Anda di halaman 1dari 12

DAMPAK POLUSI AIR TANAH DI DAERAH PERKOTAAN

AKIBAT LIMBAH INDUSTRI DAN LIMBAH RUMAH TANGGA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah


Metodologi Penelitian, yang diampu oleh
Dr. Rina Marina Masri M.P
Dr. Ir. H. Iskandar Muda Purwaamijaya MT

Disusun oleh :
SULISTIAN NURFADILLAH
(1701148)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laju pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan yang pesat dan arus
urbanisasi di negara sedang berkembang menyebabkan masalah perumahan yang
memerlukan pemecahan dan penanganan segera. Penyediaan sarana  air minum dan
sanitasi dasar menjadi bagian dari kegiatan peningkatan kualitas lingkungan hidup
yang sehat.

Kualitas lingkungan dan perilaku masyarakat akan menentukan derajat


kesehatan masyarakatnya. Selanjutnya, derajat kesehatan seseorang akan
mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kesejahteraannya. Kebutuhan air tanah semakin lama semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik di daerah
perkotaan maupun daerah perdesaan. Pertambahan penduduk yang cepat, banyak
mem bawa dampak negatif terhadap sumberdaya air baik kuantitas maupun
kualitasnya. Sementara itu, ada sebagian penduduk yang kurang mendapatkan
pelayanan air, tetapi di sisi lain terdapat aktivitas dan kegiatan penduduk yang
menggunakan air secara berlebihan dan cenderung menyebabkan pemborosan air.

Sumber air tanah yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah air sumur
gali. Air sumur gali bila kondisinya tercemar oleh limbah domestik maupun limbah
industri menyebabkan dampak terh adap kesehatan manusia. Potensi air tanah
bervariasi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain, dengan demikian pula
permasalahan yang timbul juga tidak sama, namun secara umum dapat dikatakan
bahwa pada setiap daerah telah terjadi penurunan cadangan air tanah serta penurunan
kualitas air tanah (Sudarmadji, 2006).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan
yang dapat diidentifikasi yaitu mengenai polusi air tanah, laju pertumbuhan, limbah
pabrik dan limbah rumah tangga.

1.3 Batasan Masalah


Suatu penelitian perlu diberikan batasan masalah agar tidak menyebabkan
masalah yang dikaji menjadi luas ruang lingkupnya dan tidak terarah sesuai dengan
tujuan , pemabatasan masalah pada penelitian ini yaitu :
1. Polusi air tanah
2. Kepadatan penduduk di perkotaan
3. Limbah industri dan limbah rumah tangga

1.4 Rumusan Masalah


Dari batasan masalah diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan polusi air tanah ?
2. Bagaimana Permasalahan Kepadatan penduduk di perkotaan ?
3. Bagaimana dampak dari limbah industri dan limbah rumah tangga ?

1.5 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Polusi air tanah.
2. Untuk mengetahui bagaimana Kepadatan penduduk di perkotaan.
3. Untuk mengetahui dampak dari adanya limbah industri dan limbah rumah
tangga.

1.6 Sistematika
Untuk mempermudah dalam pembahasaan dan uraian yang lebih baik laporan
peneltian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI
BAB IV HASIL DAN BAHASAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Air Tanah

Air adalah kebutuhan pokok mahluk hidup termasuk didalamnya manusia.


Dalam melanjutkan kelangsungan kehidupan rumah tangga sehari-hari maupun
kebutuhan proses industri sangat memerlukan ketersediaan air bersih yang
memadai. Pada umumnya suatu daerah yang subur ditandai dengan debit air
tanahnya yang tinggi, sebaliknya daerah yang kurang subur bahkan gersang debit
air tanahnya terbatas. Air menduduki urutan prioritas persyaratan penting dalam
mendukung laju proses perkembangan suatu daerah. Jaminan kontinuitas
ketersediaan air bersih yang memadai menjadi daya tarik yang sangat kuat bagi
masyarakat untuk datang bermukim dan aktivitas industri di wilayah tersebut.
Laju pertumbuhan jumlah penduduk disertai akselerasi aktivitas industri di suatu
wilayah, selalu berbanding lurus dengan peningkatan kebutuhan akan air bersih.
Menurut Kodoatie (2003) air tanah adalah sumber air yang terdapat di bawah
permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah berasal
dari air hujan dan air permukan yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak
jenuh (zone of aeration), kemudian meresap semakin mendalam hingga mencapai
zona jenuh air dan akhirnya menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu fase
dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap
yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer. Penguapan dari
darat, laut atau air pedalaman selanjutnya terjadi pengembunan membentuk awan,
pencurahan, pelonggokan dalam tanah atau badan air kemudian penguapan
kembali.
Pemanfaatan air tanah sebenarnya diatur oleh pemerintah seperti yang
diamanatkan oleh UUD 1945 Pasal 33 ayat 1. Produk kebijakan selaku fungsi
kontrol dalam pemanfaatan sumberdaya air memang masih menunjukkan
kelemahan. Cukup sulit untuk membatasi pergerakan industri dalam
menggunakan air tanah sebagai alternatif sumberdayanya. Aturan penggunaan
sumberdaya air yang telah diatur dalam UU No. 7 tahun 2004 dan PP No. 42
Tahun 2008 dan PP No. 43 tahun 2008 ternyata menjadi muara permasalahannya.
Beberapa pasal dalam peraturan tersebut memberikan peluang privatisasi sektor
penyediaan air minum, dan penguasaan sumber-sumber air (air tanah, air
permukaan, dan sebagian badan sungai) oleh badan usaha dan individu.
Akibatnya, hak atas air bagi setiap individu terancam dengan adanya peluang
privatisasi dan komersialisasi air di Indonesia.
Menurut Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2008 disebutkan bahwa,
penggunaan air tanah untuk berbagai keperluan (termasuk didalamnya bagi sektor
industri), merupakan pilihan kedua, apabila air permukaan sudah tidak
mencukupi, dengan syarat tetap memperhatikan upaya konservasi mencakup
pencegahan kerusakan lingkungan.

2.2 Kepadatan Penduduk di Perkotaan

Kuantitas atau jumlah penduduk dapat sebagai potensi maupun menjadi beban
bagi suatu negara, akan menjadi potensi apabila jumlah penduduk seimbang
dengan sumber daya yang lain serta mempunyai kualitas hidup yang baik.
Sebaliknya, menjadi beban apabila jumlah penduduk melampaui kapasitas
wilayah Negara tersebut. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan
ledakan penduduk, hal ini sangat mempengaruhi kualitas hidup dan tingkat
kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah tertentu.
Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan
luas wilayah yang dihuni ( Ida Bagoes Mantra, 2007). Ukuran yang biasa
digunakan adalah jumlah penduduk setiap satu Km2 atau setiap 1 mil2 .
Permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah persebaran yang tidak merata.
Kepadatan Penduduk dipengaruhi oleh pesatnya urbanisani. Urbanisasi
merupakan suatu fenomena yang diakibatkan oleh terkonsentrasinya penduduk
beserta aktivitasnya pada suatu wilayah/kawasan tertentu sehingga kepadatan
kawasan tersebut lebih tinggi daripada kawasan-kawasan lain di sekitarnya (Sato
& Yamamoto, 2005). Merlin & Choay (2005) juga menjelaskan bahwa
terminologi urbanisasi memiliki dua makna yang berbeda. Pada makna yang
pertama, yang paling sering digunakan, urbanisasi didefinisikan sebagai tindakan
menciptakan kota yang sering diikuti dengan proses perluasan ruang kota,
sedangkan pada makna yang kedua urbanisasi didefinisikan sebagai proses
peningkatan konsentrasi penduduk di kota-kota atau daerah perkotaan (Merlin &
Choay, 2005).
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Pada
daerah dengan kepadatan yang tinggi yakni di perkotaan, usaha peningkatan
kualitas penduduk akan lebih sulit dilakukan. Hal ini menimbulkan permasalahan
sosial ekonomi, kesejahteraan, Keamanan, ketersediaan lahan, air bersih dan
kebutuhan pangan. Dampak yang paling besar adalah kerusakan lingkungan.
Semua kebutuhan manusia dipenuhi dari lingkungan, karena lingkungan
merupakan sumber alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan pangan, papan, air bersih, udara
bersih dan kebutuhan lainnya.
Indonesia telah mengalami peningkatan penduduk perkotaan lebih dari dua
kali lipat, dari 55,4 juta jiwa dengan proporsi hanya sekitar 30,9% dari seluruh
penduduk Indonesia di tahun 1990 menjadi 118,3 juta jiwa dengan proporsi
sekitar 49,8% di tahun 2010 (Mardiansjah, 2013). Di masa mendatang, jumlah
penduduk perkotaan akan terus meningkat, dan mencapai lebih dari 200 juta jiwa
dengan proporsi hampir 70% dari seluruh penduduk Indonesia di tahun 2035
(BPS, 2015). Dari hampir 63 juta penduduk perkotaan baru antara tahun 1990
hingga 2010 tersebut, lebih dari 40 juta di antaranya merupakan penduduk
perkotaan baru yang terdapat di Pulau Jawa. Penduduk perkotaan di Pulau Jawa
sekitar 38,3 juta jiwa di tahun 1990 menjadi 79,9 juta jiwa di tahun 2010. Angka-
angka ini tidak saja memperlihatkan bahwa Pulau Jawa merupakan tempat
terkonsentrasinya penduduk perkotaan Indonesia, tetapi juga mengindikasikan
bahwa Pulau Jawa juga merupakan tempat terkonsentrasinya pertambahan
penduduk perkotaan.
Secara spasial, pertumbuhan penduduk perkotaan tersebut tidak terkonsentrasi di
suatu tempat tertentu, tetapi tersebar pada berbagai tempat terutama pada
kawasankawasan perkotaan yang telah tumbuh dan berkembang.

2.3 Pencemaran Air Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga


Manusia membutuhkan air untuk seluruh proses hidupnya terutama untuk air
minum. Air minum adalah bagian dari siklus air global, yang merupakan fungsi
dari abiotik dan biotik. Siklus ini semakin dipengaruhi oleh kegiatan manusia dari
penggunaan air dan pembuanganya. Proyeksi perubahan iklim, perkotaan dan
pengembangan industri mengancam kualitas air minum dan ketersediaan air
yang digunakan. Populasi, konsumsi, dan degradasi sumber meningkat seolah-
olah tidak ada batas untuk pasokan air bersih.
Polusi air tanah dapat menimbulkan permasalahan yang serius jika tidak
diperhatikan. Hal ini disebabkan karena air tanah adalah sumber air yang
dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk memenuhi kebutuhan air
bersih dan air minum. Kebutuhan akan air minum terus meningkat sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk, sementara itu jumlah air tanah semakin
berkurang dan kualitasnya semakin menurun. Penurunan jumlah dan kualitas air
tanah dipicu oleh aktivitas manusia maupun aktivitas industri.
Pemanfaatan air tanah yang berlangsung terus–menerus tanpa mengindahkan
konsep pengawetan dan pelestarian air tanah, pembangunan kawasan
pemukiman yang tidak memberikan tempat untuk peresapan air ke dalam tanah,
pembuangan limbah industri atau pabrik di permukaan tanah tanpa melalui
pengolahan limbah terlebih dahulu, limbah domestik, penggunaan pupuk atau
pestisida yang berlebihan di areal pertanian. Buangan industri tersebut masuk ke
dalam sungai dan danau melalui sumber buangan terkumpul (point resources)
seperti selokan atau pipa drainase dan melalui sumber buangan tersebar (diffuse
resources) seperti limpasan air dari lahan pertanian.
Pengembangan pendekatan jangka panjang untuk menggunakan air yang
berkelanjutan membutuhkan pengelolaan yang baik (Susan, 2003). Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 69% dari seluruh kegiatan aktivitas manusia
menyebabkan pencemaran air. Keberadaan bakteri E. coli pada air tanah-
menunjukkan aktifitas manusia, memiliki berpengaruh padakualitas sumber daya
air. Cemaran coliform mengindikasikan adanya cemaran yang diakibatkan oleh
tinja manusia. Cemaran yang dapat terjadi pada air bersih adalah cemaran
Coliform fecal (FC) dan Escherichia coli (EC).
Cemaran bakteri coliform diakibatkan karena adanya limbah baik yang
berasal dari limbah domestik maupun limbah industri. Bahan buangan organik
yang berasal dari limbah industri maupun limbah rumah tangga pada umumnya
berupa limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme,
sehingga hal ini dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme
dan mikroba patogen pun ikut juga berkembang biak di mana hal ini dapat
mengakibatkan berbagai macam penyakit.
Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air
dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true colour) yang disebabkan oleh
bahanbahan terlarut, dan warna semu (apparent colour), yang selain disebabkan
adanya bahan terlarut juga karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di
antaranya yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya.Timbulnya
bau pada air secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya
tingkat pencemaran air yang cukup tinggi.Air yang normal sebenarnya tidak
mempunyai rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu berarti
telah terjadi pelarutan garam.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, yakni Kepadatan di Kota Bandung.

3.2 Waktu panelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5-6 bulan, dimulai sejak awal bulan Februari.
3.3 Metode Penelitian

           Dalam penelitian ini digunakan metodologi kuantitatif dengan tipe penelitian


deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karakteristik dari suatu gejala
atau masalah yang diteliti. ( Ulber Silalahi, 2009).
Tehnik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan,
pengumpulan data –data, sekunder serta dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisa data
digunakan analisa data kuantitatif dan kualitatif.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Contoh

3.4.1 Populasi Penelitian


Populasi adalah keseluruhan objek yang memiliki kesamaan ciri-
ciri tertentu yang dipelajari untuk mendapatkan data tertentu lalu
kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan mengidentifikasi dari
literature yang kemudian dikaji dan ditarik kesimpulannya.

3.4.2 Sampel Penelitian


Sampel pada penelitian ini adalah kepadatan di perkotaan dan data
pencemaran air limbah industry dan air limbah yang dihasilkan oleh
rumah tangga.

3.4.3 Teknik Pengambilan Contoh


Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut
Sugiyono (2013: 124) “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel”.

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen Penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam metode
pengumpulan data oleh penulis untuk menganalisis hasil penelitian yang digunakan
pada langkah-langkah penelitian. Instrument yang digunakan pada penelitian ini
adalah sumber data sekunder.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis adalah proses mencari secara sistemetis data yang diperoleh.
Teknik analisis data berfungsi untuk menyimpulkan hasil penelitian. Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah analisis contact,
dimana penulis memahami dan menganalisis teks

Anda mungkin juga menyukai