com
Departemen Urusan dan Administrasi Pemerintahan, Jusuf Kalla School of Government, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
*
Penulis yang sesuai: eko@umy.ac.id
Abstrak
Potensi sumber daya pangan dapat dimanfaatkan melalui diversifikasi pangan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meminimalkan ketimpangan sosial ekonomi
dengan program pembangunan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran diversifikasi pangan dalam mengurangi
ketimpangan sosial melalui pembangunan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data
sekunder yang meliputi data referensi serta dokumentasi terkait dengan pembangunan ketahanan pangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Indonesia, program
diversifikasi pangan berdampak pada peningkatan pendapatan, ketahanan dan kesejahteraan rumah tangga dengan penurunan jumlah penduduk miskin pedesaan sebesar
4,7% (dari 16,31 jiwa menjadi 15,54 jiwa). Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatan petani sebesar (Rp) 30. 37 juta per kapita meningkat (4,47%). Kemudian
disusul dengan tingkat ketahanan pangan di wilayah kabupaten mencapai 80,53% (335 wilayah) dan untuk wilayah perkotaan sebesar 92,85% (91 wilayah). Ketahanan pangan
nasional dapat dicapai melalui pemaksimalan potensi pemanfaatan sumber daya pangan di tingkat daerah, dengan penganekaragaman pangan berbasis kearifan lokal dan
pemanfaatan sumber daya lokal secara optimal. Dapat disimpulkan bahwa diversifikasi pangan merupakan kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. dengan melakukan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal dan
sumber daya lokal secara optimal. Dapat disimpulkan bahwa diversifikasi pangan merupakan kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial. dengan melakukan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal dan sumber daya lokal
secara optimal. Dapat disimpulkan bahwa diversifikasi pangan merupakan kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
Kata kunci: diversifikasi pertanian; aksesibilitas pangan; ketersediaan pangan; mata pencaharian; ketangguhan
Mengutip ini sebagai: Rahmanto, F., Purnomo, EP, & Kasiwi, AN (2021). Diversifikasi Pangan: Memperkuat Upaya
Strategis Mengurangi Kesenjangan Sosial Melalui Pembangunan Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Indonesia.Caraka
Tani: Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 36(1), 33-44. doi: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v36i1. 41202
keadaan lapar dengan tingkat yang serius Studi ketahanan pangan sebelumnya telah
(Hadi et al., 2019). Daya dukung ketahanan dilakukan termasuk Perdinan et al. (2018) tentang
pangan ditentukan oleh aspek luas lahan Inisiatif dan Studi Kebijakan Adaptasi Perubahan
pertanian, frekuensi pangan, produktivitas Iklim dan Ketahanan Pangan yang menemukan
lahan pertanian dan juga ditentukan oleh bahwa dampak perubahan iklim telah
jumlah penduduk (Sadali, 2018). Jadi, mempengaruhi penurunan produktivitas produk
pengaturan yang jelas tentang batas-batas pertanian dan peningkatan hama penyakit tanaman
tanah masyarakat sangat penting dalam ditambah dengan fenomena iklim ekstrem yang
menangani masalah alih fungsi kepemilikan menjadi ancaman serius untuk panen dan gagal
tanah (Purnomo et al., 2019). Di sektor panen. Studi Waha et al. (2018) menyatakan bahwa
pertanian, masih ada lima masalah utama sistem pertanian yang lebih beragam dapat
yang meliputi masalah luas lahan pertanian, berkontribusi pada ketahanan pangan rumah
sistem insentif, kemampuan sumber daya tangga karena faktor orientasi pasar rumah tangga
manusia, penguasaan dan ketidakadilan dan sumber daya lahan yang tersedia. Kemudian
lahan serta masalah pendidikan tinggi. sebuah studi dari Larson et al. (2019) dengan fokus
Selain permasalahan utama tersebut, penelitian pada hubungan antara kegiatan
terdapat pula pengaruh revolusi industri 4.0 pemberdayaan, ketahanan pangan dan keragaman
yang menuntut semua kalangan, termasuk pangan menunjukkan bahwa rumah tangga
petani, berpenghasilan tinggi memiliki pola makan yang
Menurut Food Security Index/GFSI yang lebih beragam. Sebaliknya,
merupakan hasil kerjasama The Economist dan Berdasarkan penelitian sebelumnya terkait
perusahaan food science Corteva, menunjukkan ketahanan pangan, penulis belum menemukan
ketahanan pangan Indonesia memang meningkat artikel ulasan tentang diversifikasi pangan
dari 46,8 menjadi 54,8 pada 2018. Mayoritas sebagai upaya mengurangi ketimpangan sosial.
