Anda di halaman 1dari 13

NOVUM : JURNAL HUKUM

Volume 7 Nomor 1, Januari 2020


e-ISSN 2442-4641

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 22/PUU-XV/2017


MENGENAI BATAS USIA PERKAWINAN TERHADAP PEMENUHAN HAK ANAK
DAN/ATAU PEREMPUAN

Indah Melania Sitorus


(SI Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya)
indahsitorus@mhs.unesa.ac.id
Tamsil
(S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Univeritas Negeri Surabaya)
tamsil@unesa.ac.id

Abstrak
Judicial Review ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terhadap Pasal 27 ayat (1)
UUD NRI 1945 telah melahirkan Putusan MK No 22/PUU-XII/2017. Pada pertimbangannya hakim MK
menyatakan bahwa perbedaan batas usia perkawinan menjadikannya pasal yang diskriminatif yang merugikan
anak perempuan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis ratio decidendi dan akibat hukum dari Putusan MK
No 22/PUU-XII/2017 terkait batas usia kawin terhadap pemenuhan hak anak dan/atau perempuan. Jenis
penelitian ini yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang, konsep dan kasus. Jenis bahan
hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan sekunder. Pengumpulan bahan hukum digunakan
dengan studi pustaka terhadap bahan hukum. Teknik analisa bahan hukum dilakukan dengan teknik
argumentatif. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, batas usia perkawinan bagi perempuan yang dibawah
batas usia anak mengakibatkan terjadinya perkawinan anak. Adanya perkawinan anak mengakibatkan hak dasar
anak menjadi tidak dapat terpenuhi secara penuh. Perkawinan yang ideal haruslah ditinjau dari berbagai aspek
terutama harus terlebih dahulu terpenuhi hak dasar anak sebelum adanya perkawinan. Pembuat undang-undang
dalam merumuskan batas usia perkawinan haruslah meninjau dari banyak aspek seperti dari segi kesehatan,
agama, adat istiadat, hukum, pendidikan supaya terpenuhinya hak anak perempuan sebelum terjadinya
perkawinan dan dapat meminimalisir perkawinan anak terjadi di Indonesia.
Kata Kunci : Putusan MK, Pemenuhan Hak, Perempuan

Abstract
Judicial Review Article 7 paragraph (1) of Law No. 1 of 1974 concerning Marriage to Article 27 paragraph (1)
of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia has given birth to Decision of the Constitutional Court No.
22 / PUU-XII / 2017. In its consideration, the Constitutional Court judge stated that the difference in marital age
limits made it a discriminatory article that was detrimental to girls. The purpose of this reseacrh was to analyze
the ratio decidendi and legal consequences of the Constitutional Court decision No. 22 / PUU-XII / 2017 related
to the age limit of marriage to fulfill the rights of children and / or women. This type of juridical normative
research using the approach of the Act, concepts and cases. The types of legal materials used are primary and
secondary legal materials. The collection of legal materials is used by library research on legal materials. Legal
material analysis technique is carried out using argumentative techniques. The results of the research can be
concluded that, the marriage age limit for women under the age limit of children causes child marriage. The
existence of child marriages results in the child's basic rights being completely unfulfilled. The ideal marriage
must be viewed from many aspects, especially the basic rights of children must be fulfilled prior to marriage.
Legislator in formulating age limits for marriage must review from many aspects such as in terms of health,
religion, customs, law, education so that the fulfillment of the rights of girls before marriage occurs and can
minimize child marriages in Indonesia.
Keywords : MK decision, Fulfillment of right, Women

62
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

PENDAHULUAN dimungkinkan terjadinya perkawinan usia muda.


Salah satu faktornya utama yang mendukung
Perkawinan adalah hak setiap orang yang harus terjadinya perkawinan usia muda di Indonesia
dijamin dan dilindungi oleh negara karena adalah kebiasaan yang berlaku di masyarakat yang
perkawinan merupakan hak yang bersifat asasi dan menikahkan anak di usia dini yang terjadi turun
naruliah. Perkawinan adalah kebutuhan yang tidak temurun sehingga menjadi sebuah tradisi. Tidak
dapat dihalangi oleh siapapun selama perkawinan adanya sanksi bagi yang para pihak yang
tersebut dilakukan menurut hukum agama dan hukum melakukan praktek kawin dibawah umur membuat
negara yang berlaku(Putusan Mahkamah Konstitusi orang-orang tidak merasa bersalah telah melanggar
Republik Indonesia Nomor 30-74/PUU-XII/2014, undang-undang (Kustini, 2013: 18). Tabel 1.2 telah
Mahkamah Konstitusi, 12 Juli 2019). menunjukkan bahwa perempuan yang usia 20-24
Perkembangan hidup manusia semakin tahun, perkawinan pertamanya terjadi pada usia
berkembang, begitu pula perkembangan masalah anak-anak yaitu dibawah 18 (delapan belas) tahun
terkait perkawinan, yang masih belum terselesaikan Kriteria suatu perkawinan usia muda adalah
adalah isu perkawinan anak atau perkawinan usia perkawinan yang dilakukan dibawah batas usia
muda yang ada di Indonesia. Berdasarkan laporan minimal yang telah ditetapkan oleh UU
United Nation Emergency Children’s Fund Perkawinan. UU Perkawinan mengatur batas usia
(UNICEF), Indonesia merupakan negara dengan minimal perkawinan pada Pasal 7 ayat (1) UU
angka perkawinan usia muda tertinggi ketujuh di Perkawinan,”Perkawinan hanya diizinkan jika
dunia yaitu 457,6 ribu perempuan usia 20-24 yang pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan
menikah sebelum usia 15 tahun (Tri Windiarto, Al belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai
Huda Yusuf, dkk, 2018: 41). umur 16 (enam belas) tahun.” Penetapan batas usia
Tabel 1.1 dilakukan oleh pemerintah juga untuk menghindari
Jumlah Perempuan Kawin Usia 20-24 Tahun atau terjadinya perkawinan usia muda. Meskipun UU
Pernah kawin Sebelum Berusia Dibawah 15 Tahun Perkawinan sudah memberikan batas usia minimal
No. Negara Jumlah perkawinan ternyata praktek perkawinan usia muda
(dalam masih terjadi dengan berbagai penyebab yang
ribuan) mendasari.
1 India 10.062,5 Prinsipnya negara membuat batasan usia
2 Bangladesh 2.359,0 minimal perkawinan bagi warga negara adalah
3 Nigeria 1.392,8 dimaksudkan agar orang yang akan kawin
4 Brazil 877,1 diharapkan sudah memiliki kematangan berfikir,
5 Ethiopia 672,7 kematangan jiwa dan kekuatan fisik yang cukup
6 Pakistan 599,5 memadai (Sumiati Ali, 2015: 16). Karena dengan
7 Indonesia 457,6 seseorang sudah menikah maka akan secara
8 DRC 290,5 otomatis dianggap dewasa. Segala hak yang
9 Mexico 259,8 diterima sebagai anak akan otomatis hilang. Pasal
10 Nigeri 244,0 4 UU Perlindungan Anak, yang menyatakan “setiap
anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh kembang,
Sumber : E-book Profil Anak Indonesia 2018,
berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
diolah
martabat kemanusiaan, serta mendapat
Tabel diatas menjelaskan jika Indonesia
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
menempati posisi 10 besar dari negara di dunia terkait
Selanjutnya pada Pasal 9 ayat (1) UU Perlidungan
praktek perkawinan usia dini. Posisi pertama
Anak menyatakan “setiap anak berhak memperoleh
ditempati negara India. Peristiwa perkawinan usia
pendidikan dan pengajaran dalam rangka
dini ternyata juga terjadi diberbagai negara di dunia,
pengembangan pribadinya dan tingkat
hal ini terjadi karena masih banyak negara yang
kecerdasannya sesuai minat, bakat, demi
menetapkan batas usia perkawinan yang lebih rendah
pengembangan diri.” Jadi, apabila terjadi
untuk anak perempuan.
perkawinan dibawah batas usia anak yang
Tabel 1.2 ditetapkan UU Perlindungan Anak telah membuat
Jumlah Perempuan Usia 20-24 atau Pernah Kawin
anak tidak mendapatkan haknya sebagai anak
Sebelum Usia 18 Tahun di Indonesia Tahun
secara maksimal.
2015dan 2017
Sumber : E-book Profil Anak Indonesia 2018
dan E-book Perkaiwnan Usia Anak di Indonesia Tahun Usia Kawin Pertama Jumlah (%)
2013 dan 2015, diolah 2015 Usia 18 Tahun 23
Usia ≤ 15 Tahun 39,17
Peristiwa perkawinan usia muda selalu terjadi
2017 Usia 16 Tahun 37,91
di Indonesia, dikarenakan terdapat beberapa faktor
Usia 17 Tahun 22,92

63
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Batasan seseorang dapat disebut anak telah


disepakati oleh dunia internasional, yaitu 18
(delapan belas) tahun. Definisi anak dianut oleh
hukum internasional menyesuaikan dengan policy) pembentuk undang-undang ,“Sehingga bukan
definisi anak yang dianut oleh United Nation wewenang Mahkamah Konstitusi untuk melakukan
Convention on the Rights of the Child (Konvensi perubahan. Jikalau dikehendaki dilakukan perubahan
Hak Anak) (I Ketut Sudantra dan I Gusti batas usia kawin, hal itu bisa diikhtiarkan melalui
Ngurah Dharma Laksana, 2019: 61). Pada Pasal proses legislative review yang berada di ranah
1 Konvensi Hak anak menyatakan, “yang dimaksud pembentuk undang-undang.”
anak dalam konvensi ini adalah setiap orang yang Hakim MK menyatakan jika penentuan batas
berusia dibawah 18 tahun”. Sejalan pada pengertian usia dapat berubah sesuai dengan perkembangan dan
anak pada Pasal 1 UU Perlindungan Anak serta UU kemajuan masyakarakt. Pada pertimbangannya juga
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyebutkan bahwa UUD NRI 1945 tidak mengatur
(selanjutnya disebut UU Kesehatan). secara jelas perihal batasan usia anak. Jadi apabila
Pasal 6 ayat (2) UU Perkawinan menyatakan, batasan usia perkawinan tersebut dirasa tidak
“untuk melangsungkan perkawinan seseorang yang bertentangan dengan UUD NRI 1945 tidak menjadi
belum mencapai umur 21 (duapuluh satu) tahun masalah. Merasa tidak puas dengan hasil Putusan MK
harus mendapat izin orang tua”. Dari ketentuan 30-74/PUU-XII/2014, tanggal 18 Mei 2017 ketentuan
pasal tersebut telah menunjukkan apabila terjadi noma Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan kembali
perkawinan sesuai batas usia minimal perkawinan dimintakan uji materi di Mahkamah Konstitusi. Kali
yang mana dibawah 21 (duapuluh satu tahun) perlu ini pemohon yang mengajukan uji materi adalah
izin orang tua terlebih dahulu. Dengan demikian, Endang Wasrinah, Maryanti, dan Rasminah.
izin dari orang tua juga merupakan kunci terjadi Ketiganya merupakan korban yang dirugikan dengan
atau tidaknya suatu perkawinan usia muda. Orang adanya Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan. Kali ini para
tua memiliki kewajiban untuk mencegah terjadinya pemohon menjadikan 27 ayat (1) UUD NRI 1945
perkawinan pada usia anak-anak karena dapat sebagai pasal yang diuji dengan Pasal 7 ayat (1) UU
mengarah pada bentuk legitimasi eksploitasi Perkawinan. Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945
seksual anak. Pada dasarnya anak belumlah mampu menekankan tidak boleh adanya diskriminasi antar
memberikan persetujuan terhadap tindakan hukum warga negara, “Segala warga negara bersamaan
yang diambilnya termasuk persoalan mengenai kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
perkawinan, sehingga anak tersebut cenderung wajib menjujung tinggi hukum dan pemerintahan itu
mengikuti perintah orang tuanya. dengan tidak ada kecualinya”.
Sehubungan dengan itu pada tahun 2014, Permohonan pemohon menyampaikan, jika
Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) mengajukan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan telah memberikan
uji materiil ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU perbedaan kedudukan hukum dan diskriminasi
Perkawinan di Mahkamah Konstitusi. Alasan terhadap hak kesehatan, hak pendidikan, dan
Permohonan YKP adalah norma yang terkandung diskriminasi terhadap anak perempuan
pada Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan terhadap menimbulkan resiko eksploitasi anak dan/
Pasal 28A, Pasal 28B ayat (1), (2), Pasal 28C ayat perempuan. Yang hal tersebut jelas-jelas
(1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (1), Pasal bertentangan dengan isi dari Pasal 27 ayat (1) UUD
28H ayat (1) dan (2), Pasal 28I ayat (1) dan (2) NRI 1945. Para pemohon juga memasukkan isu
yang terdapat pada UUD NRI 1945. Disamping itu mengenai open legal policy pada permohonannya
dalam permohonannya YKP juga menyatakan Pasal yang mana menjadi alasan hakim MK untuk
7 ayat (1) UU Perkawinan membuat terlanggarnya menolak putusannya sebelumnya.
hak-hak anak yang berdampak bagi kesehatan serta Pada putusannya hakim MK menyatakan suatu
Pasal 7 ayat (1) sudah tidak sesuai dengan peraturan produk yang open legal policy yang dapat
perundang-undangan yang berlaku. Mahkamah dilakukan pengujian haruslah memenuhi beberapa
Konstitusi pada Putusan 30-74/PUU-XII/2014, syarat, dan yang utama apabila produk tersebut
menolak permohonan pemohon untuk menaikkan nyata-nyata bertentangan dengan UUD NRI 1945.
batas usia perkawinan seorang perempuan dari 16 Dari situ hakim MK dapat memberikan pernyataan
(enam belas) tahun menjadi 18 (delapan belas) bahwa produk hukum tersebut dapat diuji oleh
tahun dengan alasan bahwa pokok permohonan hakim MK atau tidak. Pada pertimbangannya hakim
pemohon tidak beralasan menurut hukum. MK juga memberikan penjelasaan jika terdapat
Ditolaknya permohonan YKP oleh hakim ketidaksinkronan terkait batas usia anak yang
Mahkamah Konstitusi, membuat Pasal 7 ayat (1) UU terdapat pada beberapa peraturan
Perkawinan masih tetap berlaku dan perkawinan usia perundang-undangan. Salah satunya batas usia
muda yang ada di Indonesia akan tetap terjadi. Pada perkawinan yang ada pada UU Perkawinan yang
pertimbangan hakim, menyatakan jika Pasal 7 ayat tidak sinkron dengan batas usia anak pada UU
(1) merupakan kebijakan hukum terbuka (open legal Perlindungan Anak. Jadi, peraturan mana yang

64
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

harus didahulukan jika terjadi ketidaksinkronan ini, apakah ini menjadi hal yang berbeda konteks antara
perkawinan dan anak. Karena hakim MK dan tidak sesuai dengan kesepakatan agenda
menyatakan terjadinya ketidaksinkronan itu pembangunan universal Transforming Our World:
mengakibatkan perkawinan usia muda akan terus
the 2030 Agenda For Sustainable Development perempuan Indonesia serta memberikan kepastian
Goals (SDDGs). hukum yang adil antara laki-laki dan perempuan.
Berkaitan dengan putusan hakim MK yang Sebagaimana yang dimandatkan oleh UUD NRI
mengabulkan alasan permohonan pada Putusan 1945, bahwa pasal a quo telah melanggar prinsip
Nomor 22/PUU-XV/2017, penulis ingin yang terdapat pada Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945
menganalisis dan menguraikan apa yang menjadi yang tertulis “Segala warga negara bersamaan
pertimbangan hakim sehingga mengabulkan kedudukannya di dalam hukum”.
permohonan pemohon sedangkan, pada uji materiil Para pemohon dalam permohonannya
Pasal 7 ayat (1) pada Putusan 30-74/PUU-XII/2014 menyebutkan jika ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU
menolak alasan pemohon untuk seluruhnya. Serta Perkawinan merupakan wujud konkrit dan nyata
akibat apa yang akan ditimbulkan dari adanya tidak tercapainya persamaan kedudukan di dalam
putusan a quo. hukum yaitu perbedaan batasan usia perkawinan
antara laki-laki dan perempuan. Ketidaksetaraan
METODE tersebut terlihat dari usia perempuan yang masih
Penelitian ini merupakan penelitian hukum berada dibawah ambang batas usia anak yang diatur
normatif. Penelitian hukum yang dilakukan dengan pada UU Perlindungan Anak yaitu berusia 18 tahun.
cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder Hal ini mengakibatkan apabila seorang perempuan
yang mencakup penelitian terhadap asas-asas yang sudah menikah pada usia dibawah 18 tahun
hukum, penelitan terhadap sistematik hukum, secara otomatis tidak lagi dianggap sebagai anak,
penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan sehingga hak anak yang seharusnya masih melekat
horisontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum pada dirinya terampas. Ketentuan ini menimbulkan
(Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2007: 13-14). pengistimewaan berdasarkan gender diberikan
Bahan hukum yang digunakan penulis terdiri dari kepada anak laki-laki yang terjamin haknya karena
bahan hukum primer yang menggunakan ketentuan usia perkawinan 19 tahun pada Pasal 7
perundang-undangan dan putusan MK. Lalu bahan ayat (1) UU Perkawinan.
hukum sekunder yang digunakan berupa Dengan demikian ketidaksamaan kedudukan
buku-buku, jurnall hukum, dan internet yang dalam hukum dan diskriminasi pada ketentuan batas
berkaitan. Data yang digunakan dalam penelitian ini usia perkawinan telah mengakibatkan kerugian
yaitu data primer dan data sekunder. konstitusional pada para pemohon dan kaum
Teknik pengolahan bahan hukum didahului perempuan pada umumnya, karena tidak
dengan pengumpulan data primer, sekunder yang tercapainya pemenuhan hak-hak anak yang bersifat
kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan fundamental yang dilindungi dan dijamin oleh UUD
teknik analisa argumentatif. Inti dari argumentatif NRI 1945. Hak tersebut meliputi, hak kesehatan,
adalah penalaran atau penjelasaan yang sebelumnya hak pendidikan, hak untuk tumbuh kembang, hak
membuat ulasan atau telaah kritis atas berbagai untuk bermain dan sebagainya.
pandangan dalam benuk komparasi yang untuk Pada putusan MK Nomor 30-74/PUU-XII/2014
menggiring opini ke arah terbangunnya nalar (I Made hakim MK telah open legal policy sebagai dasar
Pasek dan Diantha, 2016: 155). untuk menolak pengujian Pasal 7 ayat (1) UU
Perkawinan. Pada permohonan para pemohon kali
HASIL DAN PEMBAHASAN ini telah membuktikan bahwa suatu produk open
Kasus Posisi legal policy dapat diuji oleh MK. Ketentuan Pasaal
Tanggal 18 Mei 2017 Endang Wasrinah, 7 ayat (1) UU Perkawinan telah jelas-jelas
Maryanti, dan Rasminah mengajukan perkara melanggar moralitas, rasionalitas dan ketidakadlian
permohonan pengujian undang-undang perkawinan yang intoreable. Ketidakadilan dalam ketentuan a
terhadap UUD NRI 1945 di Mahkamah Konstitusi. quo telah memberikan perbedaan dimata hukum
Para pemohon yang berstatus ibu rumah tangga ini terhadap kaum perempuan. Pada bagian tentang
mengajukan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU pertimbangan hukumnya, majelis hakim Mahkamah
Perkawinan terhadap Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Konstitusi mempertimbangkan terlebih dahulu
1945. Untuk selanjutnya disebut objek atau dasar mengenai kedudukan hukum (legal standing) dari
dilakukannya pengujian undang-undang terhadap para pemohon. Pata pemohon yang merupakan
UUD NRI 1945. Para pemohon mengajukan korban dari berlakunya pasal a quo telah
permohonan pengujian Pasal 7 ayat (1) UU menunjukkan kedudukan hukum untuk mengajukan
Perkawinan sepanjang frasa “16 (enam belas)” tahun pengujian pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan.
adalah demi pengakuan, perlindungan dan Bagian selanjutnya, yang ada para pertimbangan
pemenuhan hak-hak asasi anak, khususnya anak hakim adalah pokok permohonan yang didalilkan

65
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

oleh para pemohon. Majelis Hakim MK intorable, bertentangan dengan hak politik,
berpendapat, suatu legal policy tidak dapat diuji kedaulatan rakyat serta sepanjang kebijakan
konstitusionalitasnya kecuali produk legal policy tersebut tidak melampaui kewenangan pembentuk
tersebut jelas-jelas melanggar moralitas, undang-undang dan tidak melampaui kewenangan
rasionalitas, dan menimbulkan ketidakadilan yang pembentuk undang-undang dan tidak merupakan
penyalahgunaan wewenang, serta tidak Lembaran Negara Republik Indonesia
nyata-nyata bertentangan dengan UUD NRI 1945. Nomor 3019) masih tetap berlaku sampai
Dalam konteks ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU dengan dilakukan perubahan dengan
Perkawinan Majelis Hakim MK berpendapat jika tenggang waktu sebagaimana yang telah
terdapat perbedaan kedudukan berdasarkan jenis ditentukan dalam putusan ini;”
kelamin atau gender. Majelis Hakim MK 4. “Memerintahkan kepada pembentuk
menyatakan jika pembedaan kedudukan antara undang-undang untuk dalam jangka
laki-laki dan perempuan berdampak pada waktu paling lama 3 (tiga) tahun
pemenuhan hak-hak dasar atau hak-hak melakukan perubahan terhadap UU No 1
konstitusional sebagai warga negara yang Tahun 1974 tentang Perkawinan
dibedakan berdasarkan jenisn kelamin, maka (Lembaran Negara Republik Indonesia
pembedaan demikian jelas merupakan diskriminasi. Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan
Ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan telah Lembaran Negara Republik Indonesia
terbukti suatu kebijakan yang diskriminatif yang Nomor 3019), khususnya berkenaan
nyata-nyata bertentangan dengan UUD NRI 1945. dengan batas minimal usia perkawinan
Dengan demikian, Majelis Hakim MK meninggalkan bagi perempuan;”
pendiriannya perihal batasan usia minimum 5. “Memerintahkan pemuatan Putusan ini
perkawinan merupakan suatu kebijakan hukum dalam Berita Negara Republik Indonesia
terbuka. Pada pertimbangannya, Majelis Hakim MK sebagaimana mestinya;”
hanya menyebutkan sekalipun ketentuan Pasal 7 ayat 6. “Menolak permohonan para pemohon
(1) UU Perkawinan merupakan kebijakan hukum untuk selain dan selebihnya.“
yang diskriminatif, namun tidak serta merta Majelis
Hakim MK dapat menenetukan batas usia Pembahasan
perkawinan. Penentuan batas usia perkawinan tetap 1. Ratio Decidendi Putusan Konstitusi
pada ranah pembentuk undang-undang. Nomor 22/PUU-XV/2017
Majelis Hakim MK dalam pertimbangannya Ditinjau dari berdirinya UU Perkawinan,
berpendapat, Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan telah penentuan batas usia minimal perkawinan juga
membuka ruang untuk dilangsungkannya perkawinan mengalami polemik untuk sampai dengan
anak. Norma tersebut telah memberi kesempatan ditentukan usia 19 tahun bagi laki-laki dan usia
untuk terjadinya eksploitasi anak baik secara ekonomi 16 tahun bagi perempuan. Sebelumnya, menurut
maupun seksual. Dilain sisi, perkawinan anak telah program pemerintah memberikan rancangan
mengambil hak-hak dasar anak yang semestinya batas usia 21 tahun bagi laki-laki dan 18 bagi
didapat sampai dengan usia 18 tahun. Sudah perempuan. Menurut Ratno Lukito, penyebab
seharusnya, ketentuan mengenai batas usia penurunan standar usia minimal perkawinan
perkawinan pada UU Perkawinan disesuaikan dengan yaitu(Ahmad Masfuful Faud, 2016: 10):
batasan usia anak pada UU Perlindungan Anak. 1. “Belum terselesaikannya kajian teoritis
Berdasarkan hal tersebut diatas, Majelis Hakim tentang usia dewasa antara umat Islam dan
MK mengadili pada Putusan MK No negara yang mengatur usia minimal kawin
22/PUU-XV/2017 sebagai berikut : dengan praktik perkawinan pada waktu itu”
1. “Mengabulkan permohonan para pemohon 2. “Kecenderungan masyarakat dalam praktik
untuk sebagian;” perkawinan masih berkutat pada pemahaman
2. “Menyatakan Pasal 7 ayat (1) sepanjang fikih atau budaya setempat”
frasa “usia 16 (enam belas) tahun” UU No 3. “Kondisi relasi gender tradisional masih
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan melekat kuat dalam masyarakat”
(Lembaran Negara Republik Indonesia Padahal tujuan awal negara memberikan
Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan usulan penetapan usia 21 tahun bagi laki-laki dan
Lembaran Negara Republik Indonesia 18 bagi perempuan adalah untuk mengurangi
Nomor 3019) bertentangan dengan UUD problem-problem perkawinan seperti perkawinan
NRI 1945 dan tidak mempunyai kekuatan usia muda ”(Ahmad Masfuful Faud, 2016: 11).
hukum mengikat;” Penjelasan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan
3. “Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) menjelaskan alasan ditetapkannya batas usia
UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan minimal perkawinan adalah untuk menjaga
(Lembaran Negara Republik Indonesia kesehatan suami-istri dan keturuan sehingga
Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan perlu ditetapkan batas-batas usia untuk

66
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

perkawinan. Dengan begitu, negara sudah hari, munculnya penetapan batas usia anak yang
memperhatikan pada saat itu agar menghindarkan ditetapkan oleh United Nation Convention on the
beragam masalah yang mengatur terkait batas Rights of the Child (Konvensi Hak Anak) yang
usia. Tetapi seiring berjalannya waku, justru menetapkan usia 18 tahun sebagai batas usia
batas usia tersebut menjadi masalah dikemudian anak.
8 UU No 23 Usia Pasal 63 ayat (1)
Majelis Hakim MK juga menyebutkan Tahun 2006 0-17 UU No 23 Tahun
dalam pertimbangannya terdapat perbedaan dan Tentang tahun 2006 Tentang
ketidaksinkronan sejumlah undang-undang Administrasi Administrasi
didalamnya yang mengatur tentang batas usia Kependudukan Kependudukan
anak, yang kemudian tidak dapat dipisahkan 9 Instruksi Usia Pasal 98 ayat (1)
dengan usia kawin dalam UU Perkawinan. Presiden No 1 0-21 Instruksi Presiden
Tabel 2.1 Tahun 1991 tahun No 1 Tahun 1991
Batas Usia dalam Hukum Positif Indonesia Tentang Tentang
No Peraturan Batas Keterangan Kompilasi Kompilasi Hukum
Perundang-und Usia Hukum Islam Islam
angan Anak/ Sumber : Peraturan Perundang-undangan, diolah
Belum
Dewasa Rata-rata hukum positif di Indonesia mengatur
1 KUH Perdata Usia Pasal 330 KUH batasan seseorang dikatakan anak dari usia 0 sampai
0-21 Perdata dengan 18 tahun. Apabila dikaitkan dengan
tahun pertimbangan Majelis Hakim MK, batasan usia
atau minimal perkawinan yang ada pada UU Perkawinan
yang tidak sesuai dengan Pasal 47 ayat (1) UU Perkawinan
belum yang menunjukkan kedudukan anak adalah seseorang
menikah yang belum mencapai usia 18 tahun atau belum
2 KUHP Usia Pasal 45 KUHP menikah masih dibawah kekuasaan orang tuanya.
0-16 Batas usia minimal perkawinan 16 tahun bagi
tahun perempuan masuk dalam usia anak apabila dilihat
3 UU Nomor 39 Usia Pasal 1 dari pengertian anak pada UU Perlindungan anak
Tahun 1999 0-18 butir 5 serta pasal 47 ayat (1) UU Perkawinan.
Tentang HAM tahun UU Batas usia perkawinan bagi perempuan yang
Nomor telah menunjukkan disharmoni dengan UU
39 Perlindungan Anak terlihat dari perbedaan antara
Tahun ketentuan hukum dengan rumusan pengertian tertentu
1999 (Wasis Susetio, 2013: 134). Perbedaan ketentuan ini
Tentang mengenai usia yang seharusnya masih kategori anak
HAM dijadikan batas usia minimal perkawinan bagi
4 UU No 35 Usia Pasal 1 ayat (1) perempuan. Batas usia minimal perkawinan bagi
Tahun 2014 0-18 UU No 35 Tahun perempuan adalah 16 tahun, yang kemudian
Tentang tahun 2014 Tentang bertentangan dengan batas usia anak yaitu 18 tahun.
Perlindungan Perlindungan Terjadi ketidaksinkronan secara horizontal
Anak Anak antara UU Perkawinan terhadap UU Perlindungan
5 UU No 4 Tahun Usia Pasal 1 butir 2 UU Anak dan UU Kesejahteraan Anak. Ketidaksinkronan
1979 Tentang 0-21 No 4 Tahun 1979 secara horizontal adalah terjadi ketidaksesuaian
Kesejahteraan tahun Tentang peraturan perundang-undangan satu dan lainnya
Anak Kesejahteraan dalam hierarki yang sama. UU Perkawinan dengan
Anak UU Perlindungan Anak dan UU Kesejahteraan Anak
6 UU No 36 Usia Pasal 131 ayat (2) berada pada hierarki yang sama atau sederajat.
Tahun 2009 0-18 UU No 36 Tahun Ketidaksesuaian ini berakibat luas terhadap
Tentang tahun 2009 permasalahan di bidang perkawinan, yaitu membuat
Kesehatan Tentang terbukanya peluang terjadinya perkawinan anak.
Kesehatan Seorang anak perempuan yang masih berusia 16
7 UU No 13 Usia Pasal 1 angka 26 tahun sudah diperbolehkan menikah menurut hukum
Tahun 2003 0-18 UU No 13 Tahun perkawinan. Namun, seorang anak perempuan yang
Tentang tahun 2003 Tentang masih berusia 16 tahun menurut hukum perlindungan
Ketenagakerjaan Ketenagakerjaan anak masih lah anak-anak yang berhak mendapatkan
haknya sebagai anak secara bebas. Dengan demikian,
batas usia perkawinan bagi perempuan sebagaimana

67
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

tertulis pada Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan yaitu Ketidaksinkronan disini terjadi antara UU
16 tahun bagi perempuan masih terkategori sebagai Perkawinan dengan UU Perlindungan anak, yang
anak menurut Pasal 1 angka 1 UU Perlindungan mana keduanya mengatur objek yang berbeda. Objek
Anak. Oleh karenanya, perkawinan yang dilakukan yang diatur pada UU Perlindungan Anak adalah
dibawah batas usia yang ditentukan oleh UU segala hal yang menyangkut anak, yang disini akan
Perlindungan Anak adalah termasuk perkawinan disandingkan adalah batasan usia anak yang ada pada
anak. UU Perlindungan Anak yaitu 18 (delapan belas)
tahun. UU Perkawinan mengatur hal-hal yang diskriminasi dalam pemenuhan hak asasi manusia
berkaitan dengan perkawinan baik syarat, hak dan atas dasar pembedaan jenis kelamin.
kewajiban suami istri, perwalian dan sebagainya. Bisa Hak pertama yang dilanggar sudah jelas adanya
terlihat bahwa pada UU Perlindungan Anak mengatur perbedaan kedudukan di mata hukum yang
terkait hak-hak anak dan tidak mengatur secara terkandung pada Pasal 27 ayat (1) UUD NRI 1945.
eksplisit batas usia minimal perkawinan. Asas Lex Ketentuan yang ada pada Pasal 7 ayat (1) UU
specialis derogat legi generale merupakan asas yang Perkawinan telah menimbulkan tidak tercapainya
dimungkinkan digunakan terkait konflik norma kedudukan yang sama dimata hukum antara laki-laki
terjadi apabila dipaksakan digunakan. Asas a quo dan perempuan. Terlebih Indonesia telah meratifikasi
digunakan pada peraturan perundang-undangan yang Convention on the Elimination of Discrimination
khusus akan mengenyampingkan peraturan Against Women selanjutnya disebut CEDAW pada
perundang-undangan yang umum. Dalam hal ini UU tanggal 18 Desember 1979 melalui UU Nomor 7
Perkawinan akan mengenyampingkan UU Tahun 1984 Tentang Penghapusan Diskriinasi
Perlindungan Anak, yang mana batas usia terhadap Perempuan.
perkawinan adalah hal yang khusus diatur pada UU Terdapat tiga prinsip utama CEDAW, yaitu
Perkawinan sedangkan UU Perlindungan Anak tidak persamaan substantif antara laki-laki dan perempuan
mengatur secara spesifik terkait batas usia minimal (prinsip equality), tidak ada perbedaan antara
perkawinan. laki-laki dan perempuan dan kebebasan hak asasi
Selama periode 10 Agustus 2018 sampai dengan manusia (prinsip non-diskriminasi), dan prinsip
10 Agustus 2019 terdapat 9 putusan MK yang dalam kewajiban negara. Dari ketiga prinsip itu haruslah
pertimbangannya Hakim MK menyatakan isu tercermin pada setiap peraturan perundang-undangan
kebijakan hukum terbuka (Inggrit Ifani, yang ada di Indonesia yang telah mengakui larangan
http://setara-institute.org/en/kinerja-mahkamah-konsti diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Sudah
tusi-2018-2019/, akses 30 Oktober),sehingga Hakim seharusnya setelah pemerintah Indonesia bersedia
MK menganggap tidak bisa diuji konstitusionalnya, menandatangani konferensi sedunia di Kophenhagen
kecuali satu putusan yaitu Putusan MK Nomor pada tanggal 29 Juli 1980 segera melakukan
22/PUU-XV/2017 yang mana menyatakan kabul. sinkronisasi batas usia perkawinan yang ada pada UU
Selain itu semua isu kebijakan hukum terbuka ditolak Perkawinan. Dengan begitu tidak menjadikan
oleh Hakim MK. terlanggarnya hak-hak konstitusional perempuan
Suatu legal policy tidak dapat diuji yang dijamin oleh UUD NRI 1945.
konstitusionalitasnya kecuali produk legal policy Hak selanjutnya yan terlanggar karena adanya
tesebut jelas-jelas melanggar moralitas, rasionalitas, perbedaan batas usia perkawinan ini ada hak untuk
dan menimbulkan ketidakadilan yang intoreable, memperoleh kesehatan yang layak bagi anak
bertentangan dengan hak politik, kedaulatan rakyat, perempuan. Pada dasarnya setiap anak berhak atas
serta sepanjang kebijakan tersebut tidak melampaui kelangsungan hidupnya sesuai yang diamanatkan
kewenangan pembentuk undang-undang dan tidak pada Pasal 28B ayat (2) UUD NRI 1945, yang
merupakan penyalahgunaan kewenangan, serta tidak kemudian sejalan dengan hak anak yang terdapat
nyata-nyata bertentangan dengan UUD NRI 1945 pada UU Perlindungan Anak yang menyatakan
(Radita Ajie, 2016: 117). Dengan kata lain, Hakim bahwa setiap anak berhak mendapat pelayanan
MK tidak dapat menguji suatu legal policy apabila kesehatan. Selain itu Pasal 24 United Nation
tidak terdapat alasan-alasan diatas serta apabila Convenstion on the Rights of the Child (Konvensi
Hakim MK hendak meninggalkan pendiriannya. Pada Hak Anak) menyatakan jika tiap negara peserta harus
Putusan MK Nomor 30-74/PUU-XII/2014 Hakim mengakui hak anak untuk menikmati status kesehatan
MK menolak permohonan pemohon untuk dengan memberikan fasilitas dan layanan kesehatan.
menaikkan batas usia perkawinan bagi perempuan Ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan
karena merupakan isu kebijakan hukum terbuka. terkait batas usia perkawinan bagi perempuan yaitu
Selanjutnya pada Putusan Nomor 22/PUU-XV/2017 16 tahun sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Pada
Para Pemohon mencoba lagi usahanya untuk usia kurang dari 20 tahun sangat beresiko, karena
menaikkan batas usia perkawinan bagi perempuan organ-organ reproduksi masih belum berfungsi
dengan dalil bahwa perbedaan batas usia perkawianan sempurna(Rofingatul Mubasyiroh, Tety Tejayanti,
antara perempuan dan laki-laki telah menimbulkan dan Felly Philipus Senewe, 2016: 116). Rahim dan

68
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

panggul seorang perempuan belum mencapai ukuran 1994 di Kairo telah menghasilkan 12 hak-hak
dewasa sehingga bila terjadi kehamilan dan reproduksi yang harus diterima setiap perempuan.
persalinan akan lebih muda terjadi komplikasi. Selain Salah satunya hak untuk mendapatkan informasi dan
itu ketidaaan pelayanan kesehatan yang memadai pendidikan kesehatan reproduksi dan hak untuk
juga mengakibatkan si ibu dan/anaknya selamat dari mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan
proses persalinan seperti itu. Padahal setiap orang reproduksi. Dengan begitu, negara juga wajib
berhak mendapat pelayanan kesehatan dan mendapat memberikan pelayanan kesehatan mengenai
informsasi dan pendidikan kesehatan. informasi dan pendidikan kesehatan serta pelayanan
Pada saat International Conference in
Population and Development (ICPD) pada tahun
kesehatan bagi ibu muda yang membutuhkan Bahwa dapat disimpulkan pendidikan terakhir
pelayanan kesehatan. apabila perempuan menikah pada usia 16 (enam
Dampak dari perkawinan yang dilakukan belas) tahun pendidikan terakhir yang didapat adalah
dibawah usia 20 (dua puluh) tahun terhadap ibu dan SMP. Para perempuan yang sudah menikah di usia 16
janin menurut BKKBN sebagai berikut : tahun tidak dapat menjalankan program pemerintah
1. Keguguran yang mewajibkan belajar 12 tahun yang diatur pada
2. Rentan penyakit kelamin UU SIDIKNAS.
3. Bayi lahir prematur Hak untuk memperoleh pendidikan merupakan
4. Resiko kelaianan pada bayi hak setiap orang, Pasal 26 UDHR menyatakan jika
5. Resiko kematian ibu dan anak tiap-tiap orang berhak mendapatkan pendidikan dasar
Disamping kondisi organ reproduksi yang masih dengan bebas biaya. Selain itu Pasal 31 UUD NRI
belum berkembang sempurna, perempuan yang 1945 juga mengatur bahwa setiap warga negara
berusia di bawah 20 tahun masih labil karena masih berhak mendapatkan pendidikan. Jadi, dengan
dalam proses mencari jati dirinya. Bidang kesehatan ketentuan batas usia perkawinan bagi perempuan 16
memandang perkawinan idealnya terjadi pada usia (enam belas) tahun telah membuat perempuan
21-25 tahun untuk perempuan dan untuk laki-laki tersebut tidak dapat meneruskan sekolahnya sampai
berusia 25-28 tahun. Pada usia 21-35, perempuan dengan tingkat pendidikan tertinggi.
sudah siap mengandung(Siti Hakim MK pada pertimbangannya, menyatakan
Maryaningsih,http://papua.bkkbn.go.id/?p=1140, meskipun ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan
akses 2 September 2019). merupakan kebijakan hukum yang diskriminatif atas
Ketentuan pada Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan dasar jenis kelamin, namun Hakim MK tidak serta
telah menunjukkan pembedaan kedudukan hukum merta dapat merubah batas usia minimal perkawinan.
dalam penerimaan hak atas kesehatan yang mana Hakim MK hanya menegaskan bahwa pembedaan
untuk laki-laki dapat diperhatikan sampai dengan usia batas usia antara perempuan dan laki-laki adalah
19 (sembilan belas) tahun sedangkan perempuan 16 tindakan diskriminatif berdasarkan jenis kelamin.
(enam belas) tahun. Ketentuan batas usia minimal 16 Terkait penentuan batas usia perkawinan tetaplah
(enam belas) tahun bagi perempuan juga memberikan menjadi ranah pembentuk undang-undang.
pembedaan kedudukan hukum dalam memperoleh Putusan MK bersifat final dan mengikat kepada
hak atas pendidikan. Perkawinan yang terjadi pada semua pihak yang diucapkan dalam sidang terbuka
perempuan usia 16 (enam belas) tahun otomatis akan untuk umum. Berdasakan pelaksanaan putusan MK,
membuat putus sekolah. bahwa semakin muda usia dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu putusan MK yang
anak perempuan kawin maka semakin rendah tingkat langsung dapat dilaksanakan dan putusaan MK yang
pendidikan yang dapat dicapai anak bersangkutan. memerlukan tindak lanjut dengan pembentukan
Tabel 2.2 undang-undang atas perubahan undang-undang yang
Presentase Anak Perempuan Berusia 10-17 Tahun bersangkutan. Putusan MK yang membutuhkan
Menurut Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan tindak lanjut ini seringkali tidak tdapat
Tahun 2017 diimplementasikan secara konkret dan hanya
Tidak Tidak SMA mengambang.
Status Sekola Tama SD SMP Keata MK pada pertimbangannya juga telah
h t SD s memberikan rekomendasi batas usia minimal
Belum perkawinan apabila sampai dengan batas waktu untuk
35,5 25,1 merevisi ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan
Kawi 0,39 38,53 0,39
6 3 belum selesai, yaitu disesuaikan dengan batas usia
n
anak yang terdapat pada UU Perlindungan Anak.
Kawi 35,1 53,1 Batas usia yang dipakai diharmonisasikan menjadi 18
1,08 7,86 2,77
n 3 7 tahun sebagaimana yang diatur dalam UU
Sumber: E-book Profil Anak Indonesia 2018, diolah Perlindungan Anak serta diberlakukan sama bagi
laki-laki dan perempuan.

69
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Batas usia minimal perkawinan 18 tahun bagi kematangan jiwa dan kesiapan fisik calon pasangan
laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan usia agar dapat mewujudkan keluarga yang baik.
anak pada UU Perkawinan diberikan MK agar tidak Usia sangat berpengaruh bagi kehidupan
ada lagi diskriminasi yang terjadi antara laki-laki dan didalam sebuah keluarga, sebab usia tidak hanya
perempuan berdasarkan jenis kelamin. Pemberian sebatas ikatan lahir batin antara suami dan istri tetapi
batasan usia minimal perkawinan oleh MK hanya mencakup kedewasaan bagi masing-masing pasangan
didasarkan agar laki-laki dan perempuan tidak ada calon agar dapat menghadapi kehidupan berumah
pembedaan kedudukan hukum untuk mendapatkan tangga. Penentuan batas usia minimal perkawinan
hak-hak dasar sebagai anak, tetapi apabila dilihat dari dari dulu sudah mengalami perdebatan, usia berapa
tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga harusnya ideal seseorang harus menikah. Rencana
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang awal penetapan batas usia minimal pada Rancanngan
Maha Esa yang kemudian harus didukung oleh UU Perkawinan Tahun 1973 adalah 21 tahun bagi
laki-laki dan 18 tahun bagi perempuan, tetapi orang tua karena sudah dewasa sesuai dengan
mengalami pertentangan dari beberapa pihak. Padahal ketentuan Pasal 330 KUH Perdata.
apabila ditelusuri pemerintah pada jaman dahulu telah
memperhatikan dari berbagai aspek dalam 2. Akibat Hukum dari Putusan MK Nomor
menentukan batas usia minimal untuk kawin. 22/PUU-XII/2017 terhadap Para Pihak
Dikaji dari segi kesehatan, usia dewasa menurut Lahirnya putusan MK juga menimbulkan akibat
kesehatan reproduksi terlihat dari ciri-ciri fisik atau hukum, karena sifat putusan MK adlah final seperti
pertumbuhan secara sempurna pada organ reproduksi tertuang pada Pasal 24C ayat (1) UUD NRI 1945
laki-laki dan perempuan. Menurut para ulama, ciri yang menyatakan, “MK berwenang mengadili
kedewasaan jika dilihat dari segi kesehatan secara perkara tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
biologis apabila sudah baligh. Ditandai apabila beersifat final”. Selanjutnya, ketentuan tersbut diatur
perempuan sudah mensturasi sedangkan laki-laki lebih lanjut pada Pasal 10 ayat (1) UU MK yang
sudah mimpi basah. Ketua BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan, “MK berwenang mengadili pada tingkat
juga menyebutkan usia dewasa menurut kesehatan pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final”.
reproduksi adalah 21 tahun untuk perempuan dan 25 Sifat final dari putusan MK menunjukkan bahwa
tahun untuk laki-laki. Selain itu, menurut ketua putusan MK langsung memperoleh kekuatan hukum
BKKBN perempuan yang melakukan perkawinan yang mengikat, karena telah memperoleh kekuatan
dibawah usia 19 tahun memiliki resiko kanker serviks hukum yang mengikat, maka putusan MK memiliki
atau mulut rahim apabila melakukan hubungan akibat hukum bagi semua pihak yang berkaitan
seksual sebelum mencapai batas usia biologis dengan putusan. Hal ini yang membedakan putusan
perkawinan(Aditya Ramadhan, MK dengan putusan peradilan umum yang hanya
https://bengkulu.antaranews.com/berita/79210/dpr-tet mengikat bagi pihak yang berperkara saja (Mauarar
apkan-usia-nikah-19-tahun-bkkbn-bukan-usia-yang-i Siahaan, 2015: 214). Akibat yang timbul dari putusan
deal-dari-sisi-biologis, akses 11 September 2019). MK dari adanya pengujian perundang-undangan
Komisioner Komisi Perlindungan Anak terhadap UUD NRI 1945 berpengaruh terhadap
Indonesia (KPAI) Jasra Putra juga menyatakan batas (Jimly Asshiddiqie, 2012: 21218-224) :
usia ideal perkawinan adalah 22 tahun untuk a. Akibat hukum terhadap perkara terkait
perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki. Menurut b. Akibat hukum terhadap peraturan terkait
Jasra pada usia itu, secara fisik dan psikologis sudah c. Akibat hukum terhadap subjek dan perbuatan
matang untuk memiliki anak dan menjalankan fungsi hukum sebelum putusan
keluarga. Pertimbangan lain menurut Jasra adalah Amar yang terdapat pada Putusan Hakim MK
pada usia tersebut setidaknya sudah menyelesaikan Nomor 22/PUU-XV/2017 menyatakan,
pendidikan di perguruan tinggi(Nula Chrisna Yulika, 1. “Mengabulkan permohonan para pemohon
https://www.liputan6.com/news/read/3809703/agar-a untuk sebagian;”
nak-terlindungi-ini-batas-usia-tepat-menikah-versi-kp 2. “Menyatakan Pasal 7 ayat (1) sepanjang frasa
ai?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9a “usia 16 (enam belas) tahun” UU No 1 Tahun
rwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F%2Fwww.go 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara
ogle.com%2F, akses 11 September 2019). Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tinjauan norma pada Pasal 6 ayat (1) terkait Tambahan Lembaran Negara Republik
syarat-syarat melangsungkan perkawinan diantaranya Indonesia Nomor 3019) bertentangan dengan
harus ada izin dari orang tua apabila perkawinan UUD NRI 1945 dan tidak mempunyai kekuatan
dilakukan oleh seseorang yang belum berusia 21 hukum mengikat;”
tahun. Artinya, UU Perkawinan juga sudah 3. “Menyatakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU No
mengamanatkan batas usia minimal yang ideal tetapi 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran
apabila perkawinan sudah dilakukan oleh seseorang Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor
yang berusia 21 tahun secara otomatis tidak perlu izin 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3019) masih tetap berlaku

70
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

sampai dengan dilakukan perubahan dengan terhadap perkara terkait. Perkara terkait disini adalah
tenggang waktu sebagaimana yang telah perbuatan hukum yang terjadi sebelum adanya
ditentukan dalam putusan ini;” putusan yang menyatakan bahwa aturan tersebut
4. “Memerintahkan kepada pembentuk sudah tidak berlaku lagi. Dalam hal ini perbuatan
undang-undang untuk dalam jangka waktu hukum yang dilakukan berdasarkan undang-undang
paling lama 3 (tiga) tahun melakukan perubahan yang belum dinyatakan tidak mempunyai kekuatan
terhadap UU No 1 Tahun 1974 tentang hukum mengikat adalah perbuatan hukum yang sah
Perkawinan (Lembaran Negara Republik secara hukum, termasuk akibat-akibat yang
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan ditimbulkan juga sah menurut hukum. Pada Putusan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 22/PUU-XV/2017 menyatakan jika ketentuan pasal 7
3019), khususnya berkenaan dengan batas ayat (1) UU Perkawinan masih tetap berlaku sampai
minimal usia perkawinan bagi perempuan” dengan dilakukannya perubahan oleh pembuat
Uraian dari amar putusan MK Nomor undang-undang. Dengan demikian, segala perbuatan
22/PUU-XV/2017, memberikan sebuah akibat hukum
hukum yaitu perkawinan yang dilakukan oleh minimal perempuan menjadi sama dengan laki-laki
pria dan wanita yang memenuhi kriteria batas usia yaitu 19 tahun. Dinaikkannya batas usia minimal ini
minimal perkawinan yang tertuang pada Pasal 7 ayat ditujukan agar mencegah atau mengurangi
(1) UU Perkawinan adalah sah menurut hukum. perkawinan usia muda sebab batas usia yang
Terutama batas usia perkawinan bagi perempuan sebelumnya berada dibawah standar batas usia anak.
yang menjadi dasar pengujian. Perkawinan usia muda akan dapat terjadi karena UU
Akibat hukum terhadap peraturan terkait adalah Perkawinan masih memberikan peluang terjadinya,
segala peraturan yang menjadi dasar pengujian dalam yaitu dengan adanya dispensasi perkawinan.
persidangan di MK akan tetap berlaku sampai dengan Pengajuan dispensasi yang dilakukan ke pengadilan
adanya putusan MK yang menyatakan bahwa ini sampai saat ini masih belum memberikan
peraturan tersebut bertentangan dengan UUD NRI alasan-alasan seperti apa yang dapat mengajukan
1945 dan sudah tidak berlaku lagi. Pada putusan MK dispensasi kawin. Hal ini juga dikatakan oleh Retno
Nomor 22/PUU-XV/2017,terjadi penundaan Listyarti selaku Komisioner Komisi Perlindungan
berlakunya putusan MK. Penundaan putusan MK Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan bahwa,
adalah perkembangan penjatuhan putusan MK “meskipun usia perkawinan ditingkatkan menjadi 19,
mengikuti dinamika hukum dan kebijakan 20, atau 21 akan percuma kalau hakim pengadilan
masyarakat. Penundaan keputusan MK ini juga hanya menggunakan dalil agama saja, tidak melihat
perluasan dari dikabulkannya permohonan sebagian dari perspektif lain seperti kesehatan, pendidikan,
dalam amar putusan MK. tentang kepentingan terbaik bagi anak maka
Penundaan berlakunya putusan ini dispensasi tetap akan ada”(Heri CS,
mengakibatkan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan https://www.radioidola.com/2019/revisi-uu-perkawin
masih tetap berlaku dan digunakan sebagai syarat an-akankah-menjadi-era-baru-dan-perbaikan-indeks-p
melangsungkan perkawinan sampai dengan tenggang embangunan-manusia-indonesia/, akses 27 September
waktu yang diberikan dalam putusan. Tenggang 2019), sehingga dengan ditingkatkan batas usia
waktu yang diberikan dalam Putusan MK Nomor perkawinan bagi perempuan masih juga
22/PUU-XV/2017 adalah paling lama 3 (tiga) tahun meninggalkan tugas bagi semua pihak baik itu
untuk melakukan perubahan pada Pasal 7 ayat (1) UU pemerintah, masyarakat, hakim pengadilan, keluarga
Perkawinan atau jika melebihi akan ditetapkan sesuai supaya berkerja sama untuk merubah pola pikir,
yang diputus pada amar putusan MK. tradisi, dan kebiasaan perkawinan usia muda.
Putusan MK Nomor 22/PUU-XV/2017 telah
memberikan perintah kepada pembuat PENUTUP
undang-undang untuk merevisi Pasal 7 ayat (1) UU Simpulan
Perkawinan. Pada tanggal 16 September telah keluar Berdasarkan pembahasan di bab sebelumnya,
revisi Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan atas tindak maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
lanjut atas putusan MK Nomor 22/PUU-XV/2017 rumusan masalah sebagai berikut :
yang kemudian disahkan oleh Presiden Joko Widodo
pada tanggal 14 Oktober 2019 di Jakarta yang 1. Pertimbangan hakim MK pada Putusan MK
melahirkan UU Nomor 16 Tahun 2019 tentang Nomor 22/PUU-XV/2017 sudah tepat. Bahwa
Perubahan atas UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang pembatasan minimal usia perkawinan pada Pasal
Perkawinan. Isi Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan 7 ayat (1) UU Perkawinan merupakan open legal
direvisi oleh pembentuk undang-undang menjadi, policy yang bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1)
“Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita UUD NRI 1945. Pembatasan minimal usia
sudah mencapai umur 19 tahun”. perkawinan Pada UU Perkawinan sudah tidak
Akibat dari tindak lanjut Putusan MK Nomor relevan lagi karena menyebabkan
22/PUU-XV/2017 adalah dinaikkan batas usia ketidaksinkronan antara batas usia anak yang

71
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

terapat pada UU Perlindungan Anak. Pembatasan akibat hukum terhadap peraturan terkait, yaitu
usia minimal perkawinan bagi perempuan ternyata ketentuan Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan yang
mengakibatkan resiko bagi perempuan khususnya masih berlaku dan berkekuatan hukum tetap
pada kesehatan reproduksi dan mentalnya. sampai dengan adanya revisi dari pembuat
2. Putusan MK Nomor 22/PUU-XV/2017 undang-undang. Ketiga, akibat hukum terhadap
merupakan salah satu putusan MK yang subyek dan perbuatan hukum sebelum putusan,
memiliki maksud menunda berlakunya putusan, yaitu perkawinan yang dilakukan sebelum adanya
yaitu aturan norma pada undang-undang yang putusan MK tetap sah menurut hukum.
lama masih tetap akan berlaku sampai dengan
adanya revisi dari pembentuk undang-undang Saran
tersebut. Putusan MK mengenai penundaan Berdasarkan simpulan diatas, penulis
berlakunya putusan tersebut memiliki tiga akibat merumuskan saran sebagai berikut :
hukum. Pertama, akibat hukum terhadap perkara 1. Kepada DPR sebagai pembuat undang-undang
terkait, yaitu perkawinan yang masih berlanjut sebaiknya pada saat merumuskan revisi
sampai dengan adanya putusan MK. Kedua, pembatasan minimal usia perkawinan bagi
perempuan mengkaji dari berbagai sumber
sebelum menentukan batas usia perkawinan Windiarto, Tri, Al Huda Yusuf, dkk. 2018. Profil
menjadi 19 tahun. Menurut kesehatan reproduksi
Anak Indonesia 2018. Jakarta: Kementrian
dan psikologi usia ideal untuk menikah adalah
diatas 20 tahun, karena pada usia tersebut Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
seseorang sudah memiliki mental dan fisik untuk
Anak (KPPPA).
menikah.
2. Kepada hakim MK pada saat memutus putusan
MK dengan amar penundaan berlakunya putusan
JURNAL
sebaiknya memberikan pernyataan lain selain
tetap memberlakukan peraturan Ahmad Masfuful Faud. 2016. Ketentuan Batas
perundang-undangan sampai dengan adanya
Minimal Usia Kawin: Sejarah, Implikasi
perubahan oleh pembuat undang-undang, supaya
akibat hukum yang ditimbulkan tidak sama antara Penetapan Undang-Undang Perkawinan. Jurnal
sebelum adanya putusan MK maupun setelah
Ar-Raniry. Voumel 1. Nomor 1.
adanya putusan MK.
Ali, Sumiati. 2015. “Perkawinan Usia Muda di
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia dalam Perspektif Negara dan Agama
BUKU
serta Permasalahannya (The Teen Marriage in
Assihiddiqie, Jimly. 2012. Hukum Acara Pengujian
Indonesia on The Country Perspective and
Undang-Undang. Jakarta: Sinar Grafika
Religion as Well as The Problem)”. Jurnal
Diantha, I Made Pesek. 2016. Metodologi Penelitian
Lembaga Ilmu Pengetahuan Sosial.
Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori
Radita, Ajie. 2016. “Batasan Pilihan Kebijakan
Hukum. Jakarta: Prenada Media Group
Pembentuk Undang-Undang (Open Legal Policy)
Kustini. 2013. Menelusuri Makna di Balik Fenomena
dalam Pembentukan Peraturan
Perkawinan di Bawah Umur dan Perkaawinan
Perundang-Undangan Berdasarkan Tafsir Putusan
Tidak Tercatat. Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Mahkamah Konstitusi”. Jurnal Legislasi
Keagamaan
Indonesia. Volume 13. Nomor 02.
Siahaan, Maruarar. 2015. Hukum Acara Mahkamah
Rofingatul Mubasyiroh, Tety Tejayanti, dan Felly
Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Sinar
Philipus Senewe. 2016. “Hubungan Kematangan
Grafika.
Reproduksi dan Usia Saat Melahirkan dengan
Soekanto, Soerjono dan Sri, Mamudji. 2007.
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Indonesi Tahun 2010”. Jurnal Kesehatan
Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Reproduksi. Volume 7. Nomor 2

72
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Wasis Susetio. 2013. “Disharmoni Peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
Perundang-Undangan di Bidang Agraria”. Lex 1974 Tentang Perkawinan (Lembaran Negara
Jurnalica. Volume 10. Nomor 3 Republik Indonesia Tahun 1974 No. 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik
UNDANG-UNDANG DAN PERATURAN Indonessia No. 3019)
LAINNYA
Undang-Undang Republik Indonesia Republik
United Nation Convention on the Rights of the Child
Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Convention on the Elimination of Discrimination Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Against Women / CEDAW Indonesi Tahun 2002 No. 109, Tambahan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945

Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4235); Aditya Ramadhan,


https://bengkulu.antaranews.com/berita/79210/dpr
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
-tetapkan-usia-nikah-19-tahun-bkkbn-bukan-usia-
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
yang-ideal-dari-sisi-biologis, (diakses 11
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
September 2019 pukul 12.59 WIB)
Tahun 2003 No. 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 4301); Inggrit Ifani. Manajemen Peradilan Membaik
Karya Hakim Biasa Saja dan Minim
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36
Putusan Progresif. Siaran Pers SETARA
Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran
Institute.
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No.
http://setara-institute.org/en/kinerja-mahka
144, Tambahan Lembaran Negara Republik
mah-konstitusi-2018-2019/ (diakses pada
Indonesia No. 5063);
tanggal 30 Oktober pukul 21.41 WIB)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24


Siti Maryaningsih. 2019. Bahaya Hamil di Usia
Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi
Muda. http://papua.bkkbn.go.id/?p=1140 (diakses
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
pada tanggal 2 September 2019)
2003 No. 98, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia No. 4316); Nula Chrisna Yulika. 2018. Agar Anak
Terlindungi, ini Batas Usia Tepat Menikah Versi
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
KPAI.
22/PUU-XV/2017
https://www.liputan6.com/news/read/3809703/aga
r-anak-terlindungi-ini-batas-usia-tepat-menikah-v
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
ersi-kpai?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQ
30-74/PUU-XII/2014
eGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com%2F (diakses 11 September
WEBSITE
pukul 22:02 WIB)

73
NOVUM : JURNAL HUKUM
Volume 7 Nomor 1, Januari 2020
e-ISSN 2442-4641

Heri CS. 2019. Revisi UU Perkawinan, Akankah


Menjadi Era Baru dan Perbaikan Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia?.
https://www.radioidola.com/2019/revisi-uu-perka
winan-akankah-menjadi-era-baru-dan-perbaikan-i
ndeks-pembangunan-manusia-indonesia/ (diakses
pada tanggal 27 September 2019 pukul 13:17
WIB)

74

Anda mungkin juga menyukai