Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengabdian dan

e ISSN: 2775 - 1929


Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

DAMPAK PERNIKAHAN USIA DINI TERHADAP


KESEHATAN REPRODUKSI
1
Shafa Yuandina Sekarayu, 2Nunung Nurwati
1
shafa19014@mail.unpad.ac.id, 2nngnurwati@yahoo.co.id
1,2
Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin berupa penyatuan antara laki-laki dan perempuan atas
dasar keinginan untuk memiliki keturunan dan keluarga. Pada dasarnya pernikahan dilakukan oleh
seseorang yang telah memiliki kematangan dalam segi fisik, psikologis, dan ekonomi. Namun, di
Indonesia sekitar 12 - 20% masih bisa ditemukan pernikahan yang belumdisertai dengan kesiapan dari
berbagai aspek seperti fisik, ekonomi, dan pengetahuan mengenaikehidupan rumah tangga. Artikel ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dan deskriptif yang akan menggali lebih dalam mengenai
pernikahan dini dan keterkaitannya dengan kesehatan reproduksi. Pernikahan usia dini dilakukan
oleh seseorang yang rata-rata berusia dibawah 19 tahun yang rata-rata belum siap dalam berbagai
aspek dalam pernikahan. Hal ini kemungkinan akan berdampak terhadap kesehatan reproduksi baik
untuk perempuan maupun laki-laki. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang dari berbagai aspek
dalam melaksanakan pernikahan sehingga upaya untuk menghindari dampak buruk pernikahan usia
dini terhadap kesehatan reproduksi dapat diminimalisir.

Kata kunci: Pernikahan dini, Dampak, Kesehatan Reproduksi

ABSTRACT

Marriage is a physical and spiritual bond in the form of a union between a man and a woman based
on the desire to have offspring and a family. Basically, marriage is carried out by someone who has
matured physically, psychologically and economically. However, in Indonesia, around 12-20% can
still be found marriages that have not been accompanied by readiness from various aspects such as
physical, economic, and knowledge of household life. This article uses qualitative and descriptive
research methods that will explore more about early marriage and its relation to reproductive
health. Early marriage is carried out by someone who is under 19 years old on average who is not
ready for various aspects of marriage. This is likely to have an impact on reproductive health for
both women and men. Therefore, various aspects of preparation are needed in carrying out the
marriage so that efforts to avoid the negative impact of early marriage on reproductive health can be
minimized.

Key words: Early marriage, Impact, Reproduction Health

37
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

PENDAHULUAN suatu perubahan status dan pengesahan


kehidupan bersama antara seorang laki-laki
Pernikahan ialah momentum yang dan perempuan namun lebih dari itu,
sangat berarti untuk setiap hidup manusia yang pernikahan merupakan hubungan serta
berupa jalinan lahir batin antara seseorang kegiatan yang sakral berbentuk penyatuan
laki-laki dan perempuan sebagai suami dan dua insan yang akan mengemban tanggung
istri dengan tujuan membentuk keluarga yang jawab yang tidak mudah, sehingga diperlukan
harmonis dan kekal berdasarkan Ketuhanan kedewasaan dari aspek usia, kesehatan
Yang Maha Esa. Selain mempersatukan dua jasmani, psikologis, biologis, dan ekonomi
orang yang berbeda, pernikahan akan secara dari kedua pasangan untuk menjalaninya.
otomatis mengubah status keduanya. Undang- Namun realitasnya masih ada ketidaksesuaian
undang mengenai perkawinan tertera dalam dengan yang di cantumkan dalam aturan dan
Undang-Undang No. 1 tahun 1974, pasal 7ayat Undang- Undang. Pada faktanya masih
(1) menyatakan bahwa pekawinan dizinkan banyak terdapat warga di Indonesia yang
apabila pihak pria sudah mencapai umur 19 masih melakukan pernikahan dibawah umur
tahun dan pihak wanita telah mencapai umur dari ketentuan yang sudah dikeluarkan oleh
16 tahun. Namun dilakukan perubahan dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana
revisi kembali menjadi perkawinan bisa Nasional (BKKBN), terutama warga yang
dilakukan apabila pihak dari laki-laki dan terletak di pedesaan. Bersumber pada
pihak perempuan berusia minimal 19 tahun, informasi Child Marriage Report, bila diamati
kemudian dilanjut ayat 2 yang menyatakan dari wilayah tempat tinggal membuktikan jika
bahwa pernikahan masing-masing calon yang kebiasaan pernikahan anak perempuan
belum mencapai usia 21 tahun, harus kemungkinan lebih besar terjadi di perdesaan
mendapatkan izin dari kedua orang tua. dibanding perkotaan, baik itu saat berusisa
Kemudian, pihak Badan Kependudukan dan sebelum 18 tahun ataupun saat sebelum umur
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) juga 15 tahun. Pada tahun 2018, perempuan berusia
telah mengeluarkan aturan bahwa usia ideal 20-24 tahun di perdesaan akan melaksanakan
menikah pihak perempuan adalah 20-35 tahun pernikahan pertamanya sebelum berusia 18
dan 25-40 tahun untuk pihak pria (BKKBN, tahun, persentase lebih besar ditunjukkan
2020). terdapat di perdesaan ialah sebesar 16, 87%
Analisis Survei Penduduk Antar sedangkan perkotaan sebesar 7, 15%.
Sensus (SUPAS) menyatakan sebanyak Sebaliknya untuk anak laki-laki, kurang lebih
3.000 perempuan pada usia 20-24 tahuh 1 dari 100 laki- laki berusia 20-24 tahun pada
melakukan pernikahan pertama melakukan tahun 2018 sudah melakukan pernikahan
pernikahan pertama sebelum berusia 15 tahun. sebelum umur 18 tahun. Sama hal nya dengan
Di sisi lain, pada 1 dari 100 laki-laki anak perempuan yang telah melakukan
melakukan pernikahan pertama pada usia 20- pernikahan dini, di daerah pedesaan juga
24 tahun yang terjadi di pedesaan maupun di mempunyai jumlah yang tinggi untuk anak
kota. Pernikahan dini bisa dikatakan sebagai laki-laki yang melakukan pernikahan dini
pernikahan yang dilakukan oleh anak. Dalam yakni sebesar 1,44% serta perkotaan yaitu
Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 0,77% (Sahrizal, Handayani, P. S., & dkk,
tentang kesejahteraan anak, penafsiran anak 2020).
merupakan seseorang yang wajib Badan Koordinasi Keluarga
mendapatkan hak-hak yang kemudian hak- hak Berencana Nasional (BKKBN) dan Undang-
tersebut bisa memjamin perkembangan serta Undang yang mengatur batasan usia dalam
pertumbuhan dengan baik secara rahasia, menikah tentunya dilandaskan berbagai hal.
jasmaniah, maupun sosial (Sangaji, 2017). Pelaksanaan pernikahan sebelum usia yang
Anak juga memiliki hak untuk memperoleh ditentukan memiliki resiko yang bisa
pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dirasakan oleh pihak perempuan maupun
dan kehidupan sosialnya, dan memperoleh laki-laki. Ketidaksiapan anak pada usia yang
perlindungan baik dalam kandungan maupun belum siap menikah dapat menyebabkan
sesudah dilahirkan. berbagai hal, misalnya putusnya pendidikan,
Pernikahan bukan hanya persoalan menganggu kesehatan reproduksi, perceraian
38
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

pada usia muda, kekerasan dalam rumah remaja perempuan belum memiliki tulang
tangga, dan lain sebagainya. Selain itu, panggul yang masih terlalu kecil sehingga bisa
pernikahan dini juga menimbulkan dampak membahayakan proses persalinan. Apabila
buruk secara mental atapun fisik. Terdapat dianalisis dampak negatif perkawinan dini
beberapa aspek yang menjadi pemicu atau lebih banyak dari pada dampak positifnya
faktor terjadinya pernikahan dini, antara lain (Hanum & Tukiman, 2015).
kebutuhan ekonomi, pendidikan rendah,
kultur nikah muda, perkawinan yang diatur,
dan seks bebas pada remaja yang METODE
menyebabkan kehamilan sebelum menikah
(Himsya, 2011). Faktor ekonomi dan Metode yang digunakan dalam
kemiskinan menyebabkan orang tua tidak penelitian ini dilakukan melalui penelitian
sanggup memenuhi kebutuhan anaknya dan deskriptif dan penelitian kualitatif. Metode
tidak mampu membiayai sekolah alhasil penelitian deskriptif menurut Nazir (1988)
mereka memutuskan untuk menikahkan dalam Buku Contoh Metode Penelitian,
anaknya dengan harapan sudah lepas adalah suatu metode yang digunakan dalam
tanggung jawab untuk membiayai kehidupan meneliti kondisi, sistem pemikiran, atau
anaknya ataupun dengan harapan anaknya peristiwa pada masa sekarang. Penelitian
bisa memperoleh kehidupan yang lebih baik. deskriptif ini, bertujuan untuk
Faktor orang tua menyetujui perkawinan di mendeskripsikan atau membuat gambaran
usia muda ini juga seringkali dikarenakan secara sistematis dan akurat mengenai fakta
oleh kekhawatiran orang tua akan terjadinya yang ada. Dalam penelitian ini penulis
hamil diluar nikah sehingga mendorong mengenakan pendekatan kualitatif sebagai
anaknya untuk menikah diusia yang masih metode penelitian yang menghasilkan
belia (F Jannah., 2012). Secara umum, informasi deskriptif berbentuk kata-kata yang
pernikahan dini lebih kerap terjadi didalam tertulis atau lisan dari orang-orang danperilaku
kalangan keluarga kurang mampu, walaupun yang diamati (Bogdan, R., & Taylor, 1993).
tidak membantah bisa terjadi pula di kalangan Pada penelitian ini akan berfokus kepada
keluarga ekonomi atas. pemahaman terhadap fenomena secara
Selain itu, Badan Koordinasi Keluarga mendalam melalui pengumpulan data yang
Berencana Nasional (BKKBN) juga dapat menunjukkan detail dan pemahaman
memberikan arahan perihal umur minimum suatu data yang diteliti. Oleh karena itu,
seseorang untuk melakukan pernikahan. Hal kedua pendekatan ini digunakan untuk
ini disebabkan memperhitungkan dari mendeskripsikan serta menggambarkan
berbagai aspek seperti, kesiapan reproduksi, fenomena pernikahan dini dan faktor-faktor
biologis, dan psikis (BKKBN, 2017). Serupa yang berkaitan dengan masalah kesehatan
adanya kemungkinan perceraian, kesehatan ibu reproduksi akibat pernikahan dini.
dananak saat melahirkan, meningkatnya angka
fertilitas serta banyak hal lainnya. Pada
kesehatan mental yaitu saat memasuki dunia HASIL & PEMBAHASAN
rumah tangga yang mana terdapat hak serta
kewajiban yang perlu dipenuhi sebaik Pernikahan Dini
mungkin, sehingga keharmonisan dalam
rumah tangga dapat terwujud. Dalam konteks Pernikahan dini dapat didefinisikan
ini, dibutuhkan kesehatan mental dan tidak sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang
hanya bermodal cinta. Tidak sedikit pria dengan wanita sebagai suami dan istri
pernikahan yang dilakukan karena pada usia yang masih muda atau remaja.
keterpaksaan, yang mana hal ini akan Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun
mempengaruhi keharmonisan rumah tangga 1974 tentang pernikahan, mendefinisikan
dikarenakan suami dan istri belum memiliki bahwa pernikahan ialah ikatan lahir batin
mental yang siap untuk menikah di usia muda antara seorang pria dengan seorang wanita
dan resiko terjadi perceraian akan semakin sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
besar(Fitriyani, D., & dkk). Secara fisik, keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
39
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
(Kartono, 1922). Dalam Undang-UndangNo. 1 yang lebih lanjut dalam hal ini dapat
tahun 1974, pasal 7 ayat (1) juga menyatakan mendorong seseorang untuk melakukan
bahwa perkawinan hanya disahkan jika pihak pernikahan dini. Selain itu tingkat
pria sudah mencapai umur 19 dan pihak pendidikan keluarga juga dapat
wanita sudah mencapai umur 16 tahun, usulan memengaruhi terjadinya pernikahan usia
perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1) muda. Pernikahan usia muda juga
perkawinandapat dan dilakukan jika pihak laki- dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, masyarakat, secara keseluruhan.
ayat untuk melangsungkan perkawinan Beberapa masyarakat yang tingkat
masing-masing calon mempelai yang belum pendidikannya rendah akan cenderung
mencapai umur 21 tahun, harus mendapat izin untuk menikahkan anaknya dalam usia
kedua orangtua, sesuai dengan kesepakatan masih muda. Bersumber pada penelitian
pihak Badan Kependudukan dan Keluarga yang dilakukan Kecamatan Gejugjati dan
Berencana Nasional (BKKBN) yang telah Lekok Kabupaten Pasuruan sebanyak
melakukan kerjasama dengan MOU yang 35% pasangan yang menikah di bawah
menyatakan bahwa Usia Perkawinan Pertama umur dipengaruhi oleh faktor pendidikan
diizinkanapabila pihak pria mencapai umur 25 (Saipul ,2011 dalam Hanggara, 2006).
tahun dan wanita mencapai umur 20 tahun Hal ini dapat disimpulkan bahwa
(Rokhim & Sirait, 2016). pendidikan merupakan salah satu faktor
Maka akan diperoleh kesimpulan yang menjadi penyebab dalam
bahwa seseorang yang menikah sebelumumur pernikahan dini yaitu pendidikan remaja
yang ditentukan berdasarkan undang- undang maupun pendidikan orang tua. Dalam
adalah termasuk pernikahan dini. Pernikahan faktor pendidikan akan sangat
dini atau kawin muda sendiri adalah berpengaruh terhadap faktor ekonomi.
pernikahan yang dilakukan oleh pasangan b. Faktor Ekonomi
atau salah satu padangan yang masih Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dikategorikan remaja yang berusia dibawah oleh UNICEF & UNFPA (2018)
19 tahun. Menurut Dlori (2005) Pernikahan menyatakan bahwa kemiskinan menjadi
dini adalah sebuah pernikahan dibawah umur salah satu faktor yang memiliki
yang dapat dikatakan memiliki persiapan pengaruh besar dalam mendorong
yang bisa dikatakan belum maksimal secara terjadinya pernikahan dini dikarenakan
fisik, psikologis, maupun ekonomi. beberapa wilayah, seperti di Indonesia,
Pernikahan usia muda adalah perkawinan perempuan masih sering di berikan label
yang dilakukan di bawah usia 20 tahun sebagai beban ekonomi keluarga. Orang
(BKKBN, 2010). Bila merujuk pada bidang tua yang menjadikan alasan
kesehatan, menujukkan bahwa pernikahan kesejahteraan ekonomi untuk
atau perkawinan yang ideal adalah melakakukan pernikahan dini terhadap
perempuan yang sudah berusia diatas 20 anaknya, memiliki anggapan bahwa
tahun, hal ini berdasarkan pertimbangan dengan merelakan anak perempuannya
kesehatan reproduksinya. Pernikahan yang untuk dinikahkan dapat
dilakukan dibawah umur 20 tahun dapat meringankan kebutuhan hidup untuk
menimbulkan risiko terkena kanker leher orang tuanua. Kemudian, pengeluaran
rahim, sel-sel rahim yang belum siap, dan dalam rumah tangga dan pendapatan
kemungkinan terkena penyakit Human juga menjadi salah satu indikator
Papiloma Virus (HIV). bagaimana tingkat kesejahteraan hidup
bagi sebuah keluarga (Astuty, n.d.).
c. Faktor Budaya
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan dini terjadi karena orang tua
Pernikahan Dini dari anak memiliki kekhawatiran
anaknya tidak kunjung menikah dan
a. Faktor Pendidikan menjadi perawan tua. Faktor adat dan
Tingkatan pendidikan yang rendah atau budaya, di beberapa daerah di
40
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

Indonesia, masih memiliki beberapa kebingungan karena belum mampu


pemahaman yang berbeda-beda tentang menentukan aktivitas yang bermanfaat dan
perjodohan. Pemahaman ini berupa saat memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap
anak perempuan telah mengalami berbagai hal yang belum diketahui (Marino,
menstruasi maka, akan harus segera & Spada, 2020). Pubertas yang dahulu dinilai
dijodohkan. Padahal umumnya sebagai sebuah acuan kedewasaan seseorang,
umumnya anak-anak perempuan mulai ternyata kini sudah tidak valid lagi, hal ini
menstruasi di usia 12 tahun. Sehingga, disebakan usia remaja mengalami pubertas
dapat dipastikan anak tersebut akan terjadi pada akhir belasan yaitu 15-18 tahun
dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di kini berubaha menjadi awal belasan adapun
bawah usia minimum sebuah pernikahan anak yang mengalami pubertas sebelum usia
yang diamanatkan Undang-Undang 11 tahun.
(Ahmad, 2009). Hal ini diperkuat oleh Kesehatan reproduksi menjadi
penelitian yang dilakukan Hanggara di perhatian khusus secara di seluruh dunia sejak
Kecamatan Gegugjati Kabupaten diangkatnya isu tersebut dalam Konferensi
Pasuruan tahun 2010 yaitu 61,6 % Internasional mengenai Kependudukan dan
remaja yang melakukan perkawinan usia Pembanginan (International Conference on
dini karena faktor budaya. Dimana Population and Development, ICPD), di Kairo
faktor budaya di sini adalah orang tua Mesir pada tahun 1994. Demikian pula dengan
yang menjodohkan atau memaksa kawin konvensi tentang perempuan, juga belum
anaknya. memberi penekanan pada Hak Asasi Manusia
d. Faktor MBA (Marriaged By Accident) atau isu yang mempedulikan reproduksi dan
Di Indonesia kasus pernikahan dini sering seksualitas (Okara, 2005). Dalam hal ini telah
kali disebabkan karena hamil sebelum disepakati pentingnya perubahan pandangan
menikah atau Marriaged By Accident dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
(MBA). Menurut Sarwono (2003) pembangunan dari pendekatan pengendalian
pernikahan usia dini sering sekali terjadi populasi dan penurunan fertilitas menjadi
pada anak- anak yang sedang mengalami pendektana yang memiliki fokus mengenai
masa pubertas, hal ini disebabkan remaja kesehatan reproduksi. Pandangan baru ini
sangat rentan kaitannya untuk melakukan memiliki pengaruh yang besar terhadap hak
perilaku seksual yang mereka lakukan dan peran perempuan sebagai subyek dalam
sebelum menikah. Maka dapat Keluarga Berencana. Perubahan pendekatan
dismpulkan bahwa pergaulan bebas dapat juga terjadi dalam penanganan kesehatan ibu
menjadi salah satu faktornya. Akibat dan anak, kesehatan reproduksi remaja,
terlalu bebasnya pergaulan remaja, pencegahan dan penanggulangan Infeksi
terutama dalam hubungan berpacaran, Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS,
remaja bisa sampai melakukan seks serta kesehatan reproduksi usia lanjut, yang
pranikah dan kehamilan diluar dibahas dalam konteks kesehatan dan hak
pernikahan. reproduksi. Dengan paradigma baru ini
diharapkan kestabilan pertumbuhan penduduk
Kesehatan Reproduksi akan dapat dicapai dengan lebih baik.
Proses reproduksi terjadi melalui
Masa remaja merupakan masa hubungan seksual antara laki-laki dan
peralihan dari masa kanak-kanak menuju perempuan, kesehata reproduksi meliputi
dewasa dengan berbagai perubahan baik kesehatan seksual yang menuju pada
secara fisik, emosi, sosial, dan nilai-nilai peningkatan kualitas hidup dan relasi antar
moral. Oleh karena itu, masa remaja relatif individu. Dalam konteks pengembangan
bergejolak dibandingkan dengan masa manusia, pelayanan kesehatan reproduksi
perkembangan lainnya. Pada tahap remaja merupakan hal yang penting, hal ini
tengah menjadi sangat penting, dikarenakan dikarenakan berdampak pada kualitas hidup
pada masa ini remaja berada pada tahap masa seseorang pada generasi berikutnya. Seseorang
pencarian identitas diri, membutuhkan peran bisa menjalankan peranan serta proses
teman sebaya, menghadapi kondisi reproduksi secara aman dan sehat bisa terlihat
41
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

dari bagaimana kondisi kesehatan selama sebelum menikah. Pada faktor pendidikan yang
siklus hidupnya, mulai dari kanak-kanak, cenderung rendah dan pendapatan ekonomi
remaja, dewasa, hingga masa pasca usia keluarga menjadikan anak terpaksa putus
reproduksi (Sarwono, 2001). Apabila dikaitkan sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan
antara masa remaja dan kesehatan reproduksi, kejenjang selanjutnya. Dalam faktor
masa remaja merupakan proses awal pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya organ reproduksi. Menurut faktor ekonomi. Kemiskinan menjadi salah
Robert Havinghurst dalam Sarlito, seorang satu faktor yang memiliki pengaruh besar
remaja dalam menghadapi tugas-tugas dalam mendorong terjadinya pernikahan dini
perkembangan yang berkaitan dengan dikarenakan beberapa wilayah di Indonesia,
perubahan perubahan fisik dan peran sosial perempuan masih sering di berikan label
yang sedang terjadi pada dirinya. Tugas- tugas sebagai beban ekonomi keluarga. Oleh karena
itu adalah menerima kondisi fisiknya yang itu, pernikahan di usia muda dianggap menjadi
berubah. jalan keluar dan tercepat untuk keluarga
Pada saat remaja mengalami masa mengurangi beban ekonominya. Faktor lain
pubertas hormon-hormon akan mulai yang mempengaruhi pernikahan dini juga erat
berfungsi, hal ini akan menyebabkan dengan faktor kultur nikah muda. Di daerah
perubahan fisik dan juga mempengaruhi terpencil dan pedesaan masih banyak
dorongan seks pada seorang remaja, akibat anggapan mengenai anggapan bahwa seorang
dari siapnya reproduksi dan juga dorongan wanita hanya akan berakhir menjadi pengurus
dari aspek psikologis remaja akan mulai rumah, sehingga masyarakat daerah terpencil
menyukai lawan jenis. Kemudian, akibat dari beranggapanbahwa perempuan akan lebih baik
matangnya proses reproduksi menjadikan dinikahkan ketika telah melalui masa
remaja dapat menjalankan peranan balighnya. Dari faktor-faktor yang telah
prokreasinya yang diartikan mulai bisa diuraikan dapat disimpulkan bahwa pernikahan
memiliki keturunan. Usia reproduksi yang usia dini karena faktor budaya yang sudah
sehat bagi perempuan adalah diantara 20 – 30 turun temurun.
tahun. Namun, masalah yang kerap muncul Menurut (Badan Pusat Statistik, 2020)
pada remaja adalah saat masa awal organ pada 20 provinsi pernikahan dini pada anak
reproduksi telah siap, yaitu perilaku seks masih ada di atas rata-rata nasional. Provinsi
bebas (free sex) yang menjadi penyebab dari dengan jumlah pernikahan dini tertinggi
masalah kehamilan sebelum menikah dan adalah Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan
resiko terkena penyakit menular seksual Sulawesi Tenggara. Terdapat lebih dari 1 juta
termasuk HIV/AIDS. Oleh karena itu anak perempuan yang menikah pada usia dini.
kesehatan reproduksi penting untuk dipelajari Menurut data tersebut menunjukkan kejadian
karena memaparkan mengenai alat reproduksi pernikahan usia dini, di Jawa Barat, Jawa
dan fungsi serta kegunaannya. Timur dan Jawa Tengah menjadi 3 Provinsi
sudah mencapai angka tertinggi. Seperti yang
Dampak Pernikahan Dini Terhadap telah diuraikan sebelumnya pernikahan usia
Kesehatan Reproduksi dini sangat berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi. Pernikahan yang dilakukan oleh
Pernikahan merupakan suatu para remaja juga bisa memiliki pengaruh yang
hubungan yang bersifat sakral pada dua insan tidak baik terhadap berbagai hal bagi seseorang
antara laki-laki dan perempuan untuk yang menjalaninya. Belum matangnya organ
membangun sebuah rumah tangga dan reproduksi dan juga kematangan fisik dari
memperbanyak keturunan (Ma’mun, 2015). seorang remaja perempuan juga akan
Apabila pernikahan dini dilakukan bukan berpengaruh terhadap resiko jika seorang
hanya karena keinginan kedua belah pihak remaja perempuantersebut mengandung
semata, melainkan terdapat beberapa faktor anaknya. Kemungkinan kecacatan pada anak,
pendorong lainnya, yaitu rendahnya tingkat ibu mati saat melahirkan dan resiko lainnya
pendidikan, kebutuhan ekonomi, budaya nikah juga sangat besar ketika perkawinan usia dini
muda, pernikahan yang diatur, seks bebas terjadi. Selain itu, leher rahim seorang remaja
pada remaja yang menyebabkan kehamilan perempuan juga masih sensitif. Oleh karena itu,
42
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

jika dipaksakan untuk hamil, berisiko pelanggaran yang mengabaikan hak-hak


mengalami kanker leher rahim di kemudian kesehatan dan perkembangan anak perempuan
hari, bahkan lebih parahnya ialah peluang dan wanita muda Jika dikaitka dengan
resiko kematian saat melahirkan juga menjadi kesehatan reproduksi yang diakibatkan oleh
besar pada usia muda. Hal lain yang dapat pernikahan dini akan berdampak pada
terjadi ketika remaja perempuan hamil, adalah hubungan seksual antara laki-laki dan
remaja perempuan akan lebih mudah tersebut perempuan yang dilakukan sebelum usia
menderita anemia selama masa kehamildan matangnya pihak perempuan maupun laki-
dan saat melahirkan. Minimnya pengetahuan laki, dalam konteks ini definisi kesehatan
mengenai resiko yang ada dan bisa terjadi saat reproduksi akan banyak mencakup kesehatan
seorang anak dengan usia yang belum siap seksual yang mengacu pada peningkatan
ketika melakukan hubungan badan, kualitas hidup dan hubungan antar individu.
mengandung dan juga melahirkan yang Dengan demikian bisa dilihat cara bagaimana
menjadi salah satu faktor pula tingginya angka seseorang memiliki pengetahuan mengenai
pernikahanusia dini. pentingnya kesehatan reproduksi, bagaimana
Pernikahan yang dilakukan pada usia kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya
yang lebih muda akan memperpanjang masa mulai dari saat konsepsi, masa remaja dan
reproduksinya. Di sisi lain untuk orang yang beranjak dewasa hingga masa paska usia
umur pernikahannya lebih tua akan memiliki reproduksinya dapat telihat bahwa sejauh mana
kesempatan reproduksi yang relatif pendek. seseorang dapat menjalankan fungsi dan
Dengan melangsungkan pernikahan di usia proses reproduksinya secara aman dan sehat.
dini ini, akan membuka peluang lebih Hal tersebut juga dapat berpengaruh terhadap
panjang seorang wanita mempunyai masa bagaimana kehidupan yang akan dijalaninya.
reproduksi. Masa reproduksi wanita yang Dengan menjaga kesehatan reproduksi
sedang subur- suburnya ialah saat pertama dan mengetahui hal-hal penting yang berada
mendapatkan masa menstruasi sampai didalam tubuh diri sendiri, seseorang akan
berakhirnya menstruasi tersebut (menopause). lebih memikirkan dampaknya ketika ingin
Hal tersebut kurang lebih berlangsung melakukan sesuatu. Pernikahan usia dini yang
selama dilangsungkan oleh laki-laki dan juga
35 tahun lamanya. Ketika pernikahan pertama perempuan akan berpengaruh terhadap usia
terjadi pada usia awal seorang wanita haid pertama seorang perempuan menentukan
atau organ reproduksinya dapat berfungsi panjangnya masa reproduksi. Maka, umur
adalah saat tahun-tahun pertama dari 35 tahun pernikahan pertama ini merupakan salah satu
masa reproduksinya, kemungkinan wanita faktor yang mempunyai keterhubungan secara
tersebut melahirkan selama rentang waktu 35 langsung dengantingkat fertilitas.
tahun sangat besar (Malinda, 2012). Dampak
dari kesehatan reproduksi ini bukan hanya
sekedar membahas mengenai kesehatan SIMPULAN
alat-alat reproduksi tetapi juga mengenai
kualitas hidup dan bagaimana kelangsungan Pernikahan usia dini masih menjadi sebuah isu
hidup seseorang setelahnya. Pernikahan usia yang memiliki pusat perhatian tersendiri di
dini bisa menjadi perhatian seluruh dunia masing-masing negara, terutama Indonesia di
karena adanya dampak buruk dari pernikahan daerah-daerah terpecil. Hal ini dikarenakan
dini yang cenderung diabaikan di beberapa beragai faktor yang dapat mempengaruhi
Negara berkembang. terjadinya sebuah pernikahan dini. Perihal itu
Ketika jutaan anak yang melakukan disebabkan adat istiadat serta keyakinan yang
pernikahan usia dini, mereka secara otomatis sudah turun temurun di lingkungan setempat
baru melewati masa pubertas mereka. Apabila dan hal tersebut berbaur pada remaja. Tidak
ditinjau dari sisi kesehatan, pernikahan remaja hanya itu pula pernikahan usia dini bisa
pada usia muda dapat menimbulkan resiko disebabkan karena minimnya bimbingan
kematian jika fisik remaja yang belum siap dalam hal kesehatan reproduksi serta seluruh
untuk hamil dan melahirkan (UNICEF, 2005). akibat lain kala melaksanakan pernikahan di
Sehingga pernikahan anak tetap merupakan usia dini. Pernikahan di usia dini pula amat
43
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

mempengaruhi kepada banyak perihal mulai Implikasinya terhadap Kehidupan


dari kesehatan ibu serta anak yang rawan Keluarga pada Masyarakat
tersendat, kematian ibu atau anak, Madura (perspektif hukum dan
terbentuknya penyakit seks yang beresiko. gender). Egalita, 7(1).
Hingga itu butuh untuk kita untuk memahami Fitriyani, D., Nugraha, G. I., Husin, F., Mose,
secara keseluruhan dengan lebih memami apa J. C., Sunjaya, D. K., & Sukandar, H.
itu pernikahan umur dini serta sebagian (n.d.). Kajian Kualitatif Faktor-Faktor
perihal akibat terhadap kesehatan reproduksi. yang Memengaruhi Pernikahan
Oleh karenanya diperlukan sekali bimbingan Remaja Perempuan. IJEMC, 41–43.
yang besar sejak mulai usia dini kepada para Hanum, Y., & Tukiman. (2015). Dampak
anak muda mengenai hal kesehatan Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan
reproduksi. Pernikahan dengan usia yang Alat Reproduksi Wanita. Jurnal
belum tepat pada waktunya akan banyak Keluarga Sehat Sejahtera, 13(26),
menimbulkan masalah, baik masalah fisik atau 36–43.
pun masalah secra psikologis. Dengan Kartono, K. (1922). Psikologi Wanita Jilid 2:
demikian membagikan penjelasan megenai hal Mengenal Wanita sebagai Ibu dan
apa yang bisa dilakukan serta perihal yang Nenek. Bandung: Mandar Maju.
tidak bisa dilakukan yang berkaitan dengan Ma’mun, M. S. (2015). FAKTOR
alat reproduksinya, menghindari penyakit PENDORONG PERNIKAHAN DINI
yang menular serta mengenali apa saja alat DI KABUPATEN BANYUWANGI.
organ tubuh manusia bersama kegunaannya. Retrieved from
Sebab tidak hanya manfaat mengedukasi, http://repository.unej.ac.id/handle/12
kesehatan reproduksi, pula bisa jadi salah satu 3456789/65989
metode melindungi dalam upaya untuk Malinda, Y. (2012). HUBUNGAN UMUR
menghindari dampak buruk pernikahan usia KAWIN PERTAMA DAN
dini. Pernikahan dinipula hendak menimbulkan PENGGUNAAN KONTRASEPSI.
ekskalasi jumlah kelahiran ataupun fertilitas Jurnal Kesehatan Reproduksi, 3(9).
penduduk di Indonesia. Oleh karena itu, Marino, C., Gini, G., Angelini, F., Vieno, A.,
pemerintah wajib lebih menerangkan & Spada, M. M. (2020). Social
peraturan hal pernikahan usia dini serta norms and e-motions in problematic
menetapkan sanksi- sanksi yang wajib social media use among adolescents.
diperoleh oleh masyarakat yang Addictive Behaviors Reports,
melaksanakannya. 11(November 2019), 100250.
https://doi.org/10.1016/j.abrep.2020.
100250
DAFTAR PUSTAKA Okara, M. (2005). Mengurangi Persoalan
Kehidupan Seksual dan Reproduksi
Astuty, S. Y. (n. d. . (n.d.). FAKTOR- Perempuan. Yayasan Jurnal
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA Perempuan, (41), 9.
PERKAWINAN USIA MUDA. 2–3. Rokhim, A., & Sirait, L. (2016). Tinjauan
Badan Pusat Statistik. (2020). Pencegahan Yuridis Perkawinan Di Bawah
Perkawinan Anak ; Percepatan yang Umur Dan Perceraian Di
Tidak Bisa Ditunda. x–xii. Pengadilan Agama Kelas Ia
BKKBN. (2017). USIA PERNIKAHAN IDEAL Samarinda.
21-25 TAHUN. Retrieved from Sahrizal, N., Handayani, P. S., Chamami,
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/b A., & dkk. (2020). Pencegahan
kkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25 Perkawinan Anak: Percepatan yang
tahun Tidak Bisa Ditunda. Jakarta:
Bogdan, R., & Taylor, S. (1993). Kualitatif PUSKAPA.
(Dasar-dasar Penelitian) Sangaji, I. S. (2017). Analisi Dampak
(terjemahan). Surabaya: Usaha Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan
Nasional. Reproduksi pada Remaja Putri
F., J. (2012). Pernikahan Dini dan Kecamatan Gamping Kabupaten
44
Jurnal Pengabdian dan
e ISSN: 2775 - 1929
Penelitian Kepada Masyarakat Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45 April 2021
p ISSN: 2775 - 1910
(JPPM)

Sleman. UNISA Yogyakarta. Retrieved Sarwono, S. W. (2001). Psikologi Remaja. In


from Jakarta: Raja Grafindo Persada.
http://digilib.unisayogya.ac.id/3779/1/ UNICEF. (2005). Early marriage: a harmful
Islamiawati Satalam traditional practice, a statistical
Sangaji.1610104445.Naskah exploration. USA: The United Nations
Publikasi.pdf Children’s Fund

45

Anda mungkin juga menyukai