kabupaten dan kota di Indonesia memiliki pangan Ketahanan pangan yang didukung oleh
yang baik. ketahanan pangan, padahal masih ada diversifikasi pangan yang berkelanjutan akan
81 kabupaten (19,47%) dan 7 kota (7,14%) di mampu berkontribusi dalam mengurangi
Indonesia yang perlu mendapatkan penanganan ketimpangan sosial, mengurangi kemiskinan dan
yang komprehensif terkait kerawanan pangan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
(Gerintya, 2019). Mencapai ketahanan pangan dan pembangunan di bidang pertanian dan pangan.
gizi bagi semua orang merupakan tantangan kritis Artikel ini bertujuan untuk melihat peran
selama perubahan global (Müller et al., 2020). diversifikasi pangan sebagai langkah strategis
Pendekatan komersialisasi petani kecil, pemerintah dalam mengurangi ketimpangan
agroekologi dan keberlanjutan, ekonomi sosial. Diversifikasi pangan menjadi hal yang
lokal dan pemerataan dan liberalisasi pasar penting untuk dikaji lebih lanjut melalui artikel
dapat dicapai dengan menjaga program ini, terutama terkait dengan pengembangan
ketahanan pangan yang berorientasi pada upaya di bidang pangan untuk mengurangi
kesejahteraan rumah tangga petani kecil ketimpangan sosial.
(Jiren et al., 2020). Namun, potensi tradeoff
antara keragaman lokal dan efisiensi
sumber daya global perlu dipahami dengan BAHAN DAN METODE
lebih baik (Sellberg et al., 2020). Promosi
Makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan
nilai kesetaraan sosial budaya dalam akses
pendekatan studi literatur untuk memperoleh data dan
makanan berkualitas untuk jumlah tertinggi
informasi penelitian. Deskriptif kualitatif adalah penelitian
terhalang oleh perbedaan pola makan dan
yang dilakukan untuk memberikan gambaran yang
budaya konsumen (Fourat et al., 2020).
mendalam dengan menggunakan aspek penelitian
Dinamika aksesibilitas pangan dan
kualitatif (Bandur, 2019). Alasan peneliti menggunakan
kontribusi faktor lokal sangat bervariasi dari
metode penelitian kualitatif karena berkaitan dengan
waktu ke waktu (Hu et al., 2020). Selain
fokus penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana
dampak perubahan iklim dan degradasi
diversifikasi pangan sebagai upaya strategis di bidang
sumber daya alam (Mulwa dan Visser, 2020),
pangan dan pertanian dapat membantu mengurangi
ketimpangan sosial di masyarakat.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian Data secara umum dalam penelitian kualitatif
ini adalah data sekunder berupa dokumen dilakukan dengan matriks, grafik, bagan dan
mengenai kebijakan pembangunan ketahanan teks naratif serta penarikan kesimpulan/
pangan nasional, data indeks ketahanan pangan verifikasi yang merupakan akhir dari analisis
nasional, data Prevalensi Kekurangan Gizi (PoU), data penelitian kualitatif, dilakukan
indeks Pola Pangan yang Diinginkan (DDP), pemaknaan melalui refleksi data penelitian.
pengeluaran penduduk indeks pangan dan
tingkat pendapatan petani serta tingkat HASIL DAN DISKUSI
kemiskinan penduduk pedesaan. Data tersebut
Gambaran kondisi ketahanan pangan di
berasal dari laporan Badan Ketahanan Pangan
Indonesia
Nasional. Data diklasifikasikan, ditafsirkan dan
Kondisi ketahanan pangan menggambarkan
akhirnya disimpulkan.
seberapa besar tingkat ketersediaan pangan di suatu
Data indeks ketahanan pangan diklasifikasikan
wilayah yang dapat diakses untuk memenuhi seluruh
dan digunakan untuk melihat kondisi ketahanan
jumlah pangan yang dikonsumsi oleh suatu
pangan nasional, kemudian orientasi kebijakan
masyarakat. Tingkat ketahanan pangan di setiap
pangan dianalisis dari kebijakan pembangunan
daerah tentunya berbeda-beda, tergantung luas lahan
pangan. Sebaliknya, data PoU, indeks DDP, indeks
pertanian pangan, frekuensi pangan, produktivitas
pengeluaran penduduk untuk pangan, serta data
lahan pertanian dan jumlah penduduk (Sadali, 2018).
tingkat pendapatan petani dan tingkat kemiskinan
Untuk kondisi ketahanan pangan di berbagai wilayah
penduduk pedesaan dianalisis untuk menentukan
di Indonesia dapat dilihat di perdesaan dan perkotaan
“hubungan” antara diversifikasi pangan dan
pada Tabel 1.
pengurangan ketimpangan sosial. Untuk presentasi
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa kabupaten produksi makanan. Konversi lahan pertanian yang
dengan jumlah wilayah yang lebih banyak masih memiliki terus menerus bertentangan dengan kebutuhan
tingkat kerawanan pangan yang tinggi dibandingkan komoditas pangan (Rafiuddin et al., 2016).
perkotaan dengan 81 kecamatan yang rawan pangan atau Sedangkan tingkat ketahanan pangan untuk
mencapai 19,17% dan 7 wilayah perkotaan masih rawan kabupaten mencapai 335 wilayah atau sebesar 80,53%
pangan atau terjangkau. 7,15%. Untuk 81 kabupaten yang dan untuk wilayah perkotaan sebanyak 91 wilayah
masih rawan pangan, 34 daerah berstatus agak rawan sudah tahan pangan atau sebesar 92,85%. Dari 335
pangan, 21 kabupaten rawan pangan dan 26 daerah kabupaten yang memiliki ketahanan pangan, 47
lainnya tergolong rawan pangan tinggi. Kemudian dari 7 daerah dikategorikan cukup, 137 daerah aman dan
wilayah perkotaan yang masih rawan pangan, masih 151 kabupaten lainnya dikategorikan sangat terjamin.
terdapat 2 wilayah perkotaan yang rawan pangan dan Ke-91 wilayah perkotaan tersebut terdiri dari 9 wilayah
sangat rawan pangan dan 3 wilayah perkotaan lainnya yang termasuk dalam kategori cukup tahan, 32
yang agak rawan pangan. Kerawanan pangan terjadi di wilayah perkotaan termasuk dalam kategori aman dan
kawasan peradaban dengan minimnya ruang yang dapat 50 wilayah perkotaan termasuk dalam kategori sangat
digunakan sebagai lahan pertanian. Setidaknya lahan aman. Daerah rawan pangan dapat dilihat dengan
dapat digunakan untuk pertanian di kota-kota pada memetakan pangan dari perspektif akses pangan
tingkat (Widodo et al., 2018).
Berdasarkan Gambar 1 tentang Peta Ketahanan diperlukan infrastruktur yang memadai (Azahari, 2016;
dan Kerentanan Pangan yang menunjukkan sebaran Ilham et al., 2016).
wilayah tahan dan rawan pangan di Indonesia,
Orientasi kebijakan pembangunan ketahanan pangan
sebagian besar wilayah Indonesia bagian barat dan
nasional
tengah (Pulau Sumatera, Jawa-Bali, Kalimantan ,
Dalam pembangunan ketahanan pangan,
Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku) sudah memiliki
negara berkewajiban menyediakan pangan yang
tingkat ketahanan pangan yang lebih tinggi
cukup baik jumlah maupun mutunya bagi seluruh
dibandingkan dengan di Indonesia Timur (Papua).
masyarakat sehingga mampu memenuhi taraf
Fakta ini dipengaruhi oleh masih berlanjutnya
hidup. Kebutuhan akan pangan selalu meningkat
ketimpangan pembangunan infrastruktur
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
penghubung yang menjadi sarana penunjang
Berdasarkan Komentar Umum 12 Komite Hak
kelancaran distribusi pangan antara wilayah Indonesia
Ekonomi, Sosial dan Budaya (CESCR), hak atas
bagian barat-tengah dan Indonesia bagian timur.
pangan telah diakui secara internasional sebagai
Infrastruktur memiliki peran strategis dalam
salah satu hak asasi manusia. Undang-undang
pemerataan pangan karena infrastruktur yang baik
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan
dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
pangan yang terjangkau dan juga memadai (Hu et al.,
memberikan manfaat secara adil, merata, dan
2020). Sumber pangan yang terjangkau dan mudah
berkelanjutan, berdasarkan kedaulatan pangan,
didapat, mudah diciptakan, memantapkan ketahanan
kemandirian pangan, dan ketahanan pangan.
pangan bagi masyarakat (Srinita, 2018). Kebijakan
Orientasi kebijakan Badan Ketahanan Pangan
distribusi merupakan kebijakan yang efektif untuk
terkait dengan penguatan ketahanan pangan
ketahanan pangan yang dapat difokuskan pada
terkait ketahanan pangan, keterjangkauan pangan
stabilisasi harga pangan (Dewi, 2018). Dalam
dan pemanfaatan pangan.
mewujudkan pengaturan harga pangan yang efektif,
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa untuk setelah ketersediaan pangan terpenuhi dan
membangun ketahanan pangan sebagai upaya kelancaran distribusi pangan terpenuhi. Dalam
mengurangi kesenjangan sosial dalam aspek pemanfaatan pangan, pemerintah mendukung
ketersediaan pangan, diperlukan upaya untuk untuk mendorong percepatan penganekaragaman
mendorong peningkatan ketersediaan pangan konsumsi pangan berbasis sumber daya dan
yang beragam berdasarkan potensi sumber daya kearifan lokal. Terjadinya kerawanan ketahanan
lokal. Pemanfaatan pangan dari potensi sumber pangan karena tidak adanya pergeseran pola
daya lokal menjadikan masyarakat memiliki konsumsi pangan pokok dari masyarakat ke
kemudahan akses pangan dan dari segi ekonomi sumber pangan lokal lainnya (Umanailo, 2018).
masyarakat mampu memenuhi kebutuhan Secara umum, ditinjau dari aspek kebijakan
pangan dengan harga yang lebih terjangkau dari ketahanan pangan nasional, terlihat bahwa ketahanan
pengeluaran rumah tangga sehingga kebutuhan pangan dikembangkan ke arah pembangunan
pangan bagi seluruh lapisan masyarakat dapat ketersediaan pangan yang mampu memenuhi
terpenuhi. terjamin. Meningkatnya kebutuhan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat berdasarkan
akan jaminan jenis ini, tentunya akan pemanfaatan potensi yang ada. dari sumber daya
menurunkan tingkat kerawanan pangan lokal. Kemudian ditindaklanjuti dengan memastikan
sehingga kasus kelaparan dapat berkurang dan distribusi pangan untuk pemerataan pangan dan
dapat mengurangi jumlah kemiskinan. keterjangkauan pangan bagi masyarakat di setiap
Kebutuhan rumah tangga akan terjamin bagi daerah dengan stabilisasi jumlah pasokan dan harga
setiap individu, maka ketahanan pangan pangan. Terakhir, pemanfaatan potensi sumber daya
masyarakat akan tercapai. pangan lokal dilakukan dengan meningkatkan
Aspek distribusi pangan dilakukan dengan keragaman konsumsi pangan kepada masyarakat
stabilisasi pasokan dan harga pangan yang sehingga terjadi pergeseran pola konsumsi pangan
dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang pokok untuk menjaga tingkat kerawanan ketahanan
memiliki kesinambungan pasokan dan stabilitas harga pangan di masing-masing daerah. . Hal ini sejalan
setiap saat di setiap wilayah agar tidak menimbulkan dengan tujuan kebijakan pangan Presiden Jokowi.
kelangkaan pangan. Untuk menjamin kebebasan pemerintah yang telah menetapkan tiga tujuan utama,
harga dan menjamin ketersediaan pangan di seluruh yaitu: mendorong ketersediaan pangan untuk
wilayah, tentunya negara memiliki peran yang sangat memenuhi kebutuhan masyarakat; mengurangi
strategis harus memiliki intervensi yang kuat terhadap kemiskinan dengan meningkatkan kesejahteraan
pola distribusi pangan kepada masyarakat. Kebijakan petani serta meningkatkan peran dan kontribusi
distribusi merupakan kebijakan yang efektif karena produsen pangan terhadap kebutuhan pangan
mewakili negara dalam mata rantai distribusi yang nasional (Saragih, 2017).
didukung oleh gudang pangan di masing-masing Upaya strategis pemerintah dalam membangun
wilayah, koordinasi yang baik antar wilayah, serta ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan ke depan
keistimewaan menjadi Perusahaan Dagang Negara terus mengalami perubahan dan perkembangan setiap
(STE) dan stabilisator harga (Dewi, 2018). . saat. Konsep pembangunan ketahanan pangan telah
Aspek pemanfaatan pangan merupakan aspek terakhir sebagai berkembang dengan menyesuaikan kompleksitas
salah satu bagian dalam pembangunan ketahanan pangan permasalahan yang terjadi dari waktu ke waktu
terhadap waktu sehingga perlu dilakukan penetapan strategi dan di lapangan oleh pemerintah menimbulkan dampak
kebijakan yang tepat sasaran (Saliem dan Ariani, 2016; Hapsari negatif (Fattah dan Purnomo, 2018). Oleh karena itu,
dan Rudiarto, 2017). Peningkatan perubahan penggunaan lahan, diperlukan upaya strategis dalam pembangunan
kurangnya pengawasan dan kontrol yang lemah ketahanan pangan seperti pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui tentang modal, tenaga kerja yang tidak mencukupi dapat diisi dari
strategi dalam upaya pembangunan ketahanan anggota keluarga dan bahan baku yang berasal dari
pangan nasional dengan melaksanakan kegiatan daerah setempat (Hanafie et al., 2018). Sumber pangan
prioritas pada wilayah yang masih memiliki tingkat yang potensial dapat dikelola, dimanfaatkan dan
kerawanan dan kerawanan pangan. dikembangkan agar memiliki nilai ekonomi yang lebih
Operasionalisasi strategi dilakukan dengan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui
menyusun instrumen analisis ketersediaan, diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan yang tepat akan
kebutuhan komoditas pangan strategis nasional menghasilkan keragaman ketersediaan pangan berbasis
dan indeks keterjangkauan fisik dan ekonomi. potensi sumber daya lokal dalam mendukung ketahanan
Berbagai instrumen terkait data informasi pangan dan peningkatan kesejahteraan (Lestari dan
kerawanan pangan tersebut dapat digunakan Bambang, 2017).
sebagai dasar pemetaan daerah rawan pangan
Peningkatan diversifikasi pangan untuk ketahanan pangan
sehingga pelaksanaan program prioritas ketahanan
berkelanjutan
pangan dapat efektif dan tepat sasaran. Daerah
Penyelenggaraan peningkatan diversifikasi dan
rawan pangan dapat diidentifikasi dengan
ketahanan pangan nasional dilakukan dengan kegiatan atau
pemetaan ketahanan pangan (Widodo et al., 2018).
program pengembangan ketersediaan dan penanganan
Perkembangan industri pangan lokal akan memberikan
kerawanan pangan, pengembangan sistem distribusi dan
ketersediaan berbagai produk pangan yang dapat menjadi
stabilisasi harga pangan serta pengembangan diversifikasi
pilihan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
konsumsi dan ketahanan pangan. Kegiatan tersebut memiliki
memenuhi kebutuhan pangan. Diversifikasi pangan olahan
tujuan akhir untuk memperkuat ketahanan pangan
berbasis pangan lokal dapat dilakukan secara konvensional
masyarakat; Oleh karena itu, diperlukan peran serta dan
dengan menggunakan fasilitas yang sederhana, tidak
peran aktif seluruh pemangku kepentingan mulai dari tingkat
memerlukan biaya yang besar
nasional hingga
tingkat lokal termasuk anggota masyarakat itu sendiri. akses pangan di tingkat rumah tangga (Ilham et al.,
Pencapaian keberhasilan ketahanan pangan 2016).
merupakan bagian dari penguatan ketahanan politik Diversifikasi sumber daya pangan lokal merupakan
pangan dan stabilitas ekonomi nasional untuk bagian dari upaya penguatan ketahanan pangan.
menjamin ketersediaan pangan dengan harga yang Sumber daya pangan lokal dapat dikembangkan dan
mudah dijangkau oleh masyarakat. Di sisi lain, ditingkatkan menjadi produk pangan di bidang
ketahanan pangan juga merupakan wujud komitmen ketahanan pangan untuk kedaulatan pangan di tingkat
bangsa sebagai peran aktif dalam pencapaian SDGs nasional (Rofiq dan Subagi, 2016; Rusdiana dan
dalam mengurangi ketimpangan masyarakat melalui Maesya, 2017). Pola penganekaragaman pangan harus
aksi penanggulangan kemiskinan dan kelaparan. berbasis pada pemanfaatan seluruh sumber pangan
Pemerintah berkewajiban menentukan langkah lokal untuk mengurangi ketergantungan pangan
keberpihakan dalam menetapkan kebijakan pangan, impor sehingga mampu meningkatkan kemandirian
didukung oleh sikap intervensi yang tegas untuk berbasis kearifan lokal. Namun aktivitas impor
membangun kemandirian pangan dalam mewujudkan komoditas pangan pokok tidak sepenuhnya
ketahanan pangan nasional (Azahari, 2016). mempengaruhi ketahanan pangan nasional (Damanik,
Ketahanan pangan suatu negara memiliki posisi 2016).
strategis sebagai perhatian para pemangku kepentingan
Diversifikasi pangan sebagai upaya mengurangi
dalam menentukan arah kebijakan pembangunan pangan
ketimpangan sosial
nasional. Ketika pembangunan ketahanan pangan
Ketimpangan sosial dan kemiskinan merupakan
nasional tercapai, hal itu menjadi jaminan suatu negara
masalah bagi setiap negara di dunia, termasuk Indonesia.
dalam memenuhi kebutuhan pangan bagi seluruh lapisan
Salah satu cara untuk melihat ketimpangan sosial adalah
masyarakat baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
dengan melihat kemampuan rumah tangga dalam
Dengan tersedianya pangan yang cukup di suatu daerah
mengkonsumsi pangan. Masyarakat dengan tingkat
maka ketahanan pangan dapat tercapai (Sadali, 2018).
pendapatan yang lebih tinggi memiliki pola konsumsi
Dengan kemajuan dalam ketahanan pangan, akan ada
yang lebih beragam, sedangkan mereka yang memiliki
cukup jumlah makanan yang dibutuhkan oleh penduduk
tingkat pendapatan rendah mengalami kerawanan
di masa depan. Dengan menjadikan ketersediaan pangan
pangan sedang hingga berat (Larson et al., 2019). PoU,
sebagai pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan
yaitu proporsi penduduk yang mengalami kekurangan
pangan masyarakat, maka ketahanan pangan akan
konsumsi pangan yang diukur dari asupan energi
terpenuhi (Saliem dan Ariani, 2016; Sadali, 2018). Namun
minimum untuk dapat hidup sehat dan aktif kepada
ketersediaan pangan nasional tidak serta merta menjamin
penduduk secara keseluruhan, dapat digunakan untuk
ketersediaannya
mengetahui tingkat ketimpangan sosial.
PoU
11..,5 11.,.4 11.,.3
10,.7 10,.8 10.,8
8.,93
8,.26 7,.95
Penduduk Indonesia dilihat dari indeks PoU dengan rata-rata dunia, dari tahun 2016-2018,
tentang kelangkaan konsumsi pangan menunjukkan angka PoU Indonesia masih jauh lebih baik dengan
tren yang menurun (Gambar 2). Jika dibandingkan rata-rata mencapai 8,38% sedangkan Global
PoU dari 2016-2018 adalah 10,8%. Demikian pula jika penerapan inklusi sosial dalam penyediaan pangan
dibandingkan dengan kawasan Asia pada umumnya, (Fourat et al., 2020). Tingkat prevalensi nasional
angka PoU Indonesia masih jauh lebih baik. Pada kekurangan pangan berkorelasi dengan tingkat
2016-2018, rata-rata PoU di kawasan Asia adalah 11,4%. kesejahteraan masyarakat (Cafiero et al., 2018).
Angka PoU Indonesia mengalami penurunan dari tahun Pembangunan pertanian yang dilaksanakan
ke tahun (Gambar 2). Angka PoU Indonesia tahun 2016 dengan baik akan mampu meningkatkan ketahanan
sebesar 8,93% turun menjadi 7,66% pada tahun 2019 pangan, melalui peningkatan diversifikasi pangan dan
dimana penurunan PoU tersebut juga berbanding lurus peningkatan akses pangan. Diversifikasi pangan dapat
dengan penurunan kemiskinan penduduk sebesar 0,41% membuat ketersediaan pangan semakin beragam
dari 9,82% pada tahun 2018 menjadi 9,41% pada tahun sehingga akses pangan bagi penduduk juga
2019 (BKP, 2019b). Menurunnya prevalensi konsumsi meningkat. Ketahanan pangan dapat diwujudkan
pangan mengindikasikan semakin meningkatnya dengan menggeser pola konsumsi makanan pokok ke
diversifikasi pangan yang tersedia, sehingga sumber pangan lokal lainnya (Umanailo, 2018).
memudahkan masyarakat untuk memperoleh akses Diversifikasi pangan dapat mengurangi ketimpangan
pangan. Kesetaraan sosial budaya dalam akses pangan sosial yang dapat dilihat dari tingkat konsumsi
berkualitas secara pragmatis tergantung pada: masyarakat terhadap pangan melalui indeks DDP.
83,.7
82,5
76,5
Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa konsumsi kebutuhan mereka melalui konsumsi makanan dapat
pangan penduduk perkotaan dan perdesaan semakin dikurangi (Gambar 3). Diversifikasi pangan yang tinggi
meningkat. Indeks konsumsi pangan masyarakat dapat meningkatkan aksesibilitas pangan yang akan
perdesaan mengalami peningkatan yang cukup signifikan berdampak pada ketahanan pangan yang tinggi, sehingga
dari tahun 2016 sebesar 76,5 menjadi 82,5 pada tahun semakin tinggi hasil diversifikasi akan mempengaruhi
2018, sedangkan indeks konsumsi masyarakat perkotaan kesejahteraan masyarakat (Srinita, 2018; Mulwa dan
juga mengalami peningkatan pada periode yang sama Visser, 2019).
dari 87,4 pada tahun 2016 menjadi 89,6 pada tahun 2018. Pelaksanaan diversifikasi pangan yang tinggi
Kenaikan indeks DDH menunjukkan peningkatan dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi
keragaman konsumsi pangan penduduk. Diversifikasi masyarakat sehingga dapat mengurangi terjadinya
pangan membuat produksi pangan semakin bervariasi ketimpangan sosial. Kemampuan masyarakat
sehingga dapat meningkatkan akses pangan masyarakat. dalam melaksanakan diversifikasi pangan dengan
Nilai kesetaraan sosial dalam akses pangan berkualitas baik dapat menimbulkan keragaman produksi
dipengaruhi oleh jumlah pasokan pangan yang tersedia pangan yang akan berdampak positif bagi
(Fourat et al., 2020). Dalam konteks ini, diversifikasi kehidupan sosial dan meningkatkan kesejahteraan
pangan merupakan salah satu upaya strategis dalam pendapatan ekonomi rumah tangga. Dalam hal ini
pengentasan kemiskinan yang mengutamakan aspek peningkatan hasil diversifikasi pangan akan
ketersediaan pangan dan akses pangan; berdampak pada peningkatan produktivitas dan
perbaikan rumah tangga
pendapatan petani yang juga akan berkontribusi sehingga akses dan daya beli masyarakat terhadap
pada peningkatan ekonomi pedesaan, kebutuhan pangan juga meningkat (Gambar 4).
300.000
200.000
100.000
0
2016 2017 2018
perkotaan Pedesaan
Diversifikasi pangan sebagai bagian dari upaya (Kementerian Pertanian, 2019). Diversifikasi melalui
penguatan ketahanan pangan nasional dapat menjadi diversifikasi produk pangan sebagai strategi
katalisator nilai tambah kualitas hasil olahan pangan. peningkatan pendapatan dan strategi pengurangan
Diversifikasi pangan yang tinggi dari pengolahan hasil kemiskinan pedesaan yang efektif (Dev et al., 2017).
pertanian akan berdampak pada hasil ketahanan
pangan yang tinggi (Mulwa dan Visser, 2019). Dengan KESIMPULAN
keragaman pangan yang tersedia dan terjangkau oleh
Diversifikasi pangan mengarah pada keragaman pangan
masyarakat, dapat dimanfaatkan untuk menjaga
yang dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Di dalam
ketahanan pangan melalui pemenuhan kecukupan
konteks, diversifikasi mempengaruhi meningkat
pangan, mengurangi ketimpangan sosial ekonomi dan
produksi dan nilai ekonomi produk pangan. Penambahan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
nilai ekonomi pangan dapat meningkatkan pendapatan,
ketahanan rumah tangga penduduk dan kesejahteraan.
Diversifikasi pangan yang tinggi akan berdampak
Peningkatan kesejahteraan terlihat dari penurunan
pada ketahanan pangan yang dapat menciptakan
jumlah penduduk miskin pedesaan sebesar 4,7% dari
ketahanan pangan (Mulwa dan Visser, 2020). Dalam
16,31 menjadi 15,54. Hal ini berkorelasi positif dengan
konteks ini, diversifikasi pangan berdampak pada
peningkatan pendapatan petani sebesar (Rp) 30,37 juta
peningkatan produksi pangan serta peningkatan nilai
per kapita (4,47%). Dengan demikian, diversifikasi pangan
ekonomi pangan yang menyebabkan kesejahteraan
merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan
petani meningkat. Hal ini terlihat dari pendapatan per
oleh pemerintah untuk meningkatkan pendapatan rumah
kapita petani. Semakin tinggi produk yang dihasilkan
tangga penduduk dalam mengurangi kemiskinan
dan didukung oleh nilai jual produk pangan tersebut,
pedesaan dan ketimpangan sosial.
maka semakin tinggi pula pendapatan petani.
351. Diperoleh dari http://publishing-widya Gender, ketahanan pangan rumah tangga, dan
gama.ac.id/ejournal-v2/index.php/ciastech/art keragaman makanan di Honduras Barat. Ketahanan
icle/view/640 Pangan Global, 20, 170-179. https://doi.org/10.1016/
j.gfs.2019.01.005
Hapsari, NI, & Rudiarto, I. (2017). faktor-
faktor yang mempengaruhi kerawanan dan Lestari, S., & Bambang, AN (2017). Penerapan
ketahanan pangan dan kebijakannya di minapadi dalam rangka mendukung
Kabupaten Rembang. Jurnal Wilayah dan ketahanan pangan dan meningkatkan
Lingkungan, 5(2), 125. https://doi.org/ kesejahteraan masyarakat. Prosiding
10.14710/jwl.5.2.125-140 Konferensi Pendidikan Biologi, 14(1), 70–74.
Diperoleh dari https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/
Hatmanto, T., & Setyono, J. (2018). Implementasi
article/view/176 16
kebijakan lahan pangan berkelanjutan
(LP2B) melalui penggunaan peta spasial Miyinzi, C., Mashisia, K., Atibo, C., &
studi kasus di Kabupaten Temanggung, Mwongera, C. (2019). Data berbasis survei tentang
Provinsi Jawa Tengah. Seminar Nasional ketahanan pangan, nutrisi, dan guncangan
Geomatika 2018, 735–740. https:// produksi pertanian di antara rumah tangga
doi.org/10.24895/SNG.2018.3-0.1032 pertanian pedesaan di Uganda utara.Data Singkat,
23, 103818. https://doi.org/10.1016/j.dib.2019
Hu, L., Zhao, C., Wang, M., Su, S., Weng, M., &
. 103818
Wang, W. (2020). Aksesibilitas makanan sehat
yang dinamis di wilayah metropolitan yang Muller, B., Hoffmann, F., Heckelei, T., Muller,
berkembang pesat: ketimpangan sosial C., Hertel, TW, Polhill, JG, … Webber, H. (2020).
ekonomi dan kontribusi relatif dari faktor Pemodelan ketahanan pangan: menjembatani
lokal.kota, 105(129), 102819. https://doi.org/ kesenjangan antara skala mikro dan makro.
10.1016/j.cities.2020.102819 Perubahan Lingkungan Global, 63(Maret),
102085. https://doi.org/10.1016/j.gloenvcha.2
Ilham, N., Siregar, H., & Priyarsono, DS (2016).
020.102085
Efektivitas kebijakan harga pangan terhadap
ketahanan pangan. Jurnal Agro Ekonomi,24 Mulwa, CK, & Visser, M. (2020). Tanah pertanian
(2), 157. https://doi.org/10.21082/jae.v24n2 . diversifikasi sebagai strategi adaptasi
2006.157-177 terhadap guncangan iklim dan implikasinya
bagi ketahanan pangan di Namibia utara.
Jiren, TS, Dorresteijn, I., Hanspach, J.,
Pembangunan Dunia, 129, 104906. https://
Schultner, J., Bergsten, A., Manlosa, A., Jager,
doi.org/ 10.1016/j.worlddev.2020.104906
N., Senbeta, F., & Fischer, J. (2020). Wacana
alternatif seputar tata kelola ketahanan Mulwa, C., & Visser, M. (2019). Tanah pertanian
pangan: studi kasus dari Ethiopia.Ketahanan diversifikasi dan perubahan iklim:
Pangan Global, 24, 100338. https://doi.org/ implikasi untuk ketahanan pangan di
10.1016/j.gfs.2019.100338 Namibia utara. Konferensi Ekonom
Pertanian Afrika ke-6, 1-23. https://
Kementerian Pertanian. (2019).Ketahanan pangan dan
doi.org/ 10.22004/ag.econ.295846
atlas kerentanan 2019. Jakarta: Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Perdinan, Atmaja, T., Adi, RF, & Estiningtyas,
Indonesia. Diperoleh dari URL http://bkp. W. (2018). Adaptasi perubahan iklim dan
pertanian.go.id/storage/app/media/Pusat%20 ketahanan pangan: telaah inisiatif dan
ketersediaan/pertanian%20Ketersediaan/ kebijakan.Jurnal Hukum Lingkungan
petaketahanan-kerentanan-pangan-2018.pdf? Indonesia, 5(1), 60–87. http://dx.doi.org/
10.38011/jhli.v5i1.75
Kline, KL, Msangi, S., Dale, VH, Woods, J.,
Souza, GM, Osseweijer, P., … Mugera, HK Purnomo, EP, Ramdani, R., Agustiyara,
(2017). Rekonsiliasi ketahanan pangan dan Tomaro, QPV, & Samidjo, GS (2019). Transformasi
bioenergi: prioritas tindakan.Bioenergi GCB kepemilikan lahan sebelum dan sesudah
, 9(3), 557–576. https://doi.org/10.1111/ kebakaran hutan di areal perkebunan kelapa sawit
gcbb.12366 Indonesia. Jurnal Ilmu Penggunaan Lahan, 14(1),
37–51. https://doi.org/10.1080/174742
Larson, JB, Castellanos, P., & Jensen, L. (2019).