Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini telah banyak orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus,
namun banyak diantaranya yang belum memahami anak mereka termasuk
dalam kriteria kekhususan yang mana. Disini akan dijelaskan secara singkat
mengenai anak Gifted.1
Gifted itu adalah anak yang memiliki Inteligensi tinggi, berbakat intelektual
gifted. Namun kebanyakan orang mengira anak berbakat (gifted) adalah
anak bertalenta. Perbedaan anak berbakat dengan anak bertalenta adalah : Anak
berbakat (gifted) adalah anak yang memiliki kemampuan Inteligensia yang
tinggi sedangkan anak bertalenta (talented) adalah anak yang mempunyai
kreatifitas tinggi. Anak Gifted merupakan anak yang memiliki sebuah
kekhususan atau keistimewaan, biasanya berupa kecerdasan yang luar biasa.
Dengan kata lain ia merupakan anak yang cerdas dan istimewa (gifted child).
Anak gifted juga seringkali disebut anak indigo karena dia memiliki instuisi
yang tajam dan beberapa diantaranya bisa melihat sesuatu yang akan terjadi.
Dalam kesehariannya, mereka kerapkali memperlihatkan sifat orang yang sudah
dewasa dan tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Sehingga, orang dewasa
menganggap anak indigo sebagai anak yang memiliki kelainan. Hal ini yang
menyebabkan anak-anak gifted balita mendapatkan kekeliruan diagnosa seperti
autisme, maupun gangguan belajar (learning disabilities).1
Beda antara perilaku autis dan gifted memang tipis. Malah hampir mirip.
Anak autis memiliki ketakutan yang lebih permanen dibanding anak gifted. Jika
mendapat tugas dari sekolah, anak gifted tidak mau mengerjakan tugas itu
karena

indera

mata,

telinga,

dan

perabanya

terlalu

tajam

sehingga

konsentrasinya mudah buyar oleh sesuatu yang tiba-tiba menarik hatinya. Lalu
tingkat sangat aktifnya muncul. Sedang si anak autis tidak bisa diberi tugas
karena kita tidak mampu menembus kontak dengannya.2
Oleh karena, didalam makalah yang kami buat akan membahas beberapa
pengertian mengenai anak-anak yang memiliki bakat diatas rata-rata (Gifted)
mengenali ciri anak-anak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata serta
1

beberapa ciri yang berhubungan dengan tingkatan intelegensi serta pengaruhnya


terhadap proses belajar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Di tataran publik istilah gifted pertama kali diperkenalkan oleh Sir
Francis Galton pada tahun 1869. Gifted dalam pengertian yang diperkenalkan
oleh Galton pada masa itu merujuk pada suatu bakat istimewa yang tidak
lazim dimiliki oleh manusia biasa yang ditunjukkan oleh seorang individu
dewasa. Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah sesuatu yang
sifatnya diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu potensi
yang menurun (genetically herediter). Anak-anak yang menunjukkan suatu
bentuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai gifted
children.1
Hollingworth mendefinisikan keberbakatan sebagai potensi anak yang
harus digali sehingga saat dewasa akan lebih berkembang. Linda Silverman
menambahkan bahwa pada anak berbakat didapatkan perkembangan yang
tidak sinkron. Jadi tidak hanya IQ dan kemampuan, tapi juga emosi dan
hipersensitifitas.2
Perkembangan yang tidak sinkron dimaksud adalah perkembangan
intelektual, fisik dan emosi tidak berjalan dengan kecepatan yang sama.
Kemampuan intelektual selalu berkembang lebih cepat. Dengan adanya
perkembangan yang tidak sinkron ini diperlukan modifikasi dalam hal
pengasuhan baik oleh orangtua, guru maupun konselor agar anak dapat
berkembang optimal.3

2.2 KARAKTRISTIK ANAK GIFTED


Renzulli (2005) mengemukakan teori three-conceptions of giftedness.
Teori ini menjelaskan 3 karakteristik keberbakatan anak yang harus saling

berinteraksi untuk dapat memunculkan keberbakatan pada anak. Ketiga


karakteristik tersebut antara lain:4
1. Kemampuan di atas rata-rata, meliputi aspek:
a. Kemampuan umum, terdiri dari :
Kemampuan berpikir abstrak, penalaran verbal dan numerik,

hubungan spasial, memori, dan kelancaran kata.


Kemampuan beradaptasi terhadap situasi baru dalam lingkungan

eksternal
Otomatisasi pemrosesan infromasi secara cepat dan akurat, serta
pemanggilan informasi dari memori secara selektif.

b. Kemampuan khusus, terdiri dari :


Kapasitas untuk menerapkan kombinasi kemampuan umumpdaa satu

atau lebih bidang


Kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan secara tepat
pengetahua formal, teknik, dan strategi tertentu untuk menyelesaikan
masalah.

Kapasitas untuk memisahkan informasi yang relevan dan tidak


relevan dengan masalah tertentu.

2. Komitmen pada tugas, meliputi :


a. Minat, antusiasme, dan keterlibatan yang tinggi terhadap masalah atau
bidang studi tertentu.
b. Ketekunan, ketahanan, determinasi, kerja keras, dan dedikasi.
c. Kepercayaan diri, ego yang kuat, keyakinan atas kemampuan diri untuk
menyelesaikan tugas penting, kebebasan dari perasaan inferior, dorongan
untuk mencapai tujuan.
d. Penetapan standar tinggi terhadap hasil kerja
3. Kreativitas, meliputi:
a. Kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir.
b. Keterbukaan terhadap pengalaman, reseptivitas terhadap hal baru atay
berbeda, bahkan irrasional.
c. Rasa ingin tahu, spekulatif, suka berpetualang dan mentally playful,
bersedia mengambil risiko dalam berpikir dan bertindak.
4

d. Kepekaan terhadap detil dan estetika.


Ohio Association for Gifted Children (2002) juga mengemukakan
beberapa karakteristik anak berbakat, yaitu:
1. Belajar dengan cepat dan mudah
2. Dapat membaca secara intensif
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4. Memiliki banyak informasi
5. Memiliki perhatian yang cukup lama
6. Memiliki rasa ingin tahu atau ketertarikan terhadap berbagai hal
7. Bekerja secara mandiri
8. Senang mengamati
9. Memiliki rasa humor
10. Mengerti atau mengenal hubungan-hubungan
11. Memiliki prestasi akademik yang tinggi
12. Lancar dalam berbahasa
13. Individualistik
14. Memiliki motif intrinsic

2.3 ETIOLOGI
Secara luas telah disepakati bahwa baik itu genetik maupun lingkungan
memainkan peran dalam

penentuan Gifted. Peneliti setuju bahwa faktor

keturunan memainkan peran yang

dominan

dalam keberbakatan.

Orang

tua cerdas lebih mungkin untuk memiliki anak cerdas. Dalam studi jangka
panjang terhadap lebih dari 1.500 individu cerdas, Terman menemukan
bahwa subyeknya

juga memiliki anak-anak yang

jauh di atas rata-rata.

Namun, tidak ada hubungan keturunan yang tepat. Beberapa orang tua ratarata memiliki anak dengan kecerdasan superior, sementara beberapa orang
tua lainnya memiliki anak cerdas dengan kemampuan biasa-biasa saja. Ada
juga orang tua cerdas yang memiliki anak rata-rata atau bahkan di bawah ratarata.5
Secara psikologis, bakat diyakini merupakan hadiah yang memiliki asalusul genetik dan setidaknya sebagian bawaan yang mungkin tidak tampak
jelas pada tahap-tahap awal, melainkan hanya kecenderungan-kecenderungan
bahwa anak mungkin memiliki bakat. Anak berbakat, terlepas dari mana ia
5

dibesarkan, ia akan menunjukkan keberbakatannya pada beberapa poin.


Misalnya, ada beberapa anak dengan keberbakatan luar biasa yang bisa
memiliki bakat bawaan, seperti bakat dalam bidang musik. Tidak ada
lingkungan tertentu yang merangsang bakatnya. Namun, ada juga anak
berbakat karena pengaruh lingkungan.5
Pengalaman
tes kecerdasan.

hidup awal dapat


Lingkungan

memungkinkan seseorang
yang memiliki

mempengaruhi kinerja anak pada


yang merangsang, misalnya, dapat

untuk mengungkapkan

kesempatan untuk

mengembangkan

bakatnya. Orang
kemampuannya

kemungkinan untuk mencetak pada tes kecerdasan agak lebih tinggi daripada
anak lain yang memiliki kemampuan asli sama tetapi mendapat pendidikan
yang sedikit.
Penelitian telah menunjukkan bahwa individu dengan kemampuan
matematika sangat tinggi memiliki lobus frontal otak yang berbeda
dibandingkan dengan rata-rata siswa. Studi neuropsikologi mengklaim bahwa
dalam pengolahan informasi, individu-individu berbakat memiliki aktivitas
otak yang tinggi di hemisfer kanan. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik
fisik dari otak mungkin berhubungan dengan proses bawaan di mana orangorang tertentu memperoleh bakat tingkat tinggi dan kemampuan di daerah
yang berbeda .6
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa bakat dipengaruhi oleh
faktor biologis (nature) dan sosiologis (nurture). Ini semua terkait dengan
beberapa faktor eksternal lainnya di luar fisiologis anak. Singkatnya, untuk
dianggap sebagai gifted, seorang anak harus memiliki biologis (gen, struktur
otak ) dan lingkungan (pendidikan, keamanan emosional, dsb) yang baik
untuk meningkatkan dan mengeluarkan bakatnya.6
2.4 MASALAH YANG DIHADAPI ANAK GIFTED
Kondisi atau keadaan yang dialami oleh anak gifted ini merupakan suatu
keadaan yang membanggakan dan diidamkan bagi para orang tua. Namun
hanya sebagian kecil orang tua yang mampu memahi potensi tersebut. Dalam

banyak kasus justru muncul kendala yang dihadapi oleh anak gifted, yakni
berupa permasalahan:7
1.

