Fitri Mangunsong
Fakultas Hukum Universitas Asahan, Jl. Jend. Ahmad Yani Kisaran
Sumatera Utara
ABSTRAK
Manusia adalah makhluk sosial dimana ia tidak dapat hidup tanpa bantuan dari manusia lain, ia harus
mau bekerja sama dengan orang lain untuk dapat tetap hidup. Contoh kerjasama diantara manusia
misalnya seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, gadai dan lain sebagainya. Perbuatan
tersebut dapat menimbulkan akibat hukum berupa hak dan kewajiban bagi para pihak yang
melakukannya, sehingga disebut perbuatan hukum. Untuk dapat melakukan suatu perbuatan hukum,
seseorang harus memiliki kecakapan hukum. Adapun rumusan masalah dalam skripsi ini adalah
bagaimana kriteria kecakapan menerima hak dan melakukan perbuatan hukum tinjauan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), serta bagaimana kriteria kecakapan menerima hak dan
melakukan perbuatan hukum tinjauan KUH Perdata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana kriteria kecakapan menerima hak dan melakukan perbuatan hukum tinjauan KUH Perdata.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu bahwa kriteria kecakapan menerima hak dalam KUH Perdata,
yaitu sejak seseorang telah dilahirkan sampai ia meninggal dunia, dan dalam KUH Perdata
menetapkan secara jelas usia kedewasan yaitu 21 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa KUH Perdata
lebih mengedepankan aspek kepastian hukum.
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 173
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 174
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 175
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu namun ketentuan ini tidak sejalan lagi
adanya kepastian hukum sehingga dapat dengan ketentuan dalam pasal 31
diterapkan di Indonesia dengan mudah dan undang-undang nomor 1 tahun 1974.
masyarakat dapat mematuhi peraturan 4. Semua orang kepada siapa undang-
tersebut, sedangkan kekurangannya yaitu undang telah melarang melakukan
adanya ketidakadilan hukum karena belum perbuatan hukum tertentu, misalnya
tentu setiap orang yang berumur 21 tahun putusan pernyataan pailit.
memiliki kemampuan intelektual dan biologis Bagi mereka yang dianggap tidak
untuk melakukan suatu perbuatan hukum. cakap bertindak dalam melakukan perbuatan
Dalam KUH Perdata pembagian cakap hukum hukum, maka dalam melakukan perbuatan
terbagi menjadi dua, yaitu orang yang belum hukum di dalam dan di luar pengadilan
dewasa dan orang yang telah dewasa. Orang diwakili oleh orang lain yang ditunjuk oleh
yang belum dewasa adalah orang yang belum hakim pengadilan, yakni bisa orang tuanya,
mencapai usia 21 tahun atau belum menikah, walinya atau pengampunya. Seandainya
sedangkan orang yang telah dewasa adalah orang-orang yang tidak cakap bertindak
yang sudah genap berumur 21 tahun atau melakukan suatu perbuatan hukum, perbuatan
sudah menikah. hukum yang mereka lakukan dianggap sah-
Pada dasarnya semua manusia sah saja atau tetap berlaku, sepanjang para
memiliki hak sejak dilahirkan sesuai dengan pihak belum menuntut pembatalan perbuatan
ketentuan Pasal 2 dan 3 KUH Perdata, namun hukum yang dilakukan kepada hakim
tidak semua manusia mempunyai kewenangan pengadilan. Ini berarti bahwa ketidakcakapan
dan kecakapan untuk melakukan perbuatan mereka bertindak dalam melakukan perbuatan
hukum. Orang yang dapat melakukan hukum tidak menyebabkan perbuatan hukum
perbuatan hukum adalah orang-orang yang yang mereka lakukan batal dengan sendirinya,
telah dewasa. Berdasarkan uraian di atas, namun harus dimintakan pembatalan terlebih
maka dapat diketahui bahwa pembagian dahulu kepada hakim pengadilan.
kecakapan atau periodisasi manusia untuk Ada juga sesuatu yang mempengaruhi
dapat dipandang cakap bertindak hukum. manusia, hanya saja tidak mempengaruhi
Dalam KUH Perdata dibagi mnejadi dua, keahliannya, tidak menghilangkan dan tidak
yaitu subjek yang belum dewasa dan subjek pula mengurangi, tetapi mengubah sebagian
yang telah dewasa. hukumnya karena ada anggapan dan
Dalam KUH Perdata juga diatur kemaslahatan yang diakibatkan perubahan itu,
mengenai orang-orang yang dianggap tidak seperti bodoh, lupa dan hutang. Orang bodoh
cakap untuk melakukan suatu perbuatan dan punya sifat lupa adalah orang baligh dan
hukum, hal ini terdapat dalam Pasal 1330 berakal yang memiliki keahlian melaksanakan
KUH Perdata diataranya: sempurna. Akan tetapi untuk menjaga harta
1. Orang-orang yang belum dewasa, yaitu masing-masing agar tidak sia-sia dan untuk
mereka yang belum mencapai umur menghindari kerugian maka keduanya
genap 21 tahun atau tidak lebih dahulu dilarang membelanjakan hartanya. Sehingga
telah melangsungkan perkawinan. akad tukar-menukar uang dengan mereka dan
2. Mereka yang ditaruh di bawah ibadah dengan harta mereka tidak sah.
pengampuan, yaitu orang-orang dewasa Berdasarkan uraian di atas maka dapat
yang selalu berada dalam keadaan kurang diketahui bahwa keadaan tidak keseluruhan,
ingatan atau dungu, sakit jiwa (orang yaitu jika akan melakukan perbuatan hukum
gila) dan mata gelap atau pemboros, ia harus di wakili oleh wali atau pengampunya
sehingga untuk melakukan perbuatan dan perbuatannya tersebut dapat dibatalkan
hukum ia diwakili oleh seorang atau tidak sesuai dengan izin dari walinya.
pengampu yang telah ditunjuk oleh Akibat ketidakcakapan dalam KUH Perdata
pengadilan. ini berlaku bagi anak belum baligh yang
3. Orang-orang perempuan yang ditetapkan melakukan suatu perbuatan hukum, maka
oleh undang-undang, seperti para istri perbuatan hukumnya tidak serta merta
yang memerlukan bantuan suaminya menjadi tidak sah, namun orang tua atau
untuk menghadap di muka pengadilan, walinya yang menentukan dapat membatalkan
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 176
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
perbuatan hukum tersebut atau tidak. Bagi beberapa ahli adalah orang yang
orang-orang yang tidak cakap hukum baik dinyatakan belum dewasa maka
dalam KUH Perdata jika akan melakukan diwalikan oleh walinya ketika
perbuatan hukum maka harus diwakilkan oleh melakukan perbuatan hukum. Pada
orang tua, wali atau pengampunya. umumnya perwalian mempunyai 2 asas
Dalam KUH Perdata ditemukan yaitu :
istilah pendewasaan atau perlunakan yang a. Asas tak dapat dibagi-bagi
merupakan suatu tindakan hukum yang (Ondeelbaarheid).
menjadikan seseorang yang belum dewasa b. Asas persetujuan dari keluarga.
boleh dinyatakan dewasa atau diberikan c. Orang-orang yang dapat ditunjuk
kepadanya hak kedewasaan tertentu agar sebagai Wali
dapat melakukan perbuatan hukum tertentu. 1) Perwalian oleh suami atau istri yang
Hal ini dapat dilakukan dengan cara hidup lebih lama, Pasal 345 sampai
mengajukan permohonan ke pengadilan. Pasal 354 KUH Perdata.
Meskipun dalam prakteknya, lembaga 2) Perwalian yang ditunjuk oleh bapak
pendewasaan ini sedikit sekali digunakan atau ibu dengan surat wasiat atau
karena adanya ketentuan dalam UU No.1 akta tersendiri
Tahun 1974 yang menentukan usia dewasa 4. Perwalian yang diangkat oleh
untuk melakukan perkawinan adalah 18 tahun. Hakim
4.2. Saran
4. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Bagi pemerintah Indonesia, hendaknya
4.1. Kesimpulan
dalam menentukan peraturan mengenai
1. Kedewasaan mengandung pengertian ukuran kedewasaan dalam setiap undang-
tentang adanya kewenangan seseorang undang tidak berbeda- beda
untuk melakukan perbuatan hukum (dipersamakan) karena hal ini dapat
sendiri tanpa adanya bantuan pihak lain, menjadikan undang-undang yang satu
apakah ia, orang tua si anak atau wali si bertentang dengan undang-undang yang
anak. Sedangkan pendewasaan lain dan menyebabkan ketentuan dalam
(handlichting) adalah suatu pernyataan salah satu undang-undang tidak efektif
tentang seorang yang belum mencapai lagi.
usia dewasa sepenuhnya atau hanya 2. Untuk menentukan kecakapan ketidak
untuk beberapa hal saja dipersamakan cakapan bertindak terlebih dahulu harus
dengan seorang yang sudah dewasa. melihat peristiwa yang dilakukan oleh
2. Adapun kriteria kecakapan melakukan seorang anak, misalnya menikah tidak
perbuatan hukum dalam KUH Perdata perlu campur tangan orang tua karena
menetapkan bahwa seseorang dapat sudah dewasa harus berumur 21 tahun
dikatakan cakap hukum apabila ia telah keatas , kalau melakukan tindakan
mencapai umur 21 tahun atau sudah hukum dia sudah mencapai umur 18
menikah. Hal ini menunjukkan bahwa tahun atau belum 18 tahun tapi sudah
KUH Perdata lebih mengedepankan menikah, harus juga secara tegas diatur
aspek kepastian hukum namun tentang seseorang yang sudah menikah
mengesampingkan aspek keadilan tapi belum mencapai umur 18 tahun
hukum. KUH Perdata menetapkan dalam melakukan tindak pidana hukum,
bahwa urgensi akal merupakan syarat misalnya seorang laki-laki boleh menikah
seseorang dapat dianggap cakap kalau sudah berumur 19 tahun keatas
melakukan perbuatan hukum. (Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor
3. Perwalian pada dasarnya adalah setiap 1/74) sedangkan menurut Pasal 4 Ayat 1
orang dewasa adalah cakap atau mampu seseorang itu sudah dapat cakap
melakukan perbuatan hukum karena melakukan tindakan hukum wakaupun
mmenuhi syarat umur menurut hukum. dia dibawah 18 tahun tapi sudah
Maka kesimpulan perwalian menurut menikah.
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 177
ISSN PRINT : 2714-9781
ISSN ONLINE : 2715-2677
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW) (Jakarta: Sinar Grafika, 2006).
Nasrun Haroen, Ushul Fiqh (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu, 1997).
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang – undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945
C. Internet
http://kbbi.web.id/kecakapan
Jurnal Tectum LPPM Universitas Asahan Edisi Vol. 1, No. 2 Mei 2020 178