Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Seuneubok Lada, No.1, Vol.

1 Januari-Juni 2014

MEMBUMIKAN SEJARAH SOSIAL

Johan Robert Saimima


Penulis adalah Mahasiswa Doktoral Ilmu-Ilmu Humaniora Fakultas Ilmu Budaya, Bidang
Ilmu Sejarah, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta

Abstract

This article attempts to discuss about social history as an important part of the
new Indonesian historiography. Through writing this article a perspective of social
history is described to provide knowledge and a critique of political history which is so
famous, as well as introducing the writing of social history as a comprehensive history.
Author discusses social history with political history in the rapidly growing
Indonesian historiography, then as a critique of the political history that laudes great
people, displayed social history as history that takes sides to the populist or marginal in
the society. Social history is very relevant to be developed more widely in Indonesia,
because the context of Indonesian society are those who are most marginalized people,
such as: farmers, fishermen, laborers, the homeless, etc.
In order to develop a social history, the interdisciplinary approach can be used in
writing. With this process, the social science concepts can be used to strengthen the
explanation and interpretation.

Keywords: social history, political history, populist, new Indonesian historiography,


interdisciplinary, explanation, interpretation.

Sejarah sosial merupakan gejala baru penulisan sejarah di luar daratan Eropa.
dalam penulisan sejarah sebelum perang Namun, sebagai pelopor sejarah sosial,
dunia II, dan baru mendapat tempat sarjana-sarjana Prancis masih saja
sebagai sebuah gerakan yang penting memegang peranan penting dan
sekitar tahun 1950-an. Pelopor lahirnya mendapat pengakuan dari penulis-penulis
sejarah sosial adalah Lucien Febvre dan sejarah sosial di Amerika. Bagi penulis-
Marc Bloch dari aliran Annales di penulis sejarah sosial di Amerika, mereka
Prancis. Melalui karya mereka, sejarah mengakui lebih banyak mencapai
sosial menjadi modal bagi generasi baru pengaruh dari Perancis daripada dari
penulis sejarah yang semakin kuat Inggris.1
kedudukannya dalam dunia penulisan Bahan garapan dari sejarah sosial
sejarah. Dari Prancis, sejarah sosial mulai sangat luas dan beragam, tetapi dalam
berkembang sampai ke Amerika dan penulisan sejarah sosial, aspek penting
semakin kokoh di sana setelah diterbitkan sebagai keunikan penulisan sejarah sosial
majalah Comparative Study on Society yang harus diperhatikan adalah
and History pada 1958. Selain Prancis
1
yang mempelopori lahirnya sejarah Suhartono, Sejarah sosial
sosial, muncul juga tradisi sejarah sosial Indonesia Abad XIX-XX (Yogyakarta:
yang berbeda di Inggris dan menjadi Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Gadjah Mada, Tanpa Tahun
sumber inspirasi yang kuat dalam Terbit), 33.
46
Jurnal Seuneubok Lada, No.1, Vol.1 Januari-Juni 2014

membatasi diri pada ruang dan waktu Lambatnya Perkembangan Sejarah


tertentu. Dari sekian banyak penulisan Sosial di Indonesia
sejarah sosial, beberapa hasil tulisan
yang dapat dikemukakan dengan topik Sudah bukan rahasia lagi bahwa
garapannya yang luas diantaranya adalah perkembangan sejarah sosial di Indonesia
tulisan March Bloch, French Rural jika dibandingkan dengan sejarah politik
History (1970) yang tidak semata-mata kalah pengaruhnya. Sejarah politik di
menggambarkan sejarah petani tetapi Indonesia merupakan sejarah terdepan.
juga masyarakat desa dalam arti sosial- Oleh karena itu, dalam perkembangan
ekonomi; Emmanuel La Roy Ladurie sejarah Indonesia, sejarah sosial tidak
(1976), The Peasants of Languedoc yang berkembang pesat karena sejarah politik
tidak hanya membicarakan mengenai masih diberlakukan sebagai panglima.
petani, tetapi juga mengenai masyarakat Politik menjadi tulang punggung sejarah
pedesaan pada umumnya. Jadi dalam (politic is backbone of history).
pengertian sejarah sosial, tulisan dari Sebagaimana di kerajaan Romawi dan
Marc Bloch dan Emmanuel La Roy Yunani kuno, sejarah sudah didominasi
Ladurie sebagai sejarah sosial tergolong oleh raja, kekuasaan, orang-orang besar
dalam sebuah sejarah total atau global. dan para elite.3 Demikian juga di
Sementara itu, tema-tema beragam dari Indonesia sejarah politik dalam waktu
sejarah sosial yang telah dihasilkan yang cukup panjang turut mendominasi
melalui suatu penelitian, antara lain: historiografi Indonesia. Hal ini terjadi
sejarah sebuah kelas sosial, terutama pada masa kekuasaan Orde Lama sampai
sejarah kaum buruh (tema yang penting Orde Baru dimana eksplanasi sejarah
dalam sejarah sosial di Inggris); tulisan masih diwarnai oleh pahlawan,
Mousnier tentang pemberontakan petani; pemimpin, Jenderal, dan orang-orang
tulisan Sartono Kartodirdjo, Peasant’s besar.
Revolt of Banten in 1988 (1966) yang Perspektif sejarah yang
memanfaatkan teori dan konsep-konsep mengidolakan sejarah politik, menurut
ilmu-ilmu sosial dalam tulisannya; Bambang Purwanto, disebut sebagai
tulisan philip Aries, A Century of sebuah kegagalan sejarah. Disebut
Childhood yang membicarakan tentang kegagalan karena ketidakmampuan
lembaga keluarga, terutama mengenai tradisi Indonesiasentris menghadirkan
bagaimana anak-anak dibesarkan pada masa lalu rakyat secara optimistis,
abad ke-17 dan ke-18. Selain itu tema sejarah kehidupan sehari-hari, sejarah
seperti kemiskinan, perbanditan, yang manusiawi, keragaman eksplanasi,
kekerasan, kriminalitas, kelimpah- keragaman epistemologis, tidak mampu
ruahan, kesalehan, kekasatriaan, lepas dari jeratan warisan sejarah
pertumbuhan penduduk, migrasi, kolonial, dan terpenjara dalam pandangan
urbanisasi, seniman, hobby merupakan yang sempit bahwa sejarah adalah sejarah
tema-tema menarik yang dapat dijadikan politik. Banyak orang baik sebagai
untuk memperkaya penulisan sejarah individu maupun kelompok dianggap
sosial.2 tidak memiliki sejarah, sehingga muncul

3
Suhartono W. Pranoto, Teori &
Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha
2
Ibid., 34-35 Ilmu, 2010), 69-70
47
Jurnal Seuneubok Lada, No.1, Vol.1 Januari-Juni 2014

situasi atau ungkapan-ungkapan seperti: masih lambat di Indonesia, tetapi kita


rakyat tanpa sejarah, sejarah tanpa rakyat, bersyukur karena masih dapat menikmati
perempuan tanpa sejarah, atau sejarah karya sejarah sosial baru yang
tanpa perempuan4. Konstruksi sejarah diperkenalkan oleh Sartono Kartodirdjo
seperti demikian, tidak lain adalah lewat disertasinya tentang “Peasants
menjadikan sejarah itu elitis dan formal, Revolt of Banten in 1888”. Sartono
tidak memberi ruang kepada masyarakat adalah seorang yang memperkenalkan
kecil, terpinggirkan, dan kemanusiaan. dan kemudian mengembangkan sejarah
Aktor yang dicatat dalam sejarah sosial di Indonesia.7
politik adalah mereka yang bergelar raja,
bangsawan atau orang yang bertitel Membumikan Sejarah Sosial
seperti: Ir. Soekarno, Mohammad Hatta,
Soeharto, dan R.A. Kartini. Sebaliknya Jika terus mengembangkan sejarah
orang-orang yang tergolong miskin, politik di Indonesia, maka tidak bedanya
gelandangan, buruh, petani, dan penjahat dengan keinginan untuk terus
tidak memiliki kesempatan untuk ditulis melanggengkan sejarah kolonial yang
dalam sejarah, meskipun seandainya cenderung berpihak kepada penguasa.
peran mereka juga sebagai pembaharu, Oleh karena itu, sudah saatnya sejarah
pejuang dan pembawa pencerahan bagi sosial dikembangkan dengan
masyarakat. Sejarah politik, lebih banyak menggunakan pendekatan
menjelaskan tentang teritori bangsa multidimensional atau melibatkan
Indonesia sebagai satu kesatuan dari metodologi ilmu sosial untuk menulis
sudut pandang geopolitik, dan tidak tentang sejarah yang komprehensif.
menyentuh struktur sosial masyarakat Dengan cara ini, Sartono Kartodirdjo
dan perubahan-perubahan yang terjadi mengatakan bahwa sejarah sosial dapat
dalam masyarakat. Padahal kelompok melampaui peran dominan dari sejarah
Annales mengatakan bahwa sejarah politik dengan pola yang konvensional.
politik saja sempit, oleh karena itu Dalam pengertian yang luas, sejarah
sejarah harus diperluas dengan aspek sosial menampilkan lebih banyak ruang
sosial, struktural, total.5 Dengan untuk banyak lapisan masyarakat muncul
pengembangan sejarah politik yang di panggung sejarah dan dengan
berlebihan, sejarawan dapat mengantar demikian menghindari bias yang elitis
orang-orang untuk jatuh ke dalam atau "grand theory dari orang-orang
sauvinisme (chauvinism) atau jingoisme besar". Sebaliknya, sudut pandang yang
(jingoism).6 Meskipun sejarah sosial mengutamakan rakyat kecil (populis)
digunakan, untuk mengusung rakyat
4
Bambang Purwanto, Gagalnya
Historiografi Indonesiasentris (Yogyakarta:
Ombak, 2006), xiv
5
Suhartono W. Pranoto, Teori &
Metodologi Sejarah, op.cit., 70 Chauvin sendiri miskin, cacat, dan menerima
6
Sauvinisme (chauvinism) adalah perlakuan buruk, sedangkan Jingoisme dalam
ajaran atau paham mengenai cinta tanah air pengertiannya disebutkan sebagai paham
dan bangsa (patriotisme) yang berlebihan. patriotisme ekstrem. Pusat Bahasa, Kamus
Istilah ini diambil dari nama Nicolas Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.
Chauvin, seorang prajurit setengah mitos Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
7
pada zaman Napoleon Bonaparte, yang Suhartono W. Pranoto, Teori &
fanatik terhadap Kaisarnya meskipun Metodologi Sejaraht., 133
48
Jurnal Seuneubok Lada, No.1, Vol.1 Januari-Juni 2014

biasa, para petani, orang-orang menjadi sejarah dalam historiografi baru


perkotaan, tertindas, bandit, dll.8 Indonesia. Apalagi konteks Indonesia
Sejarah sosial yang dalam bahasa Jim adalah negara yang masyarakatnya
Sharpe, diistilahkan dengan sejarah dari kebanyakan merupakan petani, nelayan,
bawah, disebutnya berharga dalam pembantu rumah tangga, buruh pabrik,
membantu menentukan identitas orang- buruh bangunan, tukang sapu jalan,
orang kecil, seperti petani desa, kelas tukang sampah, dll. Mereka ini menurut
pekerja jalan, orang yang tinggal di Suhartono adalah orang-orang yang
rumah kumuh atau rumah susun dan berada pada struktur bawah dalam
digunakan untuk mengkritik, sejarah, tetapi perannya sebenarnya dapat
mendefinisikan dan memperkuat arus lebih tinggi dalam menopang kehidupan
sejarah utama (sejarah politik). Dengan pusat pemerintahan.10 Dengan demikian,
menulis sejarah dari bawah, sejarawan sejarah tidak lagi menjadi sejarah yang
tidak hanya memberikan tubuhnya hanya didominasi oleh orang besar saja
bekerja untuk memungkinkan orang tahu tetapi orang-orang kecil pun berhak
lebih banyak tentang masa lalu, tetapi dijelaskan dalam sejarah.
juga dengan jelas telah membuat lebih Agar dapat menulis sejarah sosial
banyak lagi rahasia yang masih maka sejarawan harus menggunakan
bersembunyi, belum dijelajahi/dibuktikan konsep-konsep ilmu sosial untuk
untuk bisa dikenal. Sehingga sejarah dari memperkuat eksplanasi dan interpretasi.
bawah mempertahankan aura subversif Keduanya saling memerlukan, sehingga
atau upayanya untuk merobohkan berlaku pendekatan yang disebut sebagai
paradigma sejarah politik yang berpihak pendekatan interdisipliner. Fungsi
kepada struktur kekuasaan termasuk pendekatan interdisipliner ini dapat
negara. Sejarah dari bawah memberi memperkaya wawasan dan kedalaman
bantuan untuk meyakinkan bahwa orang penulisan. Ilmu-ilmu sosial yang dapat
yang lahir tanpa sendok perak di mulut dimanfaatkan oleh sejarah, karena
memiliki masa lalu, dan datang dari suatu kedekatannya, adalah antropologi,
tempat. Tapi juga, memainkan peran politikologi, ekonomi, psikologi,
penting dalam membantu untuk geografi, demografi, sosiologi dan
memperbaiki dan memperkuat sebagainya. Dengan dukungan ilmu-ilmu
keberadaan sejarah politik.9 sosial tersebut, sejarah yang bergulat
Sekarang sudah saatnya sejarah tidak mempunyai banyak wawasan untuk
lagi dilihat dari atas tetapi penting untuk dikerjakan terutama problema dan
mengembangkan sejarah dengan konsep. Sebaliknya, ilmu-ilmu sosial
mengetengahkan peran orang-orang memanfaatkan sejarah seperti: event dan
kecil. Kehidupan sehari-hari dari orang- proses. Karya-karya sejarawan Indonesia
orang kecil dapat dikonstruksikan yang sudah menggunakan konsep ilmu
sosial, antara lain: Suhartono dalam
8
Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di
Sartono Kartodirdjo, Indonesian
Surakarta, 1830-1920, menggunakan
Historiography (Yogyakarta: Kanisius,
2001), 80-81 konsep rural elite (bekel) dan counter
9
Jim Sharpe, “History from Below”, elite (bandit) untuk memahami resistensi
dalam Peter Burke (ed.), New Persp.
Historical Writing (United States: The
10
Pennsylvania State University Press, 1992), Suhartono W. Pranoto, Teori &
38 Metodologi Sejarah, op.cit., 122
49
Jurnal Seuneubok Lada, No.1, Vol.1 Januari-Juni 2014

terhadap perkebunan; Ong Hok Ham rakyat kecil adalah penting untuk
dalam The Residency of Madiun: Priyayi diperhatikan dalam sejarah bangsa.
and Petani menjelaskan konsep patron- Semakin banyak menghasilkan karya
klien untuk melihat perkembangan sejarah sosial maka proses mengkritisi,
sejarah madiun pada masa kolonial; Anak mendefinisikan dan memperkuat sejarah
Agung Gde Putra Agung dalam Birokrasi politik menjadi semakin terarah, sehingga
Kerajaan Karangasem pada abad ke-19 sejarah dapat menjadi sejarah yang
menggunakan konsep birokrasi untuk komprehensif atau total.
menjelaskan perkembangan kerajaan
Karangasem. Sementara permasalahan
dari perspektif ilmu sosial yang bisa Daftar Pustaka
dimanfaatkan sejarah seperti nampak
Burke, Peter (ed.), (1992). New Persp.
dalam karya Sartono Kartodirdjo dalam
Historical Writing. United States:
Perkembangan Peradaban Priyayi, yang The Pennsylvania State
membahas persoalan lahirnya elite pada University Press
masa kolonial, lembaganya, lambang-
lambangnya dan perubahannya11 Kartodirdjo, Sartono (2001). Indonesian
(Suhartono, 131-132, 136). Historiography. Yogyakarta:
Karya-karya sejarah sosial memang Kanisius
sudah dihasilkan sebelumnya oleh para
Pranoto, Suhartono W. (2010). Teori &
sejarawan, seperti yang sudah disebutkan Metodologi Sejarah. Yogyakarta:
di atas, namun dalam pergulatan sejarah Graha Ilmu
masih tertinggal jauh jika dibandingkan ______________________. Sejarah
dengan karya sejarah politik. Oleh karena sosial Indonesia Abad XIX-XX
itu, saatnya menghasilkan karya sejarah (Yogyakarta: Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya,
dari bawah untuk menampilkan semangat
Universitas Gadjah Mada
dan perjuangan orang-orang kecil bagi
kemajuan bangsa ini adalah suatu Purwanto, Bambang (2006). Gagalnya
pekerjaan yang mulia. Sudah saatnya, Historiografi Indonesiasentris.
kita tidak perlu berlebihan untuk Yogyakarta: Ombak
mengagungkan orang-orang besar dalam
sejarah, karena mereka tanpa dikenalkan Pusat Bahasa (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi
pun sudah bisa memperkenalkan diri dan
Keempat. Jakarta: Gramedia
menjadi terkenal sendiri, tetapi mereka Pustaka Utama
yang berjuang sebagai petani, nelayan,
pembantu rumah tangga, buruh, dll
adalah orang-orang yang marginal dalam
masyarakat dan tidak tercatat dalam
sejarah. Padahal orang-orang seperti
itulah yang menjadi penopang kokohnya
pemerintahan bangsa Indonesia. Suatu
pemerintahan tanpa rakyat tidak dapat
disebut sebagai bangsa, begitupun
sebaliknya. Dengan demikian, pergulatan

11
Ibid., 131-132, 136
50
Jurnal Seuneubok Lada, No.1, Vol.1 Januari-Juni 2014

51

Anda mungkin juga menyukai