DISUSUN OLEH :
Rosalina Alvia(19045040)
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Nofrion, M. Pd
b. Lokal Genius
Istilah logal genius pertama kali dikenalkan oleh Quaritch Wales, yang dijelaskan
sebagai “the sum of the cultural characteristics which the vast majority of people have in
common as a result of their experience in early life”, (keseluruhkan cirri-ciri kebudayaan
yang dimiliki bersama oleh masyarakat atau bangsa sebagai hasil pengalaman mereka di
masa lampau). Menurut ia local genius adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam
menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan.
Akibatnya terjadilah suatu proses akulturasi, di mana kebudayaan setempat menerima
pengaruh kebudayaan asing. Sehingga pengertian ini diperoleh dari pengamatannya atas
hubungan yang terjadi pada waktu kebudayaan Indonesia menerima pengaruh dari
kebudayaan India.(Quaritch Wales)
Paraantropolog membahas secara panjang lebar pengertian local genius
ini(lihatAyatrohaedi, 1986). Antara lain Haryati Soebadio mengatakan bahwalocalgenius
adalah juga cultural identity, identitas/kepribadian budaya bangsayangmenyebabkan
bangsa tersebut mampu menyerap dan mengolah kebudayaanasingsesuai watak dan
kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986:18-19).
4. Bentuk dan contoh Kearifan Lokal (Minimal 25 buah, dikutip dari buku atau artikel
dari jurnal nasional)
No Nama Kearifan Lokal Deskripsi singkat Lokasi/Daerah
1. Sasi Sasi adalah sebuah adat Maluku Maluku
yang diwariskan oleh nenek
moyang sejak berabad-abad lalu.
Adat ini membuat masyarakat
Maluku menjaga alam sekitarnya
agar tetap lestari. Adat Sasi
merupakan perintah larangan
untuk mengambil hasil alam,
baik hasil pertanian maupun
hasil kelautan sebelum waktu
yang ditentukan (Putri
Puspita,2017).
2. Tembawai Tembawai adalah hutan rakyat Dayak Iban-
yang dikembangkan oleh Kalimantan Barat
masyarakat Dayak Iban di
Kalbar (kalimantan barat), yang
di dalamnya terdapat tanaman
produktif contohnya durian.
(Aini, Yasri Syarifatul, 2017).
3. Hompongan Hompongan adalah hutan Orang Rimba-
belukar yang menutupi kawasan Jambi
inti pemukiman Orang Rimba di
kawasan Taman Nasional Bukit
Dua Belas, Jambi) yang sengaja
dijaga keberadaannya yang
berguna sebagai benteng
pertahanan dari pihak luar.(Waril
Budaya, 2017).
4. Awig-Awig Awig-Awig adalah aturan adat Lombok Barat dan
yang harus ditaati setiap warga Bali
masyarakat Lombok Barat dan
Bali serta sebagai pedoman
dalam bersikap dan bertindak
khususnya dalam berinteraksi
dan mengelola sumber daya
alam dan lingkungan.(Surpha,
2002)
5. Repong Damar Repong Damar atau Hutan Krui-Lampung
Damar, adalah model Barat
pengelolaan lahan bekas lading
dalam bentuk wanatani yang
dikembangkan oleh masyarakat
Krui di Lampung Barat, yakni
menanami lahan bekas lading
dengan berbagai macam
tanaman, antara lain Damar,karet
dan durian(Oyos Saroso H.N,
2014).
6. Kapamalian Pamali merupakan tradisi lisan Banjar-Kalimantan
yang berkembang dan dimiliki Barat
oleh masyarakat Banjar di
Kalimantan Selatan. Pamali
hidup dan berkembang di
masyarakat Banjar karena di
dalam ia menggambarkan
konstruksi, ciri khas, dan budaya
masyarakat Banjar. Pamali dapat
memberitahukan bagaimana
kehidupan dan pandangan
masyarakat Banjar tentang
pendidikan, budaya, kebiasaan,
ekonomi, dan agama..( Hatmiati
Masy’ud, 2018)
7. Moposad dan Moduduran Moposad dan Moduduran Sulawesi Selatan
merupakan pranata tolong
menolong yang penting untuk
menjaga keserasian lingkungan
sosial.
Kearifan lokal ini mencerminkan
nilai-nilai pancasila sila ke-3
Persatuan Indonesia yang
dimana terdapat keterangan
bahwa dalam MOPOSAD Dan
MODUDURAN adanya tolong
menolong. Jadi dengan adanya
tolong menolong sudah
mencerminkan pada sila ke-3
yaitu persatuan.
8. Undang Undang Simbur Kitab Simbur Cahaya Lahat-Sumatera
Cahaya merupakan kitab undang-undang Selatan
hukum adat, yang merupakan
perpaduan antara hukum adat
yang berkembang secara lisan di
pedalaman Sumatra Selatan,
dengan ajaran Islam. ... Kitab
Simbur Cahaya, ditulis oleh Ratu
Sinuhun yang merupakan isteri
penguasa Palembang, Pangeran
Sido Ing Kenayan (1636 - 1642
M).ss
9. Ilmu Pikukuh Pikukuh bagi masyarakat Baduy Sumatera Selatan
di Banten adalah aturan yang
harus ditaati oleh warganya dan
oleh pengunjung yang datang.
Aturan itu antara lain, dalam
pertanian dilarang menggunakan
teknologi kimia seperti pupuk
buatan dan racun pemberantas
hama. Penduduk juga dilarang
menubai atau meracuni ikan di
sungai, mandi memakai sabun,
gosok gigi dengan pasta gigi,
membuang kotoran di
sembarang tempat, dan lain
sebagainya. Pikukuh membuat
masyarakat Baduy hidup
berdampingan dengan alam.
Mereka tidak mau mencemari
alam dan berusaha menjaga
kebersihan serta kemurnian
alamnya.(Shandy Pradana)
10. Rimba Kepungan Sialang Masyarakat Melayu mengenal Melayu-Riau
pembagian hutan tanah yang
terdiri dari 3 bagian, tanah
perladangan, rimba larangan,
rimba simpanan [hak ulayat] dan
rimba kepungan sialang, Mereka
hidup di tengah rimba yang
banyak ditumbuhi pohon sialang.
Bagaimana penduduk
memanfaatkan hutan untuk
memenuhi keperluan mereka
sehari-hari, menjadi masalah
pokok dalam buku ini.
Dalam buku ini diuraikan
tentang kehidupan sehari-hari
masyarakat Petalangan. Cara-
cara mereka memperlakukan
rimba, mengolah hasilnya,
kemudian memanfaatkannya
bersama sesuai ketentuan adat.
Di pihak lain, hutan dan rimba
itu sendiri memerlukan
pelestarian karena menjadi
sumber kehidupan mereka.
Dalam buku ini, masyarakat
Petalangan ditinjau dari sudut,
sosiologi, ekonomi dan budaya.(
UU Hamidy,1987).
11. Cingcowong Cingcowong merupakan upacara Sunda / Jawa Barat
untuk meminta hujan, tradisi
Cingcowong ini dilakukan turun
temurun oleh masyarakat
Luragung guna untuk
melestarikan budaya serta
menunjukan bagaimana suatu
permintaan kepada yang Maha
Kuasa apabila tanpa adanya
patuh terhadap perintah sang
maha kuasa.( Lina Marliana
Hidaya,2015)
12. Bebie Bebie Merupakan tradisi Muara Enim –
menanam dan memanen padi Sumatera Selatan
secara bersama-sama dengan
tujuan agar pemanenan padi
cepat selesai, dan setelah panen
selesai akan diadakan perayaan
sebagai bentuk rasa syukur atas
panen yang sukses.( Stefanie
christy)
13. Ogoh-ogoh menjelang Ogoh-ogoh merupakan karya Bali
Hari Raya Nyepi seni berupa patung dalam
kebudayaan Bali yang umumnya
menggambarkan kepribadian
bhuta kala (mahkluk alam
bawah dalam kepercayaan
Hindu). Ogoh-ogoh merupakan
salah satu kearifan lokal yang
masih hingga kini dilakukan di
Bali, biasanya di tandu, pawai
atau dipentaskan berkeliling kota
ataupun desa.
5. Kearifan lokal di Sumatera Barat (Minimal 5, dikutip dari buku atau artikel pada
jurnal nasional)
6. Nilai-Nilai Adat Minangkabau yang Terkait dengan Pemanfaatan Sumber Daya dan
Hubungan Sosial.
Orang Minangkabau menjadikan alam sebagai guru, sebagaimana yang dikatakan dalam
mamangan adatnya sebagai berikut:
Alam Minangkabau yang indah, bergunung-gunung, berlembah, berlaut dan berdanau, kaya
dengan flora dan fauna telah memberi inspirasi kepada masyarakatnya. Mamangan, petatah,
petitih, ungkapan-ungkapan adatnya tidak terlepas dari pada alam. Alam mempunyai
kedudukan dan pengaruh penting dalam adat Minangkabau, ternyata dari fatwa adat sendiri
yang menyatakan bahwa alam hendaklah dijadikan guru.
Dalam hidup bermasyarakat, orang Minangkabau menjunjung tinggi nilai egaliter atau
kebersamaan. Nilai ini dinyatakan mereka dengan ungkapan “duduak samo randah, tagak
samo tinggi” (duduk sama rendah, berdiri sama tinggi). Dalam kegiatan yang menyangkut
kepentingan umum sifat komunal dan kolektif mereka sangat menonjol. Mereka sangat
menjunjung tinggi musyawarah dan mufakat. Hasil permufakatan merupakan otoritas yang
tertinggi. Hal ini dinyatakan oleh orang Minangkabau dengan ungkapan :
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo ka mufakat
Mufakat barajo ka alua
Alua barajo ka patuik jo mungkin
Patuik jo mungkin barajo kanan bana
Bana badiri sandirinyo (itulah nan manjadi rajo)
Kekuasaan yang tertinggi (otoritas) menurut orang Minangkabau bersifat abstrak, yaitu nan
bana (kebenaran). Kebenaran tersebut harus dicari melalui musyawarah yang dibimbing oleh
alur, patut dan mungkin. Penggunaan akal sangat diperlukan oleh orang Minangkabau dan
sangat menilai tinggii manusia yang menggunakan akal. Nilai-nilai yang dibawa oleh islam
mengutamakan akal bagi orang muslim, dan islam melengkapi penggunaan akal dengan
bimbingan iman. Dengan sumber nilai yang bersifat manusiawi disempurnakan dengan nilai
yang diturunkan dalam wahyu, lebih menyempurnakan kehidupan bermasyarakat orang
Minangkabau.