Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
2. Untuk melihat secara langsung proses pemahaman si anak sejauh mana ia bisa
menangkap
3. Untuk mengajarkan teknik mencuci tangan 7 langkah dan cara memakai masker
dengan benar
4. Untuk melihat perkembangan, pergaulan dan interaksi langsung anak
berkebutuhan khusus dengan orang-orang sekitarnya
TEMUAN DI LAPANGAN
A. Tuna Grahita
Tuna grahita istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Tuna grahita (cacat
ganda) adalah kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental
intelektual (mental retardasi) sejak bayi/dalam kandungan atau masa bayi dan anak-
anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis maupun faktor fungsional,
adakalanya disertai dengan cacat fisik dengan ciri-ciri dan klasifikasi sebagai
berikut.Ciri ciri Tuna Grahita antara lain:
d) Keterbatasan minat.
Tuna grahita yang tergolong sedang adalah mereka yang mampu untuk diajak
berkomunikasi akan tetapi mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca dan
berhitung, tetapi mereka paham untuk menjawab pertanyaan dari orang lain, seperti
nama, umur, alamat rumah, dan sebagainya. Hanya sebagian kecil saja tuna grahita
yang tergolong berat (tidak dapat mengurus diri sendiri, atau disebut dengan idiot)
yang terdapat di SDLB Labui, seperti seorang siswa down syndrome, ia terlihat sangat
lemah, pada saat observer memperhatikan, siswa tersebut sedang tidur di lantai,
seperti anak kecil yang baru bisa merangkak. Siswa tersebut membutuhkan
pengawasan, perhatian bahkan pelayanan yang maksimal dari orang-orang
disekitarnya (terutama orangtua dan guru) karena mereka tidak bisa mengurus dirinya
sendiri.
Umumnya para siswa tergolong tuna grahita ringan dan sedang. Mereka
mampu berolah raga, bermain, dan berkomunikasi dengan teman-temannya, para
guru, dan para observer-observer lainnya. Ada juga sebagian dari mereka yang kurang
bisa berbicara, jikapun mereka berbicara, akan tetapi yang mereka sampaikan kurang
jelas terdengar, sehingga menyulitkan para guru (terutama para observer) untuk
memahami apa yang mereka sampaikan dan apa yang mereka inginkan. Seperti
seorang siswa yang menginginkan sesuatu, namun ketika keinginannya tidak dapat
terpenuhi ia akan berontak dan bersikap apatis. Ada juga siswa yang ingin menulis,
ketika diberikan pulpen dengan kertas, maka ia akan sangat senang sekali, dan
menulis apa yang ingin dia tulis. Akan tetapi, ketika observer memperhatikan apa
yang dituliskan dikertas itu hanyalah coretan-coretan berupa garis-garis seperti anak
kecil yang baru bisa menulis, tidak ada tulisan atau huruf abjad di kertas itu. Namun
begitulah kemampuannya, sebagai seorang guru kita hanya bisa memberikan pujian
dan penghargaan untuk menyenangkan mereka.
B. Tuna Rungu
Umumnya, anak tuna rungu mempunyai paras wajah yang cantik dan manis
bagi perempuan, dan tampan bagi yg laki-laki. Mereka begitu polos dan sederhana,
mereka juga terlihat aktif, tulisan mereka juga sangat bagus, tapi mereka tidak
mengerti dan memahami apa yang mereka tulis, kecuali jika di beri pembelajaran dan
pemahaman yg berulang-ulang, seperti dalam sekolah akan di bantu oleh guru dalam
pembelajarannya dan pengetahuannya, di rumah juga di beri pembelajaran dan
dampingan dari orang terdekatnya seperti orangtuanya. setelah itu, mereka akan
mampu mengikuti apa yang disampaikan oleh observer atau orang terdekatnya. pasien
tuna rungu (termasuk anak berkebutuhan khusus lainnya) bukanlah hal yang mudah,
diperlukan kekuatan dan kesabaran ekstra menghadapi serta mendidik mereka.
observer tersebut selalu memberi motivasi dan terlihat penuh senyuman ketika
mengajar, sehingga pasien terlihat begitu gembira, bahkan ketika observernya
terkadang marah, mereka tetap tertawa, karena mereka tidak mengerti dan tidak
mendengarkan omelan observernya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran