Anda di halaman 1dari 3

AKIBAT HUKUM PERNIKAHAN DIBAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG-

UNDANG PERKAWINAN DAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

Lara Dwi Cantika

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Terbuka

Rumusan masalah :

Bagaimana implikasi hukum terhadap pernikahan dibawah umur menurut undang-undang


perkawinan dan undang-undang perlindungan anak?

Apa saja faktor-faktor dan dampak yang menyebabkan anak melakukan perkawinan di bawah
umur?

Rangkuman materi dari jurnal ilmiah :

1. Dwi Rifiani.(2011).Pernikahan dini dalam perspektif hukum islam 3 (2) :

Pernikahan dini merupakan fenomena sosial yang banyak terjadi di berbagai wilayah. Fenomena
pernikahan dini bagai fenomena gunung es yang hanya tampak sebagian kecil di permukaan,
sangat sedikit terekspos di ranah publik, tetapi kenyataannya begitu banyak terjadi di kalangan
masyarakat luas.

Ketika kita menelusuri akar sejarah tentang pernikahan dini di Indonesia, khususnya di pulau
Jawa sebenarnya sudah menjadi sesuatu yang lumrah dilakukan oleh kakek dan nenek moyang
kita.

Pada konteks mereka, terdapat stigma negative jika seorang perempuan menikah di usia matang
dalam komunitas mereka. Tulisan ini akan mendiskusikan fenomena pernikahan dini dalam
konteks hukum Islam.

2. Fransiska Novita Eleanora, Andang Sari.(2020). Pernikahan anak usia dini ditinjau dari
perspektif perlindungan anak Hukum 14 (1) :

Perlindungan hak-hak anak adalah perlindungan terhadap kehidupannya yang mencakup segala
sesuatu yang berupa kegiatan-kegiatan yang akan selalu dapat menjamin dan melindungi mereka
agar selalu dapat hidup, tumbuh dan juga berkembang serta ikut serta atau berperan aktif dalam
segala hal.
Berkegiatan secara optimal berdasarkan kemanusiaannya sesuai dengan harkat dan martabatnya
serta menghindari tindakan-tindakan kekerasan dan diskriminasi.

3. Zulfiani.2017. Kajian Hukum terhadap Perkawinan Anak di Bawah Umur Menurut


Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 12 (2), 211-222 :

Perkawinan merupakan suatu ikatan yang melahirkan keluarga sebagai salah satu unsur dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang diatur oleh aturan hukum, baik hukum Islam
maupun hukum positif (negara).

Dalam Undang-Undang perkawinan telah di tetapkan mengenai batas usia untuk dapat
melakukan perkawinan (syarat materiil) salah satunya Ketentuan mengenai batas umur minimal
tersebut terdapat di dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan.

Pada kenyataannya banyak terjadi perkawinan yang dilakukan di bawah ketetuan undang-undang
perkawinan, ini sudah lama terjadi dengan begitu banyak pelak, tidak hanya di kota besar tetapi
tidak didaerah-daerah terpencil. Sebabnya-pun bervariasi, karena masalah ekonomi, rendahnya
pendidikan, pemahaman budaya dan nilai-nilai agama tertentu, dan lain-lain.

4. Achmad Bahroni,(2019). Dispensasi Kawin Dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor


23 Tahun 2002 Juncto Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak 2 (2)

Dispensasi kawin adalah sebuah kebijakan hukum yang memberikan kebolehan bagi anak-anak
dibawah umur yang memenuhi kaidah dimana diatur dalam dispensasi tersebut untuk dapat
melangsungkan perkawinan yang sah secara hukum di Indonesia.

Dimana sebenarnya sesuai dengan peraturan UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 usia mereka
masih dibawah batas kedewasaan dan tentu saja belum dapat menikah. Kasus yang sering terjadi
dan melatar belakangi dispensasi kawin ini adalah banyaknya kehamilan-kehamilan diluar nikah
pada usia remaja. Dispensasi kawin diberikan dengan tujuan utama untuk memberikan kepastian
hukum bagi bayi yang akan dilahirkan.

5. Aulil Amri.(2021).Efektivitas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 Terhadap


Pernikahan Di Bawah Umur 6 (1), 85-101

Kepastian dan ketegasan hukum harus ada dalam suatu peraturan perundang-undangan. Sebab
tanpa adanya kepastian hukum maka hak-hak subyek hukum akan terampas dan terabaikan.
Begitu pula tanpa adanya ketegasan dalam undang-undang maka akan membuat subjek hukum
merasa khawatir dan tidak aman karena merasa undang-undang tidak memberikan perlindungan
bagi dirinya.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1


Tahun 1974 dinilai belum mempunyai kepastian dan ketegasan hukum, karena penetapan batas
usia perkawinan dalam undang-undang ini hanya mempertimbangkan dan didasarkan pada
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang. Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak.

Lebih lanjut, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 masih memberikan peluang bagi
masyarakat Indonesia untuk melakukan perkawinan anak. Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2019 harus melihat berbagai aspek hukum lainnya dan mempunyai akibat hukum yang jelas,
sehingga diperlukan revisi menyeluruh terhadap undang-undang ini.

Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 harus ditinjau ulang dan disesuaikan dengan
permasalahan hukum saat ini dan masa depan.

Kerangka Karya Ilmiah

 Cover
 Abstrak
 Pendahuluan
 Metode
 Isi dan Pembahasan
 Kesimpulan & Saran
 Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai