Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Sistem Pemilu Terhadap Demokrasi

dan Politik Kepartaian di Indonesia


Dahliah Umar
Netfid Indonesia
Jakarta Mei 2021
Demokrasi dan Partai Politik

 Pentingnya pemerintahan yang efektif dan akuntabel sebagai hasil pemilu yang demokratis di mana aspirasi masyarakat
dan kepentingan publik menjadi dasar pengambilan keputusan para penyelenggara negara.
 Pemilu yang bebas dan adil perlu perekayasaan dalam desain dan sistem pemilu yang menjamin keterwakilan seluruh
kelompok masyarakat dan mekanisme checks and balances.
 Namun Fakta menunjukkan Demokrasi dengan pemilu yang berkelajutan tidak menjamin terbentuknya pemerintahan
yang efektif, akibat beberapa faktor diantaranya adalah rekonsiliasi yang tidak tercapai, pemerintahan yang
terpecah/unstable, pemilu yang tidak bebas dan adil, dan tidak adanya fungsi keterwakilan masyarakat (mayoritas
mutlak)
 Partai politik sangat berperan dalam menegakkan kepentingan publik dalam pengambilan keputusan. Namun nyatanya
aspirasi publik kerap diabaikan oleh penyelenggara negara dan partai politik contoh terakhir adalah penolakan UU
Cipta Lapangan Kerja, Revisi UU KPK, Revisi UU Mahkaman Konstitusi dan pembahasan RUU Minerba yang sangat
minim keterlibatan publik dan terkesan sebagai alat kompromi politik antar penyelenggara negara
 Polarisasi partai politik memberi insentif keterwakilan berbagai kelompok politik namun menjadi ancaman terhadap
demokrasi dengan koalisi yang sangat dominan tanpa kekuatan oposisi yang menyeimbangkan perdebatan dan
mengawal potensi kesewenang-wenangan oleh negara
Mengapa Partai Politik Abai Terhadap
Kepentingan Publik?
 Sistem pemilu proporsional terbuka dengan dapil yang besar menyebabkan tingginya polarisasi partai dan tidak ada partai yang
paling dominan sehingga harus berkoalisi. Koalisi strategis yang lebih pragmatis menjadi pilihan apalagi dukungan
pembiayaan partai oleh publik semakin berkurang.
 Koalisi mayoritas tunggal mengakumulasi kekuasaan secara kolektif; hampir tidak pernah ditemukan negosiasi dan kompromi
kebijakan antar partai politik dalam isu tertentu, tetapi lebih pada bagaimana mendistribusikan alokasi kekuasaan dalam bentuk
jabatan-jabatan di kementerian, mempengaruhi birokrasi, memperoleh posisi strategis seperti komisaris dan direksi Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) dan lain-lain
 Hegemoni eksekutif sangat mempengaruhi arah kepemimpinan partai politik dan banyak konflik internal partai ditentukan oleh
negara melalui Kementerian Hukum dan HAM. Kedaulatan partai terancam oleh kekuatan eksekutif yang dominan
 Patai politik juga tersandera dengan syarat pencalonan Presiden dan Wakil Presiden dan calon kepala daerah yang sangat
tinggi, sehingga partai besar menjadi sangat dominan untuk menarik dukungan dan daya tawar partai menengah sangat rendah
sehingga pemilu menjadi tidak kompetitif
 Tatacara pencalonan dengan SPP Terbuka juga membuat persaingan di internal partai menggerus peran partai sebagai the
leading sector dalam memenangkan pemilu dan memberi beban yang sangat berat kepada caleg. Memilih caleg secara
langsung juga membebani caleg dan membuat pemilu menjadi mahal
 Situasi ini membuat partai politik cenderung mendekat kepada elit negara dibanding mengakar ke masyarakat
Peta Koalisi Politik di DPR RI: Koalisi Tanpa Rasa Oposisi

Di Dalam Kabinet Jokowi-Ma’ruf Di Luar Kabinet Jokowi-Ma’ruf


 
1. PDI Perjuangan 128 kursi/ 5 menteri dan 1
1. Demokrat 54 kursi
wamen
2. PKS 50 kursi
2. Golkar 85 kursi/ 3 menteri
3. PAN 44 kursi
3. Gerindra 78 kursi/ 2 menteri
 
4. Nasdem 59 kursi/ 3 menteri
 
5. PKB 58 kursi/ 3 menteri
 
6. PPP 19 kursi/ 1 menteri dan 1 wamen
148 kursi DPR RI (26%)
427 kursi DPR RI (74%)

Sumber: Tim Kajian Klaster Tata Kelola Demokrasi Program Sarjana Ilmu Politik FISIP Universitas
Indonesia, “Peta Kekuatan Kursi Partai Politik Hasil Pemilu SErentak 2019
https://drive.google.com/drive/folders/12x28mrH9c_-0dW4IQHgA5maSHvZ-TtWE 28 Oktober 2019
Implikasi Terhadap Sistem Pemilu dan Sikap
Politik Partai
 Ideologi dan platform partai hilang dan politik berbiaya tinggi: SPP Terbuka menggerus ideologi partai politik yang
menjadi platform perjuangan diganti dengan pola hubungan yang bersifat transaksional antara calon dari parpol
dengan konstituen
 Akumulasi kekuasaan secara kolektif oleh partai koalisi; Tidak adanya pemenang mutlak dalam pemilu
mengharuskan terbentuknya koalisi. Koalisi dengan mayoritas mutlak mengesankan adanya stabilitas politik namun
sesungguhnya mengancam kedaulatan rakyat di mana checks and balances dan partisipasi publik tidak lagi menjadi
perhatian karena seluruh urusan dikompromikan di tingkat elit, partai menjadi bagian negara bukan institusi publik
atau menjadi oligarchy yaitu politik “bagi-bagi” (Jeffrey Winters)
 Pemilu tidak kompetitif/tidak adil: Syarat pencalonan yang tinggi membuat calon Presiden akan selalu dikontrol oleh
elit yang menguasai partai-partai besar dengan proyeksi jumlah calon paling maksimal hanya 2-3 paslon, sehingga
pemilu presiden menjadi tidak kompetitif.
 Terbentuknya raja-raja/klan di daerah yang menguasai sumberdaya ekonomi politik daerah; Kondisi pencalonan
presiden sama halnya dengan kepala daerah yang persyaratannya sangat tinggi sehingga calon kepala daerah
membutuhkan modal besar dan beralih dari pencalonan berbasis kader ideologis partai menjadi pasar bebas yang
dapat dikendalikan oleh elit-elit yang menguasai sumber daya di daerah dan menciptakan oligarki-oligarki di daerah
Kesimpulan dan Rekomendasi

 Sistem dan Desain pemilu memengaruhi gradasi persaingan antar partai politik dan perilaku partai yang sangat
tergantung dengan negara, pemiih dan rakyat lebih menjadi objek yang berperan hanya pada saat pemilu
 Kemandirian dan platform partai politik harus diperkuat dengan mengembalikan sistem pemilu ke Sistem Proporsional
Tertutup atau memilih langsung tanda gambar partai, dengan syarat calon-calon yang masuk dalam daftar dipilih secara
demokratis oleh kader partai melalui mekanisme yang dapat diselenggarakan oleh penyelenggara pemilu.
 Syarat pencalonan Presiden dan Wakil Presiden perlu dikurangi dari minimal didukung partai sejumlah kursi di DPR
20% atau 25% suara sah, menjadi minimal 10%, Syarat pencalonan kepala daerah perlu dikurangi dari minimal
didukung partai sejumlah kursi di DPRD 20% atau 25% suara sah, menjadi minimal 10%,
 Penyederhanaan partai politik di parlemen dapat dilakukan dengan cara merekayasa hasil pemilu dengan besaran dapil
moderat (maksimal 7 kursi) dan ambang batas parlemen sebesar 1%, agar asas proporsionalitas dan keterwakilan
terjaga, jumlah partai lebih sederhana dan jumlah suara terbuang dapat diminimalkan. PT tinggi saat ini tidak efektif
menghasilkan penyederhanaan partai politik
 Pembiayaan politik disubsidii oleh negara dengan porsi yang cukup signifikan dengan syarat anggota partai tidak boleh
menjadi bagian dari pengelolaan aset negara dan ada lembaga khusus yang mengaudit dan mengawasi keuangan partai
sebagai institusi publik
Reading List

 Acemoglu, Daron dan Robinso, A James,” The Narrow Corridor; States, Society and Fate of Liberty,”Penguin Press (2019)
 Aspinall, Edward and Berenschot, Ward (2019), “Democracy for Sale; Election, Clientilism, and The State of Indonesia,” Cornell
University Press
 Levitsky, Steven dan Ziblat, Daniel,”Bagaimana Demokrasi Mati,” Gramedia Pustaka Utama (2019)
 Lina, Anibal Perez, Schmidt, Nicolas and Vairo, Daniela (2019), “Presidential Hegemony and Democratic Backsliding in Latin America
1926-2016” Routledge
 Muhtadi, Burhanuddin (2014), “Kuasa Uang; Politik Uang dalam Pemilu Pasca Orde Baru," Jakarta KPG
 Reynolds, Andrew; Reilly, Ben; Elllis, Andrew (2016), “Desain Sistem Pemilu; Buku Panduan Baru International IDEA” IDEA
International
 Surbakti, Ramlan; Suprianto; Didik, Santoso, Topo, (2008), “Perekayaasaan Sistem Pemilihan Umum untuk Pembangunan Tata Politik
yang Demokratis,” diterbitkan oleh Kemitraan untuk Reformasi Pemerintahan
 Supriyanto, Didik dan Mellaz, August (2011), Ambang Batas Perwakilan Pengaruh Parliamentary Threshold Terhadap Penyederhanaan
Sistem Kepartaian dan Proporsionalitas Hasil Pemilu, Jakarta Perludem
TERIMA KASIH

Dahliah Umar
@kelaspemilu @dahliahumar
Kanal Pemilu dan Demokrasi
www.kelaspemilu.org
Menara Ravindo Lt. 15 Jl. Kebon Sirih Raya Menteng Jakarta Pusat
Tel 08121019343

Anda mungkin juga menyukai