Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Hlm.

267-279, Desember 2012

BIOTA PENEMPEL YANG BERASOSIASI


DENGAN MANGROVE DI TELUK AMBON BAGIAN DALAM

FOULING ORGANISMS ASSOCIATED WITH MANGROVE IN AMBON INNER


BAY

Yosmina Tapilatu dan Daniel Pelasula


UPT BKBL LIPI Ambon; e-mail: yosmina.tapilatu@lipi.go.id

ABSTRACT
Limited literatures exist on fouling organisms attached to mangrove in Ambon Inner
Bay (AIB). The purpose of this research is to obtain updated information on fouling
organism in this ecosystem. Samplings were carried out in two periods, representing
first transition period and west monsoons, at two different locations in AIB (Poka and
Kate-kate). Methods used were direct observation and descriptive exploration during
sampling. Fouling organisms and mangrove type were identified using identification
books. The results obtained indicate that predominant organisms belonged to mollusks
and crustacea. Four gastropod species (Littorina scabra, Nerita oualaniens, Terebralia
sulcata, Cassidula nucleus) and one bivalve (Saccostrea cucullata) were identified.
Clibanarius ambonensis and Cardisoma carnifex were the species identified from
crustacea group. Type of mangrove found, either naturally or through replanting
program in Poka were Rhizophora apiculata, R. stylosa and Sonneratia alba. There
were four different species found in Kate-kate (S. alba, R. apiculata, Ceriops tagal and
Aegiceras corniculatum).

Keywords: fouling organisms, mangrove ecosystem, Ambon Inner Bay

ABSTRAK
Informasi mengenai biota penempel yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove di
Teluk Ambon Bagian Dalam (TAD) sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk memperoleh informasi terkini mengenai keberadaan biota penempel pada
ekosistem tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian pada dua periode yang mewakili
musim peralihan I dan musim timur pada dua lokasi berbeda di TAD di mana terdapat
ekosistem mangrove, yakni di Desa Poka dan Kate-kate Desa Hunuth. Metode yang
digunakan adalah pengambilan sampel dan eksplorasi langsung yang bersifat deskriptif,
sedangkan identifikasi biota penempel dan jenis mangrove dilakukan dengan
menggunakan buku identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biota yang
dominan berasal dari kelompok moluska dan krustasea. Dari kelompok moluska,
ditemukan empat jenis gastropoda yaitu Littorina scabra, Nerita oualaniens, Terebralia
sulcata, Cassidula nucleus dan satu jenis bivalvia (Saccostrea cucullata). Sedangkan
dari kelompok krustasea biota yang dominan adalah kelomang (Clibanarius
ambonensis) dan Cardisoma carnifex. Jenis mangrove yang tumbuh, baik secara
alamiah maupun lewat penanaman kembali, di desa Poka adalah Rhizophora apiculata,
R. stylosa dan Sonneratia alba, sedangkan di Kate-kate terdapat S. alba, R. apiculata,
Ceriops tagal dan Aegiceras corniculatum.

Kata kunci: biota penempel, ekosistem mangrove, Teluk Ambon bagian dalam

Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 267
Biota Penempel yang Berasosiasi dengan Mangrove di Teluk Ambon

I. PENDAHULUAN cakalang (Katsuwonus pelamis), namun


kini terjadi penurunan signifikan hasil
Ekosistem mangrove memiliki tangkapan ikan umpan tersebut.
banyak fungsi, baik secara ekologis Pemulihan kawasan hutan
maupun ekonomis. Salah satu fungsi mangrove yang rusak di kawasan TAD
ekologisnya yaitu merupakan habitat dari akan sangat bermanfaat bukan saja dalam
berbagai jenis biota laut, termasuk biota rangka mitigasi bencana tsunami, namun
penempel. Biota penempel yang terdapat juga sebagai penahan badai dan adaptasi
pada berbagai bagian (daun, rizosfer dan kawasan pesisir terhadap kenaikan
anakan) dari vegetasi mangrove sebagian permukaan laut sebagai dampak dari
besar berasal dari golongan krustasea, perubahan iklim global. Untuk menjamin
bivalvia dan gastropoda. Kelompok- keberhasilan revegetasi, pertumbuhan
kelompok organisme ini menyebabkan anakan yang bebas dari gangguan biota
masalah serius karena merupakan penempel merupakan faktor utama dalam
penghambat kelangsungan hidup anakan upaya tersebut.
mangrove. Walaupun sudah banyak kajian
Teritip misalnya, merupakan yang dilakukan mengenai aspek
faktor penyebab stres ekofisiologis seperti biogeografi, botani, zoologi, ikhtiologi,
reduksi fotosintesis dan penghambat polusi lingkungan dan dampak ekonomis
pertukaran gas pada anakan dan tumbuhan mangrove, sampai saat ini hanya sedikit
dewasa (Maxwell and Li, 2006). Selain itu kajian yang sudah dilakukan mengenai
cairan perekat yang diproduksi teritip biota penempel pada ekosistem mangrove
dalam proses penempelan pada batang di TAD, seperti misalnya dari aspek
dapat juga menyebar sampai getah pohon prospek budidaya tiram (Tetelepta, 1982;
dan karenanya berakibat buruk bagi Angel and Tetelepta, 1984) dan aspek
pertumbuhan pohon dan anakan ekologis gastropoda dan tiram yang
(Santhakumaran and Sawant, 1994). ditemukan pada lokasi tersebut (Heryanto,
Teluk Ambon Bagian Dalam 1987; Suprapto, 1987). Belum ada
(TAD) merupakan bagian dari perairan informasi mengenai keberadaan biota
Teluk Ambon. Ukurannya lebih kecil penempel yang berasosiasi dengan
daripada bagian luar, dipisahkan oleh vegetasi mangrove dalam kaitannya
ambang yang sempit dan dangkal yang dengan musim, dan pengaruhnya pada
terletak antara desa Poka dan Galala. pertumbuhan anakan vegetasi tersebut di
Selain rawan akan bencana tsunami, TAD. Untuk itu tujuan dari penelitian ini
kawasan perairan ini dipengaruhi oleh adalah untuk memperoleh informasi
aktivitas antropogenik yang setiap terkini mengenai keberadaan biota
tahunnya semakin meningkat. Hutan penempel yang berasosiasi dengan
mangrove di kawasan TAD mengalami mangrove di TAD pada musim peralihan I
penurunan luas wilayah yang signifikan. dan musim timur. Hal ini penting guna
Apabila pada tahun 1987 luasnya memahami lebih jauh peran kelompok
mencakup 49,5 ha, maka pada tahun 1991 biota penempel pada keberlanjutan
berkurang menjadi 38,5 ha (Pulumahuny, ekosistem tersebut. Hasilnya diharapkan
1997). Kerusakan yang terjadi pada dapat memberikan informasi bagi
ekosistem ini tentu berdampak negatif. Pemerintah Daerah Kotamadya Ambon
Hingga awal tahun 1980-an TAD masih dalam rangka pengelolaan kawasan pesisir
dikenal sebagai ladang ikan umpan yang TAD yang berwawasan lingkungan.
menyokong industri perikanan huhate
(pole and line) dalam penangkapan ikan

268 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Tapilatu dan Pelasula

II. METODE PENELITIAN Musim peralihan I merupakan


peralihan dari musim barat ke musim
2.1. Waktu dan Tempat Penelitian timur. Musim ini biasanya berlangsung
Penelitian ini dilakukan pada awal pada bulan Maret-Mei, dan dicirikan
Maret untuk mewakili musim peralihan I dengan peningkatan intensitas curah hujan
dan akhir Juli 2012 untuk mewakili hingga memasuki musim timur (Juni-
musim timur pada dua lokasi dengan Agustus). Pada tahun 2011 curah hujan di
profil yang berbeda. Tujuannya adalah pulau Ambon dilaporkan mencapai 126,6
untuk membandingkan antara lokasi mm pada bulan Maret, dan mencapai
dengan tingkat kepadatan mangrove yang 693,6 mm pada bulan Juli (Stasiun
tinggi dan lokasi dengan tingkat Meteorologi Pattimura Ambon, 2011).
kepadatan mangrove yang rendah. Area Pada musim timur curah hujan yang tinggi
pantai yang terletak di samping jembatan mengakibatkan naiknya tingkat
yang terletak di Desa Poka (depan PLN, sedimentasi di TAD. Di kedua lokasi
selanjutnya disebut Jembatan Poka) penelitian terdapat muara sungai, di mana
merupakan lokasi penanaman kembali aliran air tawar akan meningkat pada
(reboisasi) anakan mangrove dalam musim timur seiring dengan
rangka pelaksanaan Sail Banda tahun meningkatnya intensitas curah hujan.
2010. Lokasi kedua yaitu Kate-kate, Desa Sungai Waitala pada lokasi Jembatan
Hunuth Durian Patah, merupakan lokasi di Poka merupakan tempat pembuangan air
mana pohon mangrove tumbuh secara limbah pendingin dari stasiun PLTD Poka.
alami, dan sejauh ini diketahui tidak ada
reboisasi pada lokasi tersebut (Gambar 1).

Longitude U PETA LOKASI PENELITIAN


Neg. Lama
SKALA 1 : 60.000
3.63LS

Waiheru
0 0.6 1.2 2.4 km
Hunuth Passo

ii Legenda:
3.64LS

i Stasiun Pengamatan
Daratan
Teluk Ambon Dalam
Lateri Jalan Raya
Insert:
3.65LS
Latitude

Poka a t S e r a
e l m
S
Latta
LOKASI Morela
Liang

Halong Mamala
Waai
3.66LS

R.Tiga Hila
Hitu
Tulehu

Passo Tel Suli


Tial
Lima
P. AMBON Poka u k
Ba

Galala Halong
gu
al
a

Tawiri
n AMBON Hutumuri
o
b
3.67LS

m Amahusu
Larike A
k
P. A M B O N Wakasihu
T
el
u
Latuhalat
Hukurila

Alang

Tantui 128.2BT 128.21BT 128.22BT 128.23BT 128.24BT LAUT BANDA

Gambar 1. Peta lokasi penelitian. Lokasi pengambilan sampel, yaitu Jembatan Poka (i)
dan Kate-kate Desa Hunuth (ii).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 269
Biota Penempel yang Berasosiasi dengan Mangrove di Teluk Ambon

Lokasi tempat tumbuhnya dilakukan pada setiap anakan mangrove


mangrove di jembatan Poka merupakan dan biota penempel kemudian dikoleksi
daerah terbuka yang ditanami kembali untuk kemudian diidentifikasi.
dengan anakan mangrove pada tahun 2010
yang lalu. Pada musim peralihan I 2.2.2. Mangrove
komposisi sedimennya didominasi oleh Pengamatan vegetasi mangrove
pasir-kerikilan, dan akan condong menjadi dilakukan menggunakan metoda Buckland
pasir-lumpuran dalam periode musim et al. (1993), yaitu dengan melakukan
timur. Hal ini disebabkan karena identifikasi jenis dan jumlah mangrove di
terjadinya run off dari daratan. Penurunan lapangan. Pengukuran kerapatan, tinggi
oksigen terlarut rata-rata dari 6,5 mg/L vegetasi mangrove yang tergolong pada
pada musim peralihan I menjadi sekitar 4 kategori pohon (diameter batang setinggi
mg/L pada musim timur (Tapilatu, 2012) dada > 10 cm), belta (2-5 cm) dan
merupakan konsekuensi dari peningkatan anakan/semai atau seedling (< 2cm).
curah hujan) yang disebut di atas. Pengamatan dilakukan menggunakan
Lokasi Kate-kate merupakan metode kombinasi garis dan plot
kawasan vegetasi mangrove alamiah. (Transect Line Plot). Pada setiap lokasi
Perubahan musim tidak terlalu dibuat transek yang memanjang dari tepi
berpengaruh pada jenis substrat (pasir- laut atau sungai ke arah darat. Panjang
kerikilan), namun justru pada kandungan transek 100 m sampai ke arah areal yang
oksigen terlarut. Jika pada musim tidak ada pohon mangrove. Pengambilan
peralihan I kandungan oksigen terlarut sampel dilakukan pada jarak antara 0-10
rata-rata (5,8 mg/L) berada di atas ambang meter dari garis pantai dan seterusnya.
bawah yang disyaratkan bagi biota laut, Data vegetasi untuk setiap titik transek
maka pada musim timur kandungan diambil dengan menggunakan kwadran
oksigen terlarut rata-rata (2,3 mg/L) nyaris berukuran 10 x 10 m2 untuk pohon
mendekati hipoksia (Tapilatu, 2012). (berdiameter 10 cm atau keliling 33 cm)
Sebaliknya, parameter pH secara yang terletak di sebelah kiri dan kanan
global tidak mengindikasikan perubahan transek. Pada setiap petak tersebut dibuat
yang signifikan (7-8,5) berdasarkan petak yang lebih kecil dengan ukuran 5 x
perbedaan musim pada kedua lokasi 5 m2. Di dalam petak ini dikumpulkan
tersebut (Tapilatu, 2012). Adapun data data tentang belta/anak pohon
suhu, salinitas dan unsur hara pada salah (berdiameter 2-10 cm, atau keliling 7-32
satu musim tidak tersedia sehingga tidak cm), sedangkan untuk tingkat semai data
memungkinkan dilakukan perbandingan dikumpulkan dari setiap petak yang
ketiga parameter tersebut dari kedua berukuran 1 x 1 m2 yang ditempatkan
lokasi penelitian berdasarkan musim. dalam petak ukuran 5 x 5 m2. Pada
kwadran tersebut semua tegakan
2.2. Pengamatan di lapangan diidentifikasi jenisnya, serta dihitung
2.2.1. Biota Penempel jumlah masing-masing jenis. Koleksi
Sampel biota penempel diamati bebas juga dilakukan untuk melengkapi
secara langsung menurut Li (2005). jenis-jenis yang tidak termasuk dalam
Adapun biota penempel di sini transek kwadran.
didefinisikan sebagai biota yang didapati
pada vegetasi mangrove pada saat 2.3. Analisis Data
pengamatan dilakukan, baik yang 2.3.1. Biota Penempel
mensekresi perekat (permanen) maupun Biota penempel yang dikoleksi
tidak (temporer). Kuantifikasi langsung diidentifikasi dengan menggunakan buku

270 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Tapilatu dan Pelasula

identifikasi menurut Dharma (2006) untuk To : waktu awal (bulan)


kelompok moluska, sedangkan untuk Tn : waktu sekarang (bulan)
identifikasi kelompok krustasea Do : lingkar batang awal (cm)
menggunakan petunjuk identifikasi Dn : lingkar batang waktu sekarang
menurut Carpenter and Niem (1998) dan (cm)
Rahayu (2003). Data yang diperoleh
kemudian ditabulasi dan dibuatkan grafik Dasar dari kedua persamaan tersebut
jumlah individu yang ditemukan pada adalah asumsi bahwa pertumbuhan
musim peralihan I dan musim timur, organisme merupakan fungsi dari waktu.
berdasarkan lokasi pengambilan sampel. Dengan demikian, kuantifikasi
pertumbuhan anakan mangrove dapat
2.3.2. Mangrove dilakukan dengan menghitung
Data mangrove yang diperoleh pertambahan tinggi (LPAM) dan lingkar
dianalisis dengan persamaan yang batang (LLB) sebagai fungsi dari waktu
diusulkan oleh Cox (1967) dan meliputi: (bulan).

Kerapatan relatif = III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah individu tiap jenis
x 100 %
Jumlah keseluruhan individu 3.1. Biota Penempel
Berdasarkan hasil identifikasi
Frekuensi relatif = biota penempel yang ditemukan pada
Frekuensi kehadiran tiap jenis kedua lokasi penelitian dapat digolongkan
x 100 %
Frekuensi dari semua jenis dalam dua kelompok, yaitu molluska dan
krustasea. Hasil pengamatan di lokasi
Dominasi relatif (DR) = jembatan Poka pada enam belas kwadran
Total Basal Area tiap jenis ditemukan biota yang menempel pada
x 100 %
Total Basal Area semua jenis akar, batang, dahan dan daun, dengan
jumlah yang lebih tinggi pada musim
Nilai Penting (NP) = timur (128 individu) dibandingkan dengan
kerapatan relatif + Frekuensi relatif + DR pada musim peralihan I (69 individu).
Kelompok gastropoda didominasi
Sedangkan untuk mengetahui laju oleh organisme yang tergolong dalam
pertumbuhan dan lingkar batang anakan marga Littorinidae (Littorina scabra) dan
mangrove hasil reboisasi di Desa Poka, Neritidae (Nerita oualaniens) (Gambar 2).
kami menggunakan dua persamaan Hal ini sesuai dengan pengamatan
matematika di bawah ini: Suprapto (1987) yang melaporkan bahwa
Hn Ho L. scabra merupakan kelompok
LPAM = gastropoda dengan kepadatan tertinggi
Tn To
pada vegetasi mangrove di TAD. Littorina
Dn Do scabra dikenal sebagai salah satu spesies
LLB = Littorinidae yang spesifik dijumpai di
Tn To vegetasi mangrove (Sanpanich et al.,
di mana,
2004). Dari kelompok bivalvia hanya
LPAM : laju pertumbuhan anakan diperoleh satu jenis yaitu Saccostrea
mangrove (cm/bulan) cucullata dari marga Ostreidae.
LLB : laju lingkar batang (cm/bulan) Penempelan S. cucullata diamati pada
Ho : tinggi rata-rata awal (cm) mangrove jenis Rhizopora stylosa yang
Hn : tinggi rata-rata pada waktu telah memiliki 1 s/d 2 akar gantung,
sekarang (cm)

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 271
Biota Penempel yang Berasosiasi dengan Mangrove di Teluk Ambon

diameter batang pohon telah mencapai 10 Berubahnya kepadatan spesies


cm dengan ketinggian pohon antara 115 yang dominan ini mungkin disebabkan
s/d 158 cm. Ada dua spesies Crustacea karena pada musim timur, anakan
yang ditemukan, masing-masing mangrove yang bertumbuh semakin tinggi
Clibanarius ambonensis dari marga merupakan tempat berlindung yang lebih
Diogenidae, dan Cardisoma carnifex dari baik bagi N. oualaniens dari kondisi
marga Gecarcinidae. Sama halnya dengan lingkungan musim timur yang cukup
L. scabra, S. cucullata, Clibanarius keras seperti sedimentasi dan pengaruh
ambonensis dan Cardisoma carnifex pasang surut. Tidak seperti N. oualaniens,
biasanya dijumpai pada vegetasi L. scabra dikenal telah beradaptasi untuk
mangrove kawasan pesisir Indo-Pasifik hidup pada batang mangrove dengan
(Carpenter and Niem, 1998; Davie, 2002; kondisi hanya terkena percikan air pasang
Rahayu, 2003; Lam and Morton, 2006; (Rosewater, 1970). Waktu pengambilan
Osawa and Fujita, 2006). sampel pada awal bulan Maret yang
Apabila pada musim peralihan I memasuki musim peralihan I masih
Littorina scabra merupakan spesies yang dipengaruhi kondisi musim barat yang
paling banyak ditemukan, maka pada dicirikan oleh curah hujan yang rendah.
musim timur justru Nerita oualaniens Pada musim timur L. scabra tampaknya
yang memiliki jumlah individu tertinggi mencari tempat fiksasi yang lebih tinggi
(Gambar 2). Kedua spesies gastropoda ini untuk menghindari terendamnya anakan
dikenal merupakan biota penempel yang mangrove saat pasang karena curah hujan
berpindah tempat atau tidak permanen yang tinggi.
pada satu titik fiksasi.

Gambar 2. Perbandingan kepadatan biota penempel yang ditemukan pada anakan


mangrove di Jembatan Poka pada musim peralihan I dan musim timur.

272 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Tapilatu dan Pelasula

A B C

D E F

Gambar 3. Daun mangrove yang ditempeli oleh N. oualaniens (A); anakan mangrove
yang ditempeli L. scabra (B); gambar daun mangrove yang rusak (C); N.
oualaniens (D dan E); L. scabra (F).

Pengaruh biota penempel terhadap permanen maupun sementara, dari


fisik anakan mangrove terlihat pada daun berbagai jenis biota penempel.
mangrove (Gambar 3A-C). Daun Adapun biota penempel yang
mangrove yang cacat mungkin dimakan paling banyak ditemukan pada lokasi
oleh N. oualaniens dan L. scabra. Seperti Kate-kate adalah L. scabra, terutama pada
dalam kasus penempelan teritip pada musim timur, di mana jumlah individu
permukaan daun mangrove, hal ini dapat melonjak menjadi sembilan kali lipat
menyebabkan rontoknya daun sehingga daripada pada lokasi Jembatan Poka. Hal
mengurangi jumlah daun efektif untuk yang serupa juga dapat dikatakan untuk
fotosintesa dan proses produksi sumber Clibanarius ambonensis (Gambar 5).
energi bagi tumbuhan yang bersangkutan Jumlah spesies ini hampir dua kali lipat
(Li et al., 1998). (23 individu) pada lokasi Kate-kate jika
Jumlah biota penempel yang dibandingkan dengan Jembatan Poka (12
berasosiasi dengan mangrove di lokasi individu) pada musim peralihan I. Pada
Kate-kate desa Hunuth lebih sedikit (41 musim timur bahkan hampir tidak ada
individu pada musim peralihan I dan 109 individu spesies ini yang dijumpai di
pada musim timur) daripada yang lokasi Jembatan Poka, padahal jumlah
ditemukan pada lokasi Jembatan Poka, yang hampir sama dengan musim timur
namun lebih beraneka ragam. Apabila di (25 individu) dijumpai di lokasi Kate-kate.
lokasi Jembatan Poka hanya ditemukan Hal ini mungkin menunjukkan
lima marga, maka pada lokasi Kate-kate kecenderungan dari kedua spesies tersebut
ditemukan tujuh marga yang berbeda untuk memilih tempat fiksasi yang lebih
(Gambar 4). Hal ini mungkin disebabkan terlindung ketimbang lokasi Jembatan
karena tingkat kepadatan mangrove yang Poka. Walaupun pada lokasi Kate-kate
tinggi, sehingga lebih ideal sebagai tempat juga terdapat aliran air tawar seperti yang
berlindung terhadap ombak dan kondisi ditemui pada lokasi Jembatan Poka,
pasang surut. Akibatnya lokasi ini lebih namun tingkat kepadatan mangrove yang
sesuai untuk menjadi tempat fiksasi, baik lebih tinggi (bd. bagian 3.2) nampak
sedikit banyak mengurangi dampak dari

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 273
Biota Penempel yang Berasosiasi dengan Mangrove di Teluk Ambon

aliran air tawar tersebut, di samping berasosiasi dengan pohon mangrove pada
ombak dan pasang surut, terhadap lokasi Kate-kate.
keberadaan biota penempel yang

Gambar 4. Perbandingan jumlah individu biota penempel yang berasosiasi dengan


mangrove di Kate-kate pada musim peralihan I dan musim timur.

A B C

D E F

Gambar 5. Jenis-jenis biota penempel pada anakan mangrove di Kate-kate: N.


oualaniens (A); L. scabra (B); S. cucullata (C), Clibanarius ambonensis
(D); Cassidula nucleus (E); Cardisoma carnifex (F).

274 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Tapilatu dan Pelasula

Gambar 6. Salah satu anakan mangrove yang ditempeli oleh S. cucullata pada lokasi
jembatan Poka, anak panah menandakan posisi penempelan pada batang
pohon (A); Setidaknya enam individu S. cucullata menempel berkelompok
pada posisi yang sama. Foto diambil pada anakan yang sama pada saat surut,
anak panah menunjukkan salah satu individu Littorina sp. pada salah satu
cangkang. (B); Salah satu S. cucullata yang berhasil dilepaskan dari batang
anakan, anak panah menunjukkan serpihan epidermis pohon yang ikut
terbawa, menandakan kuatnya perekat yang disekresi oleh bagian
antennulari teritip (C); S. cucullata (D).

Khusus mengenai biota penempel yang pendek merupakan permukaan yang


dari kelompok Ostreidae atau lebih mudah untuk ditempeli oleh teritip,
teritip/barnakel, dari pengamatan daripada pohon. Teritip, melalui bagian
ditemukan lebih banyak individu di antennulari, mensekresi beberapa jenis
anakan R. apiculata pada lokasi Poka (6 phenol dan phenoloxydase sebagai perekat
individu pada musim peralihan I, 17 sebelum penempelan (presettlement
individu pada musim timur) daripada di adhesive) dan sejenis semen kaya protein
lokasi Kate-kate (2 individu pada musim sebagai perekat biologis setelah
peralihan I dan musim timur) (Gambar 6). penempelan (post-settlement bioadhesive)
Rani et al. (2010) melaporkan bahwa agar dapat merekat dengan baik pada
Balanus amphitrite, salah satu spesies batang anakan. Akibatnya, senyawa-
barnakel yang merupakan hama pada senyawa tersebut kemudian akan terserap
anakan mangrove di area Vellar, ke dalam kelenjar batang, dan pada
Tamilnadu (India) menunjukkan gilirannya akan menghambat
preferensi penempelan pada anakan R. pertumbuhan anakan mangrove
apiculata ketimbang pada Avicenna (Santhakumaran and Sawant, 1994).
marina. Hal ini diduga diakibatkan oleh Di samping itu penempelan teritip
lebih sesuainya tekstur permukaan batang dapat mengakibatkan reduksi tingkat
R. apiculata (yang lebih kasar) untuk fotosintesis, patahnya dahan dan/atau
ditempeli ketimbang A. marina (Rani et batang serta menghambat pernapasan
al., 2010). anakan (Han et al., 2004; Li et al., 1998).
Santhakumaran and Sawant (1994) Pengalaman program penanaman kembali
menyatakan bahwa anakan mangrove mangrove oleh Departemen Kehutanan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 275
Biota Penempel yang Berasosiasi dengan Mangrove di Teluk Ambon

Provinsi Goa di India, lewat transplantasi anakan mangrove hasil penanaman yang
dari lokasi pemeliharaan anakan ke masih bertahan hidup secara keseluruhan
beberapa area pesisir, menunjukkan adalah sebanyak 91 pohon atau sekitar
bahwa semua anakan terkena penempelan 73%, ditambah dengan 33 anakan yang
teritip, terutama yang ditanam kembali tumbuh secara alami. Berdasarkan data
pada kawasan intertidal dengan tingkat pengukuran awal pada saat penanaman
mortalitas berkisar antara 25,6 55,3%. anakan, setelah 24 bulan LPAM rata-rata
Hampir separuh kasus mortalitas anakan adalah 2,92 cm/bulan, dengan LLB
disebabkan penempelan teritip dan sebesar 0,15 cm/ bulan.
periode pasang surut (Santhakumaran and Adapun hasil pengukuran luasan
Sawant, 1994). mangrove daerah Kate-Kate Desa Hunuth
Lebih jauh Perry (1998) adalah 0,6 ha, di mana pada daerah ini
mengamati bahwa keberadaan biota terdapat empat jenis mangrove yang
penempel ini dapat menyebabkan tumbuh secara alami yaitu S. alba, R.
menurunnya tingkat pertumbuhan akar apiculata, Ceriops tagal dan Aegiceras
hingga 30% dan penurunan produksi net corniculatum. Karena lokasi penelitian
akar sampai 52%. Penurunan ini akan tidak terlalu luas maka dilakukan satu kali
memaksa anakan menggunakan energi transek. Hasil transek untuk semai/anakan
yang ada untuk membuat akar-akar baru, kerapatan tertinggi adalah jenis S. alba,
yang pada gilirannya menurunkan tingkat diikuti R. apiculata, C. tagal dan A.
produksi tunas atau daun baru (Perry, corniculatum (Tabel 1).
1998), dua faktor penting dalam Dari data tersebut menunjukan
fotosintesis dan reproduksi. bahwa jenis S. alba mendominasi zonasi
pertumbuhan ke arah laut dan R. apiculata
3.2. Mangrove mendominasi ke arah darat. Dari aspek
Pengamatan vegetasi mangrove regenerasi kedua jenis mangrove inipun
untuk kedua lokasi penelitian disesuaikan menunjukan kemampuan regenerasi yang
dengan profil lokasi. Lokasi Jembatan masih baik secara alamiah.
Poka memiliki tingkat kepadatan Dari hasil transek untuk kategori
mangrove yang rendah dan merupakan pohon hanya ditemukan S. alba dan R.
zona reboisasi, sedangkan lokasi Kate- apiculata (Tabel 2), dengan nilai penting
kate memiliki tingkat kepadatan mangrove dan kerapatan S. alba lebih tinggi
yang tinggi - yang tumbuh secara alami - daripada R. apiculata. Sedangkan untuk
dan sesuai hasil pengamatan belum pernah kategori belta ditemukan 4 jenis seperti
dilakukan reboisasi pada area yang yang ditemukan pada katagori semai,
disebut terakhir. dengan nilai tertinggi total basal area, nilai
Vegetasi mangrove pada lokasi penting dan kerapatan diperoleh untuk
Jembatan Poka merupakan hasil reboisasi jenis R. apiculata.
dalam rangka kegiatan Sail Banda pada Dari hasil ini nampaknya akan
akhir Juli 2010, dengan luas area lebih baik apabila dilakukan penanaman
penanaman 0,3 ha. Jumlah anakan yang dan pemeliharaan secara berkala,
ditanam sebanyak 125 anakan dari jenis misalnya pembersihan dan pengaturan
R. stylosa, ditambah dengan anakan yang faktor-faktor penghambat pertumbuhan
telah tumbuh secara alami dari jenis seperti sampah, pembangunan pemukiman
Sonneratia alba (29 anakan) dan A. yang masuk ke area mangrove dan
officinalis (4 anakan). Pada saat penelitian pengambilan batang mangrove untuk
ini dilakukan (Maret 2012), jumlah kebutuhan masyarakat sekitar.

276 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Tapilatu dan Pelasula

Tabel 1. Nilai penting dan kerapatan untuk kategori semai mangrove di lokasi Kate-
kate.

Jenis DR (%) NP (%) Kerapatan anakan (%) /Ha


Sonneratia alba 35,71 97,61 10,00
Rhizopora apiculata 32,14 94,04 10,00
Aegiceras corniculatum 21,43 72,22 6,67
Ceriops tagal 10,71 36,11 3,33

Tabel 2. Indeks nilai penting, kerapatan dan basal area untuk kategori pohon dan belta
vegetasi mangrove di lokasi Kate-kate Desa Hunuth.

Pohon Belta
Jenis Kerapatan Basal area Kerapatan Basal area
NP NP
(batang/ha) (m2/ha) (batang /ha) (m2/ha)
Sonneratia
170,64 44 0,08 68,37 222 0,13
alba
Rhizopora
129,36 33 0,05 104,47 267 0,15
apiculata
Aegiceras
- - 45,91 89 0,05
corniculatum
Ceriops
- - 80,25 222 0,13
tagal

IV. KESIMPULAN serta parameter fisika-kimia pada


keberadaan biota penempel di vegetasi
Penelitian mengenai biota mangrove di TAD, dan juga pemantauan
penempel yang berasosiasi dengan berkala terhadap keberadaan biota
ekosistem mangrove di TAD, terutama di penempel terutama teritip yang
lokasi Jembatan Poka dan Kate-kate, mengganggu pertumbuhan anakan
menunjukkan bahwa individu dari mangrove. Untuk menjamin keberhasilan
kelompok moluska dan krustasea ditemui revegetasi, pertumbuhan anakan yang
dalam jumlah yang lebih tinggi ketimbang bebas dari gangguan biota penempel
individu dari kelompok lainnya. merupakan faktor utama dalam upaya
Kepadatan mangrove nampaknya turut tersebut. Hal ini penting mengingat fungsi
menentukan jumlah individu dan ekosistem mangrove yang penting bagi
keanekaragaman biota penempel yang ada kawasan pesisir TAD, bukan saja dalam
pada ekosistem tersebut. Hal ini terutama rangka mitigasi bencana tsunami, namun
berkaitan dengan fungsi ekologis juga sebagai penahan badai dan adaptasi
mangrove sebagai tempat berlindung biota kawasan pesisir terhadap kenaikan
laut dari kondisi lingkungan seperti permukaan laut sebagai dampak dari
ombak dan pasang surut. perubahan iklim global.
Dari segi pemulihan kawasan
hutan mangrove yang rusak di kawasan UCAPAN TERIMA KASIH
TAD, akan sangat bermanfaat apabila
dilakukan penelitian lanjutan mengenai Penulis mengucapkan terima kasih
pengaruh musim barat, musim peralihan II kepada Daniel Talla atas bantuan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 277
Biota Penempel yang Berasosiasi dengan Mangrove di Teluk Ambon

pengambilan sampel di lapangan dan Malocostraca, Eucarida (Part 2)


identifikasi biota penempel di Decapoda-Anomura, Brachyura.
laboratorium, Francy Nendissa dan Simon CSIRO Publishing, 19:183186.
Leatemia atas bantuan dalam pengamatan Dharma, B. 2006. Recent and fossil
dan identifikasi vegetasi mangrove. Indonesian shells. Hackenheim,
Terima kasih juga kepada mitra bestari Conchbooks. 424p.
anonim yang telah berkontribusi Han, W.D., L. Chen, and M.J. Yuan.
meningkatkan kualitas makalah ini lewat 2004. The barnacle control on the
perbaikan-perbaikan yang diusulkan. planted young mangle trees. J. of
Penelitian ini dibiayai dengan dana Fujian Forestry Sci and Tech.,
DIPA UPT BKBL LIPI Ambon tahun 31(1):57-70.
anggaran 2012 untuk kegiatan penelitian Heryanto. 1987. Kepadatan tiram
Studi prokaryota dan biota penempel mangrove (Saccostrea echinata)
yang berasosiasi dengan ekosistem pada akar cakar dan
mangrove di Teluk Ambon bagian pneumatophore di hutan mangrove
Dalam. sekitar Teluk Ambon, suatu studi
pendahuluan. Dalam: Teluk
DAFTAR PUSTAKA Ambon I Biologi, Perikanan
Oseanografi dan Geologi.
Angell, C.L and J. Tetelepta. 1984. Balitbang SDL, Puslitbang
Oyster culture in the mangrove Oseanologi LIPI Ambon. Hlm.:
ekosistem. In: Kosterman, A. and 41-46.
S.S. Sastroutomo (eds.). Lam, K. and B. Morton. 2006.
Proceeding Symposium of Morphological and mitochondrial-
Mangrove Forest Ecosystem DNA analysis of the Indo-West
Productivity in SouthEast Asia, Pacific Rock Oysters (Ostreidae:
Biotrop, Bogor. Hlm.:177-189. Saccostrea species). J. of
Buckland, S.T., D.R. Anderson, K.P. Molluscan Studies, 72:235245.
Burnham, and J.L. Laake. 1993. Li, S.W. 2005. Factors affecting
Distance sampling: estimating mangrove survival and fitness.
abundance of biological popula- M.Sc. Thesis. The Univ. of Hong
tions. Chapman and Hall. London. Kong. 119p.
Carpenter, K.E. and V.H. Niem (eds). Li, Y., D.H. Zheng, S.F. Zheng, B.W.
1998. The living marine resources Liao, and X.Y. Song. 1998.
of the Western Central Pacific. Barnacles harm to artificial
Volume 2. Cephalopods, mangroves and their chemical
crustaceans, holothurians and control. Forest Research,
sharks. FAO species identification 11(4):370-376.
guide for fishery purposes. Rome, Maxwell, G.S. and S.W. Li. 2006.
FAO. 687-1396pp. http://www. Barnacle infestation on the bark of
fao.org/docrep/009/w7192e/w7192 Kandelia candel (L.) Druce and
e00.htm, retrieved 12 February Aegiceras corniculatum (L.)
2012. Blanco. ISME/GLOMIS Electr J.
Cox, G.W. 1967. Laboratory manual of 5(2):1-3. http://www.glomis.com/
general ecology. M.W.C. Brown ej/pdf/ej05-2.pdf, retrieved on
Company. Minneapolis. 165p. March 03, 2011.
Davie, P.J.F. 2002. Zoological catalogue
of Australia. Crustacea:

278 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Tapilatu dan Pelasula

Osawa, M. and Y. Fujita. 2008. Oseanografi dan Geologi.


Clibanarius ambonensis (Crusta- Balitbang SDL, Puslitbang Osea-
cea: Decapoda: Anomura: nologi LIPI Ambon. Hlm.: 47-50.
Diogenidae) from the Ryukyu Tapilatu, Y. 2012. Studi prokaryota dan
Islands, south-western Japan. biota penempel yang berasosiasi
Marine Biodiversity Records, 1, dengan ekosistem mangrove di
e16. doi:10.1017/S17552672 0600 Teluk Ambon bagian dalam.
1667. Laporan Penelitian DIPA 2012
Perry, D.M. 1988. Effects of associated UPT BKBL LIPI Ambon. 32hlm.
fauna on growth and productivity Tetelepta, J. 1982. Efektivitas dari
in the red mangrove. Ecology, beberapa macam spat collector
69(4):1064-1075. yang dipakai pada percobaan
Pulumahuny, F.S. 1997. Studi komunitas kultivasi tiram Crassostrea
mangrove di Teluk Kayeli, Pulau echinata (Quoy and Galmard) di
Buru, Kabupaten Maluku Tengah. Teluk Ambon bagian dalam.
Thesis Master. Program Pasca Skripsi. Universitas Pattimura.
Sarjana Universitas Hasanuddin.
Makassar. 77hlm.
Rosewater, J. 1970. The family
Littorinidae in the IndoPacific Part
1. The subfamily Littorininae.
Indo-Pacific Mollusca, 2:417-506.
Santhakumaran, K.N. and S.G. Sawant.
1994. Observations on the damage
caused by marine fouling
organisms to mangrove saplings
along Goa coast. J. Timb Dev
Assoc. (India), 40(1):5-13.
Rahayu, D.L. 2003. Hermit crab species
of the genus Clibanarius
(Crustacea: Decapoda: Diogeni-
dae) from mangrove habitats in
Papua, Indonesia, with description
of a new species. Memoirs of
Museum Victoria, 60(1):99104.
Sanpanich, K., F.E. Wells, and Y.
Chitramvong. 2004. Distribution
of the family Littorinidae
(Mollusca: Gastropoda) in
Thailand. Records of the Western
Australian Museum, 22:241-251.
Suprapto, S. 1987. Komposisi jenis
gastropoda di hutan mangrove
Teluk Ambon. Dalam: Teluk
Ambon I Biologi, Perikanan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 279

Anda mungkin juga menyukai