Zarfen, zafren807@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember hingga Februari 2017 yang
berlokasi di perairan Desa Kelong Kecamatan Bintan Pesisir Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
dengan pengambilan data secara acak. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara kondisi perairan terhadap kerapatan lamun di Perairan Desa Kelong. Kerapatan
rata-rata sebesar 159 tegakan/m2 , dengan demikian kondisi lamun di perairan Desa
Kelong tergolong rapat. Parameter kualitas perairan yang berhubungan secara positif
adalah salinitas dan arus. Sedangkan suhu, kekeruhan , pH, DO, dan TSS berhubungan
negatif. Pada nilai koeffisien korelasi sebesar 0,37 kualitas perairan mempengaruhi
kerapatan lamun.
Zarfen, zafren807@gmail.com
Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH
ABSTRACT
This research was conducted in December 2017 up to February 2017, located
in the waters of Kelong Village District of Bintan, Riau Archipelago province. This
study using purposive sampling method with random data retrieval. This study was to
determine the relationship between the condition of the waters to the density of seagrass
in the waters of the Kelong village. The average density of 159 ind/m2. Water quality
parameters that correlate positively are salinity and currents. As for temperature,
turbidity, pH, DO, and TSS is a negatively related. On the value of the correlation
coefficient of 0.37 the water quality affects the density of seagrass.
(Shaffai, 2011). 10
8
B. Komposisi Jenis Lamun di 6
Perairan Desa Kelong 4
1. Komposisi Jenis Lamun 2
Komposisi jenis lamun dilihat 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
berdasarkan jumlah tegakan per jenis yang
Tititk Sampling
terhitung dibandingkan dengan jumlah secara
keseluruhan. Lebih lanjut, komposisi jenis
Gambar. Kerapatan Lamun Per Titik Sampling
lamun dapat dilihat pada gambar.
Sumber : data primer (2017)
5
Gambar diketahui bahwa kerapatan 35°C (Hutomo, 1999 2008 dalam Hasanuddin,
lamun untuk 31 titik sampling berkisar antara 2 2013). Dengan demikian, kondisi suhu perairan
– 11 tegakan/m2 dengan total kerapatan sebesar Desa Kelong masih layak untuk kehidupan
159 tegakan/m2. Menurut Braun-Blanquet ekosistem lamun.
(1965) dalam Haris dan Gosari (2012), skala
kondisi lamun berdasarkan kerapatan b. Salinitas
dikategorikan atas 5 skala, skala 1 untuk lamun Hasil pengukuran salinitas pada setiap
dengan kerapatan < 25 ind/m2 yang termasuk stasiun perairan desa Kelong berkisar 29-31
0
dalam koodisi lamun sangat jarang, skala 2 /00.. Nilai salinitas perairan desa Kelong masih
untuk lamun dengan kerapatan berkisar 25 – 75 sesuai dengan baku mutu yaitu 33-34 0/00
ind/m2 yang termasuk dalam koodisi lamun (KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004). Hutomo
jarang, skala 3 untuk lamun dengan kerapatan (1999) dalam Hasanuddin (2013) menjelaskan
berkisar 75 – 125 ind/m2 yang termasuk dalam bahwa lamun memiliki kemampuan toleransi
kondisi lamun agak rapat, skala 4 untuk lamun yang berbeda terhadap salinitas, namun
dengan kerapatan berkisar 125 – 175 ind/m2 sebagian besar memiliki kisaran yang lebar
yang termasuk dalam kondisi lamun rapat, yaitu 10-40‰. Nilai salinitas yang optimum
sedangkan skala 5 untuk lamun dengan bagi lamun adalah 35‰. Walaupun spesies
kerapatan > 175 ind/m2 yang termasuk dalam lamun memiliki toleransi terhadap salinitas
kondisi lamun sangat rapat. Dengan demikian yang berbeda-beda, namun sebagian besar
kondisi lamun di perairan Desa Kelong memiliki kisaran yang besar terhadap salinitas
tergolong rapat. yaitu antara 10-30 ‰. Kondisi salinitas di
Untuk setiap jenis yang dijumpai perairan Desa Kelong masih sangat layak ucmk
diketahui bahwa nilai kerapatan jenis Enhallus kehidupan lamun.
accoroides sebesar 54 tegakan/m2, Thalassia c. Kekeruhan
hemprichii memiliki kerapatan sebesar 16 Berdasarkan hasil pengukuran tingkat
tegakan/m2, Halophila ovalis memiliki kekeruhan perairan Desa Kelong di dapatkan
kerapatan sebesar 41 tegakan/m2, Halodule rata-rata sebesar 7,1 NTU dengan kisaran
uninervis memiliki kerapatan sebesar 36 kekeruhan antara 2,3 – 9,8 NTU. Nilai tingkat
tegakan/m2, dan Cymodocea rotundata kekeruhan di atas baku mutu yaitu < 5 NTU (
memiliki kerapatan sebesar 6 tegakan/m2. KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa nilai
C. Kondisi Parameter Perairan kekeruhan perairan desa Kelong tergolong
1. Parameter Fisika tinggi akibat dari imbas aktivitas penambangan
a. Suhu bauksit yang telah terjadi sebelumnya.
Hasil pengukuran suhu di perairan Tingginya kekeruhan perairan ini akan
desa Kelong berkisar antara 28.80C – 29.9 0C. berdampak pada penurunan intensitas cahaya
Suhu rata-rata adalah 29.30C. Pada setiap matahari sehingga mengganggu fotosintesis
stasiun rata-rata nilai suhu perairan desa lamun.
Kelong masih sesuai dengan baku mutu yaitu
280c-320C (KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004 d. Total Padatan Tersuspensi (TSS)
). Suhu merupakan salah satu faktor yang Berdasarkan hasil penelitian
sangat penting dalam mengatur proses menunjukan nilai total padatan tersuspensi
kehidupan dan penyebaran organisme. (TSS) berkisar antara 9,2-18,9mg/L, dengan
Perubahan suhu terhadap kehidupan lamun, rata-rata TSS sebesar 14,2 mg/L. Jika mengacu
antara lain dapat mempengaruhi metabolisme, pada baku mutu Menurut Kep Men LH (2004)
penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup baku mutu TSS untuk lamun adalah < 20 mg/L.
lamun. Pada kisaran suhu 25 - 30°C, Dengan demikian nilai TSS masih dibawah
fotosintesis bersih akan meningkat dengan ambang batas yang dianjurkan sehingga masih
meningkatnya suhu. Demikian juga respirasi baik bagi kehidupan lamun. Tingginya nilai
lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, TSS berimbas pada tingginya padatan yang
namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5- mengendap ke dasar perairan yang
6
mengakibatkan tertutupnya daun lamun pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari
sehingga akan mengganggu proses fotosintesis lumpur sampai sedimen dasar yang terdiri dari
pada daunnya. Pendapat menurut Dahuri 40% endapan lumpur. Kebutuhan substrat yang
(2003) beberapa aktivitas yang dapat paling utama bagi pengembangan padang
meningkatkan kandungan sedimen pada badan lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup.
air akan berakibat pada tinnginya kekeruhan Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas
pada perairan sehingga mengurangi penetrasi sedimen mencakup 2 hal, yaitu: (1) pelindung
cahaya, hal ini akan menimbulkan gangguan tanaman dari arus laut, (2) tempat pengolahan
terhadap produktifitas primer ekosistem padang dan pemasok nutrien (Dahuri, 2001 dalam
lamun. Hasanudin, 2013). Lamun dapat ditemukan
Padatan tersuspensi total atau tss pada berbagai karakteristik substrat. Di
adalah bahan bahan tersuspensi yang terdiri Indonesia padang lamun dikelompokkan ke
dari lumpur dari pasir halus serta jasad jasad dalam enam kategori berdasarkan karakteristik
renik yang terutama disebabkan oleh kikisan tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di
tanah atau erosi yang terbawa badan air substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir
(effendi,2003). Pada perairan yang tingkat erosi lumpuran, puing karang dan batu karang
dan sedimentasi tinggi, sedimen (padatan (Kiswara, 1992 dalam Hasanudin, 2013).
tersuspensi) akan menghalangi cahaya matahari
sehingga mempengaruhi pertumbuhan lamun, 2. Parameter Kimia
dan dalam jangka waktu lama kerapatan a. Derajat Keasaman
tanaman lamun akan menurun Nilai pH menyatakan intensitas
(Dwintsari,2009) dalam Naingggolan ( 2011). keasaman atau alkalinitas dari suatu contoh air
dan mewakili konsentrasi ion hidrogennya.
e. Kecepatan arus Konsentrasi ion hidrogen ini akan berdampak
Kecepatan arus dinyatakan dalam langsung terhadap organisme serta menecmkan
satuan meter per detik, kecepatan arus pada reaksi kimia yang akan terjadi. Hasil
lokasi penelitian Desa Kelong rata-rata sebesar pengukuran pH yang dilakukan di perairan desa
0,07 – 0,25 m/detik, dengan rata-rata sebesar Kelong menunjukkan nilai pH berkisar antara
0,15 m/detik. Secara keseluruhan, kondisi arus 8,1 - 8,5 dengan rata-rata 8,3 dunyatakan tidak
perairan termasuk dalam kondisi arus yang melebihi baku mutu yaitu 7-8.5( KEPMEN LH
cepat. NO.51 Tahun 2004 ).
Pergerakan air sangat menentukan Sebagian besar vegetasi akuatik sangat
pertumbuhan tanaman air, baik yang sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai
mengapung maupun yang menancap di dasar kisaran pH pada rentang nilai 7 – 8,5. Nilai pH
perairan. Kecepatan arus yang sangat tinggi dan sangat mempengaruhi proses biokomiawi
tubulensi dapat mengakibatkan naiknya perairan, pada kisaran pH < 4.00, sebagian
padatan tersuspensi yang berlanjut pada reduksi besar tumbuhan akuatik akan mati karena tidak
penetrasi cahaya ke dalam air atau turunnya dapat bertoleransi pada pH rendah (Effendi,
kecerahan air. Kondisi ini dapat menyebabkan 2003).
rendahnya laju produksi tumbuhan lamun
(Supriharyono 2009). Pertumbuhan dan b. Oksigen Terlarut
kehidupan padang lamun juga dipengaruhi oleh Hasil pengukuran oksigen terlarut
kecepatan arus di perairan. Arus dan perairan desa Kelong menunjukkan kadar yang
pergerakan air sangat penting karena terkait bervariasi dengan rata-rata 6,3 mg/L. Oksigen
dengan suplai unsur hara, persediaan gas-gas terlarut berada di atas baku mutu yaitu >5 (
terlarut dan menghalau sisa-sisa metabolisme KEPMEN LH NO.51 Tahun 2004 ). Kadar
atau limbah (Kordi, 2011). oksigen terlarut di perairan biasanya kurang
dari 10 mg/L, sedangkan di perairan laut
f. Substrat berkisar antara 11 mg/L pada suhu 00C dan 7
Jenis substrat tergolong pasir hingga mg/L pada suhu 250C. Namun menurut Effendi
pasir berlumpur. Padang lamun dapat hidup (2003) hampir semua vegetasi akuatik
7
menyukai kondisi dimana kadar oksigen melebihi ambang baku mutu yang
terlarut > 5,0 mg/L. diharapkan.
2. Kerapatan rata-rata sebesar 159
D. Analisis Hubungan Parameter tegakan/m2 , dengan demikian kondisi
Kualitas Perairan dengan lamun di perairan Desa Kelong
Kerapatan Lamun tergolong rapat.
Hasil analisis regresi dikatakan 3. Hubungan parameter kualitas perairan
pengaruh antara variabel X (kondisi perairan) dengan kerapatan lamun adalah positif.
dan variabel Y (kerapatan lamun) diperoleh positif adalah salinitas dan arus.
nilai multiple R (R2) senilai 0.61 menunjukkan Sedangkan suhu, kekeruhan , pH, DO,
bahwa sebesar 61% parameter kualitas perairan dan TSS berhubungan negatif.
dapat mempengaruhi kerapatan lamun, Koeffisien korelasi (r) sebesar 0,37
sedangkan nilai sebesar 39 % dipengaruhi oleh yang menandakan hubungan yang
faktor lain. Diketahui bahwa nilai koeffisien lemah namun kualitas perairan
korelasi (r) diperoleh sebesar 0,37 dengan mempengaruhi lamun.
