Anda di halaman 1dari 10

i

HUBUNGAN PARAMETER KUALITAS PERAIRAN TERHADAP


KERAPATAN LAMUN DI PERAIRAN DESA KELONG
KECAMATAN BINTAN PESISIR KABUPATEN BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Zarfen, zafren807@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Dr. Febrianti Lestari, S.Si., M.Si.


Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Ir. Linda Waty Zen, M.Sc.


Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember hingga Februari 2017 yang
berlokasi di perairan Desa Kelong Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
dengan pengambilan data secara acak. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara kondisi perairan terhadap kerapatan lamun di Perairan Desa Kelong. Kerapatan
rata-rata sebesar 159 tegakan/m2 , dengan demikian kondisi lamun di perairan Desa
Kelong tergolong rapat. Parameter kualitas perairan yang berhubungan secara positif
adalah salinitas dan arus. Sedangkan suhu, kekeruhan , pH, DO, dan TSS berhubungan
negatif. Pada nilai koeffisien korelasi sebesar 0,37 kualitas perairan mempengaruhi
kerapatan lamun.

Kata kunci: Kualitas air, Kerapatan Lamun, Desa Kelong


ii

WATER QUALITY PARAMETERS RELATIONSHIP TO THE DENSITY OF


SEAGRASS IN THE KELONG VILLAGE DISTRICT OF
BINTAN REGENCY RIAU ARCHIPELAGI PROVINCE

Zarfen, zafren807@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Dr. Febrianti Lestari, S.Si., M.Si.


Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

Ir. Linda Waty Zen, M.Sc.


Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRACT
This research was conducted in December 2017 up to February 2017, located
in the waters of Kelong Village District of Bintan, Riau Archipelago province. This
study using purposive sampling method with random data retrieval. This study was to
determine the relationship between the condition of the waters to the density of seagrass
in the waters of the Kelong village. The average density of 159 ind/m2. Water quality
parameters that correlate positively are salinity and currents. As for temperature,
turbidity, pH, DO, and TSS is a negatively related. On the value of the correlation
coefficient of 0.37 the water quality affects the density of seagrass.

Keywords: Water quality, density of Seagrass, Kelong Village


1

sesuai dengan musim yang sedang terjadi,


I. PENDAHULUAN namun selain itu adanya peningkatan aktivitas
sekitar pesisir juga akan mempengaruhi kondisi
Desa Kelong adalah salah satu Desa parameter perairan. Dengan adanya
yang berada di Kecamatan Bintan Pesisir, yang peningkatan aktivitas, memungkinkan
mana sebagian besar masyarakatnya memiliki terjadinya penurunan kondisi perairan yang
ketergantungan yang erat terhadap sumber daya akan juga berdampak pada lamun.
yang ada di tempat tersebut. Adapun potensi Kondisi padang lamun yang terjadi
sumber daya yang ada pada Desa kelong yaitu saat ini belum dapat dianalisis dan dihubungkan
terdapat Hutan Mangrove, Padang Lamun, dengan kondisi perairan untuk rencana
Terumbu Karang dan berbagai sumber daya pengelolaan kawasan padang lamun di perairan
ikan yang ada pada tempat tersebut. Namun Desa Kelong karena belum adanya data terkini
masyarakat pesisir sekitar perairan Desa mengenai hubungan antara kualitas perairan
Kelong banyak yang memanfaatkan area dengan kondisi lamun di peraira tersebut.
padang lamun sebagai area penangkapan biota Sehingga di perlukan kegiatan penelitian untuk
ekonomis penting. menyediakan data terkini yang disertai dengan
Ekosistem lamun menyimpan data-data valid mengenai hubungan kondisi
berbagai fungsi ekologis yang mendukung perairan dengan lamun di perairan Desa Kelong
kehidupan dan pertumbuhan biota-biota sebagai data dasar dalam upaya pengelolaan
akuatik yang bernilai ekonomis maupun biota kawasan perairan Desa Kelong. Berdasarkan
yang tidak menjadi target konsumtif. Menurut kondisi tersebut, maka peneliti tertarik untuk
Kordi (2011) ekosistem lamun memiliki fungsi mengambil judul penelitian yaitu “Hubungan
ekologi diantaranya adalah sebagai habitat, Parameter Kualitas Perairan terhadap
tempat pemijahan (spawning ground), Kerapatan Lamun di Perairan Desa Kelong
pengasuhan (nursery ground), pembesaran Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan
(rearing ground), dan mencari makanan Provinsi Kepulauan Riau”.
(feeding ground) dari berbagai biota. Selain itu
sebagai produsen primer, penangkap sedimen, II. TINJAUAN PUSTAKA
serta pendaur zat hara.
Fungsi dari komunitas lamun sangat Menurut Asriyana dan Yuliana (2012),
penting bagi keberlangsungan hidup biota-biota padang lamun adalah suatu hamparan
akuatik, sehingga kerusakan lamun juga akan ekosistem yang sebagian besar terdiri dari
berdampak pada penurunan komposisi biota- tumbuhan lamun dan dihuni oleh berbagai jenis
biota akuatik yang hidup di habitat lamun. biota seperti bintang laut, rumput laut
Berbagai aktivitas yang terdapat di sekitar (ganggang laut), dan berbagai jenis ikan.
pesisir berupa permukiman, pelabuhan, pabrik- Padang lamun dapat membentuk vegetasi
pabrik skala rumah tangga serta aktivitas tunggal dan dapat juga membentuk vegetasi
penangkapan di area lamun berdampak kurang campuran. Vegetasi tunggal adalah vegetasi
baik bagi kehidupan lamun. Akibatnya luasan yang terdiri dari satu jenis lamun yang
padang lamun terus mengalami penurunan dari membentuk padang lebat (monospesifik),
waktu ke waktu sehingga juga berdampk pada sedangkan vegetasi campuran adalah vegetasi
penurunan komposisi biota-biota yang hidup di yang terdiri dari 2 sampai 12 jenis lamun yang
area padang lamun tersebut. tumbuh bersama–sama dalam satu substrat.
Kesehatan dan pertumbuhan padang Tempat yang banyak ditumbuhi lamun
lamun tentunya tidak terlepas dari kondisi dan membentuk suatu ekosistem dinamakan
parameter perairan yang juga akan ekosistem padang lamun (Asriyana dan
mempengaruhi kehidupan lamun. Parameter Yuliana, 2012). Padang lamun adalah
perairan yang baik tentunya akan sangat hamparan tumbuhan lamun yang menutupi
mendukung kehidupan padang lamun di suatu suatu area pesisir atau laut dangkal yang
perairan. Kondisi perairan dapat berubah ubah terbentuk dari satu jenis lamun atau lebih
2

dengan kerapatan padat atau jarang (Tuwo, 1. Data Sekunder


2011). Tumbuhan lamun umumnya hidup Data sekunder merupakan data yang
dengan membentuk padang lamun yang luas di berupa laporan atau data lain dari hasil tudi atau
dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh kegiatan yang menyajikan kondisi dan letak
cahaya matahari yang memadai bagi geografis, iklim demografi penduduk,sosisal
pertumbuhannya (Hutomo dan Kiswara, 1988 ekonomi dan infrastruktur di lokasi studi.
dalam Tuwo, 2011). Kegiatan pengumpulan data sekunder di
lakukan melalui penelusuran literatur (desk
III. METODE study) bertujuan untuk mendapatkan data-data
sekunder yang di butuhkan dalam studi ini
A. Waktu dan Tempat antara lain melalui penelaahan terhadap
Penelitian ini dilaksanakan pada buku-buku penunjang, laporan studi serta
bulan Desember 2016 hingga Januari 2017 bentuk-bentuk artikel dan jurnal lainnya. Selain
yang berlokasi di perairan Desa Kelong, itu pengumpulan data sekunder juga di
Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan lakukan melalui tinjauan ulang terhadap
Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi penelitian ini publikasi beberapa instasi atau lembaga
dapat dilihat pada Gambar. terkait dengan substansi penelitian.
Selanjutnya data sekunder dilakukan dengan
cara mengumpulkan dokumen-dokumen hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di
sekitar Desa Kelong.

2. Penentuan Stasiun Pengamatan


Lokasi untuk pengamatan ditentukan
dengan cara random sampling yaitu
menentukan lokasi pengamatan dengan
metode pengacakan sehingga mewakili secara
keseluruhan lokasi pengamatan. Penentuan titik
sampling dilakukan dengan menggunakan
software pemetaan yakni visual sampling plan
dengan dasar luasan area sampling.
Gambar. Peta Lokasi Penelitian Berdasarkan luasan area sampling maka
diperoleh sebanyak 31 titik pengamatan.
C. Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam 3. Pengamatan Lamun
penelitian ini adalah metode survei yaitu Untuk ukuran plot yang digunakan
pengamatan langsung ke lapangan terhadap untuk pengamatan lamun mengacu pada
kondisi umum perairan di Desa Kelong, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200
Kecamatan Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan, Tahun 2004. Petak contoh yang digunakan
Provinsi Kepulauan Riau. untuk pengambilan contoh berukuran 50 cm x
50 cm yang masih dibagi-bagi lagi menjadi 25
1. Data Primer sub petak, berukuran 10 cm x 10 cm.
Data Primer di peroleh melalui
pengamatan dan pengukuran di lapangan dan 4. Penanganan Sampel Lamun dan
pengujian sampel di Laboratorium. Data primer Identifikasi Jenis
yang di butuhkan dalam studi ini terdiri dari Setiap jenis yang dijumpai di ambil 1
pengukuran variabel kualitas air dan tegakan lengkap beserta daun, rhizome, serta
vegetasi/komunitas lamun. akarnya, kemudian dibersihkan dan di foto di
atas nampan bersih diserta dengan ukuran
penggaris. Untuk menghindari kerusakan
sampel lamun, sebaiknya proses identifikasi
3

segera dilakukan setelah sampling di lapangan. Y = a + b1X1+b2X2+…+bnXn


Proses identifikasi dilakukan dengan melihat Keterangan:
struktur daun, bentuk daun, bentuk rhizome, Y = kerapatan lamun
tangkai daun, penampakan pinggir daun (halus, a = konstanta
bergerigi), bentuk tulang daun serta diameter b1,b2 = koefisien regresi
rimpang. Kemudian jenis-jenis yang dijumpai X1..Xn = parameter kualitas perairan
di bandingkan dengan pedoman identifikasi
jenis lamun menurut KepMen LH No. 200 A. Pengolahan Data
Tahun 2004 dan referensi lain menurut Azkab
(1999). Hubungan antara kondisi kualitas
perairan dengan kerapatan lamun diuji dengan
E. Analisis Data menggunakan software SPSS Versi 16.0
1. Analisis Kerapatan Jenis Lamun dengan menggunakan analisis regresi linear
Kerapatan jenis lamun dihitung untuk berganda dengan uji koefisien korelasi. Data
masing masing jenis dengan menggunakan data akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan
tegakan jenis menggunakan rumus Brower gambar untuk mempermudah pembacaan data.
(Minerva, 2014) sebagai berikut: Data kualitas perairan akan dibuatkan kisaran
ni dan rata-rata sehingga didapatkan hasil dan di
Di =
A bandingkan dengan Baku Mutu Perairan.
Keterangan: Di = kerapatan jenis Pembahasan data akan menggunakan referensi
(tegakan/m2) jurnal dan buku terkait dengan penelitian ini.
ni = jumlah total tegakan
spesies (tegakan)
A = luas daerah yang IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
disampling (m2)
A. Jenis Lamun yang ditemukan di
2. Analisis Parameter Kualitas perairan Desa Kelong
Perairan Jenis – jenis lamun yang ditemukan di
Parameter kualitas perairan yang perairan desa Kelong terdiri dari 5 jenis yakni
diukur merupakan variabel bebas (X) yang Enhallus accoroides, Thalassia hemprichii,
mempengaruhi lamun. Data kondisi perairan Halophila ovalis, Halodule uninervis, dan
akan dibandingkan dengan baku mutu seperti Cymodocea rotundata.
pada Tabel berikut. Enhallus accoroides merupakan
Tabel. Data kondisi perairan spesies lamun yang termasuk ke dalam family
Baku Variable Hydrocharitaceae dan genus Enhalus. Jenis
Parameter Satuan Mutu
lamun ini memilik ciri yaitu rimpang, daunnya
Kep Men
LH No. yang panjang seperti pita berkisar antara 300-
51 (2004) 1500 mm dan lebar 13-17 berwarna hijau tua
o
Suhu C 28-30 X1 dan memiliki benang atau rambut-rambut kaku
Salinitas Ppm 33-34 X2 yang berwarna hitam. (Dimodifikasi dari Den
Kekeruhan NTU >5 X3
Arus m/s - X4 Hartog 1970 dan Phillips & Menez 1988 dalam
TSS mg/L <20 X5 Kepmen LH No.200 tahun 2004). Dalam
Oksigen terlarut mg/L >5 X6 panduan identifikasi lamun menurut McKenzie
Derajat - 7-8,5 X7 (2003) Enhallus accoroides memiliki ciri yaitu
keasaman
daunnya panjang seperti pita (>30cm) dan
pinggiran daun yang melengkung, rhizomAnya
3. Analisis Hubungan Kualitas Air
tebal dengan rambut hitam panjang.
dengan Kerapatan Lamun
Jenis Thalassia hemprichii memiliki
Analisis Regresi Linear Berganda
bentuk daun seperti pita dan sedikit
digunakan untuk mengukur pengaruh antara
melengkung. Panjang daun mencapai 40 cm
lebih dari satu variabel prediktor (variabel
dan lebar daun 0,4–1 cm. Tekstur pada
bebas) terhadap variabel terikat dengan rumus:
4

pinggiran daun halus, kecuali pada ujung daun


Enhallus accoroides
teksturnya bergerigi dan berbentuk bulat. 4%
Spesies ini memiliki batang yang pendek Thalassia hemprichii
vertikal, pada setiap batang terdapat 2–6 helai 24% 35%
daun dan memiliki rhizoma yang tebal (Shaffai, Cymodocea rotundata
27%
2011).
Jenis Cymodocea rotundata memiliki 10%
Halodule uninervis

bentuk daun seperti pita dan pipih, panjang


Halophila ovalis
helai daun yaitu 7–15 cm dan lebar 0,2–0,4 cm.
Pada daunnya terdapat 9–15 urat daun yang
Gambar. Komposisi Jenis Lamun
membujur, tekstur pada pinggiran daun
Sumber : data primer (2017)
bergerigi, dan pada ujung daun sedikit
berbentuk seperti hati. Cymodocea rotundata
Pada gambar menunjukkan bahwa
memiliki pelepah daun dengan panjang
jenis Enhallus accoroides dengan nilai
berkisar antara 1,5–5,5 cm. Spesies ini
komposisi sebesar 35%, Thalassia hemprichii
memiliki batang yang tegak lurus, pada setiap
dengan nilai komposisi sebesar 10%, Halophila
batang terdapat 2–7 helai daun, memiliki
ovalis dengan nilai komposisi sebesar 4%,
rhizoma yang halus dengan 1–3 cabang
Halodule uninervis dengan nilai komposisi
(Shaffai, 2011).
sebesar 24%, dan Cymodocea rotundata
Jenis Halophila ovalis memiliki
dengan nilai komposisi sebesar 27%. Dengan
bentuk daun oval, dengan panjang 1–4 cm dan
demikian dominan pada jenis lamun Enhallus
lebar 0,5–2 cm. Tekstur pada pinggiran daun
accoroides dan terendah pada jenis lamun
halus, terdapat 10–28 urat daun yang
Halophila ovalis. Tingginya kerapatan jenis
bercabang, dan pada pertengahan daun terdapat
lamun Enhallus accoroides disebabkan karena
bintik–bintik kecil yang berwarna gelap.
struktur tubuh yang lebih kecil dan rapat
Spesies ini memiliki pangkal pelepah dengan
sehingga dalam suatu komunitas lamun jenis ini
panjang 0,4–8 cm, yang tumbuh langsung dari
lebih dominan. Kemudian faktor utama yang
rhizoma, tiap pangkal pelepah terdapat
juga mempengaruhi dominan jenis Enhallus
sepasang helai daun. Halophila ovalis memiliki
accoroides ini adalah faktor substrat yang
rhizoma yang halus, tipis, dan berwarna cerah
halus.
(Shaffai, 2011).
Jenis Halodule uninervis memiliki
2. Kerapatan Lamun per Titik
bentuk daun yang memanjang dan pipih.
Sampling
Panjang daun dapat mencapai 15 cm dan lebar
Kerapatan lamun juga dihitung
daun berkisar 0,05–0,5 cm. Pada setiap helai
masing-masing titik mengetahui nilai
daun terdapat 3 urat daun yang membujur.
kerapatannya untuk semua titik. Hasil analisis
Tekstur pada pinggiran daun halus dan pada
kerapatan untuk setiap titik sampling dapat
ujung daun berbentuk seperti gigi. Spesies ini
dilihat pada Gambar.
memiliki batang yang pendek, tegak vertikal,
dan pada tiap batang terdapat 1–4 helai daun 12
Kerapatan (tegakan/m2)

(Shaffai, 2011). 10
8
B. Komposisi Jenis Lamun di 6
Perairan Desa Kelong 4
1. Komposisi Jenis Lamun 2
Komposisi jenis lamun dilihat 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
berdasarkan jumlah tegakan per jenis yang
Tititk Sampling
terhitung dibandingkan dengan jumlah secara
keseluruhan. Lebih lanjut, komposisi jenis
Gambar. Kerapatan Lamun Per Titik Sampling
lamun dapat dilihat pada gambar.
Sumber : data primer (2017)
5

Gambar diketahui bahwa kerapatan 35°C (Hutomo, 1999 2008 dalam Hasanuddin,
lamun untuk 31 titik sampling berkisar antara 2 2013). Dengan demikian, kondisi suhu perairan
– 11 tegakan/m2 dengan total kerapatan sebesar Desa Kelong masih layak untuk kehidupan
159 tegakan/m2. Menurut Braun-Blanquet ekosistem lamun.
(1965) dalam Haris dan Gosari (2012), skala
kondisi lamun berdasarkan kerapatan b. Salinitas
dikategorikan atas 5 skala, skala 1 untuk lamun Hasil pengukuran salinitas pada setiap
dengan kerapatan < 25 ind/m2 yang termasuk stasiun perairan desa Kelong berkisar 29-31
0
dalam koodisi lamun sangat jarang, skala 2 /00.. Nilai salinitas perairan desa Kelong masih
untuk lamun dengan kerapatan berkisar 25 – 75 sesuai dengan baku mutu yaitu 33-34 0/00
ind/m2 yang termasuk dalam koodisi lamun (KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004). Hutomo
jarang, skala 3 untuk lamun dengan kerapatan (1999) dalam Hasanuddin (2013) menjelaskan
berkisar 75 – 125 ind/m2 yang termasuk dalam bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi
kondisi lamun agak rapat, skala 4 untuk lamun yang berbeda terhadap salinitas, namun
dengan kerapatan berkisar 125 – 175 ind/m2 sebagian besar memiliki kisaran yang lebar
yang termasuk dalam kondisi lamun rapat, yaitu 10-40‰. Nilai salinitas yang optimum
sedangkan skala 5 untuk lamun dengan bagi lamun adalah 35‰. Walaupun spesies
kerapatan > 175 ind/m2 yang termasuk dalam lamun memiliki toleransi terhadap salinitas
kondisi lamun sangat rapat. Dengan demikian yang berbeda-beda, namun sebagian besar
kondisi lamun di perairan Desa Kelong memiliki kisaran yang besar terhadap salinitas
tergolong rapat. yaitu antara 10-30 ‰. Kondisi salinitas di
Untuk setiap jenis yang dijumpai perairan Desa Kelong masih sangat layak ucmk
diketahui bahwa nilai kerapatan jenis Enhallus kehidupan lamun.
accoroides sebesar 54 tegakan/m2, Thalassia c. Kekeruhan
hemprichii memiliki kerapatan sebesar 16 Berdasarkan hasil pengukuran tingkat
tegakan/m2, Halophila ovalis memiliki kekeruhan perairan Desa Kelong di dapatkan
kerapatan sebesar 41 tegakan/m2, Halodule rata-rata sebesar 7,1 NTU dengan kisaran
uninervis memiliki kerapatan sebesar 36 kekeruhan antara 2,3 – 9,8 NTU. Nilai tingkat
tegakan/m2, dan Cymodocea rotundata kekeruhan di atas baku mutu yaitu < 5 NTU (
memiliki kerapatan sebesar 6 tegakan/m2. KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa nilai
C. Kondisi Parameter Perairan kekeruhan perairan desa Kelong tergolong
1. Parameter Fisika tinggi akibat dari imbas aktivitas penambangan
a. Suhu bauksit yang telah terjadi sebelumnya.
Hasil pengukuran suhu di perairan Tingginya kekeruhan perairan ini akan
desa Kelong berkisar antara 28.80C – 29.9 0C. berdampak pada penurunan intensitas cahaya
Suhu rata-rata adalah 29.30C. Pada setiap matahari sehingga mengganggu fotosintesis
stasiun rata-rata nilai suhu perairan desa lamun.
Kelong masih sesuai dengan baku mutu yaitu
280c-320C (KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004 d. Total Padatan Tersuspensi (TSS)
). Suhu merupakan salah satu faktor yang Berdasarkan hasil penelitian
sangat penting dalam mengatur proses menunjukan nilai total padatan tersuspensi
kehidupan dan penyebaran organisme. (TSS) berkisar antara 9,2-18,9mg/L, dengan
Perubahan suhu terhadap kehidupan lamun, rata-rata TSS sebesar 14,2 mg/L. Jika mengacu
antara lain dapat mempengaruhi metabolisme, pada baku mutu Menurut Kep Men LH (2004)
penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup baku mutu TSS untuk lamun adalah < 20 mg/L.
lamun. Pada kisaran suhu 25 - 30°C, Dengan demikian nilai TSS masih dibawah
fotosintesis bersih akan meningkat dengan ambang batas yang dianjurkan sehingga masih
meningkatnya suhu. Demikian juga respirasi baik bagi kehidupan lamun. Tingginya nilai
lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, TSS berimbas pada tingginya padatan yang
namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5- mengendap ke dasar perairan yang
6

mengakibatkan tertutupnya daun lamun pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari
sehingga akan mengganggu proses fotosintesis lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari
pada daunnya. Pendapat menurut Dahuri 40% endapan lumpur. Kebutuhan substrat yang
(2003) beberapa aktivitas yang dapat paling utama bagi pengembangan padang
meningkatkan kandungan sedimen pada badan lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup.
air akan berakibat pada tinnginya kekeruhan Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas
pada perairan sehingga mengurangi penetrasi sedimen mencakup 2 hal, yaitu: (1) pelindung
cahaya, hal ini akan menimbulkan gangguan tanaman dari arus laut, (2) tempat pengolahan
terhadap produktifitas primer ekosistem padang dan pemasok nutrien (Dahuri, 2001 dalam
lamun. Hasanudin, 2013). Lamun dapat ditemukan
Padatan tersuspensi total atau tss pada berbagai karakteristik substrat. Di
adalah bahan bahan tersuspensi yang terdiri Indonesia padang lamun dikelompokkan ke
dari lumpur dari pasir halus serta jasad jasad dalam enam kategori berdasarkan karakteristik
renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di
tanah atau erosi yang terbawa badan air substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir
(effendi,2003). Pada perairan yang tingkat erosi lumpuran, puing karang dan batu karang
dan sedimentasi tinggi, sedimen (padatan (Kiswara, 1992 dalam Hasanudin, 2013).
tersuspensi) akan menghalangi cahaya matahari
sehingga mempengaruhi pertumbuhan lamun, 2. Parameter Kimia
dan dalam jangka waktu lama kerapatan a. Derajat Keasaman
tanaman lamun akan menurun Nilai pH menyatakan intensitas
(Dwintsari,2009) dalam Naingggolan ( 2011). keasaman atau alkalinitas dari suatu contoh air
dan mewakili konsentrasi ion hidrogennya.
e. Kecepatan arus Konsentrasi ion hidrogen ini akan berdampak
Kecepatan arus dinyatakan dalam langsung terhadap organisme serta menecmkan
satuan meter per detik, kecepatan arus pada reaksi kimia yang akan terjadi. Hasil
lokasi penelitian Desa Kelong rata-rata sebesar pengukuran pH yang dilakukan di perairan desa
0,07 – 0,25 m/detik, dengan rata-rata sebesar Kelong menunjukkan nilai pH berkisar antara
0,15 m/detik. Secara keseluruhan, kondisi arus 8,1 - 8,5 dengan rata-rata 8,3 dunyatakan tidak
perairan termasuk dalam kondisi arus yang melebihi baku mutu yaitu 7-8.5( KEPMEN LH
cepat. NO.51 Tahun 2004 ).
Pergerakan air sangat menentukan Sebagian besar vegetasi akuatik sangat
pertumbuhan tanaman air, baik yang sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
mengapung maupun yang menancap di dasar kisaran pH pada rentang nilai 7 – 8,5. Nilai pH
perairan. Kecepatan arus yang sangat tinggi dan sangat mempengaruhi proses biokomiawi
tubulensi dapat mengakibatkan naiknya perairan, pada kisaran pH < 4.00, sebagian
padatan tersuspensi yang berlanjut pada reduksi besar tumbuhan akuatik akan mati karena tidak
penetrasi cahaya ke dalam air atau turunnya dapat bertoleransi pada pH rendah (Effendi,
kecerahan air. Kondisi ini dapat menyebabkan 2003).
rendahnya laju produksi tumbuhan lamun
(Supriharyono 2009). Pertumbuhan dan b. Oksigen Terlarut
kehidupan padang lamun juga dipengaruhi oleh Hasil pengukuran oksigen terlarut
kecepatan arus di perairan. Arus dan perairan desa Kelong menunjukkan kadar yang
pergerakan air sangat penting karena terkait bervariasi dengan rata-rata 6,3 mg/L. Oksigen
dengan suplai unsur hara, persediaan gas-gas terlarut berada di atas baku mutu yaitu >5 (
terlarut dan menghalau sisa-sisa metabolisme KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004 ). Kadar
atau limbah (Kordi, 2011). oksigen terlarut di perairan biasanya kurang
dari 10 mg/L, sedangkan di perairan laut
f. Substrat berkisar antara 11 mg/L pada suhu 00C dan 7
Jenis substrat tergolong pasir hingga mg/L pada suhu 250C. Namun menurut Effendi
pasir berlumpur. Padang lamun dapat hidup (2003) hampir semua vegetasi akuatik
7

menyukai kondisi dimana kadar oksigen melebihi ambang baku mutu yang
terlarut > 5,0 mg/L. diharapkan.
2. Kerapatan rata-rata sebesar 159
D. Analisis Hubungan Parameter tegakan/m2 , dengan demikian kondisi
Kualitas Perairan dengan lamun di perairan Desa Kelong
Kerapatan Lamun tergolong rapat.
Hasil analisis regresi dikatakan 3. Hubungan parameter kualitas perairan
pengaruh antara variabel X (kondisi perairan) dengan kerapatan lamun adalah positif.
dan variabel Y (kerapatan lamun) diperoleh positif adalah salinitas dan arus.
nilai multiple R (R2) senilai 0.61 menunjukkan Sedangkan suhu, kekeruhan , pH, DO,
bahwa sebesar 61% parameter kualitas perairan dan TSS berhubungan negatif.
dapat mempengaruhi kerapatan lamun, Koeffisien korelasi (r) sebesar 0,37
sedangkan nilai sebesar 39 % dipengaruhi oleh yang menandakan hubungan yang
faktor lain. Diketahui bahwa nilai koeffisien lemah namun kualitas perairan
korelasi (r) diperoleh sebesar 0,37 dengan mempengaruhi lamun.
tingkat hubungan yang tidak erat/sedang. Dari
analisis diatas diperoleh persamaan nilai B. Saran
hubungan regresinya yaitu : kerapatan lamun = Didorong untuk melakukan penelitian
27,86 – 0,56 suhu + 0,95 salinitas + 12,66 arus mengenai hubungan kandungan nutrien dan
– 0,22 kekeruhan – 2,75 PH – 1,28 DO – 0,30 bahan organik dalah substrat dengan kerapatan
TSS. Dengan demikian parameter yang lamun. Perlu dilakukan penelitian terkait
berhubungan secara positif adalah salinitas dan dengan kesuburan lamunnya serta biomassanya
arus. Sedangkan suhu, kekeruhan , PH, DO, dan di perairan Desa Kelong. Berdasarkan hasil
TSS berhubungan negatif. penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat 39%
faktor lain yang mempengaruhi kerapatan
E. Implikasi Pengelolaan lamun diluar faktor-faktor yang diukur, dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang demikian perlu diketahui faktor-faktor lain
menyatakan bahwa hubungan dan pengaruh yang mempengaruhi selain faktor yang diukur
parameter perairan dengan kerapatan lamun dalam penelitian ini.
berhubungan tidak begitu erat/sedang. Dengan
demikian dilakukan pengelolaan ekosistem DAFTAR PUSTAKA
lamun di perairan Desa Kelong sebaiknya tidak Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktifitas
hanya memperhatikan kualitas perairan semata, Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
melainkan juga perlu memperhitungkan faktor- Effendi. H.2003.Telaah Kualitas Air Bagi
faktor lain yang berpotensi mempengaruhi Pengelolaan Sumberdaya dan
keberlanjutan ekosisitem padang lamun seperti Lingkungan Perairan.Kanisius:
adanya aktivitas masyarakat seperti Yogyakarta.
penangkapan biota perairan di area padang Fachrul, M. F, 2007. Metode Sampling
lamun yang memiliki nilai ekonomis seperti; Bioekologi. Jakarta.
bivalvia dan gastropoda. Haris, A., dan Gosari, J.A. 2012. Studi
Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun
di Kepulauan Spermonde. Torani.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan
Vol. 22 (3) ISSN: 0853-4489 : Hal 256-
A. Kesimpulan 162
1. Hasil pengukuran parameter suhu, Hasanuddin. R .2013. Hubungan Antara
salinitas, keasaman perairan, oksigen Kerapatan dan Morfometrik Lamun
terlarut, TSS, substrat dan arus dinilai Enhalus acoroides Dengan Substrat dan
layak berdasarkan baku mutu biota Nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab.
perairan, sedangkan kekeruhan Pangkep.Universitas Hasanuddin:
Makassar.
8

Ira, Octama, D., dan Juliati. 2012. Kerapatan Rifai, H., Patty dan I., Simon. Struktur
dan Penutupan Lamun pada Daerah Komunitas Padang Lamun di Perairan
Tanggul Pemecah Ombak di Perairan Pulau Mantehage Sulawesi Utara.
Desa Terebino Provinsi Sulawesi Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 1 (4) :
Tengah. Jurnal Ilmu Perikanan dan September 2013 (ISSN: 2302-3589).
Suberdaya Perairan. AQUASAINS. Salamuddin, M. 2013. Tutupan Lamun Dan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kondisi Ekosistemnya Di Kawasan
(KepMen LH) No. 51 Tahun 2004.Baku Pesisir Madasanger, Jelenga, Dan
Mutu Air Laut Untuk Biota.Jakarta. Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
200 Tahun 2004. Kriteria Baku Tropis, Vol. 5, No. 1. Pusat Studi
Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Agroekologi, Universitas Gadjah
Padang Lamun. Mada,Yogyakarta.
Kordi. K.G.2011.Ekosistem Lamun (seagrass) Shaffai El, A. 2011. Field Guide to Seagrass of
fungsi, potensi pengelolaan.Rineka The Red Sea. IUCN and Courevoie.
Cipta: Jakarta. Total Fondation. France
Mckenzi. 2003. Guidelines for the rapid Supriharyono,M.S.2009.Konservasi Ekosistem
assessment and mapping of tropical Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir
seagrass habitats. Seagrass watch. dan Laut Tropis.Pustaka Pelajar:
Queensland. Australia. Yogyakarta.
Tuwo, A.2011.Pengelolaan Ekowisata Pesisir
dan Laut (Pendekatan Ekologis, Sosial-
ekonomi, Kelembagaan dan Sarana
Wilayah.Brilian Internasional:
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai