BAB I
PENDAHULUAN
2. Bagi pemerintah setemapat, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan
dalam pengembangan daerah yang sesuai dengan potensi (keaarifan lokal)
yang ada di daerah tersebut
4. Bagi masyarakat lokal, hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk
renungan betapa pentingnya untuk pelestarian kebudayaan lokal
6. Bagi para peneliti yang lain, yang iningn melanjutkan penelitian ini, hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penelitian-
penelitian yang lainnya.
c. Bencana Alam
Fenomena alam yang ada sangatlah beragam diantaranya adalah
fenomena bencana alam, bencana adalah sesuatu yang menyebabkan atau
menimbulkan kesusakan, kerugian, atau penderitaan, kecelakaan, bahaya
(KBBI), bencana dari sudut pandang Badan Nasional Pengangulangan
Bencana (UU BNPB, 2007) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non
alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis. Sesuai pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa bencana
itu ada dua, bencana sosial dan bencana alam bencana sosial adalah
serangkaian bencana yang diakibatkan fenomena-fenomena sosial,
sedangkan bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor (PERKA BNPB, 2012).
d. Erupsi Gunungapi
Letusan Gunungapi merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang
dikenal dengan istilah erupsi. Sebelum terjadi erupsi gunungapi pasti
diawali dengan gempa vulkanik. Bahaya letusan gunungapi dapat berupa
awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun,
tsunami dan banjir lahar (PERKA BNPB 2012) yang mana dampak erupsi
ini dapat dirasakan secara langsung atau tidak secara langsung dan akan
mengakibatkan kerugian yang sangat banyak baik kerugian fisik maupun
kerugian sosial, tapi dibalik kerugian itu semua akan menciptakan bentuk
adaptasi masyarakat dalam melakukan aktivitas kesehariananya.
8
e. Kapasitas masyarakat
Salah satu cara untuk memperkecil nilai dari resiko bencana adalah
dengan memperkecil nilai kerentanan dan meningkatkan nilai kapsitas
masyarakat. Kapasitas adalah kemampuan daerah dan masyarakat untuk
melakukan tindakan pengurangan Tingkat Ancaman dan Tingkat
Kerugian akibat bencana (PERKA BNPB, 2012). Salah satu bentuk dari
kapasitas masyarakat adalah kearifan lokal yang mana dalam kearifan
lokal ini memiliki nilai-nilai luhur yang diturunkan dari generasi ke
genarasi untuk pengelolaan lingkungan hidup secara lestari.
perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada hasil
yang akan di peroleh, kalau penelitian di atas hasilnya berupa gambaraan
tentang ikatan sosial masyarakat sebelum dan sesudah terjadi bencana
gunungapi, sedangkan penelitan yang akan dilakukan adalah
menghubungkan antara kebudayaan lokal dengan kapasitas masyarakat
dalam menghadapi aktivitas gunungapi.
Lucky Zamzami dan Hendrawati, 2011, dengan judul penelitian
Kearifan Budaya Lokal Masyarakat Maritim untuk Upaya Mitigasi Bencana
di Sumatra Barat. Tujuan dalam penelitian adalah mendiskripsikan
karakteristik kebencanaan dan potensi kearifan budaya lokal masyarakat
pesisir pantai berkaitan dengan mitigasi bencana dan untuk menganalisis
pemahaman masyarakat pesisir pantai di daerah rawan bencana dan
penanggulangannya, dengan menggunakan metode penelitian dan
pendekatan penelitian kualitatif yang memusatkan perhatian pada prinsip-
prinsip umum yang mendasari perwujudan satu-satunya gejala yang ada
dalam kehidupan sosial, hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah rasio
bencana di lokasi penelitian cukup tinggi dan bervariasi, terlebih lagi
kerentanan penduduknya juga tinggi, dilihat dari kedekatan dengan sumber
bencana, struktur demografi yang padat dan usia non-produktif tinggi,
kualitas bangunan redah, tingkat pemahaman dengan bencana rendah.
Dengan kondisi yang seperti itu masyarakat mampu mengupayakan mitigasi
bencana berdasarkan potensi kearifan lokal, terlebih dengan adanya makam
Syeh Burhanuddin yang dianggap dan diyakini oleh masyarakat dapat
menolak segala bencana. Beberapa adat istiadat yang di lakukan oleh warga
adalah berzikir dimakam dan tepi pantai dan upacara Tabuik sebagai tanda
bersyukur kepada Allah SWT. Perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada penelitian ini lokasi yanag
diambil adalah Sumatra Barat dengan kondisi lingkungan maritim sedangkan
penelitian yang baru ini berlokasi di Blitar dengan kondisi alam pegunungan
atau di kaki gungapi.
10
Febrian Natalia Dampak Sosial 1. Untuk mengetahui solidaritas Metode yang di Solidaritas dan ikatan nilai sosial
BR Taringan, Budaya Letusan dan ikatan nilai sosial budaya gunakan adalah budaya penduduk wilayah zona
2015 Gunung Sinabung penduduk di wilayah zona etnografi, dengan merah sebelum terjadi bencana alam
di Wilayah Zona merah sebenum terjadi menetengahkan letusan Gunung Sinabung masih
Merah bencana alam letusan Gunung kondisi-kondisi yang memiiki tali ikatan persaudaraan
Sinabung. ditemukan intim, dan setelah terjadi bencana
2. Untuk mengetahui solidaritas dilapangan dengan alam kondisi solideritas masyarakat
dan ikatan nilai soaial budaya apa adanya. menjadi masyarakat pesimis dan
penduduk di wilayah zona sering berprasangka buruk kepada
merah pada saat dan setelah warga lainya.
terjadi bencana alam letuusan
Gunung Sinabung di tahun
2013.
