Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOSARKOMA

DI RUANG MELATI 2 RSUD Dr. MOEWARDI

DI SUSUN OLEH :

KIKI PURWO NUGROHO


SN191081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADASURAKARTA
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOSARKOMA

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Osteosarkoma adalah tumor tulang maligna yang tumbuh cepat
tidak diketahui penyebabnya, yang sering terjadi pada tulang panjang dan
menyebabkan destruksi dan erosi tulang. Sarcoma osteogenik atau
osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor tumbuh dibagian metafisis tulang (Price, Sylvia Anderson, 2012).
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas,
yang biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbuhan pada
masa remaja.Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering
ditemukan pada anak-anak. rata-rata penyakit ini terdiagnosispada umur
15 tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah
sama, tetapi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan
pada anak laki-laki (Smeltzer, Suzanne C, 2014).
2. Etiologi
Penyebab pasti osteosarkoma belum diketahui. Namun, beberapa hal
berikut menjadi faktor resiko yang menyebabkan terjadinya osteosarkoma
:
a. Kecepatan Pertumbuhan Tulang
Kecepatan pertumbuhan tulang nampaknya menjadi predisposisi
seseorang terkena osteosarkoma, berdasarkan insidens yang
terjadi pada masa remaja dan lokasi tipikal pada daerah
metafiseal yang berbatasan dengan fisis pada tulang panjang.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap osteosarkoma
adalah pengaruh radiasi.
c. Predisposisi Genetik
Mutasi genetik merupakan dasar berkembangnya osteosarkoma.
Pasien dengan retinoblastoma (Rb) herediter memiliki resiko
ratusan kali lipat terhadap terjadinya osteosarkoma, hal ini
berhuubungan dengan mutasi gen Rb. Mutasi Gambar 1.
Osteosarkoma pada lutut kiri pada gen Rb tidak biasa ditemukan
pada osteosarkoma sporadik. Mutasi pada gen p53 sering
nampak. Namun gen retinoblastoma telah melokalisir pada lengan
kromosom 13 (13q14). Gen Rb diakui sebagai prototipe tumor
suppressor genedan menyangkut jumlah patogenesis neoplasma
pada manusia. Tumor suppressor gene berfungsi mengendalikan
pertumbuhan sel tumor, jadi hilangnya fungsi atau inaktivasi dari
tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya pertumbuhan
tumor.
d. Displasia Tulang
Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa,
enkondromatosis, dan eksotose multipel herediter dan
retinoblastoma yang merupakan faktor resiko. Sindrom Li-
Fraumeni (mutasi germline p53) dan sindrom Rothmund-
Thomson (berkumpulnya autosomal yang terpendam pada defek
tulang kongenital, displasia pada kulit dan rambut,
hipogonadisme, dan katarak) juga menjelaskan kemungkinan
berkembangnya osteosarkoma.
3. Manisfestasi Klinik
Osteosarkoma bermanifestasi sebagai massa yang terus
membesar, sering nyeri, dan mungkin menimbulkan perhatian karena
fraktur pada tulang yang terkena. Meskipun kombinasi gambaran klinis
dan radiografik mungkin memberi dukungan kuat mengenai diagnosis,
diperlukan konfirmasi histologis untuk semua kasus. Osteosarkoma
konversional adalah lesi agresif yang bermetastasis melalui aliran
darah pada awal perjalanan penyakitnya. Paru sering menjadi tempat
metastasis. Sekitar 20% pasien telah mengalami penyebaran ke paru saat
didiagnosis lebih banyak lagi yang mengalami metastasis tersamar
yang baru terlihat belakangan. Namun kemajuan dalam teknik
pembedahan dikombinasikan dengan terapi radiasi dan kemoterapi
untuk metastasis telah sangat memperbaiki prognosis pasien dengan
tumor ini.
Osteosarkoma sekunder timbul pada kelompok usia yang lebih
tua daripada osteosarkoma primer konvensioanl. Tumor ini paling
sering terbentuk dalam
kaitannya dengan paget disease, riwayat terpajan radiasi, displasia
fibrosa walaupun
jarang, infark tulang atau osteomielitis kronis. Osteosarkoma
sekunder adalah neoplasma yang sangat agresif, kurang berespons
terhadap terapi yang ada saat ini dibandingkan osteosarkoma
konvensional. Bentuk lain osteosarkoma adalah varian parosteal
(jukstakorteks), periosteal, telangiektatik, intraoseus derajat ringan, dan
sel kecil (Kumar V, Cotran RZ, 2004).
4. Komplikasi
Risiko-risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan-jaringan yang
mengelilinginya. Dalam rangka untuk mengangkat seluruh kanker dan
mengurangi risiko kekambuhan, beberapa jaringan normal yang
mengelilinginya harus juga diangkat. Tergantung pada lokasi dari kanker,
ini mungkin memerlukan pengangkatan dari porsi-porsi dari tulang, otot,
syaraf-syaraf, atau pembuluh-pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan
kelemahan, kehilangan sensasi, dan risiko dari patah tulang atau patah
tulang dari tulang yang tersisa.
a. Efek proses kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk
mencoba membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya
beberapa sel-sel normal juga terbunuh dalam prosesnya. Obat-obat
dirancang untuk membunuh sel-sel yang membelah atau tumbuh
secara cepat. Sel-sel normal yang terpengaruh seringkali termasuk
rambut, sel-sel pembentuk darah, dan sel-sel pelapis sistim
pencernaan. Efek-efek sampingan termasuk mual dan muntah,
kehilangan rambut, infeksi, dan kelelahan. Untungnya, efek-efek
sampingan ini biasanya hilang setelah kemoterapi selesai. Nutrisi
yang baik adalah penting untuk tubuh untuk melawan kanker.
Mungkin dirujuk pada ahli nutrisi untuk membantu dengan ini,
terutama jika mengalami mual dan kehilangan nafsu makan.
Efek-efek sampingan utama dari terapi radiasi termasuk kelelahan,
kehilangan nafsu makan, dan kerusakanpada kulit dan jaringan-
jaringan lunak sekelilingnya. Terapi radiasi sebelumnya dapat juga
meningkatkan risiko persoalan-persoalan luka dari operasi pada
area yang sama.
b. Kecacatan
Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui
penghilangan organ, maka kecacatan pasien tidak akan bisa
dihindari.kanker tulang bisanya juga dapat menimbulkan patah
tulang yang disebut fraktur patologis.
c. Kematian
Fakta penyebab kematian akibat kanker:
- Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang.
Minimnya peralatan diagnosis yang tersedia dan sulitnya
mendeteksi sel-sel kanker yang diderita pasien apakah
tergolong jinak atau ganas.
- Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada
pada stadium akhir. Pengobatannya akan menjadi sulit,
dan angka harapan hidup semakin kecil.
- Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang
tergolong masih sulit diobati, belum lagi biaya
pengobatan sangat mahal. Masalah biaya sering menjadi
alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan, banyak pasien
yang menolak dioperasi karena tidak memiliki biaya.
- Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping
yang menyakitkan, sehingga membuat pasien menyerah
dan menghentikan terapi.
- Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan
pengobatannya, membuat banyak orang memutuskan
untuk memilih pengobatan alternatif yang biayanya relatif
lebih murah, meskipun kenyataannