Perubahan Konsumsi Fauna pada Tiap Lapisan Budaya di Leang Jarie, Kabupaten Maros
BAB I
PENDAHULUAN
Leang Jarie dianggap cukup potensial dan data yang memadai untuk dijadikan tempat
penelitian oleh penulis. Situs ini pernah diteliti oleh beberapa peneliti antara lain C.J. Fransen,
van Stein Callenfels dan van Heekern (Soejono, 1993: 128-162), Rustan, dan Budianto Hakim.
Namun penelitian tersebut belum ada yang menaruh perhatian khusus terhadap peranan fauna
sebagaimana kajian artefaktual lainnya
Pada umumnya tingkah laku yang terbentuk pada kelompok masyarakat ini adalah
bentuk respon dan adaptasi terhadap lingkungan yang menyediakan sumberdaya untuk
dikonsumsi khususnya fauna. Tradisi inilah yang ditunjukkan oleh kelompok masyarakat
yang mendukung kebudayaan gua-gua di Sulawesi Selatan pada umumnya, meskipun ada
kemungkinan untuk menetap pada gua-gua dengan jumlah populasi yang relatif kecil.
Berkaitan dengan penelitian ini, adalah kenyataan bahwa keletakan Leang Jarie
cukup jauh dari pantai, sekitar 24 kilometer ke arah barat menuju pantai Selat Makassar. Dengan
demikian jarak pantai dengan situs menyediakan ruang darat yang luas dengan segala
variabelnya, di antaranya menyediakan ruang perairan darat yang dapat menyediakan
sumberdaya fauna yang berbagai macam yang memungkinkan berubahnya pola konsumsi sesuai
dengan jenis fauna, Selain itu bentuk dan kondisi bentang alam darat kemungkinan besar
menyediakan sumberdaya fauna yang lebih besar . Dengan demikian gambaran umum
lingkungan purba wilayah Maros dan jenis fauna adalah faktor penentu untuk mengetahui
perubahan konsumsi fauna pada tiap lapisan buday di leang jarie kabupaten maros.