Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Prasejarah pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut mulai

hidup secara menetap. Hal tersebut ditandai dengan memanfaatkan lingkungan

sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, mulai dari

mengumpulkan makanan dan berburu fauna di sekitar tempat tinggal. Perilaku

masyarakat prasejarah dalam memanfaatkan fauna yang ada di alam memiliki

pola dan karakteristik tesrsendiri. Bahan makanan diperoleh dengan cara berburu,

fauna yang ada disekitar untuk dimanfaatkan saat itu juga, sehingga aktivitas

berburu dilakukan hampir setiap hari. Jika pada suatu wilayah tidak lagi memiliki

sumber daya makanan yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok, maka akan

dilakukan perluasan wilayah buruan atau bahkan berpindah tempat tinggal

(Binford, 1980).

Dalam memperoleh sumber daya makanan, masyarakat prasejarah cenderung

memanfaatkan fauna yang bisa didapatkan dengan mudah disekitar wilayah

tempat tinggalnya. Misalnya fauna yang cenderung berukuran kecil seperti ikan,

kura-kura, landak, ular dan kerang. Sedangkan perburuan yang dilakukan diluar

wilayah lingkungan tempat tinggal biasanya jenis- jenis fauna yang berukuran

besar, seperti babi, rusa, kijang, badak dan monyet. Perbedaan lokasi perburuan

juga menentukan jumlah makanan yang diperoleh. Perburuan yang dilakukan

diluar lingkungan hunian menghasilkan daging yang cukup melimpah sedangkan


2

perburuan yang dilakukan dekat dengan hunia cenderung memperoleh daging

yang sedikit (Wiradyana, 2009: 63).

Hasil buruan fauna yang dilakukan masyarakat prasejarah dimanfaatkan untuk

dikomsumsi baik secara pribadi maupun secara berkelompok. Biasanya fauna

yang dimanfaatkan untuk dijadikan makanan oleh masyarakat prasejarah diolah

dengan cara dibakar. Kemudian sisa-sisa makanan tersebut terkumpul, baik secara

disengaja maupun tidak disengaja dalam satu tempat atau wilayah. Selain itu sisa-

sisa fauna ini juga dimanfaatkan dan digunakan sebagai alat pendukung

kehidupan masyarakat, salah satunya untuk berburu.

Terlihat dari jejak pakai pada temuan fragmen-fragmen tulang panjang seperti

pecah segar, pecahan yang halus, tajam-tumpul dan orientasi pecahan melingkar,

yang menunjukan adanya titik pukul dalam proses pemerolehan sumsum di dalam

tulang. Selain itu terdapat pula beberapa jejak terbakar pada tulang dengan

beragam variasinya (Jatmiko & Fauzi, 2021: 11). Pola-pola pemanfaatan tersebut,

terus terjadi hingga menyebar keseluruh wilayah, salah satunya di wilayah

Indonesia.

Jejak pemanfaatan fauna di Indonesia ditemukan dibeberapa situs arkeologi,

diantaranya yaitu di situs Ngandong ditemukan fragmen-fragmen tanduk rusa

serta tulang dan duri ikan yang digunakan sebagai alat untuk menunjang

kebutuhan sehari-hari. Alat-alat tulang yang ditemukan umumnya digunakan

sebagai mata tombak serta alat lancipan. Temuan yang didapat bersamaan dengan

konteks penemuan Pitecantropus Soloensis, dan diduga alat-alat tulang ini


3

merupakan hasil budaya dari Pitecantrhopus Soloensis tersebut (Simanjuntak,

1981: 2).

Di wilayah Bukit Bulan, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi juga

ditemukan jejak pemanfaatan fauna dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Balai Arkeologi Sumatera Selatan. Temuan tersebut berupa tinggalan artefaktual

dan ekofaktual. Sebagian besar temuan didapatkan dari hasil ekskavasi pada gua-

gua di wilayah Bukit Bulan.

Sisa-sisa pemanfaatan fauna yang ditemukan dari hasil penelitian seperti

monyet, landak, rusa, babi, kura-kura, ikan, kancil dan lain sebagainya yang

ditemukan di Gua Mesiu dan Gua Sekdes. Berbagai jejak pemanfaatan ditemukan

seperti jejak penjagalan, pengolahan bahan makanan, serta jejak pengerjaan

bahan pembuatan artefak tulang dan gigi. Jejak penjagalan merupakan yang

paling umum dijumpai, dengan bekas terbakar atau terpapar suhu tinggi.

Morfologi pecah segar serta jejak lain yang mengindikasikan adanya pemanfaatan

fauna oleh manusia, yaitu striasi jejak potong pada spesimen tulang panjang

(Mohammad Ruly Fauzi, 2019: 73)

Saat ini masih ditemukan pemanfaat fauna oleh masyarakat di wilayah Bukit

Bulan untuk di konsusmsi. Fauna tersebut diantaranya fauna jenis rusa, kijang,

kancil, landak, babi, kambing hutan, tupai, labi-labi, dan ikan. Hal tersebut

menunjukkan adanya kemungkinan pemanfaatan jenis fauna yang sama oleh

masyarakat di wilayah Bukit Bulan dari masa prasejarah hingga saat ini. Namun,

perubahan kultur dan kebiasaan di wilayah Bukit Bulan juga mempengaruhi

model pemanfaatan fauna di masyarakat sekitar wilayah Bukit Bulan dalam


4

pengolahannya. Dimana diantara fauna tersebut dimanfaatkan masyarakat dengan

cara mengelolahnya dan menambahkan rempah-rempah yang ada disekitarnya.

Berdasarkan penyampaian diatas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut

tentang jenis-jenis fauna yang masih dimanfaatkan masyarakat sekarang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat diketahui model pemanfaatan

fauna di masa kini yang dilakukan masyarakat Bukit Bulan untuk menjelaskan

perilaku pemanfaatan fauna di masa lalu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan di atas penulis ingin mencari tahu lebih lanjut

mengenai keterkaitan temuan fauna yang ada di Gua Mesiu dengan pemanfaatan

fauna oleh masyarakat Bukit Bulan saat ini. Maka dari itu penulis mengajukan

beberapa rumusan masalah yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini.

1. Apa saja jenis fauna yang ditemukan di Gua Mesiu?

2. Apa saja jenis fauna yang dimanfaatkan oleh masyarakat kawasan karst Bukit

Bulan?

3. Bagaimana kontinuitas pemanfaatan fauna pada masyarakat kawasan karst

Bukit Bulan berdasarkan perbandingan temuan di gua mesiu dan data

etnografi?

1.3 Ruang Lingkup

Dalam penelitian ini diperlukan ruang lingkup penelitian untuk membantu

penulis agar lebih fokus dan lebih terarah dalam mencapai jawaban yang ingin

diungkapkan di penelitian ini. Ruang lingkup dalam penelitian ini dibagi menjadi
5

tiga, yaitu ruang lingkup kajian, ruang lingkup wilayah penelitian dan ruang

lingkup periode.

1.3.1 Ruang Lingkup Kajian

Ruang lingkup kajian ini lebih menfokuskan terhadap fauna yang

ditemukan dari hasil ekskavasi di Gua Mesiu oleh Balai Arkeologi Sumatera

Selatan dan jenis fauna yang dimanfaatkan oleh masyarakat Bukit Bulan saat

ini, serta model pemanfaatannya.

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

Ruang lingkup wilayah penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini

meliputi wilayah Bukit Bulan, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

1.3.3 Ruang Lingkup Periode

Ruang lingkup periode dalam penelitian ini meliputi periode masa

prasejarah yang ada di wilayah Bukit Bulan dan kemudian dikaitkan dengan

masa sekarang. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui mengenai fauna-

fauna mana saja yang saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan ruang lingkup di atas

penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan keterkaitan antara temuan

fauna masa prasejarah dengan model pemanfaatan fauna di masa sekarang.

Sehingga dapat memberikan kita informasi mengenai adanya keberlanjutan

model pemanfaatan dengan jenis fauna yang sama.


6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti

1. Menambah wawasan serta pemahaman penulis terhadap bidang kajian

zooarkeologi dan etnoarkeologi, terlebih khusus wilayah Kars Bukit

Bulan.

2. Menjadikan penelitian ini sebagai keperluan tugas akhir.

1.5.2 Manfaat Bagi Istansi

1. Membantu mengembangkan ilmu pengetahuan bagi instansi terkait,

untuk mengungkapkan tinggalan budaya Kars Bukit Bulan.

2. Hasil penelitian ini memperkaya hasil riset akademik sebagai

pengembangan ilmu Sosial dan Humaniora pada dasawarsanya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangsi atau

masukan bagi ilmu pengetahuan terutama bidang kajian Zooarkeologi,

Etnoarkeologi, Arkeologi, Antropologi, Biologi, dan Sejarah serta

bidang keilmuan lainnya.

1.5.3. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

1. Memberikan rujukan bagi ilmu-ilmu disiplin lain yang akan

melakukan penelitian terkait topik kajian ini.

2. Penelitian ini bermanfaat memberikan wawasan secara luas bagi

masyarakat, tentang kebudayaan yang ada di kawasan Kars Bukit

Bulan.
7

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memeberikan sumbangsi atau

masukan bagi ilmu pengetahuan terutama bidang kajian Zooarkeologi,

Arkeologi, Etnoarkeologi, Antropologi, Biologi, dan Sejarah serta

bidang keilmuan lainnya.

1.6 Kerangka Teori

Etnoarkeologi mempertimbangkan proses pembentukan situs dan perilaku

masyarakat kontemporer yang dapat diamati saat ini. Kedekatan dengan konteks

budaya yang mirip dengan apa yang ditemukan pada situs arkeologi merupakan

hal penting untuk menafsirksan data arkeologi. Sering kali kita memiliki sedikit

pemahaman tentang bagaimana perilaku manusia terkait dengan fenomena

arkeologi. Pengamatan etnografi memperluas cara pandang kita tentang interaksi

manusia dengan lingkungan (Orser & Schiffer, n.d.).


8

1.7 Kerangka Pemikiran

Bagan 1. 1 Kerangka Pemikiran

KONTINUITAS PEMANFAATAN FAUNA

GUA ARKEOLOGI BUKIT BULAN

Pengumpulan Data Teori Etnoarkeologi


(Orser dan Schiffer)

Data Hasil ekskavasi Data Etnografi Bukit


Balar Sumsel di Gua Bulan
Mesiu

Jenis Fauna di gua Jenis fauna yang


Arkeologi dimanfaatakan saat ini

Identifikasi
Pemanfatan Fauna Tata cara penangkapan
dan pemanfaatan fauna
1. jejak terbakar
2. jejak potong (cut
mark)

Kesimpulan
9

1.8 Tinjauan Pustaka

1.8.1. Penelitian Terdahulu

Pada tahun 2015 Balai Arkeologi Sumatera Selatan melakukan survei

arkeologi prasejarah di dua Kabupaten, yaitu Merangin dan Sarolangun. Survei

arkeologi menghasilkan 27 lokasi gua dan ceruk. Survei tahun 2015 tersebut

menghasilkan data terbaru dan merupakan terobosan baru dalam prasejarah jambi,

data yang ditemukan antara lain, adanya temuan gambar cadasdi Gua Sungai

Lului Sarolangun dan Gua Kerbau. Selaintu terdapat pula temuan artefak serpih

obsidian yang cukup melimpah di Gua Mesiu Sarolangun.(M. Ruly Fauzi et al.,

2015)

Berdasarkan penemuan kawasan prasejarah di Bukit Bulan oleh Balar Sumsel,

Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi. melakukan

kunjungan pada tahun 2016 di wilayah Bukit Bulan Kabupaten Sarolangun.

Kunjungan tersebut bertujuan menghasilkan data arkeologi berupa gua-gua yang

memiliki potensi tinggalan arkeologi di sekitar wilayah Bukit bulan dan kondisi di

lingkungan sekitar kawasan (Arkeologi Universitas Jambi, 2016)

Tahun 2017 kembali dilakukan penelitian di wilayah Provinsi Jambi oleh

Balai Arkeologi Sumsel dengan judul, laporan penelitian Arkeologi, Eksplorasi

Tinggalan Prasejarah Pada Kawasan Karts di Provinsi Jambi. (Survei Arkeologi

dikawasn Karts Bukit Bulan, Sarolangun Jambi Tahap I). Penelitian pada tahun

2017 ini mendata 14 lokasi situs baru yang berada di bagian timur dan barat dari

wilayah Bukit Bulan. Hasil penelitian bertujuan menjawab mengenai sebaran

potensi situs purbakala dari periode prasejarah serta menunjukkan bahwa di


10

wilayah tersebut adanya indikasi hunian prasejarah baik gua maupun di

ceruk(Mohammad Ruly Fauzi, 2016)

Dilanjutkan tahun 2018, kembali Balai Arkeologi Sumatera Selatan

melakukan penelitian mengenai simbol seni prasejarah di dalam gua Bukit Bulan,

dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan aktivitas budaya Austronesia

diantaranya gambar Antropomorfik dan beberapa bentuk figurative yang memiliki

warna hitam dan putih di wilayah bukit bulan(Mohammad Ruly Fauzi et al., 2019)

Dilanjutkan penelitian oleh Balai Arkeologi Sumatera Selatan dengan judul

Ragam Eksploitasi Bushmeat oleh Masyarakat Hunian Gua Prasejarah. Bushmeat

atau daging semak merupakan daging kosumsi yang diperoleh dari satwa liar.

Istilah ini identik dengan praktik perburuan dan meramu asli di afrika yang hidup

di kawasan hutan hujan tropis. Di Indonesia contoh daging semak kerap

dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu babi hutan (celeng), kancil, rusa, kelelawar,

biawak, ular, hingga monyet ekor panjang dan tringgiling serta kambing gunung.

Dalam kerangka prasejarah regional aktivitas subsistensi berburu dan meramu

berasosiasi dengan masyarakat paleolitik hingga preneolitik, namun demikian

praktik perburuan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan tetap

berlangsung hingga melewati periode tertentu. Berdasarkan hasil analisis

identifikasi tulang fauna dari Gua Mesiu ditambah Gua Sekdes tahun 2018, 2019,

dan 2020 menggambarkan diversitas fauna pada lingkungan Bukit Bulan sangat

tinggi.
11

Temuan fauna yang ada sangat mungkin menjelaskan interaksi manusia

dengan lingkungannya,terdapat temuan fauna teritorial khususnya fauna arboreal

diantaranya ( e.g. Macaca fascicularis, macaca nemestrina, Trachypithecus sp.

Hylobates syndactylus) dari temuan tulang fauna ini mengindikasikan adanya

pergerakan area cukup luas oleh manusia penghuni Gua Mesiu. (M Ruly Fauzi et

al., n.d.)

1.8.2. Penelitian Relevan

Penelitian prasejarah yang difokuskan pada deposit gua di wilayah Jambi

untuk pertama kalinya dilakukan oleh A.Tobler di Gua Ulu Tiangko pada awal

tahun 1920-an.(Spriggs et al . 2011,2878). Temuan pada saat itu berupa artefak

serpih dari bahan batuan obsidian. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1926

Zweirzycki melakukan ekskavasi di Gua Tiangko Panjang, sekitar 6 km sebelah

tenggara Ulu Tiangko dan mendapatkan temuan yang tidak jauh berbeda.

(Zweirzycki 1926).

Bennet Bronson dan Teguh Asmar pada tahun 1974 menyelidiki Gua Tiangko

Panjang dan menemukan dua lapisan budaya, yaitu lapisan budaya

mesolitik/preneolitik dan neolitik. Pertanggalan radiokarbon pada lapisan

preneolitik di Tiangko Panjang menunjukkan kronologi hingga 10.250 ± 140 BP

(Bronson dan Asmar 1975, 136) atau 12.016 ± 337 calBP.


12

1.9 Metode Penelitian

1.9.1 Pengumpulan Data

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat

penelitian ,diperlukan metode yang sistematis agar dapat menjawab pertanyaan

penelitian secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk

menganalisa objek penelitian didukung dengan studi kepustakaan, dan temuan

hasil ekskavasi dari situs Gua Mesiu yang berada di ruang penyimpanan artefak

Balai Arkeologi Sumsel, data kepustakaan berupa, buku, jurnal, artikel lepas dan

atlas tulang, serta wawancara yang digunakan untuk keperluan data entogarafi.

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan dengan

melakukan survei langsung kelapangan. Survei dilakukan dengan

mengamati langsung objek penelitian secara lebih mendalam dan

melakukan pencatatan, wawancara, serta dokumentasi. Pada tahap

survei ini peneliti melakukan pengamatan terhadap pola aktivitas

masyarakat dalam melakukan perburuan dan pemanfaatan fauna yang

dilakukan oleh masyarakat Bukit Bulan, serta peneliti melakukan

pengamatan terhadap tulang fauna dari hasil ekskavasi yang dilakukan

oleh Balar Sumsel. Metode wawancara yang digunakan oleh peneliti

yaitu dengan cara waawancara terbuka, dengan bertatap muka secara

langsung dengan masyarakat yang ditemui dan memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat membuat informan lebih leluasa

dalam memberikan jawaban. Wawancara dilakukan kepada masyarakat


13

yang masih melakukan praktek perburuan serta yang masih

memanfaatkan fauna yang ada di Bukit Bulan.

2. Data Sekunder

Data kepustakaan menjadi data sekunder atau data pendukung

dalam bentuk teori, konsep atupun suatu pernyataan yang dikemukaan

oleh peneliti sebelumnya untuk mendukung penelitian ini. Data

kepustakaan yang dikumpulkan antaralain yaitu berupa buku, laporan

hasil penelitian, jurnal atau artikel ilmiah, sertagambar atau poto yang

berkaitan dengan objek penelitian. Maka dari itu data sekunder

merupakan hal yang penting untuk mendukung penelitian ini.

1.9.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan mengidentifikasi data lapangan yang telah

diperoleh yaitu berupa catatan lapangan, poto, dan data wawancara,serta temuan

hasil ekskavasi yang dilakukan oleh Balar Sumsel di Gua Mesiu, yaitu berupa

temuan fragmen fauna yang sudah teridentifikasi baik berupa, Identifikasi

terhadap jejak pemanfaatan fauna berupa jejak terbakar dan jejak potong pada

fragmen tulang. Kemudian dilakukan identifikasi jenis fauna yang saat ini masih

diburu dan dimanfaatkan oleh masyarakat Bukit Bulan. Serta cara penangkapan

dan pemanfaatan fauna yang dilakukan masyarakat saat ini.

1.9.3 Analisis

Analisis data dilakukan terhadap beberapa komponen yang telah

teridentifikasi sebelumnya, yaitu tulang fauna hasil penggalian yang ditemukan di


14

situs gua mesiu oleh Balar Sumsel dan membandingkan fauna yang masih di

manfaatkan oleh masyrakat Bukit Bulan saat ini.

1.9.4. Eksplanasi

Eksplanasi merupakan tahapan penjelasan kontinuitas berdasarkan data

yang dihasilkan dari temuan di gua mesiu, dengan data yang dihasilkan dari

pengamatan di masyarakat dalam memanfaatkan fauna saat ini.

1.9.5 Penarikan Kesimpulan

Dari hasil pengumpulan data, pengolahan data serta identifikasi data hasil

ekskavasi dan data etnografi di Bukit Bulan. Penelitian ini dapat mengambil suatu

kesimpulan tentang apa saja jenis fauna yang ditemukan pada Gua Mesiu?, apa

saja jenis fauna yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Bukit Bulan, dan

bagaimana model pemanfaatan fauna di kawasan karst Bukit Bulan berdasarkan

data etnografi?. Metode penelitian ini akan dijelaskan dalam bagan alur penelitian

sebagai berikut.
15

Bagan 1. 2 Alur Penelitian

Pengumpulan Data

Observasi Lapangan Wawanacara Data Ekskavasi di


Gua Mesiu

Pengolahan Data

Identifikasi pemanfaatan Jenis Fauna yang Tata cara


fauan dimanfaatkan saat penangkapan dan
ini pemanfaatan fauna
1. Jejak Terbakar saat ini
2. Jejak Potong

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai