Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MASA BERCOCOK TANAM

(AKBK1102)

(Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Prasejarah Nusantara)

Dosen Pengampu:

Mansyur,S.Pd., M.Hum.

Sriwati. M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Ariadatul Istiqamah A2 2210111220023

Muhammad Aldi Permana A2 2210111310001

Muhammad Ansyari A2 2210111310006

Nadya Ayu Susmita A2 2210111220026

Siti Khadijah A2 2210111220030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini “Masa Bercocok Tanam“ Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu bapak Mansyur, S.Pd., M.Hum.
dan Ibu Sriwati, M.Pd yang telah memberikan tugas ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Prasejarah


Nusantara. Kami sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dari
materi masa bercocok tanam.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini bermanfaat


bagi kita semua.

Banjarmasin, 22 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................1
BAB 2...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................3
2.1 Perkembangan Anak Usia Sekolah................................................................3
2.2 Karakteristik perkembangan anak usia Sekolah Dasar..................................3
2.3 Hubungan antara Aspek Perkembangan Siswa Dengan Pembelajaran..........8
BAB III...........................................................................................................................15
PENUTUP......................................................................................................................15
3.1 Simpulan.......................................................................................................15
3.2 Saran.............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

BAB I

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan


oleh nenek moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada
sektor pertanian yang dapat yang dapat menunjang kebutuhan ekonomi
masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan system konvensional
dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih dahulu, kemudian
menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam. Tentu saja
ini bukanlah kegiatan yang efektif jika dibandingkan antara zaman dahulu
dan zaman modern seperti saat ini.

Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih


terkontrol dan terjadwal. System bercocok tanam yang dikembangkan namun
telah ada sejak dahulu yaitu system hidroponik. Hidroponik merupakan cara
bercocok tanam tanpa menggunakan tanah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh permasalahan sebagai


berikut
1. Bagaimana manusia pada masa bercocok tanam?
2. Bagaimana alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam?
3. Bagaimana kehidupan pada masa bercocok tanam?
4. Bagaimana kebudayaan pada masa bercocok tanam?

1.3 Tujuan

Adapun tujuannya yaitu:


1. Untuk mengetahui manusia pada masa bercocok tanam.
2. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada masa bercocok
tanam.
3. Untuk mengetahui kehidupan pada masa bercocok tanam.
4. Untuk mengetahui kebudayaan pada masa bercocok tanam.

iv
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Manusia
Pada masa bercocok tanam untuk bertahan hidup pada masa Plestosen
dan pasca-Plestosen tercermin dari perkembangan budaya yang sangat lambat
dan memakan waktu yang sangat panjang. Keadaan itu terjadi didaerah
seperti Afrika, Eropa, dan Asia. Iklim alam yang berubah-ubah sangat
mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Cara hidup berburu dan mengumpulkan makanan telah dilalui manusia
melalui suatu masa kehidupan yang disebut masa bercocok tanam. Berbagai
macam cara untuk memanfaatkan pohon dihutan dengan menebang atau
membakar pohon lalu dikembangkan menjadi ladang-ladang yang
memberikan hasil-hasil pertanian, walaupun sifatnya masih sederhana.
2.1.1 Ciri-ciri
Manusia mulai meninggalkan cara-cara berburu dan
mengumpulkan makanan, mereka mulai menetap disuatu tempat dengan
kehidupan yang baru seperti mulai bercocok tanam secara sederhana
dan mulai memelihara ternak. Kita tidak tahu benar ciri-ciri manusia
yang menetap di Indonesia pada masa bercocok tanam karena tidak ada
ditemukan rangka yang utuh dari masa ini. Yang perlu kita ketahui
adalah perubahan-perubahan dari masa berburu tingkat lanjut
kemanusia dimasa perundagian dan sisa rangka fragmentaris dari masa
Megalitik.
Penemuan rangka di Indo-Cina menunjukan ciri-ciri mongolid
yang lebih dominan, walaupun ciri dari Australomelanesid masih
terdapat sedikit. Hal ini dibuktikan oleh temuan Quynh Van dalam
kutipan buku (Sejarah NasionalIndonesia:Poesponegoro, Marwati
Djoened;204(“Early Neolithic in Quynh Van, Nghe An, North
Vietnam”, Vertebr, Palasiat, 10 (I) 1966, hlm. 49-57.))
2.1.2 Populasi

v
Kelompok manusia menjadi lebih besar pada masa bercocok tanam
karena pertanian dan peternakan dapat memberikan makan penduduk
dalam jumlah yang lebih besar. Pada masa ini makanan yang dihasilkan
lebih banyak serta teratur dan kepadatan penduduk lambat laun
meningkat menjadi 2 per km. Anak memiliki peran yang menguntungan
karena dapat membantu dalam berbagai kegiatan.
Pada masa menetap diperkampungan tentunya menghadirikan
berbagai masalah yang sebelumnya belum pernah terjadi, seperti
penimbunan sampah hingga masalah perncemaran. Wabah penyakit
pernah terjadi dan hal ini dikarenakan penduduk sudah besar jumlahnya
dan kepadatan yang meningkat. Pernyakit infeksi yang disebabkan
primata di sekitar tempat tinggal manusia, dan penyakit yang kita
ketahui sekaran sudah ada pada masa bercocok tanam.
Harapan hidup meningkat sampai sekitar umur 35 tahun, dengan
kematian di rentang umur 20-40 tahun. Kematian anak-anak lambat
laun berkurang. Makanan yang pada masa sebelumnya mengandung zat
putih telur, sekarang lebih banyak mengandung zat tepung. Dengan
perkembangan budaya pemgaturan dan pengelolaan tentang makanan
semakin banyak. Pada masa ini mungkin telah terjadi kanibalisme
terutama yang bersifat ritual, seperti anggota keluarga yang memakan
bagian tubuh keluarganya meninggal dengan tujuan untuk mewarisi
semangat.
Wilayah Indonesia yang dihuni semakin bertambah luas, terutama
di daerah yang subur. Aktivitas nomaden sudah mulai berkurang,
namun kegiatan hibridasi masih dapat terjadi di daerah perbatasan
sehingga bisa terlihat persamaan antara populasi yang berjauhan.

2.2 Peningkatan Kemampuan Membuat Alat


Masa bercocok tanam di Indonesia dimulai dengan berkembangannya
kemahiran mengupam alat-alat batu serta dikenal nya pembuatan gerabah.
Alat-alat batu ini juga telah tersebar luas di kalangan penduduk di kepulauan
Indonesia. Bukti-bukti penemuan mempelihatkan tingkatan kronologis serta

vi
hubungannya dengan daratan Asia Tenggara dan Asia Timur. Alat-alat yang
pada umumnya diasah (diupam) adalah beliung dan kapak batu, yang di
beberapa tempat pengumpamaan juga dilakukan pada mata panah dan
tombak. Beliung dan kapak batu ditemukan di seluruh kepulauan dan sering
kali dianggap sebagai petunjuk umum dalam tentang masa bercocok tanam di
Indonesia.
A. Beliung Persegi
Beliung ini berbentuk memanjang dengan penampang lintang persegi.
B. Kapak Lonjong
Kapak ini umumnya berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing
dan melebar pada bagian tajaman.
C. Obsidian
Alat yang khusus dibuat dari dari batu kecubung (obsidian)
berkembang sangat terbatas di beberapa tempat saja sepeti di Jambi,
dekat Danau Kerinci, di sekitar bekas Danau Bandung, di leles (sekitar
Danau Cangkuang) dekat Garut, di Luewiliang (bogor), sekitar danau
Tondano (Minasaha), dan Camplong (Timor Barat).
D. Mata Panah
Mata panah ini ditemukan di permukaan dan di lembah bukti dengan
beliung beliung-beliung setengah jadi (calon beliung) dan serpihan
batu bahan pembuat beliung yang sangat banyak, oleh penduduk yang
di sebut “rijang”
E. Gerabah
Di dari temuan gerabah pada masa bercocok tanam masih terlihat
sederhana. Semua nya masih dikerjakan dengan tangan, Ada
penggunaan alat tatap batu dan roda pemutar
F. Alat Pemukul Kulit Kayu
Alat pemukul ini terbuat dari batu, ada yang berbentuk persegi
panjang dan terdiri dari gagang dan pemukul
G. Perhiasan
Perhiasan pada masa bercocok tanam berupa gelang dari batu dan
kulit kerang dan terdapat ukiran ukiran didalam

vii
2.3 Kehidupan Sosial
2.3.1 Kehidupan Sosial-Ekonomi
Di masa ini kegiatan sudah jelas bahwa cara hidup yang
sebelumnya berburu sudah mulai ditinggalkan, masyarakat mulai
menetap dan melakukan kegiatan bercocok tanamsederhana serta
penjinakan beberapa hewan tertentu. Tempat yang biasanya di diami
adalah daerah yang berdekatan dengan sumber air, seperti pinggir
sungai, tepian danau, dan juga pantai.

Untuk bentuk bagunannya sendiri tidak beraturan ada yang


berbentuk kebulat-bulatan dengan beratapkan dedauan, ada juga yang
dibuat dari kayu atau bambu, serta rumah berbentuk pesergi panjang
yang dibangun diatas tiang tiang.

Di masa ini sistem perekonomian bersifat barter. Barang yang


dipertukarkan antara lain hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan,
dan ikan. Peranan perahu dan rakit sangatlah penting sebagai media
transportai dalam perdagangan, dengan itu jarak yang ditempuh akan
semakin mudah dicapai.

2.3.2 Kehidupan Sosial-Budaya


Pada masa ini sistem gotong royong sangat penting di kehidupan
bermasyarakat mereka saling tolong menolong dalam mengerjakan
sesuatu, seperti berburu, menabur benih, memetik hasil, dan lain lain.
Serta pembagian kerja antara pria dan wanita telah nampak. Seperti
kaum pria yang membangun tempat tinggal, kaum wanita yang
mengurus dan merawat tempat tinggal, kaum pria yang menyiapkan
ladang untuk bercocok tanam, dan kaum wanita yang menebar benih
serta memetik hasilnya.

viii
Pada sistem kehidupan bermasyarakat mereka dipimpin oleh
seorang kepala suku yang biasanya diemban oleh orang yang paling tua.
Kedudukannya sangat penting, ia sangat dihormati dan disegani.

Dalam setiap kegiatan kehidupan masyarakat memerlukan suatu alat


komunikasi yang digunkan baik dalam hubungan individu maupun
komunal, yaitu bahasa. Menurut penyelidikan ilmu bahasa, bahasa
bahasa yang digunakan di Kepulauan indonesia termasuk dalam
rumpun bahasa Melayu-Polenesia atau lebih dikenal dengan rumpun
bahasa Austronesia. Hal ini didasari atas penelitian “basic vocabulary”
pada bahasa yang digunakan di Kepulauan Austronesia sampai
Polinesia. Bahkan kesamaan ini juga dijumpai pada bahasa bahasa
Mon-Khmer-Thai di kawasan Asia Tenggara.

2.4 Kebudayaan
2.4.1 Konsep Kepercayaan
Manusia di masa bercocok tanam percaya bahwa seseorang yang
meninggal rohnya tersebut akan tetap hidup di alamnya tersendiri, dan
hal ini sangat mempengaruhi kehidupan manusia pada masa itu.
Misalnya pada prosesi upacara pemakamam, terutama bagi mereka
yang dipandang terkemuka oleh masyarakat. Orang yang meninggal
tersebut biasanya disertai bermacam macam benda sehari hari yang
akan dikuburkan bersamaan, hal ini ditujukan agar yang meninggal ini
di kehidupan selanjutnya terjamin kehidupannya.

Kematian dianggap tidak membawa perubahan yang berarti dalam


kedudukan, keadaan, sifat seseorang. Seseorang yang rendah pada
masa hidupnya maka akan rendah juga posisinya di akhirat,begitupun
sebaliknya orang orang terkemuka atau yang berjasa akan mendpatkan
kedudukan yang khusus di alam baka. Namun masih ada cara khusus
yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tempat khusus di akhirat,
yaitu dengan pengadaan pesta tertentu dan membuat bangunan besar
dari batu.

ix
Konsep kehidupan setelah mati pada masa itu terdiri dari perbuatan
perbuatan amal yang pernah dilakukan, serta ditambah seberapa besar
upacara kematian yang dilangsungkan.

2.4.2 Tradisi Megalitik


Bangunan megalitik yang dibangun selalu bersaskan pada
kepercayaan dimana adanya hubungan antara yang masih hidup
dengan yang sudah mati, terutama pada keyakinan bahwa terdapat
pengaruh yang kuat dari yang telah mati terhadap kesejahteraan
masyarakat dan kesuburan tanaman.

Dalam teorinya R. von Heine Geldern (The Bronze-Iron Age Of


Indonesia: 1958) berpendapat bahwa pembagian tradisi megalitik ada
dua, yaitu Megalitik Tua (2.500-1.500 SM) dan Megalitik Muda
(Milenium pertama SM)

Di zaman sekarang tradisi megalitik masih hidup diantaranya di


Assam, Myanmar (suku Naga, Khasi, dan Isehim), dan beberapa
daerah di Indonesia (Nias, Flores, dan Sumba)

2.4.3 Pengaruh Terhadap Perkembangan Masyarakat


Konsep pemujaan terhadap nenek moyang melahirkan aturan yang
membuat tingkah laku masyarakat di dunia agar sesuai dengan
tuntutatan di alam baka, organisasi masyarakat telah teratur,
pengetahuan akan teknologi juga meningkat seperti pembiakan ternak,
pemilihan benih tanaman, dan penemuan alat alat baru yang lebih
cocok digunakan dalam kehidupan sehari hari (Tolong Lanjutkan)

1. Sikap keagamaan anak bersifat reseptif namun sudah disertai


dengan pengertian
2. Pandangan dan paham ketuhanan diperolehmya secara rasional
berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman kepada
indikator-indikator alam semesta sebagai manifestasi dari
keagungan-Nya (contohnya: dalam menjelaskan tentang Allah
SWT. Sebagai pencipta yang maha agung, dapat dimulai

x
dengan mempertanyakan siapa yang membuat dirinya berikut
bagian-bagian berikut bagian bagian tubuhnya; siapa yang
membuat air, tanah, udara, buah-buahan dan alam semesta
lainnya? Melalui tanya jawab dengan mereka, serta pemberian
penjelasan bahwa semua itu merupakan anugrah atau
kenikmatan dari Allah SWT., maka insya Allah akan
berkembang pada diri mereka nilai-nilai keimanan atau
keyakinan kepada Allah Swt.
3. Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan
kegiatan ritual diterma sebagai keharusan moral.

Kepercayaan anak kepada Tuhan pada usia ini, bukanlah keyakinan


hasil pemikiran, akan tetapoi merupakan sikap emosi yang berhubugan
erat dengan kebutuhan jiwa akan kasih saying dan perlindungan. Oleh
karena itu, dalam mengenalkan Tuhan kepada anak, sebaiknya
ditonjolkan sifat sifat pengasih dan penyayangnya, jangan
menonjolkan sifat-sifat Tuhan yang menghukum dan mengazab, atau
memberikan siksaan dengan neraka.

2.3 Hubungan antara Aspek Perkembangan Siswa Dengan Pembelajaran


2.3.1 Hubungan Pekembangan Intelektual Dengan Pembelajaran

Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi


dasar diberikan berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan pola
pikir atau daya nalarnya, Kepada siswa sudah dapat diberikan dasar-
dasar keilmuan seperti membaca, menulis, dan berhitung Di samping
itu, kepada anak diberikan juga pengetahuan-pengetahuan tentang
manusia, hewan, lingkungan alam sekitarnya, dan sebagainya. Kepada
siswa baik sekali dilatih kebiasaan menghafal, seperti berhitung
(pertambahan dan perkalian), syair (puisi), syair (puisi) , konsep-konsep
atau istilah istilah yang berkaitan dengan mata pelajaran . untuk
mengembangkan daya nalarnya juga, adalah dengan melatih siswa
untuk mengungkapkan pendapatan, gagasan, atau penilaiannya terhadap

xi
berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di
lingkungan.

Misalnya yang berkaitan dengan materi pelajaran, tata tertib


sekolah ,pergaulan yang baik dengan teman sebaya atau orang lain,
masalah kebersihan dan kesehatan (diri sendiri dan lingkungan),
masalah kemacetan lalu lintas , masalah banjir dan memanfaatkan
waktu senggang.

Dalam rangka rangka mengembangan kemampuan siswa


tersebut ,maka pihak sekolah dalam ini guru-guru seyogyanya
memberikan kesempatan kepala siswa untuk mengemukakan
pertanyaan ,memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi
pelajaran yang dibacanya atau yang dijelaskan oleh guru, membuat
karangan, Menyusun laporan (hasil study-tour, atau diskusi kelompok).

Untuk mengembangkan kemampuan intelektual atau keterampilan


berpikir siswa,baik sekali apabila guru merujuk kepada Jones et.al.
(Syamsu Yusuf LN. dan Nani M Sugandi, 2018:70) yaitu, tentang
“core thinking skills” antara lain sebagai berikut:

1. Mengasah ketajaman panca indra untuk menerima masukan


informasi dari luar (information gathering)
2. Mengarahkan persepsi dan perhatian (focusing) untuk menjaring
inforasi.
3. Mengevaluasi,melakukan penilaian (evaluation)
4. Mengabsraksi ,reksrukturisasi, membuat ringkasan ( integrating)
5. Menyimpulkan, menduga, elaborasi (generating) .Berkaitan dengan
produk hafalan , diupayakan agar anak dapat melakukan
(inference). Beberapa strategi untuk sampai pada penyimpulan
antara lain tanya lain tanya apa , tanya informasi, paraphrase
(merumuskan Kembali bahan yang dibaca/dihafalkan) dengan kata
kata sendiri.
6. Mengidentifikasi ciri penting (analyzing).
7. Mengurutkan ,membedakan, mengelompokkan (organizing)

xii
8. Mengingat (remembering), dengan srategi antara lain pengulangan,
memberikan, makna, membuat catatan, melakukan asosiasi
pengalaman sehari-hari

2.3.2 Hubungan Perkembangan Bahasa dengan Pembelajaran

Terdapat dua faktor penting yang memengaruhi perkembangan


bahasa, yaitu:

1. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi


matang (organ-organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk
berkata-kata.
2. Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk
berbicara dapat mempelajari bahasa orang lain dengan jalan
mengimitasi atau meniru ucapan atau kata-kata yang
didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan
kanak-kanak, sehingga pada usia anak memasuki sekolah dasar,
ia sudah sampai pada tingkat;
1) Dapat membuat kalimat yang lebih sempurna;
2) Dapat membuat kalimat majemuk;
3) Dapat Menyusun dan mengajukan pertanyaan;

Di sekolah diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja


menambah perbendaharaan kata-katanya, mengejar dan menyusun
struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan, dan keterampilan
mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini, diharapkan peserta
didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai alat untuk:

1. Berkomunikasi dengan orang lain.


2. Menyatakan isi hatinya (perasaannya)
3. Memahami keterangan (informasi) yang diterimanya.
4. Berpikir (menyatakan pendapat atau gagasan)
5. Mengembangkan kepribadiannya, seperti menyatakan sikap dan
keyakinannya.

2.3.3 Hubungan Perkembangan Sosial dengan Pembelajaran

xiii
Berkat diperolehnya perkembangan sosial, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya ataupun
dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di
sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat difasilitasi atau
dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang
membutuhkan tenaga fisik (seperti membersihkan kelas dan halaman
sekolah), maupun tugas yang membutuhkan pikiran (seperti
merencanakan kegiatan kemping, peringatan hari-hari besar
keagamaan, membuat laporan study-tour).

Tugas-tugas kelompok ini harus memberikan kesempatan kepada


setiap peserta didik untuk menunjukkan prestasinya, tetapi juga
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama. Dengan melaksanakan
tugas kelompok, peserta didik dapat belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa,
dan bertanggung jawab.

2.3.4 Hubungan Perkembangan Emosi dengan Pembelajaran

Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah


laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi
yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau
rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti
memerhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam
berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas, dan disiplin dalam belajar.

Sebaliknya, apabila yang menyertai proses belajar itu emosi yang


negatif, seperti perasaan tidak senang, perasaan kecewa, dan perasaan
tidak bergairah, maka proses belajar itu akan mengalami hambatan,
dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk
belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan mengalami kegagalann
dalam belajarnya.

xiv
Mengingat hal tersebut, maka guru seyogyanya mempunyai
kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan,
atau kondusif bagi terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.
Upaya itu seperti meengembangkan iklim kelas yang bebas dari
ketegangan (guru bersikap ramah, mrah senyum), memperlakukan
peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri (tidak
mencemooh atau menghinanya), memberikan nilai secara objektif,
menghargai hasil karya peserta didik, mempunyai kepedulian untuk
membantu memecahkan masalah yang dialami peserta didik.

2.3.5 Hubungan Perkembangan Keagamaan dengan Pembelajaran

Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-


nilai agama sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya. Oleh karena
itu, kualitas keagamaan siswa akan sangat dipengaruhi oleh proses
pembentukan atau pendidikan yang diterimanya. Dalam kaitannya
dengan hal ini, Pendidikan agama di sekolah dasar mempunyai
peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, Pendidikan agama
(pengajaran, pembiasaan, dan penanaman nilai-nilai keagamaan) di
sekolah dasar harus menjadi perhatian semua pihak yang terlibat
dalam Pendidikan di SD/MI, dalam hal ini bukan hanya guru agama,
akan tetapi kepada sekolah dan guru-guru lain. Pabila semua pihak
yang terlibat itu telah memberikan contoh (teladan) bagaimana
melaksanakan nilai-nilai agama yang baik, maka pada diri para
peserta didik akan berkembang sikap positif terhadap agama, dan pada
gilirinnya akan berkembang pula kesadaran beragama pada dirinya.

Dalam kaitannya dengan pemberian materi agama kepada anak, di


samping mengembangkan pemahaman, juga memberikan Latihan atau
pembiasaan keagamaan yang menyangkut ibadah dan akhlak. Materi
yang diberikan merupakan pengembangan, perluasan, dan
pendalaman dari materi-,ateri yang telah diberikan sebelumnya (di
TK/RA). Seperti materi Al-Qur’an, pada waktu di TK atau RA, baru
sebatas menghapal surat-surat pendek, setelah SD/MI di samping

xv
menuruskan untuk menghafal surat-surat lainnya adalah materi shalat,
jika pada saat di TK hanya mengenal bacaan dan gerakannya,
sekarang perlu diajarkan kepada mereka tentang apa arti bacaan shalat
tersebut.

Di samping membiasaan melaksanakan ibadah tersebut, juga


dibiasakan melaksanakan ibadah sosial, yaitu menyangkut akhlak
terhadap sesame manusia, seperti :

1. Hormat kepada kedua orang tua, guru dan orang lain;


2. Memberikan bantuan kepada orang tua yang memerlukan
pertolongan;
3. Menyayangi fakir miskin
4. Memelihara kebersihan dan kesehatan; bersikap jujur (tidak
berdusta); dan
5. Bersikap amanah (bertanggung jawab).

Kepada anak SD atau MI perlu diperkenalkan juga hukum-hukum


agama:

1. Halal-haram, yang menyangkut makanan , minuman, dan


perbuatan. Contoh makanan dan minuman yang haram, yaitu
babi, darah, bangkai, minuman keras, dan hasil curian; dan
contoh perbuatan yang haram, seperti mencuri, berjudi,
membunuh, dan tawuran, saling bermusuhan, durhaka kepada
orang tua, dan berdusta (tidak jujur); dan
2. Wajib-sunah, yang menyangkut ibadah, seperti berwudhu,
shalat, shaum, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, dan berdoa.

2.3.6 Hubungan Perkembangan Fisik (Motorik) dengan Pembelajaran

Perkembangan fisik yang normal (tidak cacat) merupakan salah


satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang
pengetahuan, maupun keterampilan. Perkembangan motorik ini sangat
mendasar bagi belajar keterampilan. Oleh karena itu, kematangan
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta

xvi
didik. Pada masa usia sekolah dasar, kematangan perkembangan
motorik ini pada umumnya telah dicapai, oleh karena itu mereka
sudah siap menerima pelajaran keterampilan.

Untuk memfasilitasi perkembangan motorik atau keterampilan ini,


maka sekolah perlu menyiapkan guru khusu untuk mengajar olahraga
atau kesenian (melukis, menari, membatik atau yang lain), berikut
sarana dan prasarananya, seperti lapangan untuk fasilitas olahraga,
serta fasilitas kesenian.

xvii
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Perkembangan anak usia sekolah bersifat menyeluruh mencakup segala


segi perkembangan, seperti perkembangan fisik dan gerakan
motorik,sosial, intelektual,moral,emosional,religi,dan sebagainya.
Karakteristik perkembangan anak usia Sekolah Dasar meliputi
perkembangan fisik-motorik, intelektual, bahasa, emosi, sosial dan
kesadaran beragama. Hubungan antara aspek perkembangan anak dengan
pembelajaran terdiri atas :
1. Hubungan Pekembangan Intelektual Dengan Pembelajaran
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi
dasar diberikan berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan
pola pikir atau daya nalarnya, Kepada siswa sudah dapat diberikan
dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis, dan berhitung.
2. Hubungan Perkembangan Bahasa dengan Pembelajaran
Di sekolah diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja
menambah perbendaharaan kata-katanya, mengejar dan
menyusun struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan, dan
keterampilan mengarang.
3. Hubungan Perkembangan Sosial dengan Pembelajaran
Kemampuan intelektual pada masa ini sudah cukup untuk menjadi
dasar diberikan berbagai kecakapan yang dapat mengembangkan
pola pikir atau daya nalarnya, Kepada siswa sudah dapat diberikan
dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis, dan berhitung.
4. Hubungan Perkembangan Emosi dengan Pembelajaran
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah
laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar. Emosi
yang positif, seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau
rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk
mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti

xviii
memerhatikan penjelasan guru, membaca buku-buku, aktif dalam
berdiskusi, mengerjakan tugas-tugas, dan disiplin dalam belajar.
5. Hubungan Perkembangan Keagamaan dengan Pembelajaran
Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-
nilai agama sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya. Oleh
karena itu, kualitas keagamaan siswa akan sangat dipengaruhi oleh
proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
6. Hubungan Perkembangan Fisik (Motorik) dengan Pembelajaran
Perkembangan fisik yang normal (tidak cacat) merupakan salah
satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang
pengetahuan, maupun keterampilan. Perkembangan motorik ini
sangat mendasar bagi belajar keterampilan. Oleh karena itu,
kematangan perkembangan motorik sangat menunjang
keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia sekolah dasar,
kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya telah
dicapai, oleh karena itu mereka sudah siap menerima pelajaran
keterampilan.

3.2 Saran

Mempelajari perkembangan peserta didik, merupakan upaya yang sangat


strategis bagi para mahasiswa calon guru. Dengan mempelajari
perkembangan peserta didik, para pendidik akan memperoleh pemahaman
yang berguna untuk upaya mendidik, membimbing, atau memfasilitasi anak
dalam memngembangkan potensi dirinya secara optimal.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana. PRENADA


MEDIA GROUB

Al-tabany Badar Ibnu Trianto.2011.Desain Pengembangan Pembelajaran


Tematik. Jakarta 13220 : PRENADA MEDIA GROUP

Hasbullah.1999.Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT .RajaGrafindo


Persada

Syamsu Yusuf L.N., Nani M. Sugandhi. (2018). Perkembangan Peserta Didik.


Depok : PT Rajagrafindo Persada

Winarno Sukrahmad., (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Karya


Unipress

xx

Anda mungkin juga menyukai