3. Untuk mengetahui antisiapsi
sosial dan ikatan sosial
budaya penduduk di wilayah
zona merah dalam
menghadapi bencana alam
atau musibah pada saat yang
akan datang.
12
Lucky Zamzami Kearifan Budaya 1. Untuk mendiskripsikan Penelitian ini Rasio bencana di lokasi penelitian
dan Hendrawati, Lokal Masyarakat karakteristik kebencanaan dan mengunakan cukup tinggi dan bervariasi, terlebih
2011 Maritim untuk potensi kearifan budaya lokal pendekatan lagi kerentanan penduduknya juga
Upaya Mitigasi masyarakat pesisir pantai penelitian kualitatif tinggi, dilihat dari kedekatan dengan
Bencana di berkaitan dengan mitigasi yang memusatkan sumber bencana, struktur demografi
Sumatra Barat. bencana dan untuk perhatian pada yang padat dan usia non-produktif
menganalisis pemahaman prinsip-prinsip tinggi, kualitas bangunan redah,
masyarakat pesisir pantai di umumysng tingkat pemahama dengan bencaana
daerah rawan bencana dan mendasari rendah. Walau dengan kondisi yang
penanggulangannya. perwujudan satu- seperti itu masyarakat mampu
satunya gejala yang mengupayakan mitigasi bencana
ada dalam berdasarkan potensi kearifan lokal,
kehidupan sosial. terlebih dengan adanya makam Syeh
Burhanuddin yang di anggap dan di
yakini oleh masyarakat dapat
menolak segala bencana. Beberapa
adat istiadat yang di lakukan oleh
warga adalah berzikir dimakam dan
tepi pantai dan upacara Tabuik
sebagai tanda bersyukur kepada Allah
SWT.
13
Widya Mitos dalam 1. Mendeskripsikan mitos Jenis penelitian Hasil penelitian ini mendeskripsikan
Wulandari, 2013 Upacara upacara Petik Laut pada kualitatif denagn (1) cerita Nyi Roro Kidhul; (2) ritual
Masyarakat masyarakat Madura di metode Etnografi upacara Petik Laut yang dipercaya
Madura di Muncar Muncar Banyuwangi. sebagai persembahan terhadap Nyi
Banyuwangi: 2. Mendeskripsikan nilai budaya Roro Kidhul. Nilai budaya yang
Kajian Etnografi yang terdapat dalam ritual terkandung dalam ritual yang
yang berkaitan dengan mitos berkaitan dengan mitos upacara Petik
pada upacara Petik Laut Laut di Muncar yakni (1) nilai
masyarakat Madura di kepribadian; nilai religiusitas; (3)
Muncar Banyuwangi. nilai sosial. Fungsi dari adanya mitos
3. Mendeskripsikan fungsi mitos terdapat diantaranya menyadarkan
terhadap upacara Petik Laut manusia bahwa ada: (1) kekuatan-
bagi masyarakat Madura di kekuatan gaib (2) menjadi jaminan
Muncar Banyuwangi. masa kini (3)memberi pengetahuan
4. Mendeskripsikan pengaruh tentang dunia; (4) sebagai sarana
mitos upacara Petik Laut pendidikan. Pengaruh mitos terhadap
terhadap kehidupan masyarakat terwujud dalam (1)
masyarakat Madura di bentuk aturan yang tidak boleh
Muncar Banyuwangi. dilanggar; (2) pengaruh yang
mengakibatkan suatu kebaikan.
14
Yusuf Mohamad Kajian Etnografi di 1. Untuk Jenis penelitian Hasil dari penelitiaan ini
mengetahui
Ibrahim, 2018 Wilayah kualitatif denagn menunjukan kearifan lokal yang ada
kebudayaan yang di lokasi penelitian diantaranya
Terdampak berkembang di masyarakat
pendekatan
berupa kerukunan, sistem
Bencana Etnografi
dari sudut pandang ilmu pengetahuan, dan sistem religi ketiga
Gunungapi Kelud etnografi di lokasi penelitian. nilai-nilai luhur ini peneliti peroleh
Kecamatan dari beberapa tradisi, kelompok
2. Mengetahui bagaimana
Nglegok, pengaruh kebudayaan lokal masyarakat, dan aliraan kepercayaan
Kabupaten Blitar diantaranya adalah Pirukunan Purwo
terhadap kapasitas
Ayu Margi Utamo, Manungaling
masyarakat dalam Kawulo Gusti, Sirep Kayon,
menghadapi bencana Suwakarsa Lembu Suro, Kalap,
khususnya bencana alam dari Larung Sesaji, kenduri, dan
Gunung Kelud dilkokasi Suronan. Pengaruh kearifan lokal
penelitian. terhadap kapasitas masyarakat
yang ada di lokasi penelitian yang
berperan sebelum terjadinya bencana
berupa sistem pengetahuan, yakni
berupa peringatan dini, ini
menjadikan masyarakat sekitar
terdampak bencana bisa lebih
antisipasi dalam menghadapi sebuah
bencana yang akan terjadi, sistem
religi yang mana sifatnya adalah
memberikan ketenangan batin kepada
para pengikutnya, yang mana dengan
ketenangan batin ini menjadikan
masyarakat, apabila terjadi bencana
15
Masyarakat
Nama-Nama
Pengetahuan
Kearifan Lokal Kearifan Lokal
Tradisional
Bentuk-bentuk
Kearifan Lokal
Etnografi adalah salah satu dari cabang ilmu antropologi yang mempelajari
tentang pelukisan kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup tersebar di
muka bumi (KBBI). Dan dalam bukunya Spradley, 2007 menyataakan
bahwa etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa
yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan.