Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara geografis, Indonesia diapit dua samudra dan juga dua benua.
Bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua Asia, bagian tenggara
Indonesia berbatasan dengan Benua Australia, sebelah barat wilayah Indonesia
berbatasan dengan Samudra Hindia dan sebelah timur laut berbatasan dengan
Samudra Pasifik. Selain letak geografis Indonesia, penting juga untuk
mengetahui letak geologisnya, dari sudut pandang geologis, Indonesia dilihat
berdasarkan jenis bebatuan yang ada. Secara geologi, Indonesia dilalui oleh
dua pegunungan yakni Mediteranian pada sebelah barat dan pegunungan
Sirkum di bagian Timur, keberadaan dua pegunungan tersebut membuat
Indonesia kaya akan gunung berapi yang selalu aktif serta rawan akan gempa
bumi (UU BNPB, 2007).
Batas-batas geografis ini memberi sejumlah pengaruh bagi Indonesia
sebagai sebuah negara dengan kebudayaan yang beragam yang terdiri dari
berbagai suku, agama, dan budaya, dimana setiap daerah memiliki ciri khas
tersendiri walaupun telah mengalami perkembangan. Kebudayaan yang
dikembangkan di daerah-daerah disebut dengan kebudayaan lokal. (Mulyadi,
2013) Kebudayaan umat manusia memiliki tujuh unsur kebudayaan yang
bersifat universal, diantaranya sistem religi, sistem kemasyarakatan, sistem
pengetahuan, sistem bahasa, sistem kesenian, sistem mata pencaharian, dan
sistem teknologi.
Ciri khas ini yang mendasari dari proses perkembangan masyarakat dan
ini menjadi hal yang unik dan menarik bagi masyarakat luar, masyarakat luar
dapat mengenal dan faham itu karena kebudayaan lokal yang ada di situ.
Seperti halnya di Pulau Jawa dimanapun dia berada baik di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur semuanya mengenal yang namanya tradisi kejawen,
tradisi kejawen ini di tiap-tiap daerah di Jawa ini pastilah berbeda-beda tapi
masih dalam lingkup tradisi kejawen, contoh di Kota Surakarta, Jawa Tengah
2

setiap tanggal satu Suro (Muharam) masyarakat Surakarta mengarak Kiai


Slamet (Kebo Slamet) dll, tapi karena pesatnya perkembangan zaman dan
masuknya budaya asing yang turut dikembangkan di masyarakat maka
sekarang ini banyak orang Jawa yang meninggalkan tradisi jawa, apabila
dilihat dari sejarah perkembangan tradisi Jawa orang-orang terdahulu kita
dengar Wong Jowo Ojo Ninggalke Jawane yang berarti orang jawa tidak boleh
meninggalkan jawanya. Ini karena kalau meninggalkan tradisi jawa berarti
melupakan sejarah jawa itu sendiri.
Beberapa diantara kearifan lokal yang ada di Indonesia ada yang erat
kaitanya dengan mitigasi bencana, yang mana mengarah kepada peningkatan
kapasitas masyarakat dan pengurangan kerentanannya. Pada tabel 1. 1 berikut
ini dapat dilihat beberapa kearifan lokal masyarakat Indonesia, dalam
melakukan mitigasi bencana.

Tabel 1. 1. Kearifan Lokal Masyarakat Indonesia untuk Mitigasi Bencana


No Suku Jenis Kearifan Lokal Sumber
Bangsa Bencana
1 Minangkabau Tsunami Mamangan: Kaba, pantun,
jikok takuik peribahasa,
dilamun pepatah,
Gempa ombak, jan petitih dll.
barumah di tapi
pantai
Arsitektur:
Rumah Gadang
2 Aceh Tsunami Nyanyian smong Kesenian
Banjir Aristektur: didong dan
Rumon Aceh kebudayaan
material
3 Nias Gempa Aristektur; Omo Kebudayaan
Hada material
4 Baduy Banjir Pikukuh (aturan Norma/
adat) tentang hukum adat
Hutan
dudungusan
(hutan lindung)
3

