BERSIH
Disusun sebagai Tugas Matakuliah Dasar Kesehatan Lingkungan
Dosen Dr. Suyud M. Si
Disusun oleh
1. AHMAD YASIN ALFARIDH 1706105630
2. ARI RAHMA YANTI 1706105731
3. DIAN INDRA DEWI 1706105845
4. LEURISA MAYANGSHITA 1706106141
5. PATAR SEBASTIANO SINAGA 1706106324
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas izin-NYA sehingga dapat
tersusun makalah tugas kelompok Identifikasi Ruang Terbuka Hijau yang memuat tentang
pengamatan tiap individu dalam kelompok terhadap ruang terbuka hijau pada tempat hunian
masing-masing dan kemudian dikaitkan dengan Kriteria Rumah Sehat.
Sebagai calon tenaga ahli kesehatan masyarakat, memulai untuk identifikasi dan
mengamati kesehatan rumah sendiri adalah hal yang penting sebagai latihan atau simulasi
mengingat nantinya akan menjadi pengarah, pengayom, dan bekerjasama dengan
masyarakat didalam mencapai derajat kesehatan yang baik terutama dalam merencanakan
ruang terbuka hijau yang bermanfaat bagi populasi. Ruang terbuka hijau memberikan
banyak manfaat bagi kehidupan manusia dan keberlangsungan lingkungan hidup seluruh
spesies.
Makalah ini dibuat sebagai gambaran mengenai identifikasi ruang terbuka hijau dari
tiap individu atau kelompok mahasiswa di Mata Kuliah Dasar Kesehatan Masyarakat.
Salam,
Tim penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dan pertumbuhan kota/perkotaan disertai dengan alih fungsi lahan
yang pesat, telah menimbulkan kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan daya
dukung lahan dalam menopang kehidupan masyarakat di kawasan perkotaan, sehingga
perlu dilakukan upaya untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui
penyediaan ruang terbuka hijau yang memadai (Kemendagri RI, 2007). Hal ini membuat
ruang terbuka bagi penduduk makin menipis dan cenderung hilang terdesak perluasan
lahan perkotaan. Perubahan dalam kondisi ekonomi, sosial, budaya atau gaya hidup
menuntut konversi lahan terbuka hijau menjadi lahan kebutuhan kota (urban spaces),
padahal sejatinya ruang terbuka hijau tidak hanya bermanfaat sebagai sarana ekologis
namun juga bermanfaat bagi kepentingan sosial, budaya, sekaligus bernilai estetis.
Sebagai contoh yang dapat dirasakan akibat minimnya ruang terbuka hijau adalah
peningkatan suhu udara yang dapat dirasakan di area perkotaan.
Kurangnya ruang terbuka hijau yang memicu peningkatan suhu perkotaan dapat
berdampak pada penggunaan pendingin ruangan yang menyebabkan konsumsi listrik
semakin tinggi, tagihan listrik semakin dengan pendapatan yang tetap akan
berpengaruh pada kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi penduduk, sehingga secara
tidak langsung ruang terbuka hijau sebenarnya memberi manfaat positif pada
kehidupan masyarakat itu sendiri.
Indonesia memiliki lahan perkotaan terbesar ketiga setelah Jepang dan Tiongkok.
Pada kurun waktu 10 tahun yaitu antara tahun 2000 hingga 2010 jumlah lahan
perkotaan di Indonesia meningkat, dari sekitar 8.900 kilometer persegi menjadi 10.000
kilometer persegi, tumbuh 1,1% per tahun (The World Bank, 2010). Hal ini menunjukkan
laju perluasan lahan kota sangat pesat sehingga berdampak pada penurunan ruang
terbuka hijau bagi individu dan kelompok. Identifikasi dalam kepemilikan ruang terbuka
hijau dalam skala mikro, yaitu per individu dalam konteks privat perlu dilakukan guna
memberikan gambaran tentang keberadaan ruang terbuka hijau.
Ruang terbuka hijau mempunyai salah satu fungsi untuk memelihara kelangsungan
ketersediaan air tanah dan meyerap air hujan. Dewasa ini, kebutuhan air bersih menjadi
masalah yang membutuhkan perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk
mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang
yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil
kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dan ketergantungan manusia terhadap air pun semakin
besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat.
Indonesia memiliki 6% potensi air dunia atau 2 % potensi air di Asia Pasifik. Tapi
ironisnya, setiap tahun Indonesia mengalami krisis air bersih secara kualitas maupun
kuantitas. Sumber air alam semakin menyusut dan air bersih olahan semakin mahal.
Sebanyak 13 sungai yang melewati ibukota Indonesia bahkan tercemar bakteri E-coli,
termasuk 70 persen air tanahnya. Di Indonesia, masalah air bersih merupakan masalah
klasik yang tidak kunjung usai diberantas. Pada tahun 2013, jumlah penduduk
Indonesia diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa. Dari jumlah yang begitu banyak,
hanya sekitar 20% saja yang memiliki akses terhadap air bersih. Itu pun kebanyakan
dari daerah perkotaan yang menikmati air bersih. Sedangkan sisanya, sekitar 80% dari
rakyat Indonesia masih mengkonsumsi air yang bisa dikatakan hampir tidak layak dan
bahkan tidak layak untuk dikomsumsi.
Beberapa penyakit yang terjadi akibat penggunaan air yang tidak bersih yaitu seperti
diare, kolera, disentri bisa mempengaruhi aktivitas dan derajat kesehatan seseorang.
Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di tahun 2015 hampir 68% mutu air sungai di
33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat, diantaranya sungai Brantas,
Citarum dan Kali Wonorejo yang baru-baru ini tampak menghasilkan busa putih.
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 2 miliar manusia per hari terkena
dampak kekurangan air di 40 negara, dan 1,1 miliar tak mendapat air yang memadai.
Di Indonesia, 119 juta rakyat belum memiliki akses terhadap air bersih. Baru 20
persen, itu pun kebanyakan di daerah perkotaan, sedangkan 82 persen rakyat
Indonesia mengkonsumsi air yang tak layak untuk kesehatan. Menurut badan dunia
yang mengatur soal air, World Water Assessment Programme, krisis air memberi
dampak yang mengenaskan: membangkitkan epidemi penyakit.
Enam puluh persen sungai di Indonesia tercemar, mulai bahan organik sampai
bakteri coliform dan Fecal coli penyebab diare. Menurut data Kementerian kesehatan,
dari 5.798 kasus diare, 94 orang meninggal. Jakarta dialiri 13 sungai, sayangnya
menurut badan pengendalian lingkungan hidup DKI Jakarta 13 sungai di Jakarta itu
sudah tercemar bakteri Escherichia coli, bakteri dari sampah organik dan tinja manusia.
Sungai Ciliwung termasuk yang paling besar tercemar bakteri E. coli, kadar
pencemaran mencapai 1,6-3 juta individu per 100 cc, padahal standar baku mutunya
2.000 individu per 100 cc. Dari situ ada 20-30 jenis penyakit yang bisa timbul akibat
mikroorganisme di dalam air yang tidak bersih. Bakteri yang sama juga mencemari 70
persen tanah di Ibu Kota yang juga berpotensi mencemari sumber air tanah. Padahal
kebutuhan air bersih orang di Jakarta setiap hari diperkirakan 175 liter air per orang.
Dan untuk 9 juta penduduk, diperlukan 1,5 juta meter kubik per hari. Perusahaan air
minum baru bisa memenuhi kebutuhan 52 persen lebih, itu pun kalau tidak ada
masalah.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana identifikasi ruang terbuka hijau pada tempat tinggal individu dalam
kelompok dikaitkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007?
2) Bagaimana kebutuhan air bersih pada tempat tinggal individu dalam kelompok?
3) Bagaimana kaitannya ruang terbuka hijau dan kebutuhan air bersih dengan
kesehatan?
C. TUJUAN
1) Mengidentifikasi ruang terbuka hijau pada tempat tinggal individu dalam kelompok
dikaitkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007
2) Mengetahui kebutuhan air bersih pada tempat tinggal individu dalam kelompok
3) Mengetahui fungsi ruang terbuka hijau dan kebutuhan air bersih untuk kesehatan
BAB II
KAJIAN TEORI
Namun, sistem PAH memiliki 3 jenis yakni PAH tradisional, PAH Semi
Rasional, dan PAH Rasional. PAH tradisional dibangun secara sederhana
dan murah biaya. PAH jenis ini memiliki volem air yang kecil bahkan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan air skala rumah tangga dalam setahu. Hal
ini karena pada sistem PAH tradisional talang air tidak dipasang di seluruh
atap rumah. Sementara PAH Semi Rasioanal memiliki volume yang lebih
besar daripada PAH tradisional. PAH Rasional memiliki volume terbesar
dibandingkan dengan jenis PAH lainnya. PAH jenisini pun memiliki desain
yang optimal dalam menampung volume air.
Sistem PAH Rasional merupakan jenis PAH yang paling cocok untuk
diimplementasikan di daerah perkotaan. PAH bisa menjadi sumber cadangan
air bagi perumahan, perkantoran, industri bahkan perhotelan di saat musim
kemarau melanda dan air PDAM mulai mengalami pengurangan kapasitas
akibat mengeringnya sumber air PDAM. Dengan sistem PAH, air hujan yang
turun tidak akan hilang dan terbuang begitu saja. Bahkan sektor komersil dan
industri yang menggunakan sistem PAH bisa melakukan penghematan biaya
operasioanl pump jet saat musim hujan tiba.
Pada umumnya, PAH memiliki 4 bagian utama yakni bak pemasukan air
dari talang, bak akuifer buatan , bak penampungan air, dan bak pengambilan
air.
1. Bak Pemasukan Air dari Talang
Atap merupakan media untuk menangkap air hujan yang turun. Air hujan
ini lalu dialirkan melalui talang atau pipa pvc atau sejenisnya menuju
bangunan PAH. Pada tahap ini, air hujan akan ditampung pada bak
pemasukan air. Bak pemasukan ini dibagi menjadi beberapa partisi yang
berisi berbagai macam media sebagai filter atau pembersih dan penjernih
air hujan dari berbagai macam kotoran. Partisi ini disebut sebagai bak
akuifer buatan.
2. Bak Akuifer Buatan
Pada bak ini, terdapat 7 partisi yang berisi media berbeda-beda yakni
ijuk, pasir, kerikil, arang, batubata merah, kerikil yang dicampur dengan
batu gamping dan pasir. Partisi pertama berisi ijuk atau serabut kelapa. Air
hujan dari talang pertama kali akan masuk ke partisi ini. Pada partisi ini
kotoran yang berukuran cukup besar akan disaring melalui ijuk. Sementara
itu, air akan mengalir menuju partisi selanjutnya yang berisi pasir. Pasir
berfungsi untuk menyaring kotoran yang lebih kecil. Begitupun selanjutnya
aliran air hingga air sampai pada partisi ke tujuh yang berisi pasir. Setelah
melewati partisi terakhir, air akan ditampung di bak penampungan.
3. Bak Penampungan Air
Bak ini memiliki ukuran paling besar dibandingkan dengan bak-bak
lainnya padasistem PAH. Bak ini berisi air hujan yang sebelumnya telah
disaring pada partisi bak akuifer buatan. Air hujan yang ditampung pada
bak ini telah bersih dari segala macam kotoran yang terbawa. Besar-
kecilnya kapasitas atau volume PAH tergantung dari ukuran dari bak
penampungan.
4. Bak Pengambilan Air
Bak ini merupakan tempat untuk pengambilan air. Untuk bak pemasukan
air dari talang dan bak akuifer buatan semua bagian tertutup rapat untuk
menghindari adanya kotoran yang masuk. Namun pada bak penampungan
air dan bak pengambilan air terdapat lubang. Untuk bak penampungan air,
lubang digunakan sebagai sirkulasi udara yang masuk ke dalam bak saat
air di dalam bak dipompa menuju keluar. Jika lubang ini tidak ada, maka air
tidak akan bisa di pompa. Pada bak pengambilan air,lubang berfungsi
sebagai pipa pompa air.
Pada operasinya, PAH terutama pada bak pemasukan air harus
dibersihkan secara periodic, minimal 1 tahun sekali. Hal ini karena air hujan
yang mengandung kotoran paling banyak pertama kali menuju bak
pemasukan air sehingga kotoran paling banyak terdapat pada bak
penampungan air. Untuk bak lainnya, cukup dibersihakn minimal 10 tahun
sekali.
Biaya pembangunan yang tidak mahal dan perawatan yang mudah menjadi
daya tarik tersendiri yang ditawarkan sistem ini untuk mengatasi krisis air
bersih di perkotaan maupun pedesaan terutama di saat musim kemarau
berlangsung. Selain itu, bahan filter seperti ijuk dan pasir juga sangat mudah
ditemukan sehingga bukan merupakan kendala dalam pembuatan PAH.
Namun, untuk skala besar, pembuatan PAH di perkotaan yang padat
pemukiman, ketersediaan lahan bebas menjadi kendala imlpementasi PAH.
Namun, pada dasarnya PAH tidak harus selalu di buat di dasar tanah. PAH
juga bisa di buat di atas tanah atau lantai bertingkat. Untuk pembuatan PAH
pada lantai bertingkat, kekuatan pondasi lantai menjadi factor terpenting yang
harus diperhatikan agar tidak terjadi peristiwa amblas karena beban air PAH
melebihi beban yang mampu ditahan oleh pondasi tingkat.
Cara Terbaik
Sejatinya, pemanfaatan PAH untuk sektor komersial seperti perhotelan dan
industri adalah tindakan yang bijak. Selain untuk menghindari krisis air tanah
akibat pengambilan air secara besar-besaran melalui sumur bor,
pemanfaatan PAH pada sektor ini juga untuk mengoptimalkan pemanfaatan
air hujan yang selama ini terbuang sia-sia. Sektor ini tentu membutuhkan air
dengan kualitas terbaik. Untuk memperoleh itu, ada bebarapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembangunan PAH di antaranya :
1. Seluruh bangunan PAH harus tertutup dengan baik.untuk itu, bagian
bangunan yang meliputi dinding dan dasar PAH sebaiknya dibangun
menggunakan beton kualitas terbaik. Hal ini agar air air di dalam PAH tidak
bocor atau zat-zat di dalam tanah tidak dapat menembus dinding PAH.
Dengan demikian, kualitas air dapat benar-benar dijaga dari zat-zat
berbahaya yang terdapat di dalam tanah.
2. Untuk mengurang terbentuknya lumut di dinding bangunan PAH, dinding
sebaiknya beton sebaiknya dilapisi dengan pelapis anti lumut. Waktu
pembersihan yang relatif lama dan penggunaan yang besar memungkinkan
pembentukan lumut pada dinding bangunan PAH sehingga hal ini bisa
menyebabkan penurunan kualitas air hasil PAH.
Sterilisasi media penangkap air hujan yakni atap dan talang, juga
merupakan salah faktor penting dalam menjaga kualitas air hasil PAH. Atap
yang digunakan sebaiknya adalah berupa genteng bukan atap seng.
Penggunaan atap seng dalam jangka waktu lama akan menyebabkan
terjadinya korosi atau karat pada permukaan atap sehingga kotoran karat juga
akan mencemarai air hujan yang masuk menuju PAH. Penggunaan genting
kualitas baik atau atap beton merupakan cara agar air hujan yang ditampung
tidak tercemar oleh zat karat atau zat lain yang menempel pada atap rumah.
Talang besi juga diperkirakan akan mengalami korosi jika digunakan dalam
waktu lama. Maka penggunaan talang dari PVC atau sejenisnya yang
berkualitas baik juga sangat dianjurkan dalami implementasi PAH.
PAH merupakan salah satu solusi yang bisa ditawarkan untuk mengatasi
ancaman krisis air baku bersih yang semakin lama semakin jelas
kenyataannya. Sistem ini adalah solusi efektif dan sederhana yang bisa
dihadirkan mengingat solusi lainnya seperti teknologi desalinasi air laut yang
menelan dana yang sangat besar. Oleh karena itu, untuk sektor yang
memerlukan cdangan air bersih yang memadai, sistem PAH bisa dicoba
sebagai solusi atas permasalahan krisis air baku bersih.
Curah hujan yang tinggi di beberapa daerah di pedesaan kebanyakan
terbuang mengalir begitu saja ke sungai. Bahkan tidak sedikit daerah yang
mengalami banjir akibat hujan ini. Dalam rangka penyediaan air bersih di
pedesaan yang memiliki curah hujan yang tinggi, dapat dikembangkan Sistem
Pemanfaatan Air Hujan (SPAH) yang layak dikonsumsi oleh masyarakat
desa. Sistem ini dapat dikembangkan secara bergotong royong dan dikelola
bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari atau bahkan
untuk dikomersialisasikan.
Citrus
Cactaceae Euphorbia
Capsicum annuum Bird's Eye Solanum lycopersicum
Cactaceae Orchidaceae
Jasminum Rosa
B. Kebutuhan Air
Kebutuhan air Kebutuhan air
Mahasiswa (L/hari/orang)
(m3/hari/orang)
A 0,08 80
B 0,18 180
C 0,13 130
D 0,09 90
E 0,06 60
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._32_ttg_Standar_Baku_
Mutu_Kesehatan_Air_Keperluan_Sanitasi,_Kolam_Renang,_Solus_Per_Aqua_.pdf .
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017. Diakses
pada 29/10/17.
https://www.kompasiana.com/aamhambali/penampung-air-hujan-pah-solusi-efektif-
dan-sederhana-untuk-menghandapai-krisis-air-baku-
bersih_552974a16ea834e2398b456e . Diakses pada 28/10/17.
https://www.yukiwaterfilter.com/in/detail-berita-149-dampak-air-hujan-bagi-
kesehatan.html .
Diakses pada 29/10/17.
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html . Diakses pada 30/10/17.
https://litbang.pu.go.id. Diakses pada 30/10/17.