K PISIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :
ARMITA SARI, M.Pd
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada saya sehingga mampu menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus ini. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dan selalu memberi dukungan, mereka adalah
Ibuk Armita Sari,M.Pd., selaku dosen mata kuliah pisikologi pendidikan dengan materi
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus yang telah memberikan bimbingan serta arahan
dalam mengerjakan makalah ini. Segenap guru dan siswa SLB perguruan al-azhar Medan.
Jlan pintu air IV no 214 Medan. yang telah berpartisipasi pada observasi ini, memberikan
dukungan dan bantuan moral serta materiil.
Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan baik secara moral maupun
material sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini. Semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan laporan ini. Saya sadar bahwa kesempurnaan hanyalah milik Yang
Maha Sempurna, tetapi usaha maksimal telah saya lakukan dalam penulisan dan penyusunan
Laporan Observasi ini. Kritik dan saran akan saya terima dengan tangan terbuka. Saya
berharap, semoga Laporan Observasi ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua. Serta dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran
kepada pembaca khususnya mahasiswa Pendidikan tata rias UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN.
DARTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan tentang anak sudah lama dikenal. Pada zaman Romawi dan Yunani sudah
ada para ahli yang memperhatikan pendidikan anak walaupun pada saat itu anak belum
dipandang sebagai bentuk manusia tersendiri. Penelitian terhadap anak dan buku-buku
mengenai perkembangan jiwa anak pada zaman dahulu masih sangat minim bahkan belum
ada. Namun kemudian studi sistematis tentang perkembangan anak mengalami
perkembangan yang cukup signifikan pada awal abad ke-20. Penelitian-penelitian yang
dilakukan pada zaman ini bersifat deskriptif dan dititikberatkan pada ciri-ciri khas yang
terdapat secara umum, golongan-golongan umur, serta masa-masa perkembangan
tertentu. Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa perkembangan anak bersifat diskriptif
sesuai dengan golongan umurnya, namun ada kondisi dimana anak memerlukan perhatian
khusus. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi SDM. Upaya
peningkatan mutu pendidikan menjadi bagian terpadu dari upaya peningkatan kualitas
manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab
sebagai warga masyarakat bahkan untuk anak berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi
memiliki fungsi untuk memfasilitasi anak berkebutuhan khusus dalam ikut serta mengenyam
pendidikan berdasarkan UUD ’45 pasal 31 ayat 1 yang berisi “Tiap-tiap warga negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Tujuan dari pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus
untuk mengoptimalkan kemampuan fisik, psikis, dan emosional dalam proses pembelajaran
agar kelak dapat ikut berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat seperti anak normal
lainnya.
Dilatar belakang pemaparan di atas, penyusun pun melakukan sebuah observasi terhadap
anak-anak berkebutuhan khusus, dan penyusun memfokuskan kepada anak penderita Debil.
Tujuan dibuatnya laporan ini selain sebagai tugas mini riset pada mata kuliah psikologi
pendidikan dan juga agar pembaca mengetahui tentang apa saja karakteristik anak debil dan
bagaimana proses belajar-mengajar anak penderita debil dan apa saja masalah-masalah yang
muncul pada dirinya.
BAB II
HASIL PENGAMATAN
C. Metodelogi pengamatan
Observasi ini dilakukan secara berkelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6
orang mahasiswa. kelompok memasuki kelas yang ada di SLB tersebut, dan kelompok saya
berada di kelas tempat anak-anak penderita gangguan debil. Dalam Observasi ini dilakukan
dua tahap metode wawancara yaitu wawancara anak penderita debil dan wawancara wali
kelas.
D. Profil Anak
Adapun profil anak penderita debil
yang kami amati sebagai berikut :
Nama : Rajesta sembiring
Umur : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jenis kelainan : debil (tuna grahita)
Kelas : kelas 4 SD Gambar 1.1: rajesta saat belajar
Alamat : Jalan pintu air Iv no
214 Medan
IV. Hasil Pengamatan
Meskipun tidak dapat menyamai anak normal yang seusia dengannya, mereka
masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Pada usia 16 tahun
atau lebih mereka dapat mempelajari bahan yang tingkat kesukarannya sama dengan
kelas 3 dan kelas 5 SD. Kematangan belajar membaca baru dicapainya pada umur 9
tahun dan 12 tahun sesuai dengan berat dan ringannya kelainan.
Kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga per empat
kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda. Perbendaharaan katanya
terbatas, tetapi penguasaan bahasanya memadai dalam situasi tertentu. Mereka dapat
bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi skilled . Sesudah
dewasa banyak di antara mereka yang mampu berdiri sendiri. Pada usia dewasa
kecerdasannya mencapai tingkat usia anak normal 9 dan 12 tahun.
1. Kelas transisi
Kelas transisi merupana kelas bagi anak tunagrahita yang berada di sekolah reguler sebagai
persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai
kebutuhan anak tunagrahita.
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita yang diberikan pada Sekolah Luar Biasa (SLB).
Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari dikelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan
dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1
3. Pendidikan terpadu
Anak tunagrahita belajar bersama sama dengan anak regular di kelas yang sama dengan
bimbingan guru regular pada sekolah regular. Jika anak tunagrahita mempunyai kesulitan
akan mendapat bimbingan dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat.
Program ini diperuntukan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pendidikan di
sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya sakit.
5. Pendidikan inklusif
Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan pada sekolah regular. Anak tunagrahita belajar
bersama sama dengan anak regular, pada kelas dan guru atau pembimbing yang sama.
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai
kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda seperti
penglihatan, pendengaran, atau motorik.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tuna grahita merupakan keterlambatan fungsi kecerdasan secara umum dibawah usia
kronologisnya secara meyakinkan sehingga membutuhkan layanan pendidikan khusus.
Seseorang dikatakan tunagrahita apabila memiliki 3 hal, yaitu keterhambatan fungsi
kecerdasan secara umum di bawah rata-rata, disertai ketidakmampuan adaptif, dan terjadi
selama periode perkembangan (sampai usia 18 tahun). Tunagrahita dapat disebabkan oleh
factor keturunan dan bukan keturunan. Faktor keturunan kerusakan pada sel keturunan,
seperti kerusakan kromosom, gen, dan salah satu atau kedua orang tua menderita kelainan
atau hanya sebagai pembawa sifat. Faktor di luar sel keturunan, diantaranya karena factor
kekurangan gizi, kecelakaan (trauma kepala), dan gangguan metabolisme :
Tunagrahita ringan -skor IQ 50 hingga 75 2.
Bagi Pemerintah
Diharapkan Pemerintah bisa lebih mendukung dan memberikan perhatian bagi
penyelenggaraan layanan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Seperti pemberiaan
fasilitas pendukung, alat terapi, serta Tenaga Pendidikan Luar Biasa.
Bagi Observer
Sebagai calon guru, sudah sepantasya kita peduli dengan anak- anak disekeliling kita.
Berikan hak-hak anak-anak berkebutuhan khusus semaksimal mungkin seperti halnya anak
normal. Bersama-sama dengan orang tua hendaknya kita Memberikan perhatian khusus
kepada anak berkebutuhan khusus agar membantu mereka untuk mengoptimalkan
kemampuan yang dimilikinya dengan mendukung kegiatan yang positif bagi anak ABK