang tepat pada ibu dalam memilih bahan
yang tepat. Ibu akan berusaha memberikan makanan yang sehat dan bergizi
karena seorang ibu tahu bahwa makanan yang sehat dan bergizi akan
mempengaruhi kecerdasan otak anak, karena dengan kecerdasan otak anak
akan memberikan dampak yang baik bagi masa depan anak.
5. Terdapat pengaruh langsung positif status sosial ekonomi terhadap pola
makan
Penelitian di Pos PAUD Kota Semarang menunjukkan masyarakat
dengan tingkat pendidikan yang rendah dan taraf ekonomi yang rendah,
banyak yang mempunyai pola makan yang relatif rendah. Hal ini disebabkan
karena kemampuan ekonomi mereka yang kurang, biaya hidup yang tinggi
disertai penghasilan mereka yang rendah membuat mereka tidak terlalu
peduli dengan makanan yang bergizi. bagi mereka yang penting mereka bisa
makan setiap harinya.
6. Terdapat pengaruh langsung positif pengetahuan gizi terhadap gaya hidup
Meningkatnya pengetahuan gizi akan mengakibatkan peningkatan
gaya hidup. Karena dari pengetahuan yang dipunyai tentang semua
informasi gizi akan membuat seorang ibu berusaha menciptakan gaya hidup
yang sehat bagi seluruh anggota keluarganya. Gaya hidup yang sehat akan
menjauhkan anak dari penyakit termasuk penyakit degeneratif di masa
depannya.
7. Terdapat pengaruh langsung positif sosial ekonomi terhadap gaya hidup
Meningkatnya status sosial ekonomi akan mengakibatkan
meningkatnya gaya hidup. Apalagi keluarga dengan taraf ekonomi yang
tinggi tentu akan lebih mudah untuk menikmati makanan di restoran. Gaya
hidup seperti itu memberikan pengaruh bagi anak khususnya timbulnya
kegemukan bagi anak atau obesitas. Selain itu pula timbulnya penyakit-
penyakit degeneratif seperti jantung, kolestrol tinggi dan sebagainya di masa
akan datang.
8. Terdapat pengaruh langsung positif gaya hidup terhadap pola makan
Hasil Penelitian di Pos PAUD Kota Semarang menunjukkan bahwa
gaya hidup yang ada dalam keluarga memberikan pengaruh yang cukup
besar bagi pola makan anak. Ibu-ibu di Pos PAUD Kotamadya Semarang
terbiasa dengan gaya hidup serba instan artinya lebih suka membeli
makanan yang instan dari pada memasak sendiri. Gaya hidup yang seperti
ini memberikan dampak bagi pola makan anak-anak di Pos PAUD.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati, N., & Sari, K. I. P. (2020). Determinan Faktor pemicu terjadinya


pernikahan dini pada usia remaja. Jurnal Keperawatan, 13(1), 12-12.

Hidayangsih, P. S., Tjandrarini, D. H., Mubasyiroh, R., & Supanni, S. (2011). Faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko remaja di kota Makassar
tahun 2009. Buletin Penelitian Kesehatan, 39(2).

MYRNAWATI, M., & ANITA, A. (2016). Pengaruh Pengetahuan Gizi, Status Sosial
Ekonomi, Gaya Hidup Dan Pola Makan Terhadap Status Gizi Anak (Studi
Kausal di Pos Paud Kota Semarang Tahun 2015). Jurnal Pendidikan Usia Dini,
10(2), 213-232.

Anda mungkin juga menyukai