Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 5 ( JOHANNES,JESSICA,ANDIKA,LIUMENTI)

HUKUM KEPERDATAAN (A)


UJIAN AKHIR SEMESTER

- Perjanjian yang mempunyai konsekuensi hukum yang


mengikat.

Perjanjian berdasarkan Pasal 1313 KUHPer sendiri dinyatakan sebagai berikut “Suatu
perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain atau lebih”. Namun, untuk dapat melakukan suatu perjanjian, para pihak harus
memenuhi ketentuan Pasal 1320 KUHPer untuk dapat yang menyatakan syarat sah dari suatu
perjanjian yaitu kesepakatan para pihak yang mengikatkan diri, cakap untuk membuat suatu
perjanjian, perjanjian yang dibuat merupakan hal tertentu yang halal. Dalam hal hubungan
perjanjian terhadap materi artikel yang kami buat dengan judul “Pemanfaatan Artificial
Intellegence Ditinjau Dari Hukum Perdata Dalam Rangka Perlindungan Data Pribadi Nasabah
Perbankan” adalah bagaimana pertanggung jawaban atau perjanjian yang dibuat oleh pembuat
AI (Bank) terhadap nasabah yang menggunakan AI sebagai sistem pengamanan yang
digunakan untuk menjamin keamanan data pribadi nasabah. Perjanjian dalam hal ini berkaitan
dengan bagaimana pertanggung jawaban terhadap AI tersebut dan hal yang berkaitan dengan
keamanan data pribadi nasabah, maka dari itu perlu dibuat perjanjian di antara para pihak yakni
bank dengan nasabah sebagai pengguna. Ketentuan mengenai keamanan data pribadi nasabah
pun sudah diatur dalam pasal 40 ayat (1) UU Perbankan yang berbunyi “Bank Wajib
merahasiakan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 44, dan Pasal 44A”.
Ketentuan mengenai konsekuensi yang dapat diterima pihak bank jika tidak merahasiakan data
pribadi nasabah diatur pada pasal 47 ayat (2) UU Perbankan yang berbunyi “Anggota Dewan
Komisaris, Direksi, pegawai bank atau Pihak Terafiliasi lainnya yang sengaja memberikan
keterangan yang wajib dirahasiakan menurut Pasal 40, diancam dengan pidana penjara
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun serta denda sekurang-kurangnyap 4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah)."

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA


KELOMPOK 5 ( JOHANNES,JESSICA,ANDIKA,LIUMENTI)
HUKUM KEPERDATAAN (A)
UJIAN AKHIR SEMESTER

- Force majeure bukanlah ketentuan yang muncul berdasarkan


kontrak, akan tetapi ketentuan yang muncul berdasarkan
hukum.

Jika kita membicarakan perbankan pasti ada beberapa pihak yang terlibat dalam perbankan
sendiri, seperti nasabah dan pihak bank. Terdapat beberapa perbuatan yang dapat menimbulkan
akibat hukum seperti membuka rekening bank, dalam membuka rekening bank calon nasabah
akan membuat perjanjian atau kontrak dengan pihak bank. Calon nasabah akan
mentandatangani beberapa surat, yang dimana surat tersebut sudah tertuang perjanjian-
perjanjian yang telah ditentukan oleh pihak perbankan. Jika nasabah menyutujui dan tidak
berkeberatan dengan klausul-klausul yang tertulis dalam perjanjian tersebut dan
mentandatanganinya, maka timbullah hak dan kewajiban yang masing-masing harus dipenuhi
oleh pihak.Dalam hal ini data pribadi nasabah yang sudah diinput oleh pihak perbankan
kedalam sistem komputasi yang seringkali dinamakan Artificial Intelligence (Kecerdasan
Buatan) apabila mengalami kebocoran ke ranah publik walaupun pihak bank sudah menjaga
dengan baik, apakah dapat dihitung sebagai Force Majeure atau tidak? perlu diketahui bahwa
force majeure dalam kontrak atau perjanjian adalah keadaan memaksa dimana posisi salah satu
pihak tidak dapat melakukan kewajiban akibat sesuatu yang terjadi diluar kuasanya, tentu
menjaga data pribadi nasabah menjadi kewajiban pihak perbankan. Namun, jika kebocoran
data yang terjadi karena sistem komputasi yang dimiliki bank yang dimana secara tidak sengaja
melakukan hal tersebut maka tidak dapat dianggap sebagai force majeure. Seperti dalam artikel
yang telah ditulis, bahwa Kitab Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) menganalogikan
hubungan AI dengan pembuat/pengawas AI (Pihak Bank) seperti hubungan binatang
peliharaan dengan pemiliknya yang dimana dalam hal ini Artificial Intelligence sendiri tidak
dapat menjalankan perintahnya sendiri melainkan harus ada yang memerintah (programming
) yang berarti jika terdapat kesalahan yang dilakukan oleh sistem AI dan merugikan pihak
lainnya, maka pemilik atau pengawas AI tersebutlah yang bertanggung jawab secara hukum.
Dikarenakan jika dianggap sebagai force majeure maka terdapat pembebasan kewajiban oleh
satu pihak, namun dalam hal ini tidak terdapat pembebasan kewajiban dikarenakan pihak bank
harus bertanggung jawab penuh secara hukum akibat masalah yang ditimbulkan oleh sistem
komputasi nya atau Artificial Intelligence nya.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA


KELOMPOK 5 ( JOHANNES,JESSICA,ANDIKA,LIUMENTI)
HUKUM KEPERDATAAN (A)
UJIAN AKHIR SEMESTER

- Subjek kontrak perorangan dengan kecakapan bertindak dan kewenangan


bertindak.

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum memiliki hak dan kewajiban
sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak. Subjek hukum harus memiliki sebuah
kecakapan dan kewenangan dalam bertindak. Berdasarkan tuturan Wakil Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia yang berisi bahwa subjek hukum baik orang perseorangan maupun badan
hukum harus dapat memberikan pertanggungjawaban, memiliki kewenangan, serta memiliki
status yang diberikan oleh hukum, oleh karena itu ampai saat ini yang dapat dikatakan sebagai
subjek hukum dalam hukum perdata adalah manusia dan badan hukum. Namun seiring dengan
perkembangannya waktu dan teknologi, ada muncul sebuah pelaku hukum yang masih dalam
pertimbangan apakah pelaku hukum baru ini dapat dimasukkan sebagai subjek hukum atau
tidak. Pelaku hukum baru ini adalah Artificial Intelligence (AI), sebuah program yang disusun
dalam bentuk mesin dan berisi kecerdasan buatan yang sama dengan kecerdasan otak manusia.
Artificial Intelligence (AI) ini dikatakan sebagai pelaku hukum dalam sector perbankan
dikarenakan AI bertugas untuk memindai dan menyimpan data-data pribadi yang mana data
pribadi tersebut telah diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No. 20
Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi, Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan, dan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Sampai saat ini belum ada peraturan maupun regulasi yang menyatakan bahwa AI
dapat dikatakan sebagai subjek hukum yang sah, namun dalam pasal 1367 KUHPerdata
berbunyi bahwa tiap orang harus bertanggung jawab atas seseorang atau barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya, dalam hal ini dapat di katakan bahwa AI adalah sebuah
tanggung jawab bagi pencipta dan pengawas dalam sektor perbankan. Sehingga apabila terjadi
pelanggaran hukum seperti contohnya kebocoran data pribadi nasabah bank, yang harus
bertanggung jawab adalah orang yang berperan sebagai pengawas AI. Maka dari itu,
disarankan untuk pemerintah Indonesia agar dapat mempertimbangkan dan memutuskan untuk
memasukkan AI tersebut dalam subjek hukum yang diatur dalam peraturan yang sah, agar para
nasabah dalam sektor perbankan memiliki payung hukum atas hak data pribadi mereka dan
meminimalisir terjadinya pelanggaran hak atas data pribadi nasabah. Begitupun jika terjadi
pelanggaran hukum seperti halnya kebocoran data pribadi atau data pribadi mereka digunakan
oleh pihak tidak bertanggung jawab, mereka dapat menuntut hak mereka jika kepastian hukum
tersebut telah terbentuk dan dalam peraturan yang sah.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA


KELOMPOK 5 ( JOHANNES,JESSICA,ANDIKA,LIUMENTI)
HUKUM KEPERDATAAN (A)
UJIAN AKHIR SEMESTER

- Perwujudan prinsip iktikad baik dalam perjanjian

Artificial Intelligence (AI) atau bisa di sebut mesin kecerdasan buatan manusia yang telah
dibuat selayak nya tindakan manusia dan dapat digunakan untuk mewakili manusia dalam
mengambil keputusan suatu persoalan. Namun, AI memang bisa membantu kita dalam
mengambil keputusan akan tetapi, pada dasarnya AI tidak memiliki jiwa,emosi,perasaan
layaknya manusia seperti kita. Oleh karna itu, desain AI dengan sistem yang cerdas juga perlu
selaras dengan sistem nilai moral dan prinsip etika yang diterima. Hal ini lebih berfokus kepada
mencari nilai-nilai etika bersama masyarakat atau komunitas-komunitas yang melibatkan
banyak orang. Dalam sistem pekerjaannya, AI lebih bisa diandalkan karena dapat menghindari
human error atau kesalahan-kesalahan fatal yang biasa dilakukan manusia. Penerapan itikad
baik AI kepada masyarakat. AI didesain dengan baik agar informasi pribadi masyarakat tidak
bocor. Secara umum data pribadi dapat di artikan sebagai data yang berisi informasi terhadap
identitas seseorang. Namun, apabila data pribadi seseorang bocor ada pertanggungjawaban
nya. Perbuatan menyimpang seperti ini harus di pertanggungjawabkan terlebih jika perbuatan
ini merugikan pihak lain. Dalam pasal 26 Undang-Undang Informasi dan Tranksaksi
Elektronik dinyatakan bahwa seseorang dapat melakukan gugatan bila data pribadi milik
seseorang tersebut tanpa persetujuannya/sepengetahuannya. Oleh karna itu,
Pertanggungjawaban hukum yang di sebabkan oleh AI bisa disebut dengan
pertanggungjawaban pengganti yang dimana KUH perdata yang mengatur seorang yang
memperkerjakan wajib mempertanggungjawabkan kerugian yang ada. Pada dasarnya, KUHP
perdata menganalogikan AI dengan penyelenggaranya diibaratkan dengan hubungan antar
peliharaan dengan pemiliknya/majikan. Sehingga apabila AI merugikan orang lain, maka yang
akan bertanggungjawab penuh adalah penyelenggara nya atas kerugian yang terjadi , serta
penyelenggara juga harus membantu korban dan mencari jalan tengah yang ada. Meskipun hal
buruk seperti kebocoran data pribadi masyarakat bisa terjadi, itikad baik dalam AI didesain
agar hal seperti kebocoran pribadi sangat minim terjadi. Dikarenakan, data-data yang ada ,
diperlukan password untuk setiap akun yang ada. Oleh karna itu, dalam mengisi data pribadi
biasanya password harus dibuat seunik mungkin agar hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
AI dalam aspek keamanannya pun dinilai ketat, hal ini dikarenakan itikad baik AI dalam
menjaga keamanan data pribadi nasabah bank.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TARUMANAGARA

Anda mungkin juga menyukai