OLEH KELOMPOK 2:
FAKULTAS TARBIYAH
2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas
rahmat dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikologi Pendidikan,
dengan judul : “Perkembangan Individu”.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Siti Rosyidah, M.Pd yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, serta teman-
teman sekelompok yang turut membantu menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu, kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun
dosen demi tercapainya makalah yang sempurna.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan individu merupakan fenomena kompleks yang
melibatkan interaksi antara faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi pertumbuhan, perubahan, dan adaptasi individu sepanjang
hidupnya. Perkembangan individu adalah perjalanan panjang yang dialami
setiap manusia sepanjang hidupnya, meliputi serangkaian perubahan fisik,
emosional, sosial, dan kognitif.
Perkembangan individu merupakan hasil dari interaksi antara faktor
genetik dan lingkungan. Setiap individu memiliki potensi unik yang dapat
berkembang seiring waktu. Perkembangan individu juga melibatkan
perubahan dalam pola pikir, kemampuan berpikir, dan perilaku individu.
Memahami esensi dari perkembangan individu memberikan
wawasan yang mendalam tentang bagaimana manusia berkembang dan
beradaptasi dalam lingkungan yang selalu berubah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perkembangan individu?
2. Bagaimana hakekat perkembangan individu?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu?
4. Apa saja tahapan perkembangan individu?
5. Apa yang dimaksud perkembangan kognitif?
6. Apa yang dimaksud perkembangan social?
7. Apa yang dimaksud perkembangan moral?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perkembangan individu.
2. Untuk mengetahui hakekat dari perkembangan individu.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
individu.
4. Untuk mengetahui tahapan perkembangan individu.
5. Untuk mengetahui apa itu perkembangan kognitif
6. Untuk mengetahui apa itu perkembangan social.
7. Untuk mengetahui apa itu perkembangan moral.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Perkembangan individu terjadi melalui proses yang kekal dan tetap,
yang terdiri dari proses biologis, kognitif, dan sosioemosi. Setiap individu
mengalami perkembangan yang berlangsung dari konkrit ke abstrak, dari
egosentrisme ke perspektivisme, dan dari out of control ke inner control.
Perkembangan juga mempunyai tahap atau fase yang dapat diramalkan,
setiap individu yang normal akan mengalami tahap atau fase perkembangan.
Tujuan perkembangan manusia adalah self realization atau aktualisasi diri.
7
lingkungan, memberi respon kepada lingkungan, mencontoh atau
belajar tentang berbagai hal dari lingkungan.
3. Kematangan
Yang dimaksud dengan kematangan adalah siapnya suatu fungsi
kehidupan, baik fisik maupun psikis untuk berkembang dan melakukan
tugasnya.
8
5. Masa Remaja, pada masa ini dimulai dengan perubahan fisik yang cepat
dan nyata, serta perkembangan fisiologi sesuai dengan jenis kelamin
yang dipengaruhi hormon dan genetika. Pada tahap remaja ini,
kebutuhan untuk menjadi individu yang independen dan pembentukan
identitas adalah bagian penting dalam perkembangan individu.
6. Periode Dewasa Awal, yaitu masa ketika individu mulai mandiri secara
financial, mulai mengembangkan karirnya, mencari pasangan hidup,
dan memulai keluarga.
7. Periode Dewasa Madya, yaitu perkembangan terkait dengan
kemampuan bertanggung jawab dan keterlibatan sosial mencapai
kematangannya pada periode ini.
8. Peroide Lansia, periode ini biasanya seseorang mulai menelaah kembali
jalan hidupnya, manyesuaikan diri dengan kondisi dan peran sosialnya,
serta mengalami kemunduran kekuatan fisik yang nyata.
E. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak
untuk berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48)
bahwa kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu
untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa. Jadi proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan
(intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama
sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.
Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi
keberhasilan anak dalam belajar karena sebagian aktivitas dalam belajar
selalu berhubungan dengan masalah berpikir. Menurut Ernawulan Syaodih
dan Mubair Agustin (2008: 20) perkembangan kognitif menyangkut
perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam
kehidupannya, mungkin saja anak dihadapkan pada persoalan-persoalan
yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan
9
merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak
mampu menyelesaikan persoalan anak perlu memiliki kemampuan untuk
mencari cara penyelesaiannya.
Husdarta dan Nurlan (2010: 169) berpendapat bahwa perkembangan
kognitif adalah suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan
sambungan (kelanjutan) dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya.
Hasil-hasil tersebut berbeda secara kualitatif antara yang satu dengan yang
lain. Anak akan melewati tahapan-tahapan perkembangan kognitif atau
periode perkembangan. Setiap periode perkembangan, anak berusaha
mencari keseimbangan antara struktur kognitifnya dengan pengalaman-
pengalaman baru. Ketidakseimbangan memerlukan pengakomodasian baru
serta merupakan transformasi keperiode berikutnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa faktor
kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar
karena sebagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan
masalah mengingat dan berpikir. Perkembangan kognitif dimaksudkan agar
anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
inderanya sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak
dapat melangsungkan hidupnya.
F. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merujuk pada perubahan yang terjadi dalam
interaksi dan hubungan sosial seseorang dengan orang lain.2 Ini melibatkan
perkembangan kemampuan berinteraksi, berkomunikasi, memahami norma
dan nilai-nilai sosial, membentuk hubungan yang sehat, dan
mengembangkan identitas sosial.
Proses perkembangan sosial dimulai sejak lahir dan terus berlanjut
sepanjang hidup. Pada masa bayi dan anak-anak, perkembangan sosial
terjadi melalui interaksi dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitar.
10
Mereka belajar untuk berkomunikasi, memahami emosi orang lain, berbagi,
dan berinteraksi dengan teman sebaya.
Selama masa remaja, perkembangan sosial menjadi lebih kompleks.
Remaja mulai membentuk identitas sosial mereka, mencari kelompok
sebaya, dan mengembangkan keterampilan sosial yang lebih matang.
Mereka juga mulai memahami norma sosial, nilai-nilai budaya, dan
mengembangkan pemahaman tentang peran gender.
Pada masa dewasa, perkembangan sosial melibatkan pembentukan
hubungan interpersonal yang lebih mendalam, seperti hubungan romantis,
persahabatan, dan hubungan kerja. Individu juga terlibat dalam komunitas
sosial yang lebih luas dan berkontribusi pada masyarakat.
Perkembangan sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan
keluarga, pendidikan, budaya, dan pengalaman sosial. Interaksi dengan
orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, atau
komunitas, memainkan peran penting dalam perkembangan sosial
seseorang.
Perkembangan sosial yang sehat melibatkan kemampuan untuk
berempati, berkomunikasi secara efektif, membangun hubungan yang
saling mendukung, serta memahami dan menghormati perbedaan antara
individu. Dukungan dan lingkungan yang positif dapat membantu individu
mengembangkan keterampilan sosial yang kuat dan mencapai kesejahteraan
sosial yang baik.
G. Perkembangan Moral
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, moral adalah ajaran
tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dan sebagainya.
Menurut Piaget, dalam Djahiri (1985:20) moral lebih bersifat
tuntutan dari luar (masyarakat/kehidupan) karena kiprah umum atau
praktika nyata. Namun demikian kesemuanya memuat hal yang dianggap
atau dinyatakan baik dan berharga.
11
Inti tentang pembicaraan moral adalah berkaitan bidang kehidupan
manusia dinilai dari baik buruknya perbuatan. Norma moral dijadikan
sebagai tolak ukur untuk menetapkan benar salahnya sikap dan tindakan
manusia. Kesuma (2012:65) mengungkapkan bahwa nilai moral adalah
nilai-nilai sopan santun dalam suatu kelompok sosial, nilai-nilai moral
tersebut seperti kejujuran, ketidakmemihakan, kedisiplinan, keramahan,
saling menghargai, penghormatan dan sebagainya.
Menurut Ratna Megawangi, dalam Narwanti (2011:5) membentuk
karakter, pribadi dan moral merupakan proses yang berlangsung seumur
hidup. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan
bermoral jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula.
Menurut Kohlberg, dalam Suryana (2009) perkembangan moral
anak usia prasekolah berada pada level atau tingkatan yang paling dasar,
yaitu penalaran moral prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum
menunjukan internalisasi nilai-nilai moral, pertimbangan moralnya
didasarkan pada akibat yang bersifat fisik.
Ada tiga pihak yang memiliki peranan penting terhadap
pembentukan moral anak yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan. Kunci
pembentuk moral dan fondasinya sejatinya adalah keluarga. Keluarga
merupakan pendidik yang utama dan pertama dalam kehidupan anak karena
dari keluargalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya serta
menjadi dasar perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari.
Keluarga berperan memberikan dasar pembentukan tingkah laku,
watak, dan moral. Sedangkan orang tua bertugas sebagai pengasuh,
pembimbing, dan pemelihara dan sebagai pendidik terhadap anak-anaknya.
Akan tetapi , kecenderungan saat ini pendidikan yang semula menjadi
tanggung jawab keluarga sebagian besar diambil alih oleh sekolah
dan lembaga-lembaga sosial lainnya.
Pada tingkat permulaan fungsi ibu sebagian sudah diambil alih oleh
pendidikan prasekolah, begitu pula masyarakat juga mengambil peran besar
dalam pembentukan karakter. Sekolah adalah lembaga pendidikan yang
12
paling depan dalam mengembangkan pendidikan karakter dan moral.
Melalui sekolah proses pembentukan dan pengembangan moral anak mudah
dilihat dan diukur, moral dibangun secara konseptual dan pembiasaan
dengan menggunakan pilar moral, dan hendaknya memenuhi kaidah-kaidah
tertentu.
Pendidikan nilai dan moral tidak hanya berlangsung dalam kelas
saja, sebab dalam kehidupan sehari-hari sekolah hal ini juga berlangsung
lebih luas lagi dalam kehidupan dan pergaulan anak dalam keluarga, dengan
kelompok teman serta dalam bermasyarakat.
Oleh sebab itu, pendidikan moral dikelas akan lebih berhasil dan
matang bila dipertautkan dengan kehidupan diluar kelas. Pengajaran moral
menghendaki lahirnya generasi muda yang memiliki sejumlah bekal sistem
nilai baku yang positif sebagai landasan atau barometer kehidupan, dan
lebih jauh lagi sebagai generasi pelurus dan pembaharu nilai atau moral
menuju moral yang diinginkan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan individu adalah pola gerakan atau perubahan yang
dimulai dari konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia,
yang dipengaruhi oleh kematangan dan pengalaman. Hal ini melibatkan
perubahan menuju kedewasaan dan aktualisasi diri, dengan faktor-faktor
seperti hereditas, lingkungan, dan kematangan. Tahapan perkembangan
individu meliputi periode pranantal hingga lansia, dengan aspek kogniyif,
sosial, dan moral. Perkembangan kognitif berfokus pada kemampuan
berpikir, sementara perkembangan sosial melibatkan interaksi dan
hubungan sosial, dan perkembangan moral berkaitan dengan norma dan
nilai-nilai sosial yang diterima umum.
14
DAFTAR PUSTAKA
Felicia, Nita. 2004. Pengenalan Teori dan Prinsip Dasar Perkembangan. Modul
01 Edisi 3.
15