Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PERKEMBANGAN PENYESUAIAN DIRI

INDIVIDU

NAMA MAHASISWA :

●Muhammad Ferdiansyah (5222411008)

●Reovando Hutabalian (5222411013)

●Muhammad Rahmatullah Ghonia (5222411001)

DOSEN PENGAMPU :
Miswanto S.Pd., M.Pd.

MATA KULIAH : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEMESTER GANJIL T.A 2022/2022
Nama : Muhammad Ferdiansyah
NIM : 5222411008

Nama : Reovando Hutabalia


NIM : 5222411013

Nama :Muhammad Rahmatullah Ghonia


NIM :5222411001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya , sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar. Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
Mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik atas bimbingan dan arahan dalam penulisan Makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal
ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Medan, 1 Oktober 2022

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..3
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….....4
BAB I………………………………………………………………………………………….6
1.1 Pengertian Perkembangan………………………………………………………….6
1.2 Prinsip-prinsip Perkembangan……………………………………….……………6
1.3 Pengertian individu…………………………………………………………………8
1.4 Ciri-Ciri Individu…………………………………………………………………...9
1.4.1 Teori Psikoanalisis Sigmund Freud……………….…………………………9
1.4.2 Prinsip-prinsip Perkembangan……………………………………………..12
BAB II……………………………………………………………………………………….13

2.1 KASUS I Penghambatan Perkembangan Diri Individu Siswa SMP Selama


Pembelajaran Daring………………………………………………………………….13

2.2 KASUS II Sulitnya Individu Menyesuaikan Diri Atau Beradaptasi Dalam Suatu
Kelompok……………………………………………………………………………….14

BAB III………………………………………………………………………………………15

3.1 SOLUSI Kasus I……………………………………………………………………15

3.2 SOLUSI Kasus II…………………………………………………………………..16

BAB IV………………………………………………………………………………………17

A.KESIMPULAN…………………………………………………………………………...17

4.1 KESIMPULAN TEORI……………………………………………………….......17

4.2 KESIMPULAN Kasus I…………………………………………………...………17

4.3 KESIMPULAN Kasus II………………………………………………………….........17

B.KRITIK………………………………………………………………………….……......17

C.SARAN…………………………………………………………………………………....17

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….18

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………19
BAB I
PERKEMBANGAN PENYESUAIAN DIRI INDIVIDU

1.1 Pengertian Perkembangan (Muhammad Ferdiansyah)

Arti perkembangan menurut WIKIPEDIA adalah berkembangnya sesuatu. Perkembangan dapat


mengacu pada hal-hal berikut:

●Biologi perkembangan - studi tentang bagaimana organisme tumbuh dan berkembang

●Psikologi perkembangan - salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari


perkembangan manusia sejak lahir sampai dewasa

●Perkembangan anak - fase di antara lahir dan berakhirnya masa remaja


● Perkembangan manusia - proses berkembangnya manusia menjadi dewasa

Menurut E. B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul Developmental Psychology (Psikologi


perkembangan) Perkembangan ialah perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses
kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif.Sedangkan menurut Dianie E Papalia dalam bukunya yang berjudul Human
Development (Perkembangan manusia) mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang
berkesinambungan dan progresif dalam organisme dari lahir sampai mati, pertumbuhan,
perubahan dalam bentuk dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian-
bagian fungsional, dan kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah laku yang tidak
dipelajari.

1.2 Prinsip-prinsip Perkembangan ( Muhammad Ferdiansyah)


E.B. Hurlock(1978) menyusun setidaknya ada 10 tahapan perkembangan
 Prinsip pertama perkembangan adalah bahwa perkembangan menyangkut perubahan ,
tujuan perkembangan adalah realisasi diri atau pencapaian kemampuan bawaan.
 Prinsip kedua perkembangan adalah bahwa perkembangan awal lebih penting daripada
perkembangan selanjutnya, karena dasar awal sangat dipengaruhi oleh proses belajar dan
pengalaman . Apabila perkembangan membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak, ia
dapat diubah sebelum menjadi pola kebiasaan.
 Prinsip ketiga perkembangan menekankan kenyataan bahwa perkembangan timbul dari
interaksi kematangan dan belajar dengan kematangan yang menetapkan batas bagi
perkembangan.
 Prinsip keempat perkembangan adalah bahwa pola perkembangan dapat diramalkan,
walaupun pola yang dapat diramalkan ini dapat diperlambat atau dipercepat oleh kondisi
lingkungan di masa pralahir dan pascalahir.
 Prinsip kelima perkembangan adalah bahwa pola perkembangan mempunyai karakteristik
tertentu yang dapat diramalkan. Yang terpenting diantaranya ialah adanya persamaan pola
perkenangan bagi semua anak: perkembangan berlangsung dari tanggapan umum ke tanggapan
spesifik, perkembangan terjadi secara berkesinambungan, berbagai bidang berkembangan
dengan kecepatan yang berbeda : dan terdapat korelasi dalam perkembangan.
 Prinsip keenam perkembangan adalah bahwa terhadap perbedaan individu dalam
perkembangan yang sebagian karena pengaruh bawaan dan sebagian karena kondisi lingkungan.
Ini berlaku baik dalam perkembangan fisik maupun psikologis.
 Prinsip ketujuh perkembangan adalah bahwa terdapat periode dalam pola perkembangan
yang disebut periode pralahir, masa neonatus, masa bayi, masa kanak - kanak awal, akhir masa
kanak - kanak dan masa puber. Dalam semua periode ini terdapat saat - saat keseimbangan dan
ketidakseimbangan: serta pola perilaku yang normal dan yang terbawa dari periode sebelumnya
biasanya disebut perilaku "bermasalah".
 Prinsip kedelapan perkembangan adalah adanya harapan sosial untuk setiap periode
perkembangan. Harapan sosial ini berbentuk tugas perkembangan yang memungkinkan para
orang tua dan guru mengetahui pada usia berapa anak - anak mampu menguasai berbagai pola
perilaku yang diperlukan bagi penyesuaian yang baik.
 Prinsip kesembilan perkembangan adalah bahwa setiap bidang perkembangan
mengandung kemungkinan bahaya baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah pola
perkembangan.
 Prinsip kesepuluh perkembangan adalah bahwa kebahagiaan bervariasi pada berbagai
periode dalam pola perkembangan. Tahun pertama kehidupan biasanya yang paling bahagia dan
masa puber biasanya yang paling tidak bahagia.
Sedangkan, menurut dari H. Syamsu Yusuf L.N. (2006) Telah menjabarkan prinsip-prinsip
perkembangan sebagai berikut.
 Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti ( never ending process ).
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau
beajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa
konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
 Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu
(fisik, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan moral) saling mempengaruhi.
 Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahapan perkembangan
merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi
perkembangan selanjutnya
 Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan. Perkembangan fisik dan mental
mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada
yang lambat) Setiap fase perkembangan mempunyai ciri khas. Setiap individu yang normal akan
mengalami tahapan / fase perkembangan
Yelon dan Weinsten (H. Syamsu Yusuf L.N., 2008 ) mengemukakan tentang arah atau pola
perkembangan itu sebagai berikut.
1. Chepalocaudal dan proximal - distal. Maksudnya, kepala ke kaki (chepalocaudal), dan dari
tengah pinggir tangan (proximal - distal)
2. Struktur mendahului fungsi. Ini berarti bahwa berfungsi setelah matang strukturnya.
perkembangan manusia itu muai dari paru - paru, jantung dan sebagainya ke anggota tubuh
individu itu akan dapat.
3. Perkembangan itu terdiferensiasi. Maksudnya, perkembangan itu berlangsung dari umum ke
khusus ( spesifik ).
4. Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak.
5. Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme.
6. Perkembangan itu berlangsung dari "outter control ke inner control”

1.3 Pengertian individu(Muhammad Ferdiansyah)

Individu merupakan bagian terkecil dari suatu kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisahkan ke bagian kecil. Istilah “individu” ini berasal dari bahasa yunani, yakni “individuum”
yang artinya tidak terbagi. Dalam ilmu sosiologi, individu juga diartikan sebagai sebuah
organisasi atau perorangan yang bebas dan tidak terikat dengan organisasi yang lain, baik itu
tindakan, pikiran, atau tingkah laku.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, individu memiliki arti organisme
tunggal yang hidup dan berdiri sendiri. Secara fisiologis individu mempunyai sifat bebas yang
sama dengan pengertian individu dengan berdasarkan konsep sosiologis yang berarti bahwa
hidup berdiri sendiri.

Setiap individu dalam masyarakat berperan dengan statusnya yang berbeda-beda. Dalam
lingkungan masyarakat individu mempunyai peran sebagai makhluk sosial. Tidak hanya
berperan di lingkungan masyarakat saja, individu juga mempunyai peran di dunia politik. Peran
individu dalam dunia politik, misalnya sebagai seorang yang menyumbangkan pendapat, salah
satu seorang yang berperan dalam kegiatan politik, dan ikut serta dalam membantu
menyelesaikan masalah dalam organisasi maupun dunia politik.

1.4 Ciri-Ciri Individu

Pada umumnya, terdapat sejumlah ciri-ciri individu yang perlu untuk Anda ketahui atau
kenalinya, antara lain:
a. Individu memiliki akal, pikiran, hasrat, dan keinginan, serta perasaan yang dapat menentukan
action dari luar diri dan dari dalam diri individu.
b. Individu mempunyai naluri bertahan hidup, mencapai kepuasan, dan lain sebagainya.
c. Individu mempunyai jiwa raga yang mampu membedakan antara individu satu dengan lainnya.
d. Individu mempunyai tingkah laku maupun perilaku yang unik atau khas yang dapat
membedakan antara individu satu dengan individu lainnya.

1.4.1 Teori Psikoanalisis Sigmund Freud (Muhammad Ferdiansyah)

Teori psikologi yang paling banyak diacu dalam pendekatan psikologi atau yang paling dominan
dalam analisis karya sastra adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud. Menurut Freud,
psikoanalisis ialah sebuah metode perawatan medis bagi orang-orang yang menderita gangguan
syaraf. Psikoanalisis merupakan suatu jenis terapi yang bertujuan untuk mengobati seseorang
yang mengalami penyimpangan mental dan syaraf. Lebih lanjut lagi, psikoanalisis merupakan
psikologi ketidak-sadaran, perhatian-perhatiannya tertuju ke arah bidang-bidang motivasi, emosi,
konflik, simpton-simpton neurotik, mimpi-mimpi, dan sifat-sifat karakter. Psikoanalisis
dikembangkan oleh Sigmund Freud ketika ia menangani neurosis dan masalah mental lainnya.
Dalam teori psikoanalisis yang dipakainya, kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang
terdiri dari tiga unsur dan sistem, yakni Id (Das Es), Ego (Das Ich), dan Superego (Das Uber
Ich). Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas dan
tingkah laku manusia yang tak lain merupakan produk interaksi ketiganya. Id adalah komponen
biologis, ego adalah komponen psikologis, sedangkan superego merupakan komponen sosial.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ketiga sistem kepribadian menurut teori
psikoanalisis Sigmund Freud.

1. Id adalah sistem kepribadian yang asli atau sistem kepribadian yang paling dasar, sistem
yang di dalamnya terdapat naluri bawaan. Id ialah bagian bawah sadar psikis yang berusaha
memenuhi dorongan naluriah dasar. Id kurang terorganisasi, buta, menuntut, mendesak, dan
bersifat tidak sadar. Id hanya timbul oleh kesenangan tanpa disadari oleh nilai, etika, dan akhlak.
Dengan beroperasi pada prinsip kesenangan ini, id merupakan sumber semua energi psikis, yakni
libido, dan pada dasarnya bersifat seksual.
2. Ego berbeda dengan Id. Ego ialah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah
individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip
kenyataan. Ego tampak sebagai pikiran dan pertimbangan. Ego timbul karena adanya kebutuhan-
kebutuhan organisme memerlukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan.
Tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan menjamin penyesuaian
dengan alam sekitar. Ego juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran dan apa yang akan
dikerjakannya.
3. Superego ialah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif. Ia bertindak sebagai pengarah atau hakim bagi egonya. Superego adalah zat
yang paling tinggi pada diri manusia, yang memberikan garis-garis pengarahan ethis dan norma-
norma yang harus dianut. Fungsi utama dari superego antara lain (1) sebagai pengendali
dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam
cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; (2) mengarahkan ego pada tujuan-tujuan
yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan (3) mendorong individu kepada
kesempurnaan.
Mekanisme pertahanan (defense mekanism), pada ego membantu dapat dilaksanakannya fungsi
penolakan, sekaligus melindungi individu dari kecemasan yang berlebihan. Ego akan mereaksi
dengan dua cara, yaitu:

1. Membentengi impuls sehingga tidak dapat muncul menjadi tingkah laku sadar
2. Membelokkan impuls itu sehingga intensitas aslinya dapat dilemahkan atau diubah.
Selain itu, ciri-ciri mekanisme perlahan, yaitu:
A. Mekanisme pertahanan itu beroperasi pada tingkat tak sadar.
B. mekanisme pertahanan selalu menolak, memalsu, atau memutarbalikkan
kenyataan.
C. Mekanisme pertahanan itu mengubah persepsi nyata seseorang, sehingga
kecemasan menjadi kurang mengancam.
Menurut Freud, sebenarnya ada bermacam bentuk mekanisme pertahanan ego yang umum
dijumpai, tetapi peneliti hanya mengambil sembilan macam saja, yakni: (1) represi, (2)
sublimasi, (3) proyeksi, (4) displacement, (5) rasionalisasi, (6) pembentukan reaksi atau reaksi
formasi, (7) melakonkan, (8) nomadisme, dan (9) simpatisme.

1. Represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling umum dan merupakan dasar bagi
banyak teori Freud. Menurut Freud represi ialah sebentuk upaya pembuangan setiap bentuk
impuls, ingatan, atau pengalaman yang menyakitkan atau memalukan dan menimbulkan
kecemasan tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan ego ini sangat berbahaya. Apabila otak bawah
sadar mereka tidak mampu menampung lagi, maka kecemasan-kecemasan tersebut akan timbul
ke permukaan dalam bentuk reaksi emosi yang berlebihan.
2. Menurut Freud, sublimasi ialah suatu proses bawah sadar dimana libido ditunjukkan atau
diubah arahnya ke dalam bentuk penyaluran yang lebih dapat diterima. Sublimasi selalu
mengubah berbagai rangsangan yang tidak diterima, apakah itu dalam bentuk seks, kemarahan,
ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial.
Mekanisme pertahanan ego seperti ini sangat bermanfaat, karena tidak ada pihak yang merasa
dirugikan, baik individu itu sendiri ataupun orang lain.
3. Menurut Koeswara, proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengalihkan
dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Proyeksi
sering kali melayani tujuan rangkap. Ia mereduksikan kecemasan dengan cara menggantikan
suatu bahaya besar dengan bahaya yang lebih ringan, dan memungkinkan orang yang melakukan
proyeksi mengungkapkan impuls-impulsnya dengan berkedok mempertahankan diri dari musuh-
musuhnya. Mekanisme pertahanan ego ini merupakan kebalikan dari melawan diri sendiri.
Individu yang secara tidak sadar melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini, biasanya
berbicara sebaliknya atau pengkambing hitaman kepada orang atau kelompok lain.
4. Menurut Koeswara, displacement ialah pengungkapan dorongan yang menimbulkan
kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam
dibandingkan dengan objek atau individu yang semula. Mekanisme pertahanan ego ini,
melimpahkan kecemasan yang menimpa seseorang kepada orang lain yang lebih rendah
kedudukannya.
5. Menurut Poduska rasionalisasi ialah suatu mekanisme pertahanan dengan mana anda
berusaha untuk membenarkan tindakan-tindakan anda terhadap anda sendiri ataupun orang lain.
Seseorang yang melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini, akan membuat informasi-
informasi palsu atau dibuat-buat sendiri.
6. Pembentukan Reaksi atau Reaksi Formasi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang
mengantikan suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan lawan atau
kebalikannya dalam kesadarannya. Jika perasaan-perasaan yang awal dapat menimbulkan
ancaman, maka seseorang menampilkan tingkah laku yang berlawanan guna menyangkal
perasaan-perasaan yang bisa menimbulkan ancaman itu.
7. Menurut Poduska melakonkan ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang untuk
meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan cara membiarkan ekspresinya
keluar. Melakonkan merupakan kebalikan dari represi yang menekan dorongan-dorongan atau
keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam alam tak sadar.
Mekanisme pertahanan ego ini membiarkan ekspresinya mengalir apa adanya. Tidak ada bentuk
penahanan atau penutupan atas kecemasan yang diterimanya.
8. Menurut Poduska, nomadisme ialah suatu mekanisme pertahanan ego, yang untuk
meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan cara berusaha lepas dari kenyataan.
Dalam menggunakan mekanisme pertahanan ego seperti ini, dia berusaha mengurangi
kecemasan dengan memindahkan diri sendiri (secara fisik) dari ancaman. Dia berusaha sesering
mungkin atau tidak sama sekali berhadapan dengan individu atau objek yang akan menimbulkan
kecemasan.
9. Menurut Poduska, simpatisme ialah suatu mekanisme pertahanan ego, yang untuk
meredakan atau menghilangkan kecemasan tersebut, dengan cara mencari sokongan emosi atau
nasihat dari orang lain. Seseorang yang melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini akan
mencari teman dekatnya untuk membicarakan masalah-masalah atau kecemasan yang telah
diterimanya. Dia berusaha mendapatkan kata-kata yang bisa membangkitkan gairah untuk
menghadapinya.

1.4.2 Teori Kognitif Jean Piaget (Muhammad Ferdiansyah)

Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia
kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk
menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman
mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu,
yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita
melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa
kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka
yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan
informasi baru.Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar
di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan
diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan
pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat
dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian
mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut
akomodasi.

Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun,
merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan
yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi
(seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun,
merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata
dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang
dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
3. Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam
kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-
goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai
menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran
rasional.
4. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7
hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran
logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh
yang spesifik atau konkrit.
5. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15
tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
6. Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka
dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-
kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
7. Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap
sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada
pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang
lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

BAB II

STUDI KASUS

2.1 KASUS I Penghambatan Perkembangan Diri Individu Siswa SMP Selama


Pembelajaran Daring

Beberapa tahun kebelakang atau bahkan sampai sekarang dunia sedang di landa oleh pandemi
Covid-19 yang menghambat aktivitas-aktivitas masyarakat salah satu nya adalah kegiatan belajar
mengajar yang biasa dilakukan di sekolah. Pembelajaran secara daring pun di usulkan untuk
menghindari penyebaran virus Sars-cov2 diantara para siswa.Musibah ini mengakibatkan banyak
siswa yang mengurung diri atau tidak berani keluar rumah dengan alas an covid atau larangan
dan anjuran dari orang tua dan lingkungan.
Hal ini membuat banyak siswa smp untuk menjadi diri yang suka menyendiri atau introvert,juga
membuat diri mereka sudah lupa cara untuk bersosialisasi dengan lingkungan luar lagi,dalam hal
lain psikis mereka tentang keramaian dan kesepian begitu terganggu.Hal ini adalah tantangan
besar bagi seorang anak yang harusnya mudah bersosialisasi dan menyesuaikan diri akan
perlahan berubah menjadi pribadi yang malu untuk bergaul dan bersosialisasi kembali,apalagi
untuk anak yang sedari awal mempunyai jiwa pemalu pasti akan lebih mengurung diri nya dari
keramaian.

Menurut hasil observasi yang kami lakukan di SMP N PERCUT SEI TUAN banyak siswa yang
sangat-sangat tidak menikmati pembelajaran daring.Tidak sedikit siswa yang mengeluhkan
pembelajaran secara daring karena mereka tidak dapat bertemu dengan guru secara
langsung,bertemu teman sekelas dan bertegur sapa dengan guru,apalagi suasana kantin yang
biasanya menjadi tempat yang mereka nantikan ketika bel istirahat berbunyi Dikarenakan sudah
terbiasa dirumah,banyak dari pelajar smp yang sudah lebih aktif melihat handphone ketika jam
kosong daripada bergaul dengan teman,ini menjadi hal yang harus benar-benar diperhatikan
untuk seorang pengajar dalam hal perkembangan penyesuaian diri individu juga kelompok.Pada
saat melakukan observasi kami melihat banyak siswa yang sudah mulai senang karena sekarang
sudah mulai melakukan tatap muka kembali walaupun harus menaati protocol kesehatan seperti
memakai masker,dan tidak sedikit siswa yang masih ingin melakukan daring karena sudah
terlalu nyaman belajar di dalam kamar atau dalam keheningan,hanya mendengarkan suara guru
melalui handphone.Mereka mengatakan pada saat daring mereka biasa belajar dengan
nyaman,sambil memakan jajanan atau melakukan video call dengan posisi rebahan.Namun hal
itu membuat mereka menjadi acuh tak acuh dengan kata pergaulan,pertemanan,pertemuan tatap
muka,serta sangat kurangnya percaya diri.

2.2 KASUS II Sulitnya Individu Menyesuaikan Diri Atau Beradaptasi Dalam Suatu
Kelompok

Dalam kasus Ke-2 ini,Observasi menuju kearah individu didalam suatu kelompok keramaian
seperti organisasi,pertanyaan kali ini ialah bagaimana siswa dalam menempatkan diri didalam
suatu perkumpulan pertemanan,orang baru dan organisasi.Hasil dari pertanyaaan yang kami
berikan menunjukkan banyak siswa yang masih tidak percaya diri untuk memulai suatu
percakapan kepada orang baru,padahal hal itu penting untuk menambah teman dan
wawasan.Jawaban lain juga terlihat saat seorang siswa ragu untuk menjawab pertanyaan yang di
berikan mereka sangat menutup dirinya saat bertemu orang baru dan sangat gugup dalam
menjawab,hal itu tidak lain karena kurangnya kepercaan diri individu.Dalam observasi ini kami
juga menanyakan kepada siswa secara perorangan dan jawaban mereka adalah adanya rasa
gengsi,malu dan juga tidak percaya diri untuk bersosialisasi.

BAB III

SOLUSI KASUS

3.1 SOLUSI Kasus I

Covid-19 menjadi pengahalang untuk siswa/I untuk menempatkan atau menyesuaikan diri dalam
kelompok.Hal ini menyebabkan seorang siswa yang memiliki rasa malu akan terkucilkan oleh
kelompok-kelompok atau circle yang ada diantaranya.Hal ini tidak bias dianggap sepele oleh
orang tua atau guru sebagai pengajar di tingkat siswa menengah pertama(SMP).Apalagi di
tingkatan mereka ini adalah fase remaja awal dan akan bertembuh ke dewasa,jangan sampai sifat
menyendiri mereka terus terbawa sampai mereka besar karena hakikatnya manusia adalah
makhluk social.Solusi untuk Kasus ini adalah perlunya pendekatan secara individu atau
pemberian tentang pemahaman bersosialisasi dari orang tua atau guru sebagai pelajar.Sama-sama
mengawasi mereka dirumah maupun di sekolah,tidak membiarkan mereka nyaman sendiri di
dunia online nya atau hal hal yang dapat meningkatkan sifat menyendiri mereka,juga sering
berkomunikasi dengan mereka saat mereka dalam keaadan sendiri atau sedang melamun

3.2 SOLUSI Kasus II

Percaya diri sangat perlu didalam diri individu.Dalam dunia kerja,saat presentasi,bersosialisasi
atau yang lain memerlukan percaya diri.Penanaman rasa percaya diri di bangku SMP sangat
perlu karena mereka masih di dalam benih benih untuk tumbuh ke proses proses berikutnya
untuk bias sukses.Solusi untuk kasus ini lebih bertujuan untuk guru sebagai pengajar,karena di
Indonesia adalah 6 jam sehari jadi otomatis lebih banyak siswa mengabiskan waktu di
sekolah.Adapun saran yang ingin disampaikan dalam solusi ini adalah memberikan pemahaman
atas pentingnya rasa percaya diri didalam individu untuk melakukan apapun.Guru yang juga
sebagai orang tua disekolah juga harusnya bias melihat siswa yang terkucilkan diantara
kelompok atau circle di dalam ruangan kelas maupun lingkungan sekolah karena hal itu juga
sekaligus bisa mengurangi kasus bullying diantara siswa dilingkup sekolah.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN TEORI

Perkembangan adalah suatu proses peningkatan atau berkembangnya sesuatu yang mutlak terjadi
seiring berjalannya waktu.

4.2 KESIMPULAN KASUS 1

Pembelajaran secara daring untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat tidak efektif
digunakan sehingga sudah seharusnya sekolah dapat mengatur jadwal luring yang intensif agar
dapat memperkecil penghambatan perkembangan penyesuaian diri individu untuk bisa kembali
menjadi makhluk social yang lebih baik daripada saat masa pandemi Covid-19

4.3 KESIMPULAN KASUS II

Pentingnya menanamkan rasa percaya diri pada pelajar tingkat SMP karena rasa peraya diri akan
sangat penting didalam hidup untuk menghadapi suatu hal di masa yang akan datang,jika tidak
ditanamkan mulai dari sekarang pasti akan berdampak disaat siswa sudah mulai beranjak dewasa
dengan keadaan yang stuck sebagai manusia yang menyendiri dan tidak percaya diri.

B.KRITIK
Kritik saya sebagai penyusun sekaligus penulis terhadap perkembangan penyesuaian diri
individu adalah kurangnya perhatian dan pengawasan terhadap siswa dan siswi di bangku SMP
dari guru ataupun orang tua kepada anak atau peserta didiknya

C.SARAN
Saran dari saya sebagai penyusun sekaligus penulis terhadap perkembangan penyesuaian diri
individu ialah lebih terbuka dan lebih bergaul secara personal kepada anak dan peserta didik agar
mereka tidak terbiasa sendiri dan membiasakan dirinya sendiri,juga lebih memperhatikan mereka
didalam lingkup sekolah dan dirumah

DAFTAR PUSTAKA

WIKIPEDIA: https://www.google.com/search?
q=perkembangan+wikipedia&rlz=1C1GGRV_enID1021ID1021&oq=perkembangan&aqs=chro
me.1.69i59l3j69i57j0i131i433i512l2j69i60l2.3445j0j9&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Elizabeth B., Hurlock (1980). Psikologi Perkembangan. Ciracas : Indonesia Penerbit Erlangga

Human development (psikologi perkembangan ) / Diane E. Papalia, ... E.|Feldman, Ruth Duskin|
Olds, Sally Wendkos, Publisher:Jakarta : Kencana, (2008)

H. Syamsu Yusuf L.N. (2006)

E.B. Hurlock(1978)

Yelon dan Weinsten (H. Syamsu Yusuf L.N., 2008 )

Sigmund freud, Koeswara, Poduska


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai