Anda di halaman 1dari 18

INVESTIGASI WABAH PENYAKIT

ANTHRAX

KELOMPOK 3
PRAKTIKUM INVESTIGASI WABAH

Wirda Cahya Putri (11181010000006)

Putri Kurniawati (11181010000026)

Serly Marliana (11181010000041)

Zanastia Sukmayanti (11181010000095)


01 Tahapan Investigasi KLB anthrax

02 Laporan Investigasi KLB anthrax

03 Diseminasi dan Umpan Balik

04 Telaah Laporan
Tahapan Investigasi KLB Anthrax

1. Persiapan Lapangan
Hal-hal yang dilakukan yaitu mengonfirmasi terkait informasi, membuat rencana,
dan pertemuan dengan pejabat setempat. Konfirmasi terkait informasi meliputi
asal informasi, gambaran terkait penyakit yang dilaporkan, dan keadaan geografis
tempat yang dilapor. Terdapat hal- hal yang harus diperhatikan dalam persiapan
lapangan, yaitu:
• Investigasi dilakukan sesegera mungkin, dalam 24 jam sesudah adanya
informasi.
• Menyiapkan tim yang berkompeten dan memiliki pengetahuan ilmiah serta
menyiapkan peralatan yang sesuai untuk melakukan penyelidikan.
• Mengurus prosedur administrasi yang berlaku di lembaga setempat mengenai
perizinan dan pengamanan.
• Berkoordinasi dengan pihak yang bersangkutan yang memiliki peran dalam
permasalahan tersebut.
Tahapan Investigasi KLB Anthrax
2 Memastikan Adanya Kejadian Luar Biasa
Tujuan tahap ini adalah untuk memastikan apakah adanya peningkatan kasus yang
tengah berjalan memang benar-benar berbeda dibandingkan dengan kasus yang "biasa"
terjadi pada populasi yang dianggap mempunyai risiko terinfeksi. Apabila insidens yang tengah
berjalan secara menonjol melebihi insidens yang "biasa", maka biasanya dianggap terjadi KLB.

3. Konfirmasi Diagnosis
Tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa masalah telah didiagnosis dengan benar dan menyingkirkan kesalahan uji
laboratorium, seiring meningkatnya jumlah kasus yang didiagnosis. Diagnosis antraks umumnya dapat dilakukan berdasarkan
gejala klinis dan pemeriksaan di laboratorium untuk mengisolasi agen penyebab, uji serologis dan molekuler. Pengambilan
spesimen dilakukan oleh tim Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten dan Pengujian laboratorium. Pengujian
laboratorium terhadap spesimen yang diambil dilaksanakan di Balai Besar. Pengujian laboratorium ditujukan untuk diagnosa
terhadap penyakit antraks berupa isolasi dan identifikasi Bacillus anthracis. pengambilan sampel di lingkungan tersebut, hal ini
bertujuan untuk mengidentifikasi sumber kontaminasi spora B. anthracis sehingga dapat menyebabkan hewan/manusia
terinfeksi, menelusuri rute infeksi/paparan, memperoleh galur B. metode diagnosis cepat dan akurat sehingga penanganan
kasus penyakit dapat dilaksanakan dengan segera .
Tahapan Investigasi KLB Anthrax
4. Membuat Definisi Kasus, Mengidentifikasi dan Menghitung Kasus
1. Menetapkan definisi kasus
Definisi kasus mencakup kriteria klinis seperti gejala, sumber penularan dan cara penularan dengan pembatasan variabel
waktu, tempat dan orang.
2. Mengidentifikasi dan menghitung kasus
Untuk mengidentifikasikan dan menghitung kasus yaitu dengan mengunjungi langsung pelayanan kesehatan yaitu rumah
sakit, puskesmas dan lain sebagainya dengan melakukan survey atau kuesioner. Lalu, dapat mewawancari masyarakat
secara langsung. Apabila dicurigai terjadi suatu KLB, harus dilakukan penghitungan awal dari kasus-kasus yang tengah
berjalan (orang-orang yang infeksinya atau keracunannya terjadi di dalam periode KLB) untuk memastikan adanya frekuensi
kasus baru yang "berlebihan”.

5 Melaksanakan Epidemiologi Deskriptif


Epidemiologi mempelajari pola kejadian penyakit. Untuk menentukan pola tersebut, kita perlu menghitung kejadian kasus dan
bukan kasus. Perhitungan ini dapat digunakan untuk menjabarkan kejadian penyakit berdasarkan waktu, tempat, dan hewan.
Langkah ini akan membantu kita memahami penyakit dan dampaknya, serta menjabarkan mengapa dan bagaimana penyakit
dapat terjadi. deskriptif dan analisa sederhana dengan pembuatan kerangka waktu, kurva epidemik, dan perhitungan
mortalitas. Penggambaran ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat disusun hipotesis mengenai sumber, cara
penularan, dan lamanya KLB berlangsung. Untuk dapat merumuskan hipotesis-hipotesis yang diperlukan, informasi awal yang
dikumpulkan dari kasus kasus harus diolah sedemikian rupa sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. Variabel waktu : 1) Kapan periode yang tepat dari KLB ini? 2) Kapan periode paparan (exposure) yang paling mungkin
b. Variabel tempat : 1) Dimanakah terjadinya KLB?
c. Variabel orang (kasus) yang terkena : 1) Berapakah angka kejadian menurut golongan umur, dan jenis kelamin 2) Golongan
umur dan jenis kelamin manakah yang risiko sakit paling tinggi dan paling rendah
Tahapan Investigasi KLB Anthrax

6. Mengembangkan Hipotesis
Tujuan hipotesis adalah untuk memberikan dasar yang
logis untuk merencanakan dan melaksanakan berbagai
penyelidikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penyelidikan KLB (penanggulangan KLB) dapat tercapai. 7. Evaluasi Hipotesis
Contohnya adalah manifestasi klinis pada orang yang Evaluasi Hipotesis sangat perlu dilakukan
terpapar antraks, yang ditandai dengan diterimanya untuk selalu mengecek atau apakah hipotesis
hipotesis minor : 1. Ada peningkatan titer anthrax tersebut dapat digunakan dan sesuai dengan
protective antigen (PA) Ig G ELISA pada orang yang keadaan kejadian luar biasa (KLB) yang
terpapar antraks. 2. Ada peningkatan titer anthrax terjadi disuatu wilayah tersebut.
protective antigen (PA) Ig G ELISA pada penderita dengan
manifestasi kulit. 3. Ada hubungan antara titer anthrax
protective antigen (PA) Ig G ELISA dengan manifestasi
kulit pada orang yang terpapar antraks.
Tahapan Investigasi KLB Anthrax
8 Memperbaiki Hipotesis dan Melakukan Studi Tambahan
Jika terjadi kesalahan dan ketidaksesuai terhadap hipotesis maka perlu adanya
perbaikan sehingga hipotesis tersebut sesuai dan dapat digunakan dalam
invetigasi kejadian luar biasa (KLB) antraks. Sementara itu, jika diperlukan studi
tambahan maka dalam melakukan studi tambahan yang dapat dilakukan penelitian
epidemiologi (epidemiologi analitik) dan Penelitian laboratoium dan lingkungan.

9. Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan


Pengendalian dan pencegahan penyakit Antraks yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan menetapkan pembagian lokasi menjadi tiga ring (ring 1, 2
dan 3). Klasifikasi ring adalah sebagai berikut: ring 1 yaitu desa kasus/ tertular; ring 2 adalah desa
yang berbatasan dengan desa ring 1; ring 3 adalah desa yang berbatasan dengan ring 2. Tindakan
pengendalian berupa pemberian antibiotika dilakukan pada daerah kasus/ ring 1 (terdapat kematian
dan disertai konfirmasi uji laboratorium). Wilayah yang berbatasan langsung dengan daerah kasus
(ring 2) dilakukan vaksinasi. Vaksinasi merupakan salah satu strategi dalam pengendalian penyakit
antraks mengingat spora antraks dapat bertahan hidup pada lingkungan yang sesuai. Wilayah ring 3
dilakukan monitoring tanpa dilakukan pengobatan dan vaksinasi (mengingat keterbatasan jumlah dan
operasional vaksinasi)). Hal ini dilakukan segera setelah keluar hasil konfirmasi laboratorium untuk
mencegah timbulnya kematian ternak yang lebih besar. Tindakan lain yang tidak kalah penting yaitu
sosialisasi tentang penyakit antraks baik untuk pemangku kepentingan maupun masyarakat peternak
Laporan Investigasi KLB ANTHRAX
LAPORAN SEMENTARA VERIFIKASI PENYAKIT BERPOTENSI KLB III. Defenisi Operasional (DO) Tersangka Penyakit Antraks pada
(DUGAAN PENYAKIT ANTRAKS) KAB. BOLMONG SELATAN 17 – 19 manusia
Maret 2017 DO tersangka antraks pada manusia adalah (menurut Buku Pedoman
I. Latar belakang Verifikasi: SKDR Revisi 2012 Kemenkes RI):
1. Informasi adanya kematian hewan (sapi) secara mendadak dari (1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax); Papel pada inokulasi, rasa gatal
Dinas Peternakan Prov. Sulut (TGC lintas Sektor) di Desa Biniha Kec. tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan,
Helumo (pemekaran dari Kec. Bolaang Uki) Kab. Bolmong Selatan pada haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam,
tanggal 16 Maret 2017 malam. kering, Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan
2. Sesaat setelah menerima informasi pada point 1, TGC Dinkes Daerah pembengkakan kelenjar limfe regional;
Prov.Sulut segera mempersiapkan tim untuk turun melakukan verifikasi (2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax); Rasa sakit
ke Bolmong Selatan bersama Tim dari Distanak Prov. Sulut. perut hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan, demam, konstipasi,
  gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran
II. Tujuan. kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan
Tujuan dilakukan verifikasi terhadap penyakit berpotensi KLB yaitu oedem scrotum, melena.
penyakit Antraks adalah: (3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax); Gejala klinis antraks
a. Untuk melakukan Kewaspadaan Dini terhadap transmisi penularan paruparu sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari
penyakit Antraks dari hewan ke manusia. gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam,
b. Untuk melaksanakan Surveilans aktif penemuan dini kasus sesuai DO sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat,
penyakit Antraks. nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala
klinis timbul. Kumpulan Laporan Penyelidikan Epidemiologi KLB
Penyakit Menular.
Laporan Investigasi KLB ANTHRAX
IV. Hasil Verifikasi di lapangan.
1. TGC Dinkes Daerah Prov. Sulut bersama TGC Distanak Prov.Sulut,
melakukan verifikasi dan kunjungan lapangan di Desa Biniha Kec.
Helumo Kab. Bolsel serta melakukan wawancara kepada beberapa KK
disekitar lokasi kematian sapi.

Informasi lain yang diperoleh TGC Dinkes Daerah Provinsi


Sulawesi Utara dilapangan adalah:
a. Sapi yang mati di Desa Biniha Kec. Helumo Kab. Bolsel tidak
ada yang dipotong untuk dikonsumsi warga diwilayah tersebut.
b. Sedangkan sapi yang mati tanggal 5 Maret dan 8 Maret 2017,
dipotong dan di bawa ke Desa Mogoyungung Kec. Dumoga
Timur Kab. Bolmong. Informasi lanjut bahwa dagi sapi tersebut
dijual di Pasar Ibolian – Imandi Dumoga Timur Kab. Bolmong
pada tanggal 9 Maret 2017 (jadwal pasar) dan telah terjual
habis.
Laporan Investigasi KLB ANTHRAX
V. Upaya yang dilakukan dibidang Kesehatan oleh TGC Dinkes Daerah Prov.Sulut dan Dinkes Kab.
Bolmong Selatan dan Dinkes Kab. Bolmong;
1. Mengirim surat edaran SKD Penyakit Antraks pada manusia ke Dinas Kesehatan kab/kota se-Provinsi
Sulawesi Utara tanggal 17 Maret 2017.
2. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyebab penyakit antraks, cara-cara
pencegahan penyakit antraks, gejala klinis penyakit antraks dan cara penularan dari hewan kepada
manusia serta langkahlangkah yang harus dilakukan masyarakat jika ada yang mengalami gejala klinis
penyakit antraks. (Di Bolmong induk di lakukan langsung oleh Ibu Plt. Kadinkes Bolmong kepada WKI
GMIBM pada tanggal 18 Maret 2017 dalam wadah Pertemuan WKI).
3. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) di semua puskesmas Bolmong Selatan dan Bolmong
dengan melakukan Surveilans pada manusia.
4. Melaksanakan Surveilans aktif harian untuk manusia di wilayah Puskesmas Imandi Kec. Dumoga
Timur Kab. Bolmong (lokasi daging sapi terjual habis) dan di wilayah puskesmas Duminanga Kab.
Bolmong Selatan (lokasi sapi mati) mulai tanggal 17 Maret 2017 s/d waktu yang belum ditentukan (s/d
waktu dimana Distanak menetapkan bahwa situasi dugaan penularan antraks pada hewan dinyatakan
tidak ada lagi).
Laporan Investigasi KLB ANTHRAX
VI. Permasalahan.
Beberapa permasalahan yang ditemukan dilapangan antara lain:
1. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit antraks baik pada hewan maupun cara
penularan kepada manusia masih rendah.
2. Peluang transmisi penyakit antraks dari hewan ke manusia dalam kondisi tersebut diatas
adalah melalui:
a. Di Kab. Bolmong Selatan transmisi dapat terjadi melalui spora yang ada di lingkungan
dengan cara spora terhirup melalui pernapasan (inhalasi), karena 1 ekor sapi yang mati diduga
oleh Distanak Prov. Sulut pengidap penyakit antraks pada hewan.
b. Di Kab. Bolmong, transmisi dapat terjadi melalui makanan yang tercemar dengan kuman
antraks seperti daging sapi yang terinfeksi dan tidak dimasak dengan sempurna (matang).
Karena sapi yang mati di Bolsel tanggal 5 dan 8 Maret 2017 dipotong-potong dan dibawa ke
Dumoga Timur Kab. Bolmong untuk dijual dan sudah terjual habis pada tanggal 9 Maret 2017.
 
Laporan Investigasi KLB ANTHRAX
VII. Rekomedasi.
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada Lintas Program Kesehatan dan Lintas Sektor antara lain:
1. Lintas Program Kesehatan :
a. Mengintesifkan penyuluhan kepada masyarakat maupun jajaran kesehatan sendiri tentang penyebab
penyakit antraks, cara-cara pencegahan penyakit antraks, gejala klinis penyakit antraks dan cara penularan
dari hewan kepada manusia serta langkah-langkah yang harus dilakukan masyarakat jika ada yang
mengalami gejala klinis penyakit antraks, melalui media massa baik cetak maupun elektronik, di Organisasi
Keagamaan dan PKK
b. Meningkatkan SKD penyakit antraks disemua wilayah kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Utara.
c. Melaksanakan Surveilans aktif harian pada manusia di wilayah yang terjadi kematian hewan (sapi) dan
wilayah yang telah membeli dan mengkonsumsi daging sapi yang diduga terinfeksi penyakit antraks.
d. Melakukan penanganan penyakit antraks pada manusia jika ada dilaporkan tersangka antraks sesuai SOP
penanganan penyakit antraks.
2. Untuk lintas sektor (Dinas Peternakan):
a. Agar dapat melaksanakan pembinaan kepada peternak sapi, kambing baik kelompok maupun perorangan
tentang penyakit antraks pada hewan.
b. Melakukan desinfektan terhadap spora Bacillus anthracis yang ada di lingkungan di wilayah yang telah
terjadi kematian sapi mendadak (mengikuti SOP di tupoksi Distanak).
3. Meningkatkan koordinasi lintas program dan sektor terkait (peternakan, toga, toma, pemerintah
kelurahan/desa/kecamatan) untuk kecepatan menshare informasi tentang dugaan penyakit antraks baik
pada hewan maupun pada manusia jika ada (wadah Tim Gerak Cepat/TGC).
Diseminasi dan
Umpan Balik
Diseminasi merupakan kegiatan penyebar luasan data Berikut diseminasi kepada lintas sektor dan
yang ditujuan kepada kelompok target atau individu program:
pemegang keputusan agar mereka dapat memperoleh Diseminasi ke puskesmas: melalui pertemuan-
informasi dan dapat membuat keputusan atau kebijakan pertemuan tingkat desa.
dari informasi tersebut (Depkes RI, 2003). Informasi yang Diseminasi ke dinas kesehatan kabupaten/kota:
diseminasi harus mudah dimengerti dan dimanfaatkan melalui penerbitan bulletin/poster terkait kondisi
dalam menetapkan suatu kebijakan dan upaya kesehatan masyarakat setempat.
pengendalian, serta evaluasi program Diseminasi ke dinas kesehatan provinsi: melalui
pertemuan lintas sektor dan lintas program melalui
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam diseminasi yaitu: informasi epidemiologi secara berkala.
Membuat laporan hasil penelitian/kajian kepada atasan. Diseminasi ke masyarakat: melalui web dinas
Membuat laporan kajian yang selanjutnya akan diadakan kesehatan setempat dan dapat diunduh oleh
seminar dan pertemuan. masyarakat luas
Membuat suatu tulisan melalui bulletin, news letter, dan
poster.
Memanfaatkan media internet untuk memposting tulisan
yang berisi suatu informasi untuk masyarakat luas.
Diseminasi informasi dapat dilakukan kepada lintas
program dan lintas sektor.
Diseminasi dan
Umpan Balik
Diseminasi Laporan KLB Antraks di Kab. Bolmong Provinsi Sulawesi Selatan
Diseminasi Informasi Data KLB Antraks di Kab. Bolmong Provinsi Sulawesi
Selatan dilaporkan menggunakan laporan berkala setiap tahunnya. Pelaporan
dilakukan setelah berakhirnya kegiatan surveilans sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan yaitu pada tanggal 20 Maret 2017. Laporan tersebut diserahan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Provinsi Sulawesi
Utara oleh Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Provinsi Sulawesi Utara.
Diseminasi informasi juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi
informasi yang saat ini sedang berkembang sehingga mudah diakses oleh
masyarakat, yaitu dengan menyebarluaskan laporan surveilans di web resmi Dinas
Kesehatan Sulawesi Utara sehingga masyarakat dapat melihat dan mengunduhnya
secara mudah.
Diseminasi dan
Umpan Balik
Umpan Balik (Respon)
Data yang telah dianalisis kemudian diseminasi ke
masyarakat dan kemudian dilakukan umpan balik dari dinas
kesehatan provinsi ke dinas kesehatan kabupaten/kota, kemudian
ke puskesmas wilayah kerja setempat. Kegiatan umpan balik
dapat berupa pertemuan secara berkala dan pelatihan bagi
tenaga kesehatan yang diharapkan dari kegiatan ini dapat
memperbaiki dan meningkatkan kinerja masing-masing sektor
dalam peningkatan derajat kesehatan.
Telaah Hasil Investigasi
Pemeriksaan dan penanggulangan KLB Antraks di Kab.
Bolmong Provinsi Sulawesi Selatan sudah cukup baik dan
sesuai dengan ketentuan dari Kemenkes tentang penanganan
dan pelanggulangan. Ketika ditemukan 1 kasus sapi mati
mendadak di Kab. Bolmong, Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan
langsung melakukan verifikasi ke Kab. Bolmong bersama tim
surveilans. Setiap kasus dicatat jumlah kematian sapi dan
tanggal kejadiannya.
Tim surveilans membuat laporan rutin untuk melihat
perkembangan kasus KLB antraks di Kab. Bolmong.
Rekomendasi program kesehatan lintas program dan lintas
sektor ke dinas peternakan yang akan dilaksanakan di Kab.
Bolmong juga sudah dipersiapkan.
Kekurangan dari laporan KLB antraks di Kab. Bolmong ini
antara lain:
Tidak dijelaskannya gejala sapi yang terinfeksi antraks.
Tidak dijelaskannya cara pengambilan spesimen dan
pemeriksaan dari sapi yang terinfeksi antraks pernafasan.
Telaah Hasil Investigasi
Dalam distribusi epidemiologi hanya dijelaskan berdasarkan
tempat dan waktu, tidak dijelaskan berdasarkan distribusi
epidemiologi berdasarkan orang.
Tidak ada kelanjutan dari tindak lanjut tenaga kesehatan bila
antraks ini menyerang manusia di Kab. Bolmong.
Tidak dilampirkannya formulir pelaporan kejadian KLB dari
Kemenkes.
Rekomendasi yang diajukan hanya pencegahan pada individu
dengan penyuluhan kesehatan dan melakukan desinfektan pada
wilayah yang terdapat kasus sapi mendadak, seharusnya
dilakukan juga vaksin pada hewan ternak untuk mencegah kasus
antraks muncul kembali (anthrax pada hewan ternak dapat
dicegah dengan vaksinasi pada semua hewan ternak di daerah
enzootik Anthrax yang dilakukan setiap tahun disertai cara-cara
pengawasan dan pengendalian yang ketat. Di Indonesia dipakai
vaksin aktif strain 34 F2, yang dapat dipakai untuk semua hewan
ternak dan relatif aman, daya pengebalannya tinggi berlangsung
selama 1 tahun).
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai