Anda di halaman 1dari 18

KEARIFAN LOKAL DALAM MENGELOLA SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN DI

LEMBAH SUNGAI SILENG PURBA KECAMATAN BOROBUDUR

Oleh:
Edi Widodo1; Hastuti2;
1Mahasiswa Pendidikan Geografi Program Magister

2 Dosen Pendidikan Geografi Program Magister

edi.widodo.2017@student.uny.ac.id
hastuti@uny.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kearifan lokal dalam pemanfaatan
lahan pertanian di lembah Sungai Sileng purba Kecamatan Borobudur. Kajian fisik dan
manusia digunakan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan aktual. Penelitian ini
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode purposif, wawancara
mendalam, dokumentasi dan interpretasi citra dalam mengambil data. Pendekatan
geografi yang digunakan adalah pendekatan ekologi dengan tema analisis interaksi
antara kenampakan fisik alami. Hasil penelitian menunjukkan kearifan lokal diperoleh
secara turun temurun dan masih bertahan sampai saat ini meski tidak semua
menerapkan. Kearifan lokal dalam menentukan lokasi lahan pertanian sudah sesuai
syarat tumbuh tanaman yaitu memperhatikan kondisi tanah yang berair dan dekat
dengan sumber mata air. Kearifan lokal secara teknis berupa irigasi tradisional bernama
“oloran sawah” yang berfungsi menyalurkan air menuju lahan pertanian dan
mengurangi kuantitas air ketika berlebih. Mempertahankan kearifan lokal “oloran
sawah” perlu dilakukan supaya kelestarian lingkungan dan aktivitas perekonomian
masyarakat Sungai Sileng purba tetap berlangsung dan terjaga.
Kata kunci: Pertanian, kearifan lokal, Borobudur.

Abstract
This study aims to describe local wisdom in the utilization of agricultural land in
the valley of the ancient Sileng River District Borobudur. Physical and human studies
are used to obtain accurate and actual results. This research uses qualitative descriptive
approach with purposive method, in-depth interview, documentation and image
interpretation in taking data. Geography approach used is ecological approach with
theme of interaction analysis between natural physical appearance. The results show
local wisdom is obtained from generation to generation and still survive until now
although not all apply. Local wisdom in determining the location of agricultural land is
in accordance with the requirements to grow the plant that is watched the condition of
watery soil and close to the spring. Local wisdom is technically a traditional irrigation
called "oloran sawah" that serves to channel water to agricultural land and reduce the
quantity of water when excess. Maintaining local wisdom "oloran sawah" needs to be
done so that the environmental sustainability and economic activities of the people of
Sileng River Ancient still take place and awake.
Keywords: Agriculture, local wisdom, Borobudur.
PENDAHULUAN menjadi dataran akibat adanya proses
pengendapan. Kawasan danau
Candi Borobudur terletak di
Borobudur menjadi dataran karena
wilayah Kecamatan Borobudur,
adanya endapan material vulkanik,
Kabupaten Magelang, provinsi jawa
material longsor lahan dari pegunungan
tengah. Morfologi candi Borobudur
menoreh dan endapan hasil erosi
berada pada dataran yang lebih rendah
(Newhall, dkk, 2000; Murwanto, dkk,
dari morfologi sekitar yang dikelilingi
2004; Gomez, dkk, 2010; Murwanto dkk,
oleh gunung merapi, merbabu, sumbing,
2014 dan Murwanto, 2015).
sindoro, dan pegunungan menoreh.
Berubahnya danau menjadi dataran
Candi Borobudur berdasarkan
membuat masyarakat terkonsentrasi
penelitian terdahulu pada masa lampau
untuk bermukim dan melakukan
di kelilingi oleh danau. Dataran
aktivitas kehidupan.
Borobudur yang dimungkinkan terdapat
Pemanfaatan Sungai Sileng purba
danau purba ini juga juga pernah diteliti
oleh masyarakat sebagai lahan
oleh ahli geologi Van Bemmelen (1949)
pertanian dan permukiman.
dalam Murwanto, 2015. Gunung berapi
Pemanfaatan lahan pertanian sawah
yang mengelilingi basin Borobudur
lebih mendominasi dibandingkan
menghasilkan beberapa ledakan
dengan tegalan.
signifikan dan aliran piroklastik yang
tersimpan di basin Borobudur “…Agriculture is a broad and
complex subject. science and an art.
membendung jaringan hidrografi
As a science it is a study of
sehingga terbentuklah danau purba composition, fertility, care, and
uses; the vegetation therefrom and
(Gomes dkk, 2010). Keberadaan danau
the animals subsisting thereon. As
purba di sekitar candi Borobudur the application of scientific
principles and knowledge
dibuktikan dengan ditemukannya
production from the soil, through
endapan lempung hitam yang the culture and development
vegetable and animal life. In
mengandung serbuk sari/pollen dari
general, then, agriculture defined
tanaman komunitas rawa (Murwanto as the theory and practice of
producing plants and animals
dkk, 2014).
useful to man, the soil and its being
Kawasan danau purba Borobudur the basis of the work… (French,
1908)”
saat ini telah menjadi dataran. Kawasan
danau purba Borobudur berubah Pertanian adalah subjek yang luas
dan kompleks. Pertanian berupa ilmu
dan seni. Sebagai ilmu pertanian ini kelestarianya. Pemilihan lokasi, cara
adalah studi tentang komposisi, pengelolaan dan cara menjaga
kesuburan, perawatan, dan kelestarian lingkungan dilakukan oleh
penggunaan; vegetasi daripadanya dan masyarakat terdahulu dengan
hewan-hewan yang hidup di atasnya. keterbatasan informasi dan teknologi.
Sebagai penerapan prinsip ilmiah dan Perilaku masyarakat yang khas dalam
pengetahuan produksi dari tanah, pemanfaatan lahan pertanian sawah di
melalui budaya dan pengembangan Sungai Sileng purba merupakan sebuah
sayur dan hewan hidup. Secara umum, kearifan lokal. Kearifan lokal adalah
kemudian pertanian didefinisikan kebijaksanaan manusia yang bersandar
sebagai teori dan praktik menghasilkan pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-cara
tanaman dan hewan yang bermanfaat dan perilaku yang melembaga secara
bagi manusia, tanah dan menjadi basis tradisional berupa nilai, norma, etika,
pekerjaannya (French, 1908). kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat,
Pemanfaatan lahan pertanian sawah di dan aturan-aturan khusus (Hastuti,
Sungai Sileng purba tergambar jelas 2015). Interaksi manusia terhadap
pada citra satelit. Pemanfaatan lahan ini lingkungannya terjadi untuk memenuhi
mengikuti alur morfologi Sungai Sileng kebutuhan manusia dari waktu ke
purba. waktu sehingga terbentuklah kearifan
lokal dalam pengelolaan lahan
Pemanfaatan Sungai Sileng purba
pertanian.
sebagai lahan pertanian merupakan
suatu kondisi yang khas. Kekhasan “…Animal and plant
exploitation, including pastoralism
pemanfaatan lahan ini dicirikan pada
and agriculture, are among the
aktivitas manusia yang memanfaatkan most important subsets of
humanenvironment relations both
lahan berupa sungai purba menjadi
in terms of human dependence and
kawasan pertanian. Pemanfaatan lahan environmental change. The
interpretation of agriculture in the
pertanian yang dilakukan oleh
past should consider the
masyarakat tentunya berlangsung multiplicity of factors that converge
in any given human-environment
sudah lama dan turun temurun.
interaction, including those of the
Pemanfaatan lahan pertanian tentunya biophysical realm—such as climate,
environment, and the biology of
disertai dengan pemilihan lokasi, cara
cultivated plants and tended
pengelolaan dan cara menjaga livestock—as well as the social
realm—namely, people and various
facets of their practices, including Perubahan penggunaan lahan
cultures, societies, and
tentunya akan merubah kondisi wilayah
technologies… (Denham, 2011)”.
yang ada di masyarakat. Awal
Eksploitasi hewan dan tumbuhan,
penggunaan lahan ketersediaan air
termasuk pastoralisme dan pertanian,
masih tercukupi dengan baik akibat
merupakan salah satu himpunan bagian
perubahan lahan ketersediaan air dapat
terpenting dari hubungan manusiawi
berkurang atau aliran permukaan yang
baik dari segi ketergantungan manusia
berlebihan sehingga hal ini
dan perubahan lingkungan. Interpretasi
menimbulkan risiko bencana. Risiko
pertanian di masa lalu harus
bencana kekeringan dan banjir
mempertimbangkan keragaman faktor
membuat pertanian masyarakat
yang terkumpul dalam interaksi
terganggu sehingga pemenuhan
manusia-lingkungan tertentu, termasuk
kebutuhan masyarakat terancam. Risiko
lingkungan biofisik - seperti iklim,
bencana seharusnya dipahami
lingkungan, dan biologi tanaman yang
masyarakat dengan cara melakukan
dibudidayakan dan memelihara ternak -
adaptasi terhadap kondisi lingkungan.
serta juga alam sosial - yaitu, orang dan
berbagai aspek praktik mereka, “…Adaptation is hinged on
improving lives and livelihoods, as
termasuk budaya, masyarakat, dan
are the reduction of vulnerability
teknologi (Denham, 2011). Masyarakat and the building of resilience. Yet
the choices and decisions that are
dalam memanfaatkan Sungai Sileng
made are dependent on a range of
purba menjadi lahan pertanian tentunya motivations in individual
components of the disaster
memperhatikan kondisi lingkungan
assemblage. Understanding these
menggunakan pengetahuan yang relationships – themessy and
challenging impacts of ideology,
diperoleh secara turun temurun.
values, political perspectives and
Ketergantungan masyarakat dalam hidden motives of individuals and
institutions – is important because
pemanfaatan Sungai Sileng purba
it aids the negotiation of multiple
menjadi lahan pertanian hendaknya scales in the previous theme…(Amy
Donovan, 2017)”.
ditopang oleh kondisi lingkungan yang
baik dengan pemanfaatan lingkungan Adaptasi terhadap bencana
yang tepat supaya ketergantungan bergantung pada peningkatan taraf
masyarakat tetap terpenuhi. kehidupan dan mata pencaharian,
seperti juga pengurangan kerentanan
dan pembangunan kemampuan dalam mendalam dilakukan untuk
menghadapi bencana. Namun pilihan memperoleh informasi terperinci
dan keputusan yang dibuat tergantung tentang kearifan lokal masyarakat dari
pada berbagai motivasi dalam petani yang memiliki sawah di Sungai
komponen individu dari menghimpun Sileng purba Kecamatan Borobudur.
risiko bencana. Memahami hubungan ini Dokumentasi digunakan untuk
akan rumit dan berdampak pada mengabadikan kondisi lapangan
ideologi, nilai, perspektif politik dan sehingga dapat di analisis lebih
motif tersembunyi individu dan institusi mendalam saat mengolah data.
– penting karena membantu negosiasi Interpretasi citra satelit digunakan
beberapa tingkatan (Amy Donovan, untuk mengidentifikasi bentuk lahan
2017). Adaptasi perlu dilakukan dan penggunaan lahan Sungai Sileng
masyarakat untuk tetap menjaga purba. Pengumpulan data dan analisis
kelestarian lingkungannya. Adaptasi kualitatif berproses dari upaya
yang dihadapkan pada tantangan memperoleh informasi tentang banyak
ideologi masyarakat yang berbeda hal mengenai data lokasi yang terkait
sehingga perlu pemahaman secara daerah penelitian, riwayat hidup
bersama. Adaptasi yang baik responden, dan data yang menjawab
berdampak pada kelestarian langsung permasalahan penelitian
lingkungan, sehingga keberlanjutan (Hamidi, 2004).
aktivitas masyarakat dalam Bidang kajian geografi merupakan
pemanfaatan Sungai Sileng purba bidang kajian yang bersifat human
sebagai lahan pertanian. oriented sehingga yang menjadi
orientasi aplikasi bidang kajiannya
METODE
adalah kesejahteraan manusia (Yunus,
Penelitian ini dilakukan
2010). Pendekatan geografi yang
menggunakan metode purposif, digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam, dokumentasi
pendekatan ekologi dengan tema
dan interpretasi citra satelit. Metode analisis interaksi antara kenampakan
purposif digunakan untuk
fisik alami. Manusia adalah mahluk
mengumpulkan data tentang kondisi
sosial, ekonomi, budaya, politik dan
fisik dan petani di Sungai Sileng purba
religious yang memiliki perilaku sosial,
Kecamatan Borobudur. Wawancara
perilaku ekonomi, perilaku budaya,
perilaku politik dan perilaku religious daerah Borobudur (danau Borobudur)
hal tersebut merupakan yang menjadi sekarang menjauhi dataran rendah
tekanan pada analisis kajian geografi Borobudur menuju sungai progo
dan bukan sosok biologisnya. (Murwanto dkk, 2014). Kenampakan
Penekanan pada bukan biologisnya Sungai Sileng purba tergambar jelas
maksudnya karena bukan ranah ilmu pada citra ikonos. Alur Sungai Sileng
geografi (Yunus, 2010). Tema analisis purba dilihat dari citra mengalir dari
keterkaitan antara kenampakan fisik pegunungan menoreh menuju dataran
alami dengan lingkungan dalam hal ini rendah Borobudur, meskipun alur
menempatkan fisik alami menjadi fokus sungai sudah tidak ideal.
pusat. Performa/kinerja kenampakan
Daerah penelitian dibatasi oleh
