Anda di halaman 1dari 2

NAMA :VIVI OKTAVIA SYAFI’I

NIM:044569174

1. Hukumperdatamenurutilmupengetahuanhukumsekarangini dibagi menjadi empat bagian,


yaitu hukum:
1. tentang diri seseorang (hukum perorangan);
2. kekeluargaan;
3. kekayaanterbagiatashukumkekayaanyangabsolut,hukum kekayaan yang relatif;
4. waris.
Penjelasan:
1. Hukumperoranganmemuatperaturantentangmanusiasebagai subjekhukum,peraturan
perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan untuk bertindak sendiri
melaksanakan hak-haknya itusertahalyangmempengaruhikecakapan.Merupakan
keseluruhannormahukumyangmengaturmengenaikedudukan
orangmengenaimanusiasebagaisubjekhukum,kecakapan
bertindakdalamlalulintashukum,catatansipil, ketidakhadiran,
dandomisili.Termasukkedudukanbadan hukum sebagai subjek hukum perdata.
2. Hukumkeluargamerupakankeseluruhannormahukumyang
mengaturhubunganhukumbersumberpadapertaliankeluarga,
misalnyaperkawinan,kekuasaanorangtua,perwalian,dan pengampuan.
3. Hukumkekayaanmerupakankeseluruhannormahukumyang
mengaturantarasubjekhukumdanhartakekayaannyaatau mengatur mengenai hak dan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang absolut berisi hak
kebendaan, yaitu hak yang memberi kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat
4. Hukum waris (erfrecht) adalah hukum yang mengatur tentang tata cara beralihnya harta
kekayaan dari seorang yang telah meninggal kepada orang yang masih hidup atau para ahli
warisnya.

Sumber referensi: https://news.detik.com/berita/d-5996628/hukum-perdata-pengertian-


tujuan-sumber-dan-asas-yang-digunakan

2. Penentuan batas usia dewasa seseorang merupakan hal yang penting karena akan menentukan
sah tidaknya seseorang bertindak melakukan perbuatan hukum dan kecakapan seseorang
melakukan perbuatan hukum. Akan tetapi, pengaturannya dalam berbagai undang-undang di
Indonesia dilakukan secara beragam sehingga perlu untuk di samakan. Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan pengaturan batas usia dewasa itu untuk kepentingan apa, perbedaan
pengaturan batas usia dewasa seseorang untuk menjadi syarat kecakapan dalam melakukan
perbuatan hukum, yakni ada yang menentukan 18 tahun dan 21 tahun, dan upaya untuk mengatasi
keberagaman tersebut dengan penerbitan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2012.

Ada perbedaan ketentuan yang dinyatakan dalam Pasal 330 Kitab Undang Undang Hukum Perdata
( selanjutnya disingkkat KUH Perdata) dan Pasal 47 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Ketentuan dalam Pasal 330 Kitab UUH Perdata menyatakan: “Seseorang dianggap
sudah dewasa jika sudah berusia 21 tahun atau sudah (pernah) menikah.” Pasal tersebut
mengharuskan bahwa seseorang dinyatakan cakap dalam melakukan perbuatan hukum harus
terlebih dahulu berusia 21 tahun atau sudah menikah sebelum berusia 21 tahun.

UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Dalam Pasal 47 ayat (1) menyatakan sebagai
berikut : “anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan pernikahan
ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”. Menurut
Undang-Undang Perkawinan, seseorang dinyatakan cakap untuk menikah adalah ketika mencapai
umur 18 tahun atau lebih. Seseorang yang belum mencapai umur 18 tahun maka masih dibawah
kekuasaan orang tuanya. Sebetulnya ternyata kalau diteliti secara mendalam tidak ada masalah
tentang usia dewasa dan yang perlu adalah untuk apa batasan dewasa itu.

Sumber referensi: https://www.pa-blitar.go.id/informasi-pengadilan/160-untuk-kepentingan-apa-


batasan-usia-dewasa-itu.html

3. Catatan sipil adalah suatu lembaga yang diadakan oleh penguasa/pemerintah untuk
membukukan selengkapnya, dan karena itu memberikan kepastian sebesar-besarnya tentang
semua peristiwa yang penting bagi status keperdataan seseorang seperti perkawinan,
kelahiran, pengakuan anak, perceraian dan kematian.

Sumber refrensi: https://disdukcapil.badungkab.go.id/artikel/17825-pengertian-catatan-sipil

Anda mungkin juga menyukai