Tanah ladang cepak


longsor (berladang di
lahan datar)
5 Sunda Tanah Gunung kaian Kebudayaan
longsor (gunung tanami non-material
pohon) Gawir
awian (tebing
tanami bambu)
6 Jawa/ Gunungapi Filosofi gawe Cerita rakyat/
Yogyakarta Besar floklor
7 Bugis Badai/ topan Pa’torani (musim Local
badai) knowledge
Sumber: Erianjoni 2017

Kabupaten Blitar disetiap pergantian tahun Jawa terdapat sebuah ritual


“larung sesaji” baik dilakukan di pantai laut selatan dan kawah Gunung Kelud
yang mana tradisi ini dilakukan sebagai simbol menyatunya alam semesta
dengan manusia dan juga ada harapan agar sing mbaurekso atau penguasa alam
baik lautan atau gunung tidak marah dan menggangu umat mausia. Mantan
Bupati Blitar tahun 2005-2016 Herry Noegroho, menuturkan bahwa setiap
awal pergantian tahun jawa selalu mempersembahkan emas batangan dan
bahkan intan untuk di lemparkan ke dalam kawah Gunung Kelud itu juga
sebagai persembahan untuk penghuni gunung agar tidak mengganggu warga di
sekitar Gunung Kelud. Kearifan lokal seperti ini perlu untuk diungkap dan
dipelajari agar tetap lestari.

Etnografi adalah salah satu dari cabang Antropologi yang berfokus


untuk mendeskripsikan sekaligus melukiskan tentang suku-suku dan
kebudayaan yang ada di suatu wilayah tertentu, metode ini yang akan
digunakan untuk mengungkapkan dan menggambarkan kebudayaan yang ada
di lokasi penelitian, pada kesempatan ini peneliti mengambil lokasi penelitian
di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.
4

Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar adalah lingkup kecil gambaran


tradisi Jawa yang begitu beragam, penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan dan menggambarkan tentang kebudayaan lokal yang pada
kesempatan ini kami memilih lokasi Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar
yang mana lokasi ini juga berada di kawasan Gunungapi Kelud dan pasti akan
terkena dampak dari aktivitas Gunungapi Kelud.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:

1. Apa saja kearifan lokal di lokasi penelitian yang berkaitan dalam


menghadapi bencana erupsi Gunungapi Kelud?, dan

2. Bagaimana peran kearifan lokal di lokasi penelitian terhadap kapasitas


masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunungapi Kelud?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini secara umum bertujuan untuk pengetahuan dan
pemberian informasi detail tentang nilai-nilai luhur yang ada dan berkembang
di masyarakat terlebih keterkaitan antara nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat dengan aktivitas Gunungapi Kelud.
Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kearifan lokal di lokasi penelitian yang berkaitan dalam


menghadapi bencana erupsi Gunungapi Kelud, dan
2. Mengkaji peran kearifan lokal di lokasi penelitian terhadap kapasitas
masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi Gunungapi Kelud.
5

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan:
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S-1 di Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

2. Bagi pemerintah setemapat, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan
dalam pengembangan daerah yang sesuai dengan potensi (keaarifan lokal)
yang ada di daerah tersebut

3. Bagi instansi terkait penaggulangan dan mitigasi bencana, penelitian ini


diharapkan mampu memberikan gambaran tentang pola perilaku dan
tingkat kapasitas masyarakat dalam lingkup tanggap bencana

4. Bagi masyarakat lokal, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk
renungan betapa pentingnya untuk pelestarian kebudayaan lokal

5. Untuk masyarakat umum, penelitian ini dapat memberikan gambaran


kepada masyarakat bahwasanya di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar
memiliki sebuah kebudayaan lokal yang unik dan khas dalam menanggapi
encana alam erupsi Gungapi Kelud

6. Bagi para peneliti yang lain, yang iningn melanjutkan penelitian ini, hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian-
penelitian yang lainnya.

1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya

1.5.1 Telaah Pustaka


a. Kearifan lokal
Sesuai dengan yang tertera dalam Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017 tentang Kearifan Lokal,
bahwasanya kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat setempat antara lain untuk melindungi dan
mengelola lingkungan hidup dan sumber daya alam secara lestari.
6

Sayangnya, kini berbagai pengetahuan lokal dalam berbagai suku bangsa


di Indonesia banyak yang mengalami erosi atau bahkan punah dan tidak
terdokumentasikan dengan baik sebagai sumber ilmu pengetahuan.
Padahal pengetahuan dan kearifan lokal dapat dipadukan antara
empirisme dan rasionalisme sehingga dapat pula digunakan antara lain
untuk mitigasi bencana alam berbasis masyarakat lokal (Iskandar 2009,
dalam Permana, Nasution, dan Gunawijaya, 2011).
b. Etnografi
Keberagaman kebudayaan Indonesia sangatlah menarik untuk di
pelajari etnografi adalah salah satu dari cabang ilmu antropologi yang
mempelajari tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup
tersebar di muka bumi (KBBI), dalam perkembangannya bangsa
Indonesia sangat tertinggal jauh sekali dengan bangsa-bangsa penjajah
yang mana mereka bahkan lebih mengenal dan mengetahui tentang
keberagaman dari kebudayaan kita, dalam bukunya (Koentjaraningrat,
1989) menyatakan “Mereka mencatat semua fenomena menarik yang
dijumpai selama perjalanannya, antara lain berisi tentang adat istiadat,
susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari suku-suku bangsa
tersebut”, mereka ini yang dimaksud adalah para penjajah terdahulu yang
pernah menjajah kita. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya
sebuah kajian etnografi ini karana selain hanya berfungsi penggambaran
suku-suku yang ada etnografi juga sebuah kajian tentang kehidupan dan
kebudayaan suatu masyarakat atau etnik, misalnya tentang adat-istiadat,
kebiasaan, hukum, seni, religi, bahasa. Bidang kajian yang sangat
berdekatan dengan etnografi adalah etnologi, yaitu kajian perbandingan
tentang kebudayaan dari berbagai masyarakat atau kelompok (Richards
dkk.,1985). Hasil akhir dari etnografi ini adalah informasi detail tentang
penggambaran kondisi sosial budaya di suatu lokasi tertentu. Literatur-
literatur etnografi Indonesiaada yang ada sekarang ini kebanyakan adalah
hasil karya dari para penjajah negeri ini yang mereka hasilkan saat
mencari rempah-rempah di nusantara ini.
7

c. Bencana Alam
Fenomena alam yang ada sangatlah beragam diantaranya adalah
fenomena bencana alam, bencana adalah sesuatu yang menyebabkan atau
menimbulkan kesusakan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan, bahaya
(KBBI), bencana dari sudut pandang Badan Nasional Pengangulangan
Bencana (UU BNPB, 2007) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non
alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Sesuai pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa bencana
itu ada dua, bencana sosial dan bencana alam bencana sosial adalah
serangkaian bencana yang diakibatkan fenomena-fenomena sosial,
sedangkan bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor (PERKA BNPB, 2012).
d. Erupsi Gunungapi
Letusan Gunungapi merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah erupsi. Sebelum terjadi erupsi gunungapi pasti
diawali dengan gempa vulkanik. Bahaya letusan gunungapi dapat berupa
awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun,
tsunami dan banjir lahar (PERKA BNPB 2012) yang mana dampak erupsi
ini dapat dirasakan secara langsung atau tidak secara langsung dan akan
mengakibatkan kerugian yang sangat banyak baik kerugian fisik maupun
kerugian sosial, tapi dibalik kerugian itu semua akan menciptakan bentuk
adaptasi masyarakat dalam melakukan aktivitas kesehariananya.
8

e. Kapasitas masyarakat
Salah satu cara untuk memperkecil nilai dari resiko bencana adalah
dengan memperkecil nilai kerentanan dan meningkatkan nilai kapsitas
masyarakat. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk
melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana (PERKA BNPB, 2012). Salah satu bentuk dari
kapasitas masyarakat adalah kearifan lokal yang mana dalam kearifan
lokal ini memiliki nilai-nilai luhur yang diturunkan dari generasi ke
genarasi untuk pengelolaan lingkungan hidup secara lestari.

1.5.2 Penelitian Sebelumnya


Banyak penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang kebudayaan
lokal dengan metode etnografi, yang pada penelitian ini dipaparkan beberapa
diantaranya akan peneliti jadikan sebagai referensi, adapun hasil dari
beberapa penelitian sebelumnya secara garis besar adalah sebagai berikut.
Febrian Natalia BR Taringan, 2015, dalam penelitiannya yang berjudul
Dampak Sosial Budaya Letusan Gunung Sinabung di Wilayah Zona Merah
bertujuan, untuk mengetahui solidaritas dan ikatan nilai sosial budaya
penduduk di wilayah zona merah sebenum terjadi bencana alam letusan
gunung sinabung, untuk mengetahui solidaritas dan ikatan nilai sosial budaya
penduduk di wilayah zona merah pada saat dan setelah terjadi bencana alam
letuusan Gunung Sinabung di tahun 2013, dan untuk mengetahui antisipasi
sosial dan ikatan sosial budaya penduduk di wilayah zona merah dalam
menghadapi bencana alam atau musibah pada saat yang akan datang. Metode
yang digunakan adalah metode yang digunakan adalah etnografi, dengan
mengetengahkan kondisi-kondisi yang ditemukan dilapangan dengan apa
adanya. Adapun hasil penelitian ini adalah solidaritas dan ikatan nilai sosial
budaya penduduk wilayah zona merah sebelum terjadi bencana alam letusan
Gunung Sinabung masih memiiki tali ikatan persaudaraan intim, dan setelah
terjadi bencana alam kondisi solidaritas masyarakat menjadi masyarakat
pesimis dan sering berprasangka buruk kepada warga lainya. Adapun
9

perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada hasil
yang akan di peroleh, kalau penelitian di atas hasilnya berupa gambaraan
tentang ikatan sosial masyarakat sebelum dan sesudah terjadi bencana
gunungapi, sedangkan penelitan yang akan dilakukan adalah
menghubungkan antara kebudayaan lokal dengan kapasitas masyarakat
dalam menghadapi aktivitas gunungapi.
Lucky Zamzami dan Hendrawati, 2011, dengan judul penelitian
Kearifan Budaya Lokal Masyarakat Maritim untuk Upaya Mitigasi Bencana
di Sumatra Barat. Tujuan dalam penelitian adalah mendiskripsikan
karakteristik kebencanaan dan potensi kearifan budaya lokal masyarakat
pesisir pantai berkaitan dengan mitigasi bencana dan untuk menganalisis
pemahaman masyarakat pesisir pantai di daerah rawan bencana dan
penanggulangannya, dengan menggunakan metode penelitian dan
pendekatan penelitian kualitatif yang memusatkan perhatian pada prinsip-
prinsip umum yang mendasari perwujudan satu-satunya gejala yang ada
dalam kehidupan sosial, hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah rasio
bencana di lokasi penelitian cukup tinggi dan bervariasi, terlebih lagi
kerentanan penduduknya juga tinggi, dilihat dari kedekatan dengan sumber
bencana, struktur demografi yang padat dan usia non-produktif tinggi,
kualitas bangunan redah, tingkat pemahaman dengan bencana rendah.
Dengan kondisi yang seperti itu masyarakat mampu mengupayakan mitigasi
bencana berdasarkan potensi kearifan lokal, terlebih dengan adanya makam
Syeh Burhanuddin yang dianggap dan diyakini oleh masyarakat dapat
menolak segala bencana. Beberapa adat istiadat yang di lakukan oleh warga
adalah berzikir dimakam dan tepi pantai dan upacara Tabuik sebagai tanda
bersyukur kepada Allah SWT. Perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada penelitian ini lokasi yanag
diambil adalah Sumatra Barat dengan kondisi lingkungan maritim sedangkan
penelitian yang baru ini berlokasi di Blitar dengan kondisi alam pegunungan
atau di kaki gungapi.
10

Widya Wulandari, 2013, dengan judul Mitos dalam Upacara


Masyarakat Madura di Muncar, Banyuwangi: Kajian Etnografi.
Mendeskripsikan mitos upacara Petik Laut pada masyarakat Madura di
Muncar Banyuwangi, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan nilai budaya yang terdapat dalam ritual yang berkaitan
dengan mitos pada upacara Petik Laut masyarakat Madura di Muncar
Banyuwangi, mendeskripsikan fungsi mitos terhadap upacara Petik Laut bagi
masyarakat Madura di Muncar Banyuwangi dan mendeskripsikan pengaruh
mitos upacara Petik Laut terhadap kehidupan masyarakat Madura di Muncar
Banyuwangi, penelitian ini menggunakan metode etnografi. Hasil penelitian
ini mendeskripsikan cerita Nyi Roro Kidhul, ritual upacara Petik Laut yang
dipercaya sebagai persembahan terhadap Nyi Roro Kidhul. Nilai budaya yang
terkandung dalam ritual yang berkaitan dengan mitos upacara Petik Laut di
Muncar yakni (1) nilai kepribadian; (2) nilai religiusitas; (3) nilai sosial.
Fungsi dari adanya mitos terdapat diantaranya menyadarkan manusia bahwa
ada: (1) kekuatan-kekuatan gaib (2) menjadi jaminan masa kini (3) memberi
pengetahuan tentang dunia; (4) sebagai sarana pendidikan. Pengaruh mitos
terhadap masyarakat terwujud dalam (1) bentuk aturan yang tidak boleh
dilanggar; (2) pengaruh yang mengakibatkan suatu kebaikan. Terdapat
perbedaan hasil dari penelitian di atas dengan penelitiaan yang akan peneliti
lakukan yakni kalau pada penelitian ini mendeskripsikan tentang kebudayaan
orang-orang yang ada di pesisir pantai, sedangkan penelitian yang peneliti
lakukan nanti untuk mendiskripsikan kebudayaan masyarakat pegunungan
dan pengaruhnya terhadap kapasitas masyarakat dalam menghadapi erupsi
Gunungapi Kelud.
Berikut ini tabel 1. 2. menunjukkan ringkasan dari beberapa penelitian
sebelumnya yang terkait degan penelitian ini.
11

Tabel 1. 2. Ringkasan Penelitian Sebelumnya


Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil

Febrian Natalia Dampak Sosial 1. Untuk mengetahui solidaritas Metode yang di Solidaritas dan ikatan nilai sosial
BR Taringan, Budaya Letusan dan ikatan nilai sosial budaya gunakan adalah budaya penduduk wilayah zona
2015 Gunung Sinabung penduduk di wilayah zona etnografi, dengan merah sebelum terjadi bencana alam
di Wilayah Zona merah sebenum terjadi menetengahkan letusan Gunung Sinabung masih
Merah bencana alam letusan Gunung kondisi-kondisi yang memiiki tali ikatan persaudaraan
Sinabung. ditemukan intim, dan setelah terjadi bencana
2. Untuk mengetahui solidaritas dilapangan dengan alam kondisi solideritas masyarakat
dan ikatan nilai soaial budaya apa adanya. menjadi masyarakat pesimis dan
penduduk di wilayah zona sering berprasangka buruk kepada
merah pada saat dan setelah warga lainya.
terjadi bencana alam letuusan
Gunung Sinabung di tahun
2013.
3. Untuk mengetahui antisiapsi
sosial dan ikatan sosial
budaya penduduk di wilayah
zona merah dalam
menghadapi bencana alam
atau musibah pada saat yang
akan datang.
12

Lucky Zamzami Kearifan Budaya 1. Untuk mendiskripsikan Penelitian ini Rasio bencana di lokasi penelitian
dan Hendrawati, Lokal Masyarakat karakteristik kebencanaan dan mengunakan cukup tinggi dan bervariasi, terlebih
2011 Maritim untuk potensi kearifan budaya lokal pendekatan lagi kerentanan penduduknya juga
Upaya Mitigasi masyarakat pesisir pantai penelitian kualitatif tinggi, dilihat dari kedekatan dengan
Bencana di berkaitan dengan mitigasi yang memusatkan sumber bencana, struktur demografi
Sumatra Barat. bencana dan untuk perhatian pada yang padat dan usia non-produktif
menganalisis pemahaman prinsip-prinsip tinggi, kualitas bangunan redah,
masyarakat pesisir pantai di umumysng tingkat pemahama dengan bencaana
daerah rawan bencana dan mendasari rendah. Walau dengan kondisi yang
penanggulangannya. perwujudan satu- seperti itu masyarakat mampu
satunya gejala yang mengupayakan mitigasi bencana
ada dalam berdasarkan potensi kearifan lokal,
kehidupan sosial. terlebih dengan adanya makam Syeh
Burhanuddin yang di anggap dan di
yakini oleh masyarakat dapat
menolak segala bencana. Beberapa
adat istiadat yang di lakukan oleh
warga adalah berzikir dimakam dan
tepi pantai dan upacara Tabuik
sebagai tanda bersyukur kepada Allah
SWT.
13

Widya Mitos dalam 1. Mendeskripsikan mitos Jenis penelitian Hasil penelitian ini mendeskripsikan
Wulandari, 2013 Upacara upacara Petik Laut pada kualitatif denagn (1) cerita Nyi Roro Kidhul; (2) ritual
Masyarakat masyarakat Madura di metode Etnografi upacara Petik Laut yang dipercaya
Madura di Muncar Muncar Banyuwangi. sebagai persembahan terhadap Nyi
Banyuwangi: 2. Mendeskripsikan nilai budaya Roro Kidhul. Nilai budaya yang
Kajian Etnografi yang terdapat dalam ritual terkandung dalam ritual yang
yang berkaitan dengan mitos berkaitan dengan mitos upacara Petik
pada upacara Petik Laut Laut di Muncar yakni (1) nilai
masyarakat Madura di kepribadian; nilai religiusitas; (3)
Muncar Banyuwangi. nilai sosial. Fungsi dari adanya mitos
3. Mendeskripsikan fungsi mitos terdapat diantaranya menyadarkan
terhadap upacara Petik Laut manusia bahwa ada: (1) kekuatan-
bagi masyarakat Madura di kekuatan gaib (2) menjadi jaminan
Muncar Banyuwangi. masa kini (3)memberi pengetahuan
4. Mendeskripsikan pengaruh tentang dunia; (4) sebagai sarana
mitos upacara Petik Laut pendidikan. Pengaruh mitos terhadap
terhadap kehidupan masyarakat terwujud dalam (1)
masyarakat Madura di bentuk aturan yang tidak boleh
Muncar Banyuwangi. dilanggar; (2) pengaruh yang
mengakibatkan suatu kebaikan.
14

Yusuf Mohamad Kajian Etnografi di 1. Untuk Jenis penelitian Hasil dari penelitiaan ini
mengetahui
Ibrahim, 2018 Wilayah kualitatif denagn menunjukan kearifan lokal yang ada
kebudayaan yang di lokasi penelitian diantaranya
Terdampak berkembang di masyarakat
pendekatan
berupa kerukunan, sistem
Bencana Etnografi
dari sudut pandang ilmu pengetahuan, dan sistem religi ketiga
Gunungapi Kelud etnografi di lokasi penelitian. nilai-nilai luhur ini peneliti peroleh
Kecamatan dari beberapa tradisi, kelompok
2. Mengetahui bagaimana
Nglegok, pengaruh kebudayaan lokal masyarakat, dan aliraan kepercayaan
Kabupaten Blitar diantaranya adalah Pirukunan Purwo
terhadap kapasitas
Ayu Margi Utamo, Manungaling
masyarakat dalam Kawulo Gusti, Sirep Kayon,
menghadapi bencana Suwakarsa Lembu Suro, Kalap,
khususnya bencana alam dari Larung Sesaji, kenduri, dan
Gunung Kelud dilkokasi Suronan. Pengaruh kearifan lokal
penelitian. terhadap kapasitas masyarakat
yang ada di lokasi penelitian yang
berperan sebelum terjadinya bencana
berupa sistem pengetahuan, yakni
berupa peringatan dini, ini
menjadikan masyarakat sekitar
terdampak bencana bisa lebih
antisipasi dalam menghadapi sebuah
bencana yang akan terjadi, sistem
religi yang mana sifatnya adalah
memberikan ketenangan batin kepada
para pengikutnya, yang mana dengan
ketenangan batin ini menjadikan
masyarakat, apabila terjadi bencana
15

dapat lebih berfikir dengan jernih dan


rasional dalam mengambil sebuah
keputusan, dan peneliti juga
menemukan sebuah kearifan lokal
yang berperan aktif saat terjadinya
bencana dan paska terjadinya bencana
yakni kerukunan, pokok ajaran ini
adah tentang kerukunan, salah satu
bentuk pengaplikasian kerukunan
adalah saling bergotong royong
dengan sesama.
16

1.6 Kerangka Penelitian


Kearifan lokal masyarakat adalah bentuk cerminan dari pelestarian
sumberdaya yang lestari, dalam perkembanganya tiap daerah bentuk dari
kearifan lokalnya akan berbeda-beda sesuai dengan apa yang di hadapinya.
Erupsi Gunungapi Kelud adalah sebuah fenomena alam yang akan berdampak
kepada lingkunga sekitarnya dan juga kepada manusia, dari sekian banyak
kearifan lokal yang ada di lokasi penelitian ada dianaranya kearifan lokal yang
berhubungan dengan aktifitas Gunung Kelud, dan kearifan lokal ini dapat
dijadikan juga sebagai parameter dari kapasitas masyarakat di lokasi
terdampak bencana alam.

Masyarakat

Nama-Nama
Pengetahuan
Kearifan Lokal Kearifan Lokal
Tradisional

Bentuk-bentuk
Kearifan Lokal

Ada Keterkaitan dengan


Tidak Ada Keterkaitan
dengan Aktivitas Gunungapi Aktivitas Gunungapi

Tidak Berperan dalam Berperan dalam


Kapasitas Masyarakat Kapasitas Masyarakat
menghadapi erupsi gunngapi menghadapi erupsi
gunngapi
Gambar 1. 1. Diagram Alir Kerangka Penelitian
Sumber: Penulis
17

1.7 Batasan Operasional


Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat setempat antara lain untuk melindungi dan mengelola
lingkungan hidup dan sumber daya alam secara lestari (peraturan
menteri lingkungan hidup dan kehutanan republik indonesia nomor
P.34/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2017).

Etnografi adalah salah satu dari cabang ilmu antropologi yang mempelajari
tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di
muka bumi (KBBI). Dan dalam bukunya Spradley, 2007 menyataakan
bahwa etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa
yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan.

Bencana alam adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (UU BNPB, 2007).

Erupsi Gunungapi merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal


dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan Gunungapi dapat berupa awan
panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun,
tsunami dan banjir lahar (UU BNPB, 2007).

Kapasitas Masyarakat adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk


melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana (PERKA BNPB, 2012).

Anda mungkin juga menyukai