fisik alami selalu mengalami perubahan,
batas fisik berupa Sungai Sileng purba.
walaupun perubahannya relatif
Sungai Sileng purba secara administrasi
mengalami waktu yang lama
berada di desa Borobudur Kecamatan
dibandingkan dengan kenampakan fisik
Borobudur Kabupaten Magelang jawa
budayawi. Jadi dapat disimpulkan
tengah. Perlunya identifikasi kearifan
bahwa kondisi fisik alami yang
lokal dalam pemanfaatan sawah oleh
mengalami perubahan akibat adanya
masyarakat yang mengikuti morfologi
keterkaitan terhadap organisme.
Sungai Sileng purba dan masyarakat
Tahapan penelitian secara terperinci
tentunya memiliki alasan tersendiri
dapat dibagi menjadi: pengumpulan dan
dalam memanfaatkan Sungai Sileng
persiapan data, pengecekan lapangan,
purba berupa sawah bukan tegalan.
wawancara mendalam, pengolahan
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
data, analisis data, dan penyajian hasil
meneliti kearifan lokal masyarakat
akhir.
dalam mengelola sumberdaya lahan
Penelitian ini dilakukan di Sungai pertanian di lembah Sungai Sileng purba
Sileng purba Kecamatan Borobudur. Kecamatan Borobudur.
Sungai Sileng memiliki hulu dari
Responden yaitu petani yang
pegunungan menoreh yang lokasinya
mengolah sawah di Sungai Sileng purba
berada di sebelah selatan candi
Kecamatan Borobudur. Responden
Borobudur. Sungai Sileng yang awalnya
difokuskan pada petani yang memiliki
mengalir menuju dataran rendah di
sawah di Sungai Sileng purba
Kecamatan Borobudur. Petani proses perkembangan oleh suatu
bertempat tinggal di desa sekitar Sungai kelompok masyarakat setempat atau
Sileng purba Kecamatan Borobudur komunitas yang terhimpun dari proses
sehingga akses menuju sawah dijangkau dan pengalaman panjang dalam
dengan jalan kaki dan menaiki sepeda. berinteraksi dalam satu sistem dan
Petani secara keseluruhan sudah dalam satu ikatan hubungan yang saling
memiliki keluarga, anggota keluarga menguntungkan (Purba, 2002 dalam
responden ada yang sedang menempuh Muh Aris Marfai, 2012:33). Indonesia
pendidikan, ada yang sudah berkeluarga memiliki banyak etnik dan suku bangsa,
dan bekerja pada sektor bukan dimana setiap etnik dan suku bangsa
pertanian. mempunyai sistem dan pendekatannya
sendiri dalam memahami dan bersikap
HASIL DAN PEMBAHASAN
terhadap pengelolaan sumberdaya alam
Hasil Penelitian yang diperoleh secara turun temurun.
Kelompok masyarakat yang bermukim
Kearifan Lokal
secara turun temurun telah melahirkan
Kearifan atau wisdom dapat inovasi pengelolaan lingkungan dan
dipahami sebagai suatu pemahaman pemanfaatan sumberdaya alam yang
kolektif, pengetahuan, dan unik berbasis adat dan budaya
kebijaksanaan yang mempengaruhi setempat.
suatu keputusan penyelesaian atau
Kearifan lokal adalah adalah suatu
penanggulangan suatu masalah
penyikapan dari bentuk-bentuk respon
kehidupan (Suparmini, dkk, 2013).
dari interaksi manusia dan lingkungan
Kearifan timbul karena adanya interkasi
(Marfai, 2013). Interaksi dan adaptasi
manusia dengan lingkungannya.
manusia terhadap lingkungannya
Manusia yang bertempat tinggal perlu
terjadi untuk memenuhi kebutuhan
menyesuaikan terhadap lingkungannya
manusia dari waktu ke waktu sehingga
untuk bertahan hidup. Kearifan
terbentuklah kearifan lokal. Kearifan
diperoleh secara turun temurun secara
lokal secara tegas mengatur masyarakat
verbal tanpa ada buku panduan.
dalam berinteraksi dengan
Kearifan dalam hal ini merupakan lingkungannya. Kearifan lokal memiliki
perwujudan seperangkat pemahaman tujuan yang baik dalam kehidupan yaitu
dan pengetahuan yang mengalami
membuat interaksi manusia terhadap dan berpotensi terdampak bencana.
lingkungan lebih seimbang. Banyak pertimbangan ini dapat berupa
kearifan lokal yang berkembang secara
Kecerdasan tradisional atau
turun temurun. Perkembangan kearifan
kearifan lokal berbentuk semiotika
lokal melalui mitos dalam kehidupan
kultural berupa nasihat dan ajaran
sehari-hari akan menjaga kelestarian
masyarakat, semiotika faunal berupa
kearifan lokal yang ada.
perilaku berbagai jenis hewan,
semiotika vegetal berupa kondisi Sungai Sileng Purba
tumbuhan alami maupun budidaya, dan Sungai Sileng purba pada daerah
semiotika fisikal berupa tanda alam penelitian memiliki luas 24.613759
yang banyak terjadi sebelum bencana hektar atau 246137.591043 meter
tiba (Setyowati dkk, 2015). Kearifan persegi . Luas daerah penlitian
lokal dalam menghadapi bencana diperoleh dari hasil analisis berbantuan
diperoleh secara turun temurun baik sistem infromasi geografis ArcMap.
berupa nasihat secara lisan, maupun Kondisi morfologi daerah penelitian
hasil dari interaksi terhadap lingkungan. menarik untuk dilakukan penelitian.
Bencana adalah suatu peristiwa atau Daerah penelitian yang merupakan
rangkaian kejadian yang mengakibatkan Sungai Sileng purba memiliki ciri-ciri
korban penderitaan manusia, kerugian sungai yang nampak jelas saat dijumpai
harta benda, kerusakan lingkungan, di lapangan. Morfologi Sungai Sileng
sarana dan prasarana serta dapat purba masih terlihat jelas dicirikan oleh
menimbulkan gangguan terhadap tata morfologi yang lebih rendah, kelokan
kehidupan dan penghidupan sungai dan bekas endapan fluvial.
masyarakat (Sudibyakto, 2011: 1). Kondisi morfologi yang rendah, kelokan
Lahan pertanian yang berada di lembah sungai yang jelas dan bekas endapan
berpotensi terlanda banjir sehingga aluvial yang membentuk dataran juga
merugikan petani. Petani tentunya terlihat jelas dari citra satelit (gambar
memiliki banyak pertimbangan dalam 1).
memanfaatkan lembah sebagai sawah
Gambar 1. Kenampakan Sungai Sileng purba

Sungai Sileng purba sebagai sejarah penamaan dusun gopalan yaitu


daerah penelitian saat ini tidak dijumpai gopalan “di gempal nggo palang” artinya
aliran air permukaan sepanjang tahun. “di patahkan/mengambil bongkahan
Penuturan petani awalnya Sungai Sileng tanah untuk dijadikan
menuju ke tempat yang saat ini penghalang/tanggul”. Cerita tentang
dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan sejarah dusun gopalan berkembang dari
pertanian (daerah penelitian). Aliran leluhur masyarakat dan turun temurun
Sungai Sileng ini kemudian dibelokan sampai sekarang. Aliran Sungai Sileng
oleh masyarakat ke arah selatan supaya sekarang berada di sebelah selatan,
bekas alirannya dapat dimanfaatkan tidak jauh dari daerah penelitian. Arah
sebagai lahan pertanian seperti kondisi belokan Sungai Sileng menuju selatan
saat ini yang dapat dijumpai di terlihat dimulai dari dusun gopalan.
lapangan. Pembelokan sungai Murwanto, 2015 menjelaskan
didasarkan pada nama sebuah dusun pembelokan Sungai Sileng terjadi secara
yaitu gopalan. Gopalan dimaknai alami yaitu diakibatkan adanya
menjadi tanggul sebagai penghalang pengangkatan akibat proses aktivitas
aliran Sungai Sileng. Hasil wawancara tektonik. Berdasarkan hasil wawancara
terhadap petani diperoleh sebuah dan keterangan ahli keberadaan Sungai
Sileng purba terbelokkan menuju ke hasil wawancara terhadap petani,
arah selatan. menurunnya debit mata air disebabkan
pengeboran sumur dalam di sebelah
Sungai Sileng purba memiliki dua
utara (permukiman penduduk dan
sumber mata air sesuai yang ditemukan
kawasan pariwisata). Bertambahnya
dilapangan saat ini. Sumber mata air
penduduk membutuhkan semakin luas
terletak di tengah sawah dusun ngaran
lahan sebagai tempat tinggal. Kawasan
ngisor dan di dusun sabrangrowo.
terbangun akan menghalangi resapan
Menurut petani mata air semula
air hujan menuju ke dalam tanah.
menjadi sumber utama pengairan
Menurunnya potensi resapan air hujan,
sawah di Sungai Sileng purba. Sumber
besar pengaruhnya terhadap penurunan
mata air berdasarkan penuturan petani
debit air bawah tanah yang muncul ke
dahulu debitnya besar, airnya jernih dan
permukaan menjadi mata air.
sepanjang tahun baik musim kemarau
Perkembangan pariwisata di Borobudur
maupun penghujan tetap stabil. Sumber
disertai dengan munculnya fasilitas
mata air ini selain sebagai sumber
umum penunjang pariwisata dan
pengairan lahan pertanian,
kunjungan wisata semakin meningkat
dimanfaatkan petani untuk
sehingga kebutuhan akan air bersihpun
membersihkan diri dan memandikan
meningkat. Kebutuhan air bersih yang
kerbau. Sumber mata air ini membentuk
meningkat berdampak pada sumber
sebuah rawa yang memiliki kedalaman
mata air di Sungai Sileng purba yang
kurang lebih satu meter sehingga
mengalami penurunan debit karena
masyarakat dapat mengaliri lahan
pengambilan air tanah melalui
pertaniannya, membersihkan diri dan
pengeboran sumur dalam yang
memandikan kerbau dengan mudah.
berlebihan.
Sumber mata air di Sungai Sileng
Sumber mata air pada Sungai
purba saat ini mengalami penurunan
Sileng purba yang awalnya membentuk
debit dibandingkan 50 tahun yang lalu.
sebuah rawa yang memiliki kedalaman
Menurunnya debit mata air diakibatkan
kurang lebih satu meter sehingga
perubahan penggunaan lahan.
masyarakat dapat mengaliri lahan
Penggunaan lahan yang awalnya ruang
pertaniannya, membersihkan diri dan
terbuka hijau, berubah menjadi
memandikan kerbau dengan mudah
permukiman penduduk. Berdasarkan
saat ini tidak dijumpai. Rawa yang ada dengan melakukan pengeboran karena
di Sungai Sileng purba saat ini tidak debit mata air kecil dan kebutuhan
ditemukan, karena telah mengalami petani untuk pengairan lahan
pendangkalan akibat endapan material pertaniannya meningkat. Sumur ini
tanah dari lingkungan sekitar. dibangun oleh pemerintah untuk
Lingkungan sekitar Sungai Sileng purba kebutuhan petani di Sungai Sileng
mengalami alih fungsi lahan yang tidak purba. Pengambilan air pada sumur ini
memperhatikan kelestarian lingkungan dilakukan menggunakan pompa air
sehingga menyebabkan erosi. Erosi kemudian menggunakan selang di
membawa material tanah yang alirkan menuju lahan yang perlu dialiri.
terangkut menuju Sungai Sileng purba, Pengambilan air pada sumur ini
berjalannya waktu erosi tetap terjadi dilakukan secara individu oleh petani
sehingga rawa yang ada di Sungai Sileng sesuai kebutuhan pengairan lahan
purba mengalami pendangkalan. pertanian.

Mata air Sungai Sileng purba Mata air Sungai Sileng purba yang
dusun ngaran ngisor dan dusun sabrang berada di dusun sabrang rowo
rowo kondisinya kurang terawat. kondisinya kurang terawat (gambar 3).
Kurang terawatnya mata air selain Mata air ini debitnya kecil, karena
perubahan penggunaan lahan, faktor hampir tidak dijumpai aliran
memudarnya kearifan lokal masyarakat permukaan di lokasi. Mata air yang
berpengaruh kepada sikap masyarakat berada di sabrang rowo sudah
dalam pengelolaan mata air. dibuatkan kolam penahan mata air.
Penggunaan sumur bor oleh masyarakat Sekitar mata air merupakan semak,
secara individu dianggap sudah pepohonan, sawah dan permukiman
memenuhi kebutuhan air bersih. Mata penduduk. Mata air saat ini
air dusun ngaran ngisor yang berada di dimanfaatkan masyarakat untuk
tengah lahan pertanian saat ini tidak merendam balok kayu dan bambu. Mata
dijumpai aliran air menuju permukaan air ini pada saat musim kemarau di
(gambar 2). Mata air ini berubah manfaatkan petani untuk pengairan
menjadi sumur dengan kedalaman 16 lahan pertanian dengan mengambil
meter. Mata air ini dijadikan sumur menggunakan pompa air.
Koordinat 49-412242 9158547 Koordinat 49-411499 9159013
Gambar 2. Kondisi mata air dusun ngaran Gambar 3. Kondisi mata air dusun
ngisor, sumber data lapangan 2017 sabrang rowo, sumber data lapangan
2017

Sungai Sileng purba saat ini Petani mudah mencari air untuk
dimanfaatkan menjadi lahan pertanian. mengaliri sawahnya, karena tidak jauh
Lahan pertanian ini didominasi oleh dari mata air. Mata air berdasarkan
lahan pertanian sawah. Hasil hasil wawancara sudah mengalami
wawancara terhadap petani diperoleh perubahan debit. Debit mata air yang
beberapa alasan masyarakat memilih awalnya besar sekarang sudah banyak
memanfaatkan Sungai Sileng purba berkurang. Berkurangnya debit mata air
menjadi area persawahan dibandingkan tentunya dipengaruhi oleh aktivitas
memanfaatkan sebagai tegalan yaitu manusia. Aktivitas manusia untuk
karena tanah lembab dan berair. bermukim, aktivitas manusia untuk
Menurut murwanto, 2015 jenis tanah bercocok tanam sehingga merubah
Sungai Sileng purba sudah mengalami penggunaan lahan yang ada di sekitar
perkembangan, mudah meloloskan air Sungai Sileng purba.
tetapi tertahan oleh batuan lempung
Kearifan lokal di Sungai Sileng purba
hitam sehingga air menggenang pada
saat curah hujan tinggi. Kondisi Pertanian sawah membutuhkan
hidrologi permukaan yang didominasi pengairan yang cukup sebagai
oleh sungai-sungai dan hidrologi bawah pemenuhan syarat tumbuh padi.
permukaan ditunjukkan adanya sumur- Pertanian sawah masa lampau di Sungai
sumur penduduk sehingga memenuhi Sileng purba sepanjang tahun dapat
syarat tumbuh tanaman padi. ditanami padi. Pertanian sawah
sepanjang tahun dapat dilakukan yang ingin mengikuti pengajian dari
karena kebutuhan pengairan terpenuhi. dusun lain membersihkan diri terlebih
Keberadaan mata air dengan debit besar dahulu di kawasan mata air.
mencukupi kebutuhan pengairan sawah
Upaya pengelolaan air dilakukan
di Sungai Sileng purba. Pertanian sawah
masyarakat dengan membuat “oloran
yang dapat dilakukan sepanjang tahun
sawah”. Oloran sawah adalah saluran air
oleh petani berdampak kepada hasil
yang berada ditengah sawah menuju ke
panen yang baik.
lokasi yang lebih rendah menuju ke
Kearifan lokal dalam mengelola
sungai. Oloran sawah dibangun petani
mata air menurut penjelasan petani
pada masa lampau secara gotong
pada masa lampau sering dilakukan
royong, dan keberadaan oloran sawah
pengkeramatan kawasan mata air.
masih ada sampai saat ini (gambar 4).
Pengkeramatan dengan cara melakukan
Oloran sawah digunakan masyarakat
pemberian sesaji, pembersihan semak
untuk memasukan air menuju petak
di hari-hari besar yang sudah
sawah pada saat pengairan dan
ditentukan oleh tokoh masyarakat.
membuang air yang berlebihan di petak
Petani menjelaskan sering dilaksanakan
sawah sehingga kebutuhan air stabil
pengajian setiap bulan sekali di dusun
sesuai syarat tumbuh padi.
dekat kawasan mata air. Masyarakat

Gambar 4. Kondisi oloran sawah di Sungai Sileng purba


sumber data lapangan 2017

Kearifan lokal dalam mengelola air pertanian masyarakat dengan membuat


supaya air tidak merusak lahan “oloran sawah” merupakan bentuk
adaptasi terhadap lingkungan. mengancam keberlangsungan pertanian
Masyarakat memanfaatkan Sungai di Sungai Sileng purba. Pertanian
Sileng purba menjadi lahan pertanian, terganggu maka berdampak pada
lokasi yang berada di lembah berpotensi perekonomian petani. Meningkatnya
terancam air berlebih maka masyarakat kesadaran tentang kearifan lokal
secara arif memanfaatkan lahan berperan penting supaya kerusakan
sekaligus membuat mitigasinya berupa lingkungan dapat dicegah ketika
“oloran sawah”. Keberadaan “oloran manusia melakukan kegiatan ekonomi
sawah” yang ada kondisinya kurang untuk pemenuhan kebutuhan (Hastuti,
terawat sehingga aliran air terhambat. 2015). Mempertahankan kearifan lokal
Rumput gulma, sampah plastik, dan “oloran sawah” perlu dilakukan supaya
kedalaman oloran sawah yang dangkal kelestarian lingkungan dan aktivitas
akan membuat air meluap membanjiri perekonomian masyarakat Sungai
petak sawah. Berdasarkan hasil Sileng purba tetap berlangsung dan
wawancara terhadap petani perawatan terjaga.
oloran sawah sudah jarang dilakukan,
Pembahasan
apabila ada perawatan dilakukan secara
individu oleh masing-masing petani Sungai Sileng purba mempunyai
tidak dilakukan secara gotong-royong ketinggian 230 mdpal sedangkan
seperti dulu. lingkungan sekitarnya memiliki
ketinggian 240-300 mdpal. Sungai
Mempertahankan kearifan lokal di
Sileng purba terletak di sebelah selatan
Sungai Sileng purba
candi Borobudur. Kondisi morfologi
Kondisi lingkungan fisik dan Sungai Sileng purba yaitu dataran
sosial Sungai Sileng purba mengalami lembah. Kondisi morfologi dataran
perubahan. Perubahan teknologi untuk lembah menyebabkan konsentrasi air
pengolahan lahan pertanian, hujan dari lingkungan sekitar menju ke
berkurangnya kesuburan tanah, mata Sungai Sileng purba. Bukti adanya aliran
air yang tidak dapat untuk mengaliri yang menuju ke Sungai Sileng purba
sawah dan perubahan perilaku petani adalah endapan tanah akibat erosi dari
dalam memanfaatkan Sungai Sileng lingkungan sekitar.
purba (melunturnya nilai-nilai kearifan
lokal). Degradasi lingkungan berpotensi
Sungai Sileng purba memiliki tanaman padi di Sungai Sileng purba
kemiringan 0-2%, sehingga menurut tumbuh subur. Morfologi lembah
klasifikasi van zuidam, 1978 termasuk menguntungkan bagi petani karena
dataran. Jarak ketinggian dari Sungai hasil endapan tanah dari lingkungan
Sileng purba terhadap lingkungan sekitar menyebabkan tanah menjadi
sekitar 5-50 meter sehingga disebut subur, kondisi lembah juga
lembah. Morfologi Sungai Sileng purba memudahkan petani untuk memperoleh
berupa dataran lembah, hal ini air. Akan tetapi kondisi morfologi
dipengaruhi oleh bekas sungai yang dataran lembah di Sungai Sileng purba
membentuk alur yang lebih rendah dari juga menyimpan potensi bencana.
lingkungan sekitar dan besarnya erosi Potensi bencana diakibatkan
yang terendapkan menuju Sungai Sileng konsentrasi air hujan yang menuju
purba menyebabkan alur sungai Sungai Sileng purba. Konsentrasi air
menjadi datar. Material tanah yang hujan yang berlebih menuju Sungai
terendapkan pada Sungai Sileng purba Sileng purba dapat merusak aktivitas
memiliki kedalaman ≤100cm. pertanian masyarakat. Terbukti pada
saat terguyur hujan dengan waktu yang
Kondisi morfologi di Sungai
tidak lama menimbulkan genangan di
Sileng purba yang berbentuk dataran
Sungai Sileng purba (gambar 5). Oleh
lembah membuat masyarakat
karena itu, dengan mengetahui ancaman
memanfaatkan untuk lahan pertanian.
terhadap lahan pertanian yang ada,
Tanah endapan yang tebal dan berair
masyarakat membuat “oloran sawah”
sesuai syarat tumbuh padi, sehingga
sebagai upaya mengatasinya.

Gambar 5 kondisi Sungai Sileng purba setelah hujan


sumber data lapangan 2017

Masyarakat yang melakukan masyarakat petani di Sungai Sileng


aktivitas pertanian di Sungai Sileng purba pada saat musim penghujan.
purba membuat “oloran sawah” secara Kebermanfaatan “oloran sawah” pada
bersama-sama/gotong royong. Fungsi musim penghujan karena debit mata air
“oloran sawah” adalah menyalurkan air yang ada di Sungai Sileng purba sudah
menuju ke lahan pertanian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
membuang air dari lahan pertanian pengairan lahan pertanian saat musim
menuju sungai progo pada saat air kemarau. Eksistensi dari “oloran sawah”
berlebih. Panjang “oloran sawah” yang akan terus terjaga selama masih ada
dapat dijumpai pada lokasi penelitian aktivitas pertanian di Sungai Sileng
dibangun sekitar 700 meter dengan purba, karena masyarakat memaknai
lebar 40 cm dan kedalaman 30 cm. “oloran sawah” dari fungsinya terhadap
kondisi “oloran sawah” di Sungai Sileng pengelolaan sumberdaya lahan
purba sudah banyak yang tidak ideal pertanian.
dari segi lebar maupun kedalamannya,
SIMPULAN
karena terdapat rumput gulma ditepian
“oloran sawah” dan pendangkalan Masyarakat secara turun
akibat endapan tanah yang terbawa air temurun memanfaatkan Sungai Sileng
menyebabkan kedalaman “oloran purba menjadi lahan pertanian sawah
sawah” berkurang. Kondisi “oloran dengan tanaman padi. Pengetahuan
sawah” yang kurang ideal akan masyarakat mengenai cara pemilihan
mengurangi optimalnya fungsi awal lokasi yang sesuai dengan syarat
“oloran sawah” terhadap pola penyairan tumbuh tanaman diperoleh secara turun
lahan pertanian. temurun. Kearifan lokal berupa
pengetahuan mengenai cara memilih
Keberadaan “oloran sawah” bagi
lokasi yang sesuai untuk syarat tumbuh
masyarakat petani di Sungai Sileng
tanaman sudah sesuai. Kearifan lokal
purba sangat bermanfaat. Kearifan lokal
secara teknis berupa irigasi tradisional
berupa “oloran sawah” yang diperoleh
yang dinamai “oloran sawah” berfungsi
dari peninggalan leluhur masih terjaga
untuk menyalurkan air dari sumber
sampai sekarang. Kebermanfaatan
mata air dan mengurangi air dari petak
“oloran sawah” masih dirasakan
sawah ketika air berlebih. Keberadaan
“oloran sawah” masih terjaga sampai Gomez, C. , Janin, M. , Lavigne, F. ,
saat ini karena fungsinya terhadap Gertisser, R. , Charbonnier, S. ,
Lahitte, P. , Hadmoko, S.R., Fort, M.
pengelolaan sumberdaya lahan
, Wassmer, P. , Degroot, V. ,
pertanian permeskipun cara Murwanto, H.. 2010. Borobudur, a
perawatannya secara individu. basin under volcanic influence:
361,000 years BP. Elsevier B.V. All
rights reserved : Journal of
UCAPAN TERIMAKASIH
Volcanology and Geothermal
1. Terima kasih kepada Pendidikan
Research. Vol. 196 (2010) hlm.
Geografi Program Magister
245–264.
Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Terima kasih kepada Bapak ibu Hamidi. 2004. Metode Penelitian
Dosen Pendidikan Geografi Program Kualitatif. Malang : UMM Press.
Magister Universitas Negeri
Yogyakarta. Hastuti. 2015. Kearifan Lokal Sebagai
3. Terima kasih kepada ibu Dr. Hastuti, Penjaga Lingkungan di Lereng
M.Si selaku pembimbing dan Merapi Daerah Istimewa
pengampu mata kuliah Geografi Yigyakarta. Yogyakarta : CV
Manusia. Primaprint.
4. Terima kasih kepada petani Sungai Marfai, Muh Aris. 2013. Pengantar Etika
Sileng Purba Kecamatan Borobudur Lingkungan dan Kearifan Lokal.
Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Yogyakarta: Universitas Gadjah
Tengah. Mada Press.
DAFTAR PUSTAKA
Murwanto, H., Y. Gunnell, S. Suharsono,
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology S. Sutikno, F. Lavigne. 2004.
of Indonesia: General Geology of Borobudur monument (Java,
Indonesia and Adjacent Indonesia) stood by a natural lake:
Archipelagoes, vol. lA, Government chronosstratigraphic evidence and
Printing Office, Martinus Nijhoff, historical implications. A Holocene
The Hague, 732. Research Report.
Donovan, Amy. 2017. Geopower:
Murwanto, H., A. Purwoarminta, D.A.
Reflection on the critical
Siregar. 2014. Pengaruh tektonik
geography of disaster. Progress in
dan longsor lahan terhadap
human geography Sagepub.co.uk:
perubahan bentuklahan di bagian
King College London, UK.
selatan Danau Purba Borobudur.
French, Walter H.. 1908. Agriculture in Jurnal Lingkungan dan Bencana
the Public Schools. The University Geologi, Vol. 5 No. 2 hlm. 143-158.
of Chicago Press. Diunduh dari
Murwanto, H. 2015. Penelusuran Jejak
http://www.jstor.org/stable/9928
Lingkungan Danau Purba Di
69 08-11-2017.
Sekitar Candi Borobudur Dengan
Pendekatan Paleogeomorfologi. NewIdeas. The University of
Ringkasan Disertasi: Universitas Chicago Press on behalf of
Gadjah Mada. Wenner-Gren Foundation
forAnthropological Research. Vol.
Newhall, C.G., Bronto, S., Alloway, B.,
52, No. S4. Diunduh dari
Banks, N.G., Bahar, I., del Marmol,
http://www.jstor.org/stable/10.1
M.A., Hadisantono, R.D., Halcomb,
086/658682 pada tanggal 08-11-
R.T., Mcgeehin, J., Miksic, J.N,
2017.
Rubin, M., Sayudi, S.D., Sukhyar, R.,
Zuidam, Van. 1978. Terrain Analysis and
Andreastuti, S., Tilling, R.I., Torley,
Classification Using Areal
R., Trimble, D., Wirakusumah, A.D..
Phtotographs (A Geomorphological
10,000 Years of explosive of
approach). Netherlands:
Merapi Vulcano, Central Java :
International Institute for Aerial
archeological and modern
Survey and Earth Sciences (ITC)
implications. Elsevier B.V. All rights
350.
reserved : Journal of Volcanology
and Geothermal Research. Vol. 100
(2000). Hlm. 9-50.

Setyowati, Sriadi, Pramono, Heru,


Ashari, Arif. 2015. Kecerdasan
Tradisional dalam Mitigasi
Bencana Erupsi pada Masyarakat
Lereng Baratdaya Gunungapi
Merapi. Socia: Jurnal ilmu-ilmu
sosial. September 2015, Vol.12, No.
2, hlm. 100-110.

Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana


Di Indonesia Ke Mana?Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.

Suparmini, Setyawati, Sriadi, Sumunar,


Dyah Respati Surya. 2013. Mitigasi
Bencana Berbasis Kearifan Lokal
Masyarakat Baduy. Publikasi
Artikel Ilmiah didanai DIPA-UNY
Nomor: 007/Subkontrak-
Unggulan/UN34.21/2013.

Tim Denham. 2011. Early Agriculture


and Plant Domestication in New
Guinea and Island Southeast Asia.
Current Anthropology. The Origins
of Agriculture: New Data,

Anda mungkin juga menyukai