1. Tempat tinggal
2. Kewenangan berhak dan berbuat
3. Kedewasaan dan pendewasaan
4. Pencatatan peristiwa hukum
5. Keadaan tidak hadir
Tempat tinggal selalu berada dalam wilayah/daerah tertentu atau dapat pula berupa
rumah kantor yang berada dalam wilayah/daerah tertentu.
Hak perdata berbeda dengan hak publik, yang dapat hilang jika negara menghendakinya. Sebab
hak publik diberikan oleh negara, sedangkan hak keperdataan diberikan oleh Tuhan (hak kodrati).
Contoh: hak publik, hak memilih dan dipilih.
KEWENANGAN BERHAK DAN BERBUAT
2. Kewenangan berbuat
Untuk mengetahui apakah seseorang wenang berbuat atau tidak, ada beberapa faktor yang
membatasi umur, kesehatan, perilaku. Wenang berbuat mengandung pengertian:
a. Cakap atau mampu berbuat karena memenuhi syarat hukum.
b. Kuasa/berhak berbuat diakui oleh hukum walau tidak memenuhi persyaratan hukum.
Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang tidak cakap atau tidak mampu menurut hukum tidak sah
karena tidak memenuhi syarat hukum. Perbuatan tersebut dapat dimintakan pembataalan melalui
pengadilan. Kepentingan orang yang tidak cakap/mampu melakukan perbuatan hukum diurus oleh
orang yang mewakilinya.
c. Kepentingan anak belum dewasa, diurus orang tuanya.
d. Kepentingan anak berada dibawah perwalian, diurus oleh walinya.
e. Kepentingan orang dewasa yang berada dibawah pengampuan, diurus oleh wali pengampunya.
Tidak semua anak belum dewasa tidak wenang melakukan perbuatan hukum.
Misal: anak dibawah umur boleh menikah, boleh menabung, boleh membuat surat wasiat, dsb.
KEDEWASAAN DAN PENDEWASAAN
1. Menurut konsep hukum perdata barat
Kedewasaan adalah menunjukan keadaan sudah dewasa memenuhi syarat hukum.
Pendewasaan menunjukan keadaaan belum dewasa oleh hukum atau belum
memenuhi syarat dewasa oleh hukum.
Menurut KUHPerdata , belum dewasa adalah belum berumur 21 tahun dan belum
pernah kawin.
Bagaimana jika belum dewasa namun sudah kawin dan kemudian bercerai, kondisi
demikian tetap dianggap sdh dewasa. (Pasal 330 KHUpdt).
Orang yang sudah dewasa dianggap cakap dan mampu berbuat hukum sepanjang
tidak ada keadaan yang membatasinya, misalnya: gila, dungu, boros, dsb.
KEDEWASAAN DAN PENDEWASAAN
Pendewasaan dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Pendewasaan penuh.
Pendewasaan penuh syaratnya berumur 20 tahun,
sedangkan pendewasaan terbatas syaratnya berumur 18 tahun.
(Pasal 421 dan 426 KUHPdt).
Pengertian umur 21 tahun atau sudah pernah kawin disebut dewasa menurut UU
(dewasa hukum). Sedangkan dewasa biologis untuk melangsungkan perkawinan yaitu 16
tahun bagi wanita dan 19 tahun bagi laki-laki.
Mereka yang dewasa biologis jika telah menikah berubah menjadi dewasa hukum.
PENCATATAN PERISTIWA HUKUM
1. Peristiwa hukum yang dicatat
Terdapat lima peristiwa hukum dalam kehidupan manusia
a. Kelahiran
Menentukan status hukum seseorang sebagai subyek hukum pendukung hak dan kewajiban.
b. Perkawinan
Menentukan status hukum seseorang sebagai suami istri dalam ikatan perkawinan.
c. Perceraian
Menentukan status hukum seseorang sebagai janda atau duda yang bebas dari ikatan perkawinan.
d. Pewarisan
Menentukan status hukum seseorang sebagai ahli waris, sebagai janda atau duda dari
almarhum/almarhumah.
e. Penggantian nama
Menentukan status hukum seseorang sebagai orang dengan nama baru dalam hukum perdata
(manusia atau badan hukum)
PENCATATAN PERISTIWA HUKUM
2. Tujuan Pencatatan Peristiwa Hukum
Untuk memperoleh kepastian hukum tentang status perdata seseorang yang mengalami
peristiwa hukum tersebut.
Kepastian hukum sangat penting untuk perbuatan hukum, untuk menentukan hak dan
kewajiban para pihak yang berhubungan hukum.
Dalam surat keputusan tersebut ditetapkan tiga type organisasi kantor catatan sipil
yaitu:
a. Organisasi Kantor Catatan Sipil Tipe A.
b. Organisasi Kantor Catatan Sipil Tipe B.
c. Organisasi Kantor Catatan Sipil Tipe C.
KEADAAN TIDAK HADIR
Keadaan tidak hadir diatur dalam Buku I Bab 18 Pasal 463 – 494 KUHPdt.
Keadaaan tidak hadir adalah:
1. Suatu keadaan tidak adanya
2. seseorang ditempat kediaman
3. karena bepergian atau meninggalkan tempat kediamannya
4. baik dengan izin atau tanpa izin dan
5. tidak diketahui dimana tempat dia berada.
KEADAAN TIDAK HADIR
b. Keluarga ditinggalkan yaitu istri untuk suami, suami untuk istri, orang tua untuk anak
Apabila orang ini tidak ada, baru diberikan kepada keluarga garis lurus ke atas.
Apabila orang ini tidak ada juga, baru diberikan kepada saudara kandung.
Apabila orang ini tidak ada juga, baru pemerintah melalui BHP yang mengurus untuk
kepentingan sosial dan ibadah.
KEADAAN TIDAK HADIR
c. Pihak yang meninggalkan tempat kediaman itu tidak memberi kuasa kepada pihak
keluarga yang ditinggalkan untuk mengurus harta kekayaan dan kepentingannya
sedangkan tempat berada tidak diketahui sama sekali.
d. Meninggalkan tempat kediaman itu dalam tenggang waktu 2 tahun berturut turut
dan jika ada kepastian peristiwa penyebab ketidak hadirannya, tenggang waktu
tersebut dapat diperpendek menjadi satu tahun.
f. Tahap tahap dan prosedur penyelesaian keadaan tidak hadir seperti telah diuraikan
sebelumnya dapat diikuti dan dipertahankan.
BUKU III: HUKUM KELUARGA
PERKEMBANGAN HUKUM KELUARGA
Sebelum penjajahan Belanda, masyarakat nusantara umumnya telah memeluk agama
Islam, sehingga memberlakukan hukum Islam dalam keluarga.
Meskipun demikian ada pula kelompok masyarakat yang menganut agama Islam namun
memberlakukan hukum adat dalam keluarganya.
Dengan demikian dalam masyarakat berlaku hukum Islam dan hukum adat.
Setelah Indonesia dijajah Belanda, maka sistem hukum barat diberlakukan oleh Belanda.
Kemudian Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 22 November 1946 diundangkan UU
22 tahun 1946 tentang Nikah, Talak dan Rujuk sebagai dasar hukum keluarga Islam.
Namun sebagian besar peraturan masih berasal dari peninggalan Belanda.
Penyempurnaan terus dilakukan karena hukum yang berlaku tidak sesuai dengan budaya
Indonesia. Upaya tersebut barulah terjadi dengan terbentuknya UU no 1 tahun 1974, dan
Peraturan Pemerintah no 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU no 1 tahun 1974.
KONSEP KELUARGA
Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari suami, istri dan anak yang
berdiam di satu tempat tinggal.
Ini adalah konsep keluarga dalam arti sempit.
Apabila dalam satu tempat tinggal berdiam pula orang lain sebagai akibat adanya ikatan
perkawinan, terjadilah kelompok anggota keluarga yang terdiri atas manusia manusia
yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan karena pertalian darah.
Ini adalah konsep keluarga dalam arti luas, yang terdiri dari suami, istri, anak, orang tua,
adik/kakak, adik/kakak ipar.
HUBUNGAN KELUARGA
Hubungan keluarga dengan hubungan darah adalah dua konsep yang berbeda.
Hubungan keluarga adalah hubungan dalam kehidupan keluarga yang terjadi karena
adanya ikatan perkawinan dan karena ikatan darah.
Hubungan keluarga karena perkawinan disebut juga hubungan semenda seperti mertua,
ipar, anak tiri, menantu.
Antara suami atau istri dengan mereka tidak ada hubungan darah, tetapi ada hubungan
keluarga.
Hubungan keluarga karena pertalian darah :
1. Ayah, Ibu, Nenek, Kakek (lurus keatas)
2. Anak, Cucu, Cicit (lurus ke bawah)
3. Saudara kandung dan anak-anak saudara kandung (lurus ke samping)
ARTI HUBUNGAN DARAH
Dekat – Jauh hubungan darah mempunyai arti penting dalam perkawinan, pewarisan, dan
perwalian dalam keluarga.
Hubungan darah sampai batas tertentu, dilarang dalam perkawinan.
Misal: hubungan darah satu tingkat, dua tingkat dan tiga tingkat.
Demikian juga dalam pewarisan, hubungan darah menentukan prioritas sebagai ahli waris.
Juga dalam hal Perwalian, hubungan darah menentukan prioritas menjadi wali.
Misal: orangtua meninggal atau kekuasaan orang tua dicabut haknya oleh pengadilan,
maka hubungan darah 2 tingkat (saudara kandung, nenek/kakek berhak menjadi wali bagi
anak tersebut).
HUBUNGAN DARAH DALAM KELUARGA
Hubungan darah adalah pertalian darah antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
karena berasal dari leluhur yang sama.
Hubungan darah ada 2 garis:
1. Hubungan darah menurut garis lurus keatas dan kebawah.
2. Hubungan darah menurut garis ke samping.
Hubungan darah garis lurus keatas disebut “leluhur”, garis lurus kebawah disebut “keturunan”.
Sedangkan garis ke samping adalah pertalian darah antara manusia bersaudara kandung dan
keturunannya.
Daftar yang menggambarkan pertalian darah namanya “silsilah”, dari silsilah dapat diketahui
dekat – jauhnya hubungan darah seseorang.
HUBUNGAN DARAH DAN GARIS KETURUNAN