Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rosalina Alvia

Nim : 19045040
Matkul : Filsafat Pendidikan
Prodi : Pendidikan Geografi

Resume materi “KAJIAN TERHADAP ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


(PERENIALISME, ESSENSIALISME, PROGRESSIVISME DAN
REKONSTRUKSIONISME)”

Pengertian
Perenialisme berasal dari kata perennial diartikan sebagai continuing throughout the whole
year atau lasting for a very long time abadi atau kekal dan dapat berarti pula tiada akhir
(Djumransjah, 2006:185). Jadi, esensi filsafat Perennial yakni berpegang teguh pada
nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi (Dinn W, dkk, 2008:4.27).
Aristoteles (384-322 SM), adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya iamereaksi
terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya disebut filsafatrealism (realism
klasik). Cara berfikir Aristoteles berbeda dengan gurunya, Plato, yang menekankan berfikir
rasional spekulatif. Aristoteles mengambil cara berfikir rasional empiris realitas. Ia
mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan alam kehidupan
manusia sehari-hari.
Plato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidakpastian, yaitu
filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral merupakan sofisme adalah manusia
secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian
dalam kebenaran, tergantung pada masing-masing individu.
Thomas Aquina ini mempunyai pandangan bahwa pendidikan adalah menarik atau
menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif dan nyata yang timbul
dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang mendukungnya pada tiap-tiap individu.

Pandangan Ontologi Perenialisme


Ontologi perenialisme terdiri dari pengertian-pengertian seperti benda individual, esensi,
aksiden dan substansi. Secara ontologis, perenialisme membedakan suatu realita dalam
aspek-aspek perwujudannya. Benda individual disini adalah benda sebagaimana
yang tampak di hadapan manusia dan yang ditangkap dengan panca indra seperti batu,
lembu, rumput, orang dalam bentuk, ukuran, warna, dan aktivitas tertentu. Esensi dari suatu
kualitas menjadikan suatu benda itu lebih intrinsik daripada fisiknya, seperti manusia yang
ditinjau dari esensinya adalah makhluk berpikir.

Pengertian
Esensialisme secara umum dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes
terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan Progresivisme serta menolak pandangan
Progresivisme yang mengakui adanya sifat realitas yang serba berubah, fleksibel, dan
partikular. Menurut esensialisme, landasan semacam itu kurang tepat untuk pendidikan, sebab
dapat menimbulkan pandangan pendidikan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang tidak
stabil, bahkan dapat menimbulkan kehilangan arah pendidikan (Djumransjah, 2006:182).
Seharusnya, pendidikan bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan
hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, atau pendidikan yang kembali pada kebudayaan
lama yang menjadi inti peradaban manusia (Dinn W, dkk,2008:4.14).

a. Desiderius Eranu
Berusaha agar kurikulum sekolah bersifat humanis dan bersifat internasional,
sehingga bisa mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
b. Johan Amos Comenius (1592-1670)
Berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan
kehendak Tuhan karena pada hakekatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
c. John Locke. Inggris (1746-1827)
Berpendapat bahwa pendidikan hendaknya sekala dekat dengan situasi dan kondisi.
d. Johann henrich pestalozzi (1827-1946)
Percaya bahwa sifat alam itu tercermin pada manusia dan manusia juga mempunyai
hubungan transendental langsung dengan Tuhannya.

Secara historis, progresivisme ini telah muncul pada abad ke-19, namun perkembangannya
secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20, terutama di negara Amerika Serikat. Bahkan
pemikiran yang dikembangkan aliran ini pun sesungguhnya memiliki benang merah yang
secara tegas dapat dilihat sejak zaman Yunani kuno. Lahirnya filsafat pendidikan
progresivisme, merupakan protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional
yang bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad ke-19 yang
dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia yang sejati.

Rekonstruksionalisme adalah aliran filsafat pendidikan yang memandang pendidikan


sebagai pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah sebagai
tempat utama berlangsungnya pendidikan yang menghendaki anak didik dapat dibangkitkan
kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan
perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan
teknologi (Barnadib, 2013:24).

Anda mungkin juga menyukai