tingkat hubungan yang tidak erat/sedang. Dari
analisis diatas diperoleh persamaan nilai B. Saran
hubungan regresinya yaitu : kerapatan lamun = Didorong untuk melakukan penelitian
27,86 – 0,56 suhu + 0,95 salinitas + 12,66 arus mengenai hubungan kandungan nutrien dan
– 0,22 kekeruhan – 2,75 PH – 1,28 DO – 0,30 bahan organik dalah substrat dengan kerapatan
TSS. Dengan demikian parameter yang lamun. Perlu dilakukan penelitian terkait
berhubungan secara positif adalah salinitas dan dengan kesuburan lamunnya serta biomassanya
arus. Sedangkan suhu, kekeruhan , PH, DO, dan di perairan Desa Kelong. Berdasarkan hasil
TSS berhubungan negatif. penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat 39%
faktor lain yang mempengaruhi kerapatan
E. Implikasi Pengelolaan lamun diluar faktor-faktor yang diukur, dengan
Berdasarkan hasil penelitian yang demikian perlu diketahui faktor-faktor lain
menyatakan bahwa hubungan dan pengaruh yang mempengaruhi selain faktor yang diukur
parameter perairan dengan kerapatan lamun dalam penelitian ini.
berhubungan tidak begitu erat/sedang. Dengan
demikian dilakukan pengelolaan ekosistem DAFTAR PUSTAKA
lamun di perairan Desa Kelong sebaiknya tidak Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktifitas
hanya memperhatikan kualitas perairan semata, Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
melainkan juga perlu memperhitungkan faktor- Effendi. H.2003.Telaah Kualitas Air Bagi
faktor lain yang berpotensi mempengaruhi Pengelolaan Sumberdaya dan
keberlanjutan ekosisitem padang lamun seperti Lingkungan Perairan.Kanisius:
adanya aktivitas masyarakat seperti Yogyakarta.
penangkapan biota perairan di area padang Fachrul, M. F, 2007. Metode Sampling
lamun yang memiliki nilai ekonomis seperti; Bioekologi. Jakarta.
bivalvia dan gastropoda. Haris, A., dan Gosari, J.A. 2012. Studi
Kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun
di Kepulauan Spermonde. Torani.
V. KESIMPULAN DAN SARAN Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan
Vol. 22 (3) ISSN: 0853-4489 : Hal 256-
A. Kesimpulan 162
1. Hasil pengukuran parameter suhu, Hasanuddin. R .2013. Hubungan Antara
salinitas, keasaman perairan, oksigen Kerapatan dan Morfometrik Lamun
terlarut, TSS, substrat dan arus dinilai Enhalus acoroides Dengan Substrat dan
layak berdasarkan baku mutu biota Nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab.
perairan, sedangkan kekeruhan Pangkep.Universitas Hasanuddin:
Makassar.
8
Ira, Octama, D., dan Juliati. 2012. Kerapatan Rifai, H., Patty dan I., Simon. Struktur
dan Penutupan Lamun pada Daerah Komunitas Padang Lamun di Perairan
Tanggul Pemecah Ombak di Perairan Pulau Mantehage Sulawesi Utara.
Desa Terebino Provinsi Sulawesi Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 1 (4) :
Tengah. Jurnal Ilmu Perikanan dan September 2013 (ISSN: 2302-3589).
Suberdaya Perairan. AQUASAINS. Salamuddin, M. 2013. Tutupan Lamun Dan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Kondisi Ekosistemnya Di Kawasan
(KepMen LH) No. 51 Tahun 2004.Baku Pesisir Madasanger, Jelenga, Dan
Mutu Air Laut Untuk Biota.Jakarta. Maluk Kabupaten Sumbawa Barat.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
200 Tahun 2004. Kriteria Baku Tropis, Vol. 5, No. 1. Pusat Studi
Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Agroekologi, Universitas Gadjah
Padang Lamun. Mada,Yogyakarta.
Kordi. K.G.2011.Ekosistem Lamun (seagrass) Shaffai El, A. 2011. Field Guide to Seagrass of
fungsi, potensi pengelolaan.Rineka The Red Sea. IUCN and Courevoie.
Cipta: Jakarta. Total Fondation. France
Mckenzi. 2003. Guidelines for the rapid Supriharyono,M.S.2009.Konservasi Ekosistem
assessment and mapping of tropical Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir
seagrass habitats. Seagrass watch. dan Laut Tropis.Pustaka Pelajar:
Queensland. Australia. Yogyakarta.
Tuwo, A.2011.Pengelolaan Ekowisata Pesisir
dan Laut (Pendekatan Ekologis, Sosial-
ekonomi, Kelembagaan dan Sarana
Wilayah.Brilian Internasional:
Surabaya.