Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi yang teletak dibagian barat
pulau Jawa dengan luas mencapai 9662.92 KM2 (Menurut BPS Banten 2016).
Letak geografis Banten 1050 1’11 - 1060 7’ 122 BT dan 50 7’ 1’12 LS. Provinsi
Banten terbagi kedalam 8 kabupaten/kota yaitu kota Tangerang, Kota
Tangerang Selatan, kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang,
Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Sejarah
Banten dimulai dengan berdirinya konsep penataan ruang kesultananan Banten
pertama kali dilihat dari keputusan Sunan Gunung Djati yang memerintahkan
kepada putranya (Maulana Hasanudin) untuk melakukan hijrah pemerintahan.
Pusat pemerithana kerajaan Banten yang selula di derah pedalaman di Banten
girang (3 Km dari Kota Serang). Dialihkan ke pesisir teluk Banten. Peristiwa
ini terajadi pada tanggal 1 Muharam tahun 933 Hijriah, bertepatan dengan
tanggal 8 Oktober 1526. Tanggal perpindahan ini kemudian dijadikan hari jadi
(HUT) Kabupaten Serang.
BAB II

PERENCANAAN

2.1. Tempat : Banten Lama

2.2. Waktu : Sabtu, 10 November 2018


BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Tempat Ekpedisi : Tempat penziarahan, Halaman Masjid Agung dan Benteng

Surosoan

3.2 Letak Wilayah : Kasemen, Kota Serang Provinsi Banten


BAB IV

HASIL EKSPEDISI

Keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari pedalaman ke


pesisir merupakan langkah strategis, karena pada saat itu teluk Banten merupakan
kawasan yang cukup ramai didatangi para pedagang dari berbegai wilayah, baik
dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Dengan perpindahani ini, kesultanan
bantn menjadi daerah terbuka untuk tujuan perdagagan. Kesultanan Banten pun
lebih dinamis karena daerah tujuan pedagang dari berbagai dunia. Sultan pertama
Banten Maulana Hasanudin memerintah tahun 1527-1570, beliau lahir di Cirebon
pada tahun 1479, merupakan anak kedua dari perkawinan antara Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) dan Nyi Kawung Putri Kigendeng Aten
kemudian pada tahun 1526 pangeran Hasanudin menikah dengan putri mahkota
Sultan Trenggana (Nyi Ratu Kirana), Sultan Maulna Hasanudin wafat di Banten
dan jenazahnya dimakamkan di samping Masid Banten dalam usia 91 tahun. Pada
masa pemerintahan Hasanudin, kekuasaan kesultanan Banten diperluas ke
Lampung hingga Sumatra Selatan. Pasca maulana Hasanudin, kesultanan Banten
menunjukan signifikansi kemajuan sebagai kerajaan Islam di Nusantara, Sultan
Maulana Yusuf, sebagai pengganti ayahnya, memimpin pembanguna kesultanan
Banten disegala bidang. Strategi pembangunan lebih dititik beratkan pada
pengembangan insfrastruktur kota, pemukiman penduduk, keamanan wilayah,
perdagangan dan pertanian

Berdasarkan hasil observasi kami melalui wawancara dengan salah satu


tokoh yang ada di tempat pejarahan Sultan-Sultan yang dulu menjabat sebagai Raja
di kesultanan Banten, yaitu bapak TB Muktarudin yang merupakan keturunan dari
raja-raja kesultanan Banten. Berdasarkan informasi yang didapat Sultan Maulana
Hasanudin merupakan tokoh ulama dan ikut berjuang pada masa penjajahan. Sultan
Maulana Hasanudin berdakwah menyiarakan agama islam di daerah Banten dan
sampai ke daerah Baduy yang dikuasai oleh Pucuk Umun yang merupakan
pemimpin agama Hindu di Baduy juga merupakan orang terkuat yang ada di Baduy.
Tujuan Sultan Maulana Hsanudin untuk mengajak mereka memeluk agama islam
akan tetapi Pucuk Umun tidak menerima dengan baik kedatangan Sultan Maulana
Hsanudin ke Baduy dan akhirnya suatu hari terjadi pertarungan antara Pucuk Umun
dan Sultan Maulana Hasanudin dengan cara mengadu ayam dan kedua ayam
tersebut merupakan ayam sakti dengan ketentuan bila ayam Pucuk Umun kalah
Sultan Hasanudin bebas menyebarkan agama Islam di Banten, Tempat pertarungan
kesaktian antara Sultan Maulana Hasanudin dengan Pucuk Umum pun telah
disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu di lereng Gunung Karang. Ayam milik
Pucuk Umun telah diberi keris berbisa pada kedua tajinya sedangkan pada ayam
Sultan Maulana Hsanudiin tidak dipasang senjata apapun tetapi dia telah
dimandikan dengan air sumur masjid Agung Banten. Pada saat dimandikan
dibacakan ayat-ayat Al-Quran ternasuk surah Al-Fatihah, surah A-Ikhlas dan
kalimat “Laa Haula Wa lakuwwata Illa Billahil Aliyyiladzim” masing-masing
sebanyak tiga kali. Akhirnya ayam Sultan Maulana Hasanudin mampu
mengalahkan ayam Pucuk Umun, sehingga Pucuk Umum melepaskan kedaulannya
atas Banten kemudian bermukim di Ujung Kulon.

Kesultanan Banten yang sekarang diberi nama Keraton Surosoan terletak di


sebelah Masid Agung Banten menjadi pusat kekuasaan Banten pada masa itu.
Didirikan sekirat tahun 1522-1526 pada masa pemerintahan Sultan pertama Banten
yaitu Sultan Maulana Hasanudin dan banyak yang menjelaskan pembangunannya
melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Henrik Lucasz Cardel, seorang
arsitek asal Belanda yang memeluk islam yang diberi gelar pangeran Wirguna.
Keraton Surosoan memiliki dinding pembatas setinggi 2 M yang menjadi benten
pertahanan jika ada serangan yang mengelilingi area keraton yang luasnya sekitar
3 Hektar. Bangunan keraton Surosoan ini memiliki kesamaan dengan benteng
Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang terbentuk intan). Didalam
keraton Surosoan terdapat pemandian puteri yang disebut Pacuran mas.

Raja-raja yang pernah berkuasa di kesultanan Banten yaitu

1. Sultan Hasanudin (1552-1570)


2. Maulana Yusuf (1570-1580)
3. Maulana Muhammad ( 1580-1596)
4. Pangeran Ratu (1596-1647)
5. Sultan Abu al-ma’ali Ahmad (1647-1651)
6. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682)
7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (1683-1687)
8. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya (1687-1690)
9. Sultan Abu Mahasin Muhammad Zainal Abidin (1690-1733)
10. Sultan Abdul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733-1747)
11. Ratu Syarifah Fatimah (1747-1750)
12. Sultan Arif Zainul Asyiqin Alqhadiri (1753-1773)
13. Sultan Abdul Mafakhir Muhammad Aliuddin (1773-1799)
14. Sultan Abdul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1803)
15. Sultan Abdul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin (1803-1808)
16. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1808-1813)

Masjid Agung Banten yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan


Maulana Hassanudin yaitu pada tahun 1556 yang menyerupai arsitektur mejid
Demak dapat dilihat dari atap masjid yang bersusun terbuat dari kayu, yang dulunya
dibangun oleh swadaya Masyarakat. Pada tahun 1620 M, semasa keuasaan Sultan
Haji datang lah Henrik Lucazs Cardel ke Banten. beliau seorang perancang
bangunan dari Belanda yang melarikan diri dari Batavia dan berniat masuk islam.
Kepada Sultan yang menyatakan kesiapan untuk turut serta membangun
kelengkapan masjid Agung Banten yaitu menara masjid yang sampai sekarang tatap
berdiri tegak dan menjadi icon di Banten. Didalam Masjid Banten terdapat Sumur
zam-zam yang konon katanya menjadi jalan dimana Sultan Haji ke Makkah melalui
sumur itu. Sumur ini memiliki perbedaan dengan sumur-sumur lain disekitar masjid
agung. Sumur zam-zam memiliki air yang jernih dan tidak berasa asin berbeda
dengan sumur disekitarnya.

Keberadaan Masid Agung dan Menara Banten serta Benteng Surosoan


menjadi salah satu bukti keberadaan penyebaran agama Islam di Banten, situs ini
memiliki nilai sejarah yang tinggi terutama bagi umat Islam di Banten, dalam upaya
menghargai jasa para ulama yang telah memperjuangkan Banten dan menyebarkan
agama Islam di Banten, banyak para umat muslim yang datang untuk berziarah serta
mempelajari sejarah dari situs-situs peninggalan zaman dulu yang masih ada
sampai sekarang. Para pengunjung yang datang dari berbagai daerah di Indonesia
seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Madura hingga pulau Sumatra. Bahkan
ada juga pengunjung yang berasal dari Belanda, Australia, Rusia Afrika dll yang
bertujuan untuk melihat sejarah dan peninggalan kesultanan Banten. Seperti yang
dikatakan oleh Bapak TB Muktarudin yang menjadi pengurus tempat penziarahan
di Banten dan juga merupakan keturunan Sultan mengatakan bahwa pengunjung
yang paling ramai mendatangi penziarahan Banten yaitu pada bulan Syawal setelah
idul firti, bulan Rabiul Awal dan paling sedikit yaitu pada bulan Safar. Jika hari-
hari biasa pengunjung yang paling ramai yaitu pada malam jumat dan hari minggu.
Tujuan pengunjung mendatangi penziarahan Banten yaitu untuk berziarah dan
mempelajari sejarah Banten. Para pengunjung juga sering mengambil air yang ada
di sumur Zam-Zam yang digunakan untuk syafaat.

Sejak Bulan September 2018 Banten lama mengalami renovasi seperti yang
sudah dinjanjikan oleh Wahidin Halim selaku Gubernur Banten telah berjanji untuk
merenovasi Banten lama menjadi lebih baik lagi, hal ini dibuktikan dengan
pembangunan yang sudah berjalan 2 bulan lebih dimulai pembangunan
infrastrukutur seperti pembangunan jalan, permbangunan halaman Masjid Agung,
renovasi Menara hingga pembangunan taman dipingir kali tempat masuk pintu
utama para pengunjung. Hal yang baru dan menarik perhatian banyak pengunjung
yaitu adanya payung besar yang menghiasi halaman Masjig Agung menyerupai
Masjid Nabawi di Madinah. Setelah hadirnya keberadaan payung ini seakan
menjadi icon kedua di Banten lama ini. Pembangunan dan renovasi di Banten lama
mengakibatkan semakin banyaknya jumlah pengunjung yang datang untuk melihat
keindahan Wajah Banten Lama yang baru. Sehingga pada bulan Safar pun yang
biasanya jumlah pengunjungnya paling sedikit diantara bulan-nbulan lainnya
mejadi ramai didatangi para pengunjung dikarenakan daya tarik dari pembangunan
tersebut, meskipun belum selesai. Akan tetapi pembangunan ini terpaksa membuat
pengunjung tidak bisa memasuki menara Banten dikarenakan sedang direnovasi.
Selain itu juga jalan utama menuju Masjid Agung Banten ditutup sehingga bagi
para pengunjung yang datang dari arah kota Serang harus menggunakan alternative
jalan lain untuk sampai ke tempat ini.
Ramainya pengunjung yang mendatangi Banten Lama memberikan peluang
untuk masyarakat sekitarnya untuk berjualan, seperti pedangang Telor Asin, kurma,
dodol, jam tangan, kacamata dan pedagang makanan lainnya. Ada juga orang yang
bejualan tentang silsilah kesultanan Banten, buku sejarah banten dll yang berada di
teras menuju tempat penziarahan para Sultan yang pernah memerintah di
kesultanan Banten. Seperti yang telah kami wawancarai salah seorang pedagang
telur asin di Banten Lama yang bernama ibu Fatimah berusia 57 tahun beliau
mengakui bahwa proses renovasi Banten Lama ini membuat pengunjung semakin
ramai berdatangan mengunjungi Banten Lama hal ini tentu membuat pendapatan
para penjual meningkat dengan perubahan ini. Akan tetapi tempat yang bisa
dikunjungi dibatasi seperti tidak boleh memasuki area titik-titik pembangunan.

Dengan adanya renovasi Banten lama ini diharapkan akan memberikan wajah
baru untuk Banten lama yang lebih nyaman dan lebih indah. Sehingga akan
membuat para pengunjung semakin tertarik untuk datang ke Banten Lama selain itu
nilai-nilai sejarah tetap bisa dilestarikan karena nilai-nilai sejarah akan menjadi
pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan kita sekarang dan masa yang akan
datang. Seperti yang dikatakan oleh Soekarno yaitu Jas Merah (Jangan sekali-kali
melupakan sejarah).
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dengan melakukan observasi ke Banten lama kita bisa lebih mengetahui


keadaan Banten Lama saat ini dan keadaan Banten Lama sebelumnya. Seperti
keadaan saat ini di Banten Lama sedang di renovasi salah satunya dibuat
payung-payung layaknya di kota Madinah sehingga pengunjung yang
mendatangi banten lama semakin banyak dari sebelum pembangunan di
lakukan. Dengan adanya pembangunan di Banten lama membuat
perekonomian pedagang di Banten lama menjadi ramai dan penjualan
meningkat dikarenakan pengunjung yang ramai mendatangi Banten Lama.

5.2 Saran

Kepada para pengunjung yang datang ke Banten Lama di harapkan tidak


kebingungan untuk masuk ke area Banten lama, karena sedang Di adakan
renovasi sehingga sebagian Akses jalan menuju ke tempat penziarahan di
alihkan,bahkan ada area yang tidak dapat di kunjungi untuk sementara waktu
yaitu Menara Banten, karena sedang di adakan renovasi.
LAMPIRAN

Gambar 1. Halaman Masjid Agung Banten yang sedang direnovasi

Gambar 2. Wawancara dengan Bapak TB Muktarudin


Gambar 3. Benteng Surosoan tempat Keesultanan Banten dulu

Gambar 4. Ibu Fatimah seorang penjual telur asin berusia 57 tahun

Anda mungkin juga menyukai