Anak gifted biasanya memiliki problem dalam membina hubungan


dengan teman. Karena kecerdasannya yang tinggi dan kemampuan
berpikir yang bagus, sehingga tidak jarang teman sebayanya mengalami
kesulitan dalam berkomunikasi dan mengimbangi pembicaraan dengan

2.

anak ini
Kurang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarnya, karena
mereka cenderung mandiri dan sulit untuk merasa nyaman dengan

3.

keadaan yang ada


Mereka memiliki standart yang tinggi terhadap suatu pekerjaan, sehingga
terkadang tidak disukai teman-temannya.
Dari permasalahan sosial yang telah dijelaskan, secara tidak langsung pasti

akan berpengaruh terhadap

perkembangan emosinya. Anak akan merasa

ditolak oleh lingkungannya, sulit bergaul dan kemudian menarik diri, bahkan
frustasi dengan keadaan yang mereka alami. Karena ada perbedaan yang
cukup jauh antara keadaan di sekeliling dengan kemampuannya yang jauh
lebih tinggi dibanding anak lain seusianya. Sementara itu memperjuangkan
pendidikan anak-anak dengan kecerdasan istimewa (gifted children) bukanlah
hal mudah. Hal ini karena:
1. Berbagai komponen baik masyarakat, orang tua, dan pihak sekolah masih
tidak memahami apa yang disebut anak cerdas istimewa (gifted children).
2. Pendidikan anak cerdas istimewa (gifted children) saat ini yang dikenal di
Indonesia hanyalah kelas akselerasi, padahal sementara itu pendidikan
model ini secara ilmiah sudah tidak disarankan lagi, karena terbukti justru
tidak memperhatikan faktor kreativitas berpikir serta perkembangan sosial
emosional seorang anak cerdas istimewa.
3. Karakteristik personalitas dan pola tumbuh kembang alamiah seorang
anak cerdas istimewa masih tidak dipahami secara luas, sehingga berbagai
kesulitan perkembangan seorang anak gifted tidak pernah dikenal oleh
pihak-pihak yang seharusnya menyantuninya, terutama pihak sekolah.
Sehingga anak-anak cerdas istimewa justru tidak diterima oleh institusi
7

pendidikan karena dianggap sebagai anak bermasalah. Sekalipun itu


adalah kelas akselerasi.
4. Dengan begitu kelas akselerasi pada akhirnya sebagai kelas anak cerdas
istimewa tanpa murid cerdas istimewa, umumnya berisi anak cerdas
normal yang mempunyai gaya belajar yang cocok dengan program yang
ditekankan, yaitu pemampatan materi. Sementara itu anak-anak cerdas
istimewa adalah seorang anak yang sangat mandiri, didaktif, kreatif
berpikir analisis, tidak dapat ditekan apalagi dilakukan drilling harus
cepat-cepat selesai.
5. Tidak pernah disadari bahwa semakin tinggi kecerdasan seorang anak ia
akan mempunyai cara berpikir (cognitive style) yang berbeda dengan
anak-anak normal sehingga ia membutuhkan ruang gerak leluasa untuk
mengembangkan

apa yang

menjadi

minatnya.

Ia membutuhkan

pendidikan bersama teman-teman sebayanya dalam kelas-kelas sekolah


normal, dengan perhatian ekstra ke dua arah yaitu kecerdasannya yang
istimewa dan juga berbagai kesulitan tumbuh kembangnya. Bentuk kelas
seperti ini yang kemudian disebut sebagai kelas-kelas inklusi.
6. Semakin tinggi inteligensia seorang anak, minatnya menjadi semakin
sempit pada bidang-bidang khusus.
Maka, identifikasi lebih awal terhadap anak gifted sangat disarankan karena
anak-anak ini memerlukan penanganan atau intervensi sedini mungkin, agar
tidak menghambat perkembangannya terutama dalam aspek sosial dan emosi.
Orangtua diharapkan mengkomunikasikan hal ini dengan guru sekolahnya,
atau dapat berkonsultasi langsung dengan para pakar pendidikan atau
psikolog. Orang tua dituntut dalam rangka pengasuhannya di rumah dan
membantu pendidikannya di sekolah, guru dituntut memberikan metoda
pengajaran yang cocok.
2.5 DIAGNOSIS
Pengertian kontemporer tentang keberbakatan memang telah demikian
berkembang dan kriterianya sudah lebih multidimensional daripada sekedar
intelegensi (umum, atau g faktor menurut Spearman) seperti yang pernah
digunakan oleh Terman. IQ hanya salah satu kriteria keberbakatan. Dengan
8

perluasan kriteria ini, persoalan identifikasi anak-anak berbakat menjadi lebih


rumit dan harus menggunakan beragam teknik dan alat ukur, Idealnya semua
kriteria tersebut harus dideteksi dengan menggunakan teknik dan prosedur, karena
menurut berbagai studi tidak semua dari faktor-faktor itu berkorelasi satu sama
lain. Misalnya IQ dan kreativitas.8
Keberbakatan itu bersifat multidimensional, kriterianya tidak hanya
intelligensi, melainkan kreativitas, kepemimpinan, komitmen pada tugas, prestasi
akademik, motivasi dan lain-lain. Renjuli dkk. (1979) dalam Dedi Supriadi (1992;
10) mengembangkan skala yang disebut Scales for Rating Behavioral
Characteristices of Superor Students (SRBCSS) yang mencakup sepuluh
karakteristik; beilajar, motivasi,eativitas, kepemimpinan, artistik, musik. drama,
komunikasi, komunikai eksprsif, dan perencanaan. Penjaringan terhadap
keberbakatan intelektual dalam kelompok populasi tertentu pada umumnya
bertolak dari perkiraan kurang lebih 15 % sampai 25 % populasi sampel yang
secara kasar merupakan identfikasi permulaan dalam menghadapi seleksi yang
lebih cermat.8
Penjaringan keberbakatan bisa menggunakan nominasi gurutentang
kemajuan sehari-hari siswa, namun bisa juga melalui penilaian beberapa mata
pelajaran tertentu tergantung dari tujuan penjaringan. Penjaringan atau
penyaringan dapat juga menggunakan tes psikologis yang didasarkan pada
beberapa aspek tertentu, tetapi yang paling penting hsrus diketahui untuk
keperluan apa tes dilakukan. Tujuan akan memberikan dasar terhadap penilaian,
kemampuan, sifat, sikap atau prilaku seseorang. Kepada anak harus diberitahukan
bahwa

penilaian

yang

baik

akanmenempatkan

dia

pada

posisi

yang

menguntungkan dalam arti tidak akan menuntut dia melakukan pekerjaan atau
kinerja yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Identifikasi ini biasanya
berguna bagi peramalan tentang kinrja tertentu di dalam waktu yang akan datang.7
Pola dan tahap identifkasi yang dilakukan di muka, yang terdiri dari
penjaringan dan penyaringan sebagai identifikasi kasar yang kemudian diperhalus
melalui suatu proses seleksi memiliki berbagai variasi, tergantung dari keperluan
Dengan demikian kini klasifikasi bakat juga mencakup kreativitas, motivasi dan
kepemimpinan.8
9

Beberapa permasalahan dalam identifikasi diantaranya masih banyak


pelanggaran terjadi dalam aplikasi prinsip-prinsip identifikasi. Beberapa
penyalahgunaan prinsip identifikasi antara lain, adalah perbedaan antara gifted
dan talen..Dengan menyusun suatu hierarkhie pengertian dengan menunjuk
kepada pengertian kemampuan umum intelektual yang diukur oleh tes intellegensi
bagi pengertian keberbakatan, dan bakat khusus akademis serta kemampuan
kepemimpinan dan bakat seni untuk pengetian talen.
Sistem identifikasi SEM, ciptaan Renzulli agak berbeda dengan yang lain,
ia mengemukakan 6 langkah identifikasi, yaitu sebagai berikut :9
Beranjak dari penjaringan berdasarkan skor tes, tetapi mereka yang belum
terjaring tidak seluruhnya ditinggalkan, karena ingin menjangkau kurang lebih 15
% daripopulasi. Semua anak yang skornya di atas persentil ke 85 biasanya akan
terjaring melalui tes inteligensi yang telah terstandardisasikan. Untuk memberi
peluang padakelompok yang lebih luas, kita membagi pool keberbakatan
menjadi dua bagiandan semua siswa yang skornya di atas persentil ke 92 (menurut
norma lokal) padaumumnya sudah otomatis termasuk pool tersebut, dan
biasanya terdiri dari 50 %jumlah populasi sampel. Skor tes yang dimaksud
biasanya suatu tes inteligensi atautes hasil belajar atau tes bakat tunggal, yang
memberi peluang pada seseorang yangbaik dalam bidang tertentu, tetapi mungkin
tidak baik dalam bidang yang lain, untukdapat dimasukkan dalam pool tersebut.
Ciri utama keberbakatan, yaitukemampuan di atas rata-rata keterlekatan pada
tugas

dan

kreativitas

dapat

dijaringmelalui

aspek

psikometrik,

aspek

perkembangan, aspek kinerja dan aspeksosiometrik dengan berbagai alat.


2. Langkah kedua merupakan nominasi guru yang bagaimanapun juga harus
dihargaisama dengan hasil skor tes. Dalam nominasi ini digunakan skala penilaian
(ratingscale) untuk memperoleh gambaran tentang profil kemampuan anak.
3. Langkah ketiga adalah cara alternatif lain, yang bisa merupakan nominasi
temansebaya, nominasi orang tua atau nominasi diri, maupun tes kreativitas. Kalau
padaskor tes yang tinggi nominasi itu secara otomatis bisa diterima, tidaklah
demikianpada langkah ketiga yang harus melalui suatu panitia peneliti.

10

4. Langkah keempat adalah nominasi khusus yang merupakan review terakhir


darimereka yang sebelumnya tak terlibat dalam nominasi-nominasi tersebut.
Merekamemperoleh seluruh daftar nominasi hasil langkah kesatu sampai langkah
ketigadan boleh menambah nominasi orang lain, bahkan juga boleh mengusulkan
untukmembatalkan nominasi tertentu berdasarkan pengalaman tertentu dengan
anaktertentu.
5. Langkah kelima adalah nominasi informasi tindakan, proses ini terjadi bila
gurusetelah

memperoleh

penataran

dalam

pendidikan

anak

berbakat,

dapat

melakukaninteraksi yang dinamis, sehingga meningkatkan motivasi dan interes anak


untuksuatu topik atau bidang tertentu di sekolah ataupun di luar sekolah.
6. Langkah keenam adalah penyaringan melalui tes dan menjadi cara yang
populer,antara lain karena menghargai kriteria non tes. Tetapi lebih dari itu potensipotensiyang terjaring dari seluruh populasi sekolah telah memberi peluang pada anak
lainyang bukan karena kemampuan umumnya, melainkan mungkin karena sebab
lainyang biasanya tidak terjaring oleh skor tes, untuk tetap diperhatikan dandimasukkan
dalam pool anak berbakat sekolah tersebut. (Conny Semiawan; 117-122).
Alat yang dapat dipergunakan dalam melakukan identifikasi anak berbakat
diantaranya adalah :8
1.

Kemampuan intelektual umum; Galton dalam Conny Semiawan (1994;


124)Pengukuran kemampuan intelektual umum diperoleh melalui
pengukuran kekuatanotot, kecakapan gerak, sensitivitas terhadap rasa
sakit, kecermatan dalampendengaran dan penglihatan, perbedaan dalam
ingatan dan lain-lain yang semuadisebut tes mental.

2.

Tes inteligensi umum; Salah satu perkembangan yang amat penting


dalampengmbangan pengukuran intelegensi adalah timbulnya skala
Wechsler dalammengukur inteligensi orang dewasa dengan menggunakan
norma tes bagiperhitungan IQ yang menyimpang.

3.

Tes kelompok kontra tes individual; Tes kelompok lebih banyak digunakan
dalamsistem pendidikan, pelayanan pegawai, industri dan militer. Tes
kelompokdirancang untuk sekelompok tertentu, biasanya tes kelompok
menyediakan lembar jawaban dan kunci-kunci tes. Bentuk tes kelompok
11

berbda dari tes individualdalam menyusun item dan kebanyakan


menggunakan item pilihan ganda.
4.

Pengukuran hasil belajar; Tes ini mengukur hasil belajar stelah mengikuti
prosespendidikan. Tes hasil belajar ini berbeda dengan tes bakat, tes
inteligensi, tes hasilbelajar pada umumnya merupakan evaluasi terminal
untuk menentukan kedudukanindividu setelah menyelesaikan suatu latihan
atau pendidikan tertentu.Penekanannya terutama pada apa yang dapat
dilakukan individu saat itu setelahmendapatkan pendidikan tertentu.

5.

Tes hasil belajar individual; Pada umumnya tes hasil belajar adalah tes
kelompokyang bermaksud membandingkan kemajuan belajar antar
individu sebaya, namun disini hanya hasil belajar individual saja. Di
Indonesia sering menggunakanpengukuran acuan norma (PAN) dan
pengukuran acuan kriteria (PAK).Di Indonesia nampaknya diperlukan
adanya standarisasi secara nasionaluntuk prosedur identifikasi anak
berbakat ini. Isu sentral dalam hal ini ialah bagaimanamenemukan model
yang

dianggap

paling

efektif

dari

segi

hasil

(daya

ramal

terhadapperformasi peserta didik kemudian) tetapi efisien dari segi waktu,


biaya dan tenaga. Halini disebabkan karena kondisi sarana pendidikan,
akses terhadap lembaga-lembagapemeriksaan psikologis, dan kemampuan
guru yang sangat beragam di Indonesia,sementara perhatian kepada anakanak berbakat merupakan persoalan pendidikansecara nasional.

2.6 PENATALAKSANAAN
Kurangnya definisi yang jelas tentang karakteristik dan kebutuhan siswa
gifted dengan ketidakmampuan belajar dan protokol untuk identifikasi yang
unik, menyebabkan kurang adanya program khusus yang dikembangkan
dalam sistem sekolah untuk populasi ini. Sebagai contoh, sebuah survei di satu
negara menemukan bahwa sebagian besar sistem sekolah dilaporkan tidak
memiliki anak-anak berbakat dengan ketidakmampuan belajar di distrik
12

mereka dan tidak ada program khusus (Boodoo et al., 1989).

Beberapa

program treatment untuk anak gifted antara lain adalah:6


1. Program Pendidikan Individual
Meskipun banyak siswa gifted dengan ketidakmampuan belajar akan lebih
baik dilayani oleh program terpisah dikembangkan terutama untuk mereka,
ada kemungkinan bahwa kebutuhan banyak dapat dipenuhi melalui
identifikasi yang tepat dari kekuatan dan kelemahan dan fleksibel, pendekatan
individual untuk menggunakan layanan dan sumber daya yang ada tersedia
dalam dan di luar sekolah . Siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar
perlu:
(a) program highlevel atau " gifted " pada area kelebihan mereka ,
(b) instruksi perkembangan pada subyek terhadap rata-rata pertumbuhan,
(c) perbaikan pengajaran di bidang kelemahan, dan
(d) instruksi adaptif di daerah kelemahan
Program dan / atau jasa untuk rata-rata mencapai -siswa yang terutama
membutuhkan pengajaran yang sesuai dengan usia, untuk siswa gifted yang
membutuhkan akselerasi dan / atau instruksi yang lebih kompleks, dan untuk
rata-rata- kemampuan siswa penyandang cacat dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan Program Pendidikan Individual yang optimal untuk
memenuhi kebutuhan siswa gifted dengan ketidakmampuan belajar .
Idealnya, program individual dikembangkan melalui kerjasama tim yang
melibatkan orang tua, seorang spesialis berbakat, seorang spesialis
ketidakmampuan belajar, diagnosa, guru kelas umum, dan anaknya sendiri
(Silvermars, 1989; Van Tassel Baska, 1991 ) . Dalam mengembangkan
program pendidikan siswa yang unik, kekuatan dan kelemahan tertentunya,
serta sumber daya yang tersedia di sekolah, harus dipertimbangkan.
Spesifikasi harus tergantung, tentu saja, pada sifat dan tingkat keparahan
kecacatan siswa serta gelarnya bakat, namun, ada banyak konsensus bahwa
penting untuk fokus terutama pada kekuatan siswa bukan nya kelemahan .
Umumnya, perbaikan bukan kebutuhan utama para siswa ini, melainkan
perhatian harus ditempatkan pada pengembangan hadiah atau bakat ( Baum et
al , 1991; . Ellston , 1993; Griffin, 1990). Strategi dan adaptasi pembelajaran
dapat membantu memastikan keberhasilan siswa ini dalam penempatan
13

apapun tampaknya tepat, apakah itu berada dalam kelas khusus untuk siswa
berbakat dengan ketidakmampuan belajar atau lingkungan lain.
2. Kelas Khusus untuk Siswa Gifted dengan Ketidakmampuan Belajar
Banyak pendidik yang telah mempelajari anak-anak berbakat dengan
ketidakmampuan belajar telah menemukan bahwa, idealnya, para siswa ini
harus menerima instruksi sebagai kelompok khusus untuk setidaknya sebagian
dari hari dari seorang guru peka terhadap kebutuhan spesifik akademik, sosial,
dan psikologis mereka dan dengan rekan-rekan yang berbagi exceptionalities
ganda mereka. Sampai saat ini, namun, beberapa guru telah menerima
pelatihan khusus dalam mengetahui karakteristik siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar, dan beberapa program terpisah untuk siswa ini ada.
Beberapa sekolah telah mengembangkan kelas khusus untuk populasi ini, dan
hibah Javits telah merangsang inisiatif program beberapa tambahan. Dalam
beberapa kasus, siswa tetap bersama-sama sepanjang hari , pada orang lain,
model ruang sumber daya digunakan dimana siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar dibawa ke ruang sumber daya dengan siswa lain
yang berbagi exceptionalities ganda mereka .
The separate-class/all-day model untuk siswa dengan LD yang berbakat
sering dianjurkan bagi siswa dengan cacat paling serius. Misalnya, satu sistem
sekolah

mengidentifikasi

siswa

berbakat

dengan

berbagai

tingkat

ketidakmampuan belajar dan mengembangkan kelas mandiri khusus untuk


siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar berat, mereka yang cacat
parah dan sedang menerima layanan lainnya ( Starnes et al , 1988. ). Terlepas
dari tingkat keparahan masalah siswa, kelas mandiri menawarkan berbagai
keuntungan bagi pembelajaran yang berbeda (Clements, Lundell , &
Hishinuma , 1994), menghilangkan gerakan dari kelas ke kelas yang
diperlukan pada saat jasa diberikan dalam kombinasi berbakat, khusus
pendidikan, dan umum kelas ( Suter & Wolf, 1987 ) , dan mungkin akan lebih
cocok untuk memenuhi kebutuhan emosional siswa ( Suter & Wolf, 1987 ) .
Program-program tersebut biasanya mencoba untuk mengatasi masalah yang

14

berkaitan dengan meningkatkan harga diri dan mempengaruhi motivasi , serta


instruksi individualistis untuk meningkatkan prestasi akademik .
3. Menggunakan dan / atau Mengadaptasi Layanan yang Ada
Untuk siswa dengan LD yang menghadiri sekolah yang tidak menawarkan
program khusus untuk siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar, atau
untuk siapa program khusus tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan mereka,
pertimbangan harus diberikan untuk merancang program individual dari
pilihan program dan layanan khusus yang sudah tersedia di sekolah,
dilengkapi dengan adaptasi yang tepat yang akan membantu memastikan
keberhasilan dalam berbagai pengaturan.
4. Instruksi dalam Kelas Pendidikan Umum
Sebagai sekolah yang bergerak menuju inklusi semua siswa di kelas
reguler sebagai hasil dari Prakarsa Pendidikan Reguler dan menunjukkan
keengganan terhadap pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan atau
prestasi pendidikan umum kelas menjadi tempat di mana guru diharapkan
untuk memenuhi kebutuhan berbagai siswa. Jika pengaturan ini berhasil dapat
menantang semua siswa, termasuk siswa berbakat, rata-rata siswa, dan siswa
dengan masalah belajar, siswa berbakat yang juga memiliki ketidakmampuan
belajar dapat dilayani dengan baik.
Di sekolah yang terus menawarkan layanan dan program untuk siswa
diidentifikasi sebagai berbakat dan bagi siswa dengan ketidakmampuan
belajar terpisah, kelas umum berfungsi terutama sebagai tempat di mana
kurikulum pada atau sekitar tingkat kelas. Untuk siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar, penempatan di kelas umum sesuai untuk instruksi
perkembangan dalam mata pelajaran prestasi normal, meskipun beberapa
strategi kompensasi (seperti menggunakan kalkulator) mungkin diperlukan
untuk kinerja yang optimal.
Guru kelas umum harus sangat menyadari bahwa gifted dan disabilitas
mungkin menutupi satu sama lain dan bahwa siswa yang baik secara akademis
berbakat dan memiliki kesulitan belajar cenderung menunjukkan kinerja
variabel dan kesulitan sosial dan emosional (Landrum, 1989). Guru kelas
15

umum juga harus menjadi sumber utama rujukan siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar dengan layanan pendidikan khusus dan program
berbakat di sekolah mereka (Boodoo et al., 1989).
5. Program dan Layanan untuk Siswa Gifted
Akselerasi dan pengayaan dua pendekatan untuk memenuhi kebutuhan
yang berbakat . Percepatan dapat mencakup bergerak maju dari seseorang
teman sebayanya dalam penempatan kelas dan / atau materi pelajaran.
Percepatan materi pelajaran mungkin sangat bermanfaat sebagai kendaraan
untuk siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar untuk menerima
pekerjaan saja maju di daerah mereka kekuatan tanpa harus ditempatkan pada
tingkat yang sama di daerah mereka kelemahan . Sebagai contoh, siswa
berbakat matematis mungkin berlanjut cepat dengan langkah mereka sendiri
melalui kelas matematika dipercepat ( Benbow , 1986) , bahkan jika
ketidakmampuan belajar menimbulkan beberapa masalah bagi mereka dalam
menulis kreatif atau belajar bahasa asing . Selain itu, dengan adaptasi
moderat , seperti mendorong penggunaan kalkulator , pengolah kata , tes
dibatasi waktu , dan sebagainya , ada kemungkinan bahwa banyak siswa
berbakat dengan ketidakmampuan belajar dapat berhasil dalam program ketat
dan / atau percepatan di daerah mereka kekuatan . Fakta ini telah diakui dalam
beberapa tahun terakhir oleh perguruan tinggi selektif yang menyadari
manfaat beradaptasi dengan kebutuhan siswa berbakat akademis dengan
ketidakmampuan belajar ( misalnya , lihat Brown University , 1990).
6. Strategi pengajaran dan teknik adaptif
Terlepas dari model program yang dimanfaatkan atau pengaturan di mana
ia diajarkan, pentingnya gearing kurikulum untuk kekuatan, bukan kelemahan,
siswa berbakat akademis dengan ketidakmampuan belajar, dan memanfaatkan
berbagai strategi, adaptasi, dan akomodasi untuk membantu mereka berhasil,
secara luas diakui. Ukiran tugas besar menjadi unit yang lebih kecil, membuat
tugas-tugas yang bermakna, dan menggunakan memuji, rekan les, dan
kegiatan koperasi adalah beberapa teknik yang dapat membantu memastikan
keberhasilan. Model peran orang dewasa sukses penyandang cacat juga dapat
16

membantu untuk meningkatkan harga diri dan membangun aspirasi kalangan


siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar.
Akomodasi , khususnya penggunaan teknologi , sangat dianjurkan untuk
membantu para siswa berbakat akademis mengatasi kecacatan. Teknik-teknik
tersebut dapat membantu banyak siswa dengan ketidakmampuan belajar,
tetapi mereka sangat bermanfaat bagi mereka yang juga berbakat dan
membutuhkan bergerak maju di daerah mereka kekuatan . Sebagai contoh,
siswa yang mampu tingkat tinggi pemecahan masalah matematika tetapi yang
memiliki kesulitan dengan perhitungan dapat diberikan kalkulator sehingga
mereka tidak akan diadakan kembali dalam matematika . Sebuah mikro
dengan paket pengolah kata dan spell checker dapat sangat membantu untuk
seorang mahasiswa yang masalah berbohong secara tertulis dan / atau ejaan .
Siswa yang mengalami kesulitan mengambil catatan di kelas mungkin akan
diizinkan ke tape rekaman ceramah . Direkam buku dan sumber informasi lain
yang tidak tergantung pada membaca ( misalnya , film ) juga dapat membantu
siswa dengan masalah membaca yang pendengaran keterampilan memproses
kuat . Tutor sebaya atau orang lain mungkin membaca materi secara lisan
kepada siswa berbakat akademis dengan masalah membaca . Metode evaluasi
alternatif (seperti tes dibatasi waktu atau lisan ) juga telah menganjurkan,
seperti memiliki penggunaan teknik multiindrawi.
7. Konseling
Siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar juga mengalami konflik
antara keinginan mereka untuk kemerdekaan dan perasaan ketergantungan
yang dihasilkan dari ketidakmampuan belajar , serta antara aspirasi tinggi dan
rendah harapan orang lain mungkin memiliki bagi mereka. Rendah konsep diri
adalah masalah umum di antara siswa berbakat dengan ketidakmampuan
belajar yang mengalami kesulitan mengatasi perbedaan dalam kemampuan
mereka. Frustrasi, kemarahan , dan kebencian dapat hasil, perilaku serta
hubungan dengan rekan-rekan dan anggota keluarga mempengaruhi. Bahkan,
orang tua siswa yang berbakat dengan ketidakmampuan belajar cepat untuk
menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan sosial dan emosional anak-anak
mereka.
17

Dalam merencanakan intervensi bagi siswa dengan LD yang berbakat ,


orang tidak boleh mengabaikan pentingnya memberikan konseling bagi para
siswa untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional. Manfaat dari kedua
kelompok dan konseling individu telah diidentifikasi oleh para peneliti.
Misalnya, konseling kelompok dapat membiarkan siswa melihat bahwa orang
lain mengalami masalah serupa dengan mereka sendiri . Namun, beberapa
siswa mungkin memerlukan perhatian untuk masalah dan kebutuhan yang
lebih mungkin terjadi dalam satu -satu konseling individu yang unik mereka.
Peran konseling kadang-kadang dapat dilakukan oleh guru yang memahami
kebutuhan siswa berbakat dengan ketidakmampuan belajar. Orangtua juga
perlu konseling untuk membantu mereka memahami karakteristik dan
kebutuhan anak-anak berbakat dengan ketidakmampuan belajar.
Selain memenuhi kebutuhan sosial dan emosional siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar , konselor menyarankan mahasiswa sesuai program taking , terutama selama tahun sekolah menengah , pada kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman belajar lain di
luar sekolah , dan postsecondary Pilihan . Sebagai siswa berbakat dengan
ketidakmampuan belajar mendekati tahun kuliah , mereka membutuhkan
bantuan dalam mengidentifikasi perguruan tinggi yang akan mengakomodasi
kebutuhan khusus mereka.

18

BAB III
KESIMPULAN
Di tataran publik istilah gifted pertama kali diperkenalkan oleh Sir
Francis Galton pada tahun 1869. Gifted dalam pengertian yang diperkenalkan
oleh Galton pada masa itu merujuk pada suatu bakat istimewa yang tidak
lazim dimiliki oleh manusia biasa yang ditunjukkan oleh seorang individu
dewasa. Menurut Galton keberbakatan istimewa ini adalah sesuatu yang
sifatnya diwariskan. Artinya keberbakatan istimewa adalah sesuatu potensi
yang menurun (genetically herediter). Anak-anak yang menunjukkan suatu
bentuk bakat yang istimewa ini kemudian lazim disebut sebagai gifted
children.

19

Anak gifted berdasarkan teori three-conceptions of giftedness yang


dikemukakan Renzulli (2005) disebutkan bahwa terdapat 3 karakteristik
keberbakatan anak yang harus saling berinteraksi untuk dapat memunculkan
keberbakatan pada anak. Ketiga karakteristik tersebut antara lain: memiliki
kemampuan di atas rata-rata, komitmen pada tugas, serta kreativitas.
Banyak penelitian telah membuktikan bahwa anak gifted dipengaruhi oleh
faktor biologis (nature) dan sosiologis (nurture). Ini semua terkait dengan
beberapa faktor eksternal lainnya di luar fisiologis anak. Singkatnya, untuk
dianggap sebagai gifted, seorang anak harus memiliki biologis (gen, struktur
otak ) dan lingkungan (pendidikan, keamanan emosional, dsb) yang baik
untuk meningkatkan dan mengeluarkan bakatnya.
Penanganan yang dapat dilakukan pada anak gifted adalah program
pendidikan individual, mengadakan kelas khusus, menyesuaikan layanan
untuk anak gifted, intruksi dalam kelas pendidikan umum, penyesuaian
strategi pengajaran dan teknik adaptif, serta menggunakan program konseling.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Saputra, Eko. 2013. Definisi anak Berbakat (GIFTED CHILD). http://thesecret-of-psychology-world.blogspot.com/2013/03/definisi-anakberbakat-gifted-child.htmldiakses 15 Desember 2016
2. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu & Aplikasi
Pendidikan. PT. IMTIMA.
3. Wandasari, Yettie. 2011. Faktor Protektif pada Penyesuaian Sosial Anak
Berbakat. INSAN. Vol. 13 No. 02. Suarabaya: Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Widya Mandala.
4. Muhammad, Jamila K.A.

2008. Special Education for Special Children

Panduan Pendidikan Khusus Anak-anak dengan Ketunaan dan


Learning Disabilities. Jakarta: Penerbit Hikmah.
5.Mochamad,

Gema.

2012.

Giftedness

dan

Underachiever

Gifted.

http://jurigbk.blogspot.com/2012/04/giftedness-dan-underachievergifted.html Diakses pada 15 Desember 2016


6. Inderbir Kaur Sandhu, Ph.D. What Makes Giftedness?. http://www.brainychild.com/expert/giftedness.shtml Diakses pada 15 Desember 2016
7. Irawan, Rydho. 2012. Mengenal Anak Berbakat (GIFTED CHIDREN)
http://rydhotoxs.blogspot.com/2012/05/mengenal-anak-berbakat-giftedchiledren.html diakses tanggal 15 Desember 2016
8.

Tarsidi,

Didi.

2013.

Anak-Anak

Berbakat

dalam

Pendidikan.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1957013
11986031-NIA_SUTISNA/AB/GIFTED.pdf

diunduh

tanggal

15

Desember 2016 pukul 19.30 WIB

21

9. Wahab, Rochmat. 2013. Pengelolaan Pendidikan Anak Gifted di Indonesia.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rochmat%20Wahab,
%20M.Pd.,MA.%20Dr.%20,%20Prof.%20/PENGELOLAAN
%20PENDIDIKAN%20ANAK%20GIFTED%20DI
%20INDONESIA.pdf diunduh tanggal 15 Desember 2016 pukul 20.00
WIB

22

Anda mungkin juga menyukai