Anda di halaman 1dari 2

Penggunaan Sistem Proporsional Tertutup dalam

Pemilihan Umum 2024

Membuat Essay dengan Judul "Penggunaan Sistem Proposional Tertutup Dalam Pemilihan Umum
2024".  Pilih Argumentasi (Pro atau Kontra)
Nama: Wili Azhari Muhamad Husen
NPM: 221000053
(Arugmen Kontra)

Argumen kontra terhadap penggunaan Sistem Proporsional Tertutup dalam Pemilihan Umum 2024:
Ada argumen Pro dan Kontra tentunya dalam isu yang akan saya bahas kali ini, namun saya disini
akan menggunakan argumen kontra terhadap Penggunaan Sistem Proposional Terttutup ini.
Seperti yang saya kutip dari berita: “wacana sistem pemilu proporsional tertutup atau sistem
coblos partai kembali bergema. Hal ini berawal dari pernyataan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Hasyim Asy'ari yang menyebut bahwa terbuka peluang menggunakan sistem proporsional tertutup di
Pemilu 2024, pasca ada gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK)”. Meskipun hanya sekedar wacana,
menuurt saya jika sampai sistem pemilu tertutup ini dijalankan, akan ada beberapa hal yang terjadi:

 Akan adanya kurangnya Representasi yang Akurat: Sistem Proporsional Tertutup akan cenderung
menghasilkan representasi yang kurang akurat karena pemilih tidak memiliki pengaruh langsung
terhadap calon-calon yang terpilih. Kenapa begitu? karena dalam sistem ini, partai politik
memiliki kekuasaan yang besar dalam menentukan urutan calon dari daftar partai, dimana hal
tersebut dapat menghasilkan situasi calon yang tidak mendapatkan dukungan langsung dari
pemilih, karena sistemnya hanya dapat terpilih berdasarkan partai.

 Makin berkurangnya Transparansi dan Akuntabilitas: Tentunya dalam Sistem Proporsional


Tertutup, proses penentuan urutan calon hanya dilakukan oleh partai-partai politiknya, hal
tersebut menjadikan transparansi jadi sulit untuk dipantau oleh masyarakat umum. Hal ini dapat
mengurangi akuntabilitas calon terpilih terhadap pemilih karena mereka lebih bergantung pada
partai politik daripada dukungan langsung.

 Keterbatasan Partisipasi Pemilih: Kenapa Proposional Tertutup dapat mengakibatkan keterbatasan


partisipasi pemilih, karena dalam Sistem ini akan mengurangi partisipasi aktif pemilih karena
pemilih tidak memiliki pengaruh langsung terhadap calon yang terpilih. Pemilih hanya dapat
memilih partai politik. Hal ini tentunya dapat menyebabkan kemunduran dalam demokrasi.

 Lalu karena partai politik memiliki kendali penuh atas siapa yang terpilih, termasuk calon yang
mungkin kontrovesial di antara pemilih. Hal ini tentunya seperti membeli kucing dalam karung,
kita tidak tahu bagaimana bentuknya, lucu atau tidaknya. Sama hal nya seperti kucing dalam
karung, jika kita memilih calon tanpa mengetahui calon mana yang kita pilih, tentunya tidak ada
transparasi didalamnya, karena yang kita tahu hanya partai politiknya saja, tetapi orang-orangnya
tidak kita ketahui secara jelas.
Ada juga komentar dari Ketua DPP NasDem Willy Aditya yang menilai wacana penggunaan sistem
proporsional tertutup ini merupakan sebuah kemunduran dalam demokrasi kita. Menurutnya, apabila
diterapkan sistem pemilu proporsional tertutup, maka pemilih dipaksa membeli kucing dalam karung.
Tidak tahu siapa anggota legislatif yang akan mewakilinya di parlemen. Karena Demokratisasi sepatutnya
bukan memundurkan yang telah maju, tetapi memperbaiki dan menata ulang hal yang kurang saja. Yang
terjadi pada sistem pemilu sekarang, jika benar kembali ke sistem proporsional tertutup maka akan terjadi
kemunduran luar biasa. Selain menutup peluang rakyat untuk mengenal caleg, rakyat juga dipaksa
memilih kucing dalam karung.
Sistem proporsional terbuka yang diterapkan saat ini justru menjadi solusi dari sistem proporsional
tertutup yang pernah digunakan. Karena Memilih calon legislatif secara langsung menjadi jawaban
masalah kesenjangan representasi.
Sistem proporsional terbuka membuka pintu bagi siapapun dengan berbagai latar belakang manapun
untuk ikut Pemilu. Sadangkan sistem tertutup justru akan melanggengkan oligarki partai politik. Sebab,
asal anggota legislatif itu dekat dengan penguasa partai, maka kinerjanya tidak jadi persoalan. Tapi
bagaimana dia dengan internal partailah yang akan menentukan apakah dia akan menjadi calon dari partai
tersebut atau tidak.
Selanjutnya hal yang tak luput dari sorotan adalah Kerugian Penerapan Pemilu Coblos Partai. Seperti
yang di ungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi II DPR RI Fraksi PKB, Yanuar Prihatin menilai gugatan
terhadap sistem pemilu proporsional terbuka akan memberikan dampak yang besar. Bila sistem pemilu
berubah menjadi tertutup atau coblos partai, bukan hanya mengubah masalah teknis, tetapi juga bisa
mempengaruhi kebatinan partai politik dan cara kampanye.
Secara teknis memang akan memudahkan KPU untuk mempersiapkan pemilu. Khususnya masalah
logistik pemilu. Namun, harga yang dibayar cukup mahal, terutama dampak kepada partai politik.
Konfigurasi pencalegan partai politik akan berubah, kesiapan dan kompetisi antarcaleg juga menjadi tidak
relevan. Serta perilaku politisi menjadi lebih elitis, hal tersebut dapat menyebabkan hubungan caleg
dengan konstituen berantakan.
Menurut beberapa ahli juga bilamana MK terlibat lebih jauh soal ini, berarti MK bukan lagi
menggunakan pendekatan konstitutif, tetapi malah terjebak dalam pendekatan aktual lapangan yang
semestinya menjadi ranah pemerintah dan DPR sebagai pembentuk undang-undang.
Kesimpulannya Jika Sistem Proposional Tertutup diberlakukan kembali, akan ada dampak langsung
terhadap demokrasi dan konstitusi kita. Karena hal ini dapat menyebabkan hal-hal seperti adanya Oligarki
yang semakin merajalela. Kita semua tahu bahwa hal tersebut tidak baik bagi demokrasi kita. Lalu akan
adanya kekurangan dalam transparansi, bisa menyebabkan dampak yang besar juga bagi perpolitikan
diindonesia, akan adanya keterbatasan juga yang akan menyebabkan rakyat sebagai pemilih hanya
dijadikan alat oleh partai-partai politik yang berkuasa tersebut. Tentunya hal-hal diatas merupakan sebuah
kemunduran bagi sistem demokrasi kita, yang tadinya ada transparasi antara partai politik dan
masyarakat, menjadi terbatasi oleh adanya pemilihan tertutup ini.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai