(AKBK1102)
Dosen Pengampu:
Mansyur,S.Pd., M.Hum.
Sriwati. M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 4
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB 2...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1 Perkembangan Anak Usia Sekolah................................................................3
2.2 Karakteristik perkembangan anak usia Sekolah Dasar..................................3
2.3 Hubungan antara Aspek Perkembangan Siswa Dengan Pembelajaran..........8
BAB III...........................................................................................................................15
PENUTUP......................................................................................................................15
3.1 Simpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17
BAB I
iii
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
iv
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Manusia
Pada masa bercocok tanam untuk bertahan hidup pada masa Plestosen
dan pasca-Plestosen tercermin dari perkembangan budaya yang sangat lambat
dan memakan waktu yang sangat panjang. Keadaan itu terjadi didaerah
seperti Afrika, Eropa, dan Asia. Iklim alam yang berubah-ubah sangat
mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan telah dilalui manusia
melalui suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam. Berbagai
macam cara untuk memanfaatkan pohon dihutan dengan menebang atau
membakar pohon lalu dikembangkan menjadi ladang-ladang yang
memberikan hasil-hasil pertanian, walaupun sifatnya masih sederhana.
2.1.1 Ciri-ciri
Manusia mulai meninggalkan cara-cara berburu dan
mengumpulkan makanan, mereka mulai menetap disuatu tempat dengan
kehidupan yang baru seperti mulai bercocok tanam secara sederhana
dan mulai memelihara ternak. Kita tidak tahu benar ciri-ciri manusia
yang menetap di Indonesia pada masa bercocok tanam karena tidak ada
ditemukan rangka yang utuh dari masa ini. Yang perlu kita ketahui
adalah perubahan-perubahan dari masa berburu tingkat lanjut
kemanusia dimasa perundagian dan sisa rangka fragmentaris dari masa
Megalitik.
Penemuan rangka di Indo-Cina menunjukan ciri-ciri mongolid
yang lebih dominan, walaupun ciri dari Australomelanesid masih
terdapat sedikit. Hal ini dibuktikan oleh temuan Quynh Van dalam
kutipan buku (Sejarah NasionalIndonesia:Poesponegoro, Marwati
Djoened;204(“Early Neolithic in Quynh Van, Nghe An, North
Vietnam”, Vertebr, Palasiat, 10 (I) 1966, hlm. 49-57.))
2.1.2 Populasi
v
Kelompok manusia menjadi lebih besar pada masa bercocok tanam
karena pertanian dan peternakan dapat memberikan makan penduduk
dalam jumlah yang lebih besar. Pada masa ini makanan yang dihasilkan
lebih banyak serta teratur dan kepadatan penduduk lambat laun
meningkat menjadi 2 per km. Anak memiliki peran yang menguntungan
karena dapat membantu dalam berbagai kegiatan.
Pada masa menetap diperkampungan tentunya menghadirikan
berbagai masalah yang sebelumnya belum pernah terjadi, seperti
penimbunan sampah hingga masalah perncemaran. Wabah penyakit
pernah terjadi dan hal ini dikarenakan penduduk sudah besar jumlahnya
dan kepadatan yang meningkat. Pernyakit infeksi yang disebabkan
primata di sekitar tempat tinggal manusia, dan penyakit yang kita
ketahui sekaran sudah ada pada masa bercocok tanam.
Harapan hidup meningkat sampai sekitar umur 35 tahun, dengan
kematian di rentang umur 20-40 tahun. Kematian anak-anak lambat
laun berkurang. Makanan yang pada masa sebelumnya mengandung zat
putih telur, sekarang lebih banyak mengandung zat tepung. Dengan
perkembangan budaya pemgaturan dan pengelolaan tentang makanan
semakin banyak. Pada masa ini mungkin telah terjadi kanibalisme
terutama yang bersifat ritual, seperti anggota keluarga yang memakan
bagian tubuh keluarganya meninggal dengan tujuan untuk mewarisi
semangat.
Wilayah Indonesia yang dihuni semakin bertambah luas, terutama
di daerah yang subur. Aktivitas nomaden sudah mulai berkurang,
namun kegiatan hibridasi masih dapat terjadi di daerah perbatasan
sehingga bisa terlihat persamaan antara populasi yang berjauhan.
vi
hubungannya dengan daratan Asia Tenggara dan Asia Timur. Alat-alat yang
pada umumnya diasah (diupam) adalah beliung dan kapak batu, yang di
beberapa tempat pengumpamaan juga dilakukan pada mata panah dan
tombak. Beliung dan kapak batu ditemukan di seluruh kepulauan dan sering
kali dianggap sebagai petunjuk umum dalam tentang masa bercocok tanam di
Indonesia.
A. Beliung Persegi
Beliung ini berbentuk memanjang dengan penampang lintang persegi.
B. Kapak Lonjong
Kapak ini umumnya berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing
dan melebar pada bagian tajaman.
C. Obsidian
Alat yang khusus dibuat dari dari batu kecubung (obsidian)
berkembang sangat terbatas di beberapa tempat saja sepeti di Jambi,
dekat Danau Kerinci, di sekitar bekas Danau Bandung, di leles (sekitar
Danau Cangkuang) dekat Garut, di Luewiliang (bogor), sekitar danau
Tondano (Minasaha), dan Camplong (Timor Barat).
D. Mata Panah
Mata panah ini ditemukan di permukaan dan di lembah bukti dengan
beliung beliung-beliung setengah jadi (calon beliung) dan serpihan
batu bahan pembuat beliung yang sangat banyak, oleh penduduk yang
di sebut “rijang”
E. Gerabah
Di dari temuan gerabah pada masa bercocok tanam masih terlihat
sederhana. Semua nya masih dikerjakan dengan tangan, Ada
penggunaan alat tatap batu dan roda pemutar
F. Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul ini terbuat dari batu, ada yang berbentuk persegi
panjang dan terdiri dari gagang dan pemukul
G. Perhiasan
Perhiasan pada masa bercocok tanam berupa gelang dari batu dan
kulit kerang dan terdapat ukiran ukiran didalam
vii
2.3 Kehidupan Sosial
2.3.1 Kehidupan Sosial-Ekonomi
Di masa ini kegiatan sudah jelas bahwa cara hidup yang
sebelumnya berburu sudah mulai ditinggalkan, masyarakat mulai
menetap dan melakukan kegiatan bercocok tanamsederhana serta
penjinakan beberapa hewan tertentu. Tempat yang biasanya di diami
adalah daerah yang berdekatan dengan sumber air, seperti pinggir
sungai, tepian danau, dan juga pantai.
viii
Pada sistem kehidupan bermasyarakat mereka dipimpin oleh
seorang kepala suku yang biasanya diemban oleh orang yang paling tua.
Kedudukannya sangat penting, ia sangat dihormati dan disegani.
2.4 Kebudayaan
2.4.1 Konsep Kepercayaan
Manusia di masa bercocok tanam percaya bahwa seseorang yang
meninggal rohnya tersebut akan tetap hidup di alamnya tersendiri, dan
hal ini sangat mempengaruhi kehidupan manusia pada masa itu.
Misalnya pada prosesi upacara pemakamam, terutama bagi mereka
yang dipandang terkemuka oleh masyarakat. Orang yang meninggal
tersebut biasanya disertai bermacam macam benda sehari hari yang
akan dikuburkan bersamaan, hal ini ditujukan agar yang meninggal ini
di kehidupan selanjutnya terjamin kehidupannya.
ix
Konsep kehidupan setelah mati pada masa itu terdiri dari perbuatan
perbuatan amal yang pernah dilakukan, serta ditambah seberapa besar
upacara kematian yang dilangsungkan.
x
dengan mempertanyakan siapa yang membuat dirinya berikut
bagian-bagian berikut bagian bagian tubuhnya; siapa yang
membuat air, tanah, udara, buah-buahan dan alam semesta
lainnya? Melalui tanya jawab dengan mereka, serta pemberian
penjelasan bahwa semua itu merupakan anugrah atau
kenikmatan dari Allah SWT., maka insya Allah akan
berkembang pada diri mereka nilai-nilai keimanan atau
keyakinan kepada Allah Swt.
3. Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterma sebagai keharusan moral.
xi
berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di
lingkungan.
xii
8. Mengingat (remembering), dengan srategi antara lain pengulangan,
memberikan, makna, membuat catatan, melakukan asosiasi
pengalaman sehari-hari
xiii
Berkat diperolehnya perkembangan sosial, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya ataupun
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di
sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat difasilitasi atau
dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman
sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti
merencanakan kegiatan kemping, peringatan hari-hari besar
keagamaan, membuat laporan study-tour).
xiv
Mengingat hal tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai
kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan,
atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.
Upaya itu seperti meengembangkan iklim kelas yang bebas dari
ketegangan (guru bersikap ramah, mrah senyum), memperlakukan
peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri (tidak
mencemooh atau menghinanya), memberikan nilai secara objektif,
menghargai hasil karya peserta didik, mempunyai kepedulian untuk
membantu memecahkan masalah yang dialami peserta didik.
xv
menuruskan untuk menghafal surat-surat lainnya adalah materi shalat,
jika pada saat di TK hanya mengenal bacaan dan gerakannya,
sekarang perlu diajarkan kepada mereka tentang apa arti bacaan shalat
tersebut.
xvi
didik. Pada masa usia sekolah dasar, kematangan perkembangan
motorik ini pada umumnya telah dicapai, oleh karena itu mereka
sudah siap menerima pelajaran keterampilan.
xvii
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
xviii
memerhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam
berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas, dan disiplin dalam belajar.
5. Hubungan Perkembangan Keagamaan dengan Pembelajaran
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-
nilai agama sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya. Oleh
karena itu, kualitas keagamaan siswa akan sangat dipengaruhi oleh
proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
6. Hubungan Perkembangan Fisik (Motorik) dengan Pembelajaran
Perkembangan fisik yang normal (tidak cacat) merupakan salah
satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang
pengetahuan, maupun keterampilan. Perkembangan motorik ini
sangat mendasar bagi belajar keterampilan. Oleh karena itu,
kematangan perkembangan motorik sangat menunjang
keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar,
kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya telah
dicapai, oleh karena itu mereka sudah siap menerima pelajaran
keterampilan.
3.2 Saran
xix
DAFTAR PUSTAKA
xx