Anda di halaman 1dari 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah :SMA NEGERI SENDURO Materi Pokok : Kehidupan Manusia Pra Aksara
Mata Pelajaran : Sejarah Minat Alokasi Waktu : 4 JP
Kelas/Semester : X/IPS
Topik/Isu : Back To Nature (Kembali ke alam)
Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator

3.10 Menganalisis kehidupan awal  Menelaah kehidupan awal manusia pra aksara di
manusia Indonesia dalam aspek Indonesia dan dunia
kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi,  Menelaah asal usul nenek moyang bangsa Indonesia
dan teknologi serta pengaruhnya dalam
kehidupan masa kini

4.10 Menarik kesimpulan dari hasil analisis  Membuat karangan analitis kronologis kehidupan
mengenai keterkaitan kehidupan awal manusia pra aksara di Indonesia dan dunia
manusia Indonesia pada aspek  Membuat laporan tentang asal usul nenek moyang
kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, bangsa Indonesia
dan teknologi, serta pengaruhnya dalam
kehidupan masa kini dalam bentuk
tulisan dan/atau media lain

Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan scientifik learning dan Metode pembelajaran Inquiry peserta didik dapat Menelaah
kehidupan awal manusia pra aksara di Indonesia dan dunia dan peserta didik juga dapat menelaah asal usul
nenek moyang bangsa Indonesia serta mengembangkan nilai karakter nasionalisme, berpikir kritis , kreatif
(kemandirian), kerjasama (gotong royong) dan kejujuran (integritas).

Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan


 Salam
Pendahuluan  Absensi
 Menyanyikan lagu nasional

 Guru memberikan stimulasi dengan menampilkan gambar-gambar tentang kehidupan manusia


pra aksara di layar LCD
 Guru menjelaskan secara ringkas mengenai kehidupan manusia pra aksara yakni masa berburu
dan meramu, bercocok tanam dan masa perundagian
 Guru juga memberikan penjelasan tentang pelajaran yang dapat diambil dari kehidupan manusia
Langkah- pra aksara yakni hidup bersama alam dan bisa dipraktikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-
langkah hari
Pembelajaran  Siswa menuliskan di lembar kerja “hidup bersama alam” yakni tentang kebiasaan dalam
hidupnya yang hidup dekat alam seperti layaknya kehidupan manusia pra aksara
 Siswa mengumpulkan hasil lembar kerja kepada guru
 Guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil lembar kerja “hidup bersama
alam” di depan kelas dan disharingkan bersama-sama
 Guru melakukan sesi pertanyaan kepada para siswa
 Guru menunjuk beberapa siswa untuk meyimpulkan pembelajaran
Penutup  Guru senantiasa memberikan motivasi tentang pelajaran yang bisa didapatkan dari perjuangan
kehidupan pra aksara
 Salam Penutup

Penilaian
 Pengetahuan: lembar kerja “hidup bersama alam”
 Keterampilan: Portofolio kumpulan catatan dan tugas
 Sikap: Observasi peserta didik dan sikap saat pelajaran di dalam kelas

Lumajang, 04 Januari 2021

Mengetahui
Kepala SMA NEGERI SENDURO Guru Mata Pelajaran

Moh. Yatim Khudlori, M.Pd Ayyub Rachman, S.Pd


NIP. 19710804 199702 1003 NIP. 19930515 201903 101
LAMPIRAN

Ringkasan Materi

Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa PraAksara Pada awalnya, masyarakat pra aksara hidup
secara nomaden. Dalam perkembangannya, kehidupan mereka mengalami perubahan dari nomaden menjadi
semi nomaden. Akhirnya mereka hidup secara menetap di suatu tempat, dengan tempat tinggal yang pasti.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pra aksara menggunakan beberapa jenis peralatan, baik
yang terbuat dari batu maupun logam. Oleh karena itu, masyarakat pra aksara telah menghasilkan alat untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berdasarkan perkembangan kehidupan, manusia pra aksara terbagi
menjadi tiga masa, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.

a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan


Masa berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat bergantung pada alam sekitarnya. Daerah yang
ditempati manusia pra aksara adalah daerah yang banyak menyediakan bahan makanan dalam jumlah
yang cukup dan mudah memperolehnya. Daerah tersebut juga banyak dikunjungi oleh binatang, oleh
karena itu manusia pra aksara mudah untuk berburu binatang. Manusia yang hidup pada zaman berburu
dan mengumpulkan ini diperkirakan semasa dengan zaman paleolithikum. Secara geografis pada zaman
ini masih banyak tergantung pada kondisi alam sekitar. Manusia kadang harus menyesuaikan diri dan
bertahan hidup sesuai dengan kondisi lingkungannya. Daerah padang rumput, sungai dan danau
merupakan tempat-tempat ideal bagi manusia pra aksara, karena disitulah akan tersedia air dan bahan
makanan yang berlimpah sepanjang tahun. Pada zaman itu, manusia pra aksara menempati tempat tinggal
sementara di gua-gua payung yang dekat dengan sumber makanan seperti siput, kerang, ikan, air dan lain-
lain. Sedangkan untuk sumber penerangan mereka menggunakan api yang diperoleh dengan cara
mebenturkan sebuah batu dengan batu sehingga menimbulkan percikan api dan membakar bahan-bahan
yang mudah terbakar seperti serabut kelapa kering, lumut kering, rumput kering.
1) Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan
tingkat sederhana sangat tergantung pada alam. Mereka akan tetap tinggal ditempat tersebut selama bahan
makanan masih tersedia dengan cukup. Namun ketika mereka telah kehabisan sumber makanan atau alam
sekitarnya tidak lagi menyediakan sumber makanan, maka mereka akan berpindah dan mencari tempat-
tempat lain yang sekiranya kaya akan bahan makanan. Kehidupan yang selalu berpindah-pindah atau
nomaden inilah ciri manusia pra aksara pada masa berburu. Hasil perburuan mereka kumpulkan untuk
keperluan perpindahan tempat, sebelum mereka mendapatkan tempat yang baru.
2) Kehidupan Sosial Kehidupan sosial manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat
sederhana masih pada tingkatan sederhana sekali. Karena mereka hidup berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat yang lain, maka mereka hidup secara berkelompok dan tersusun dalam keluarga-keluarga kecil.
Dalam satu kelompok ada seorang pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok inilah yang dalam
perkembangan selanjutnya di sebut ketua suku. Ketua suku memimpin anggota kelompok untuk
berpindah pindah dan mencari tempat yang baru. Anggota kelompok laki laki bertugas berburu hewan
sedangkan yang perempuan bertugas mengumpulkan makanan dari tumbuh-tumbuhan. Walaupun tidak
ada pembagian kerja secara khusus namun mereka selalu menjalankan tugas hidup secara alami.
Kehidupan Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
3) Kehidupan Budaya Kajian budaya dapat di lihat dari hasil karya mereka yang telah ia buat. Alat-alat
pada zaman pra aksara dapat memberikan petunjuk bagaimana cara manusia pada masa itu hidup. Pada
tingkatan permulaan, cara pembuatan peralatan ditunjukkan pada kegunaannya lalu ditingkatkan pada
cara pembatannya. Karena peralatan manusia pra aksara pada waktu itu terbuat dari batu maka hasil
budaya yang dikembangkan pada zaman tersebut adalah hasil budaya batu. Sehingga tidak heran jika
zaman tersebut terkenal dengan zaman batu. Diantara hasil budaya batu yang pernah ditemukan antara
lain; kapak perimbas, kapak penetak, kapak genggam, serpih bilah, dan lain-lain.

Gambar: Masa Berburu dan mengumpulkan makanan

b. Masa Kehidupan Bercocok Tanam


Setelah melewati masa kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan, maka mereka menuju masa
kehidupan bercocok tanam. Mereka telah merasakan kehidupan berpindah-pindah kurang
menguntungkan karena harus berulangkali membuka ladang. Selain itu dengan bercocok tanam dirasakan
persediaan makanan akan tercukupi sepanjang tahun, tanpa harus membuka ladang lagi. Selain bercocok
tanam juga dikembangkan memelihara hewan ternak. Manusia yang hidup pada masa bercocok tanam ini
diperkirakan semasa dengan zaman neolithikum. Secara geografis pada zaman ini sangat
menggantungkan iklim dan cuaca alam. Hal ini karena sangat di butuhkan untuk bercocok tanam. Hasil
dari penen mereka juga sangat di pengaruhi dari kondisi tekstur tanah yang mereka gunakan. Manusia
kadang harus menyesuaikan dan belajar banyak dari pengalaman yang mereka dapatkan sebelumnya.
1) Kehidupan Ekonomi Pada masa ber bercocok tanam ini, manusia mampu mengolah lahan secara
sederhana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara ekonomi mereka telah menghasilkan produksi
sendiri untuk memenuhi kebutuhan kelompok. Mereka membabat hutan dan semak belukar untuk di
tanami. Produksi yang mereka hasilkan antara lain dari jenis tanaman umbi umbian. Karena jenis tanaman
ini mudah di kembangkan dan tidak memerlukan teknik pertanian yang begitu rumit. Selain pertanian
sumber ekonomi yang lain adalah beternak. Dengan memelihara ayam, kerbau, babi hutan dan lain-lain
mereka sangat terbantu dalam menjalani hidup. Fungsi hewan ternak selain sebagai sumber makanan
untuk juga membantu dalam berburu, karena kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan masih
mereka lakukan. Manusia pada masa bercocok tanam diperkirakan sudah melakukan kegiatan
perdagangan sederhana yaitu barter atau tukar menukar barang. Barang yang di pertukarkan pada waktu
itu ialah hasil-hasil cocok tanam, hasil laut yang di keringkan dan hasil kerajinan tangan seperti gerabah
dan beliung. Hasil umbi umbian sangat di butuhkan oleh penduduk pantai dan sebaliknya hasil ikan laut
yang di keringkan sangat di butuhkan oleh mereka yang hidup di pedalaman.
2) Kehidupan Sosial Kehidupan bercocok tanam mempengaruhi tata kehidupan sosial secara kelompok.
Dengan hidup bercocok tanam memberi kesempatan pada manusia untuk menata hidup lebih teratur.
Mereka hidup secara berkelompok dan membentuk masyarakat perkampungan kecil. Dalam sebuah
kampung terdiri dari beberapa keluarga dan dalam kampung di pimpin oleh satu ketua kampung atau
ketua suku. Strata sosial dari ketua suku adalah paling tinggi, karena kriteria yang di ambil berdasarkan
orang yang paling tua atau yang paling berwibawa secara religius. Dengan demikian semua aturan yang
telah di tetapkan kan di taati dan di jalankan oleh seluruh kelompok tersebut. Kebutuhan hidup secara
bersama-sama di kelola untuk kepentingan bersama. Kegiatan yang memerlukan tenaga besar seperti
membangun rumah, berburu, membuat perahu, membabat hutan untuk ladang pertanian diserahkan pada
kaum laki-laki. Sedangkan kegiatan mengumpulkan makanan, menabur benih di ladang, beternak,
merawat rumah dan keluarga yang masih kecil di serahkan pada kaum perempuan. Sedangkan ketua
kampung atau suku sebagai komando dari semua kegiatan diatas sekaligus sebagai pusat religi pada
kepercayaan yang mereka anut. Dari sinilah mulai muncul strata sosial dalam sebuah komunitas
masyarakat kecil. Secara berangsur-angsur namun pasti kelompok ini kan membentuk sebuah masyarakat
yang besar dan kompleks sehingga kan muncul suatu masyarakat kompleks di bawah kekuasaan yang
kelak di sebut kerajaan dengan datangnya pengaruh Hindu dan Budha.
3) Kehidupan Budaya Pada masa bercocok tanam telah menghasil budaya yang mengarah pada usaha
bercocok tanam yang syarat dengan kepercayaan/religi. Bentuk alat-alatnya pun lebih halus dan sudah
bergaya seni. Secara fungsi alat-lat ini digunakan selain sebagai alat bercocok tanam juga sebagai alat
upacara keagamaan. Alat tersebut antara lain kapak persegi, kapak lonjong, gerabah, alat pemukul kayu
dan perhiasan/manik-manik. Kapak persegi digunakan sebagai pengerjaan kayu membuat rumah,
menggarap ladang dan alat upacara. Kapak Lonjong digunakan untuk mencangkul tanah dan memotong
kayu. Alat pemukul kulit kayu di gunakan untuk memukul-mukul kulit kayu hingga halus. Kerajinan
gerabah di gunakan untuk alat-alat rumah tangga dan upacara keagamaan. Perhiasan berupa gelang dari
batu dan kulit kerang gunakan sebagai seni asesoris dan benda benda upacara sebagai kepercayaan
terhadap roh nenek moyang. Ada sebuah kepercayaan bahwa orang yang meninggal dunia akan memasuki
alam tersendiri. Oleh karena itu, pada masa ini, jika ada orang yang meningal dunia di bekali benda benda
keperluan sehari-hari seperti perhiasan, manikmanik dan alat periuk lainnya. Tujuannnya adalah agar
arwah orang yang meninggal dunia mendapatkan perjalanan yang lancar dan mendapatkan kehudupan
yang lebih baik dari sebelumnya. Mereka percaya bahwa ada suatu kekuatan ghaib di alam sekitar ini.
Kekuatan ghaib berasal dari arwah nenek moyang mereka yang telah maninggal dunia. Mereka
mempercayai bahwa kekuatan ghaib dari arwah roh nenek moyang mereka bisa bertempat tempat di
gunung tinggi, hutan lebat, batu besar, pohon tua, gua yang gelap, pantai dengan ombak yang besar dan
temapat tempat keramat lainnya. Mereka menghubungkan antara kejadian-kejadian alam seperti gunung
meletus, petir, ombak, gempa bumi, gerhana matahari dan bulan adalah atas ikut campur tangan dari
kekuatan ghaib yaitu arwah nenek moyang mereka. Agar kejadian-kejadian tersebut tidak menimpa
mereka, maka mereka mengadakan pemujaan dan persembahan. Kepercayaan terhadap arwah roh nenek
moyang inilah yang di sebut kepercayaan animisme. Selain kepercayaan terhadap arwah roh nenek
moyang mereka juga mempercayai pada bendabenda tertentu yang memiliki kekuatan ghaib. Karena
benda tersebut mempunyai kekuatan ghaib maka harus di puja. Kepercayaan terhadap benda-banda yang
memiliki kekuatan ghaib inilah yang di sebut dengan kepercayaan dinamisme. Berkaitan erat dengan
kepercayaan diatas, maka pada masa bercocok tanam ini munculah tradisi pendirian bangunan-bangunan
besar yang terbuat dari batu yang di sebut tradisi megalitihk. Tradisi ini di dasari oleh kepercayaan bahwa
ada hubungan yang erat antara orang yang sudah meninggal dengan kesejahteraan masyarakat dan
kesuburan ketika bercocok tanam. Oleh sebab itu jasa seseorang yang berpengaruh terhadap masyarakat
perlu di abadikan dalam sebuah monumen atau bangunan besar yang terbuat dari batu. Bangunan ini
kemudian menjadi lambang orang yang meninggal dunia sekaligus tempat penghormatan serta media
persembahan dari orang yang masih hidup ke orang yang sudah meninggal dunia tersebut. Bangunan
megalithik tersebut antara lain dolmen, menhir, kubur peti batu, waruga, sarkofagus,dan punden berndak.
Gambar: Masa Bercocok Tanam

c. Masa Kehidupan Perundagian


Kehidupan zaman perundagian di perkirakan sejaman dengan masa zaman perunggu. Pada zaman ini
peradapan manusia sudah mencapai tingkat yang tinggi. Hal ini di tandai dengan munculnya sekelompok
orang yang mempunyai keahlian atau keterampilan tertentu dalam pembuatan gerabah, pembuatan
perhiasan dan pembuatan perahu. Yang paling menonjol adalah pembuatan bahan-bahan dari logam.
Dengan munculnya masa perundagian maka secara umum berakhirlah masa pra aksara di Indonesia walau
dalam kenyataannya ada beberapa daerah di pedalaman yang masih berada di zaman batu. Kegiatan
berladang mulai berganti ke persawahan. Kegiata persawahan memungkinkan adanya pengaturan masa
bercocok tanam sehingga mereka tidak hanya tergantung pada kondisi iklim dan cuaca namun sudah bisa
berfikir kapan saatnya yang cocok bercocok tanam dan kapan saatnya untuk beternak. Kondisi geografis
inilah yang perlu di cermati agar mereka tidak gagal panen. Mereka bisa banyak belajar dari pengalaman
alam. Dari alamlah mereka bisa mengetahui arah angin, berlayar ke antar pulau, mencari penghasilan di
laut dan mengadakan perdagangan antar wilayah.
1) Kehidupan Ekonomi Masyarakat pada masa perudagian telah mampu mengatur kehidupan
ekoniminya. Mereka telah mampu berfikir bagaimana memenuhi kehidapan mereka di masa mendatang.
Hasil panen pertanian di simpan untuk masa kering dan di perdagangkan ke daerah lainnya. Kegiatan
peternakan juga berkembang dan jenis hewan ternaknya sudah mulai beragam. Masyarakat juga sudah
mengembangkan kuda dan berbagai jenis unggas. Bahkan jenis hewan tertentu di gunakan untuk
membantu dalam bercocok tanam dan perdagangan. Kemampuan memproduksi, mengkomsumsi dan
mendistribusikan inilah yang menopang meningkatnya kesejahteraan hidupnya. Teknologi berkembang
dengan pesatnya seiring dengan munculnya sekelompok masyarakat yang punya kemampuan pengecoran
logam. Seiring dengan kemajuan tersebut maka memungkinkan adanya pergagangan yang lebih luas
jangkauannya. Walau masih bersifat barter namun setidaknya hal ini menambah nilai ekonomis yang
tinggi karena beragamnya barang-barang yang di-barterkan. Bukti bukti perdagangan antar pulau pada
masa perundagian ini adalah dengan di temukannya nekara di Selayar dan Kepulauan Kei yang di hiasi
gambar-gambar binatang seperti gajah, merak dan harimau. Padahal binatangbinatang tersebut tidak ada
di Indonesia bagian timur. Hal ini menunjukkan bahwa nekara tersebut berasal dari daerah Indonesia
bagian barat.
2) Kehidupan Sosial Pada masa perundagian, kehidupan masyarakat yang sudah menetap semakin
mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk membentuk keteraturan
hidup. Aturan hidup dapat terlaksana dengan baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih
atas dasar musyawarah. Pemilihan pemimpin tentunya tidak dapat dipilih dengan sembarangan, seseorang
yang dipilih sebagai pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan
dengan roh-roh atau arwah nenek moyang demi keselamatan desa setempat, serta keahlian-keahlian yang
lebih. Dalam tata kehidupan yang sudah teratur, berburu binatang liar seperti singa, harimau dan bison
merupakan prestige tersendiri jika mampu menaklukkannya. Perburuan tersebut selain sebagai mata
pencaharian juga dimaksudkan untuk menanbah strata sosial tersendiri. Jika orang yang mampu
menaklukkan harimau maka mereka telah mampu menunjukkan tingkat keberanian tinggi dan kegagahan
dalam suatu lingkungan masyarakat. Kehidupan masyarakat di zaman perundagian memperlihatkan rasa
solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanam dalam hati setiap orang sebagai warisan yang telah
berlaku sejak nenek moyang. Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang kuat dalam
mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak terbatas karena adanya aturan-atauran yang
apabila dilanggar akan membahayakan masyarakat. Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan
pemujaan kepada sesuatu yang suci di luar diri manusia yang tidak mungkin disaingi serta berada diluar
batas kemampuan manusia. Kehidupan masyarakat mulai dibedakan berdasarkan golongan-golongan
tertentu, seperti golongan pengatur upacara-upacara yang berhubungan dengan kepercayaan, petani,
pedagang dan pembuat benda-benda dari logam (pandai logam). Sistem kemasyarakatan terus mengalami
perkembangan khususnya pada zaman perunggu, karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih
kompleks dan terbagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Ada kelompok
petani, kelompok pedagang, kelompok undagi (pengrajin atau tukang). Masing-masing kelompok
memiliki aturan sendiri, dan adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-
masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama atau musyawarah dalam
kehidupan yang demokratis. Dengan demikian sebenarnya sistem kemasyarakatan masyarakat Indonesia
sejak zaman dahulu telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
3) Kehidupan Budaya Pada masa perundagian, seni ukir mengalami perkembangan yang pesat. Ukiran
di terapkan pada benda-benda nekara perunggu. Seni hias pada benda-benda perunggu menggunakan
pola-pola geometris sebagai pola hias utama. Hal ini terlihat dari temuan di Watuweti (Flores) yang
menggambarkan kapak perunggu, perahu dan melukis unsur-unsur dalam kehidupan yang dianggap
penting. Pahatan-pahatan pada perunggu dan batu untuk menggambarkan orang atau binatang
menghasilkan bentuk yang bergaya dinamis dan memperlihatkan gerak. Terdapat pula kecenderungan
untuk melukiskan hal-hal yang bersifat simbolis dan abstrak-realistis, seperti yang tampak pada gambar-
gambar manusia yang diukir sebagai bulu burung bermata lingkaran pada nekara perunggu. Teknologi
pembuatan benda-benda logam (khusus perunggu) kemudian mengalami perkembangan yang sangat
pesat, di samping membuat perkakas untuk keperluan sehari-hari, misalnya kapak, corong, dan
sebagainya, mulai IPS- dikembangkan pula pembuatan benda-benda yang memiliki nilai estetika dan
ekonomis, misalnya nekara, boneka perunggu, gelang, cincin, bandul kalung, dan sebagainya. Benda-
benda tersebut ternyata menjadi salah satu komoditi dalam hubungan perdagangan antara Indonesia
dengan wilayah Asia Tenggara lainnya.
Gambar: Masa Perundagian
LEMBAR KERJA

NAMA:

KELAS:

NO ABS:

No Hari/Tanggal Kegiatan Siswa Bersama Alam Kegiatan Manusia Pra


Kegiatan Yang Telah Dilakukan Aksara yang diteladani
Bersama Alam

1 12 Februari Berjalan kaki saat berangkat ke Manusia pra aksara selalu


2022 sekolah berjalan kaki saat melakukan
berbagai kegiatan seperti
berburu

… ………….. …………………………….. ………………………..

… ………….. …………………………….. ………………………..

… ………….. …………………………….. ………………………..

… ………….. …………………………….. ………………………..

… ………….. …………………………….. ………………………..

… ………….. …………………………….. ………………………..

Anda mungkin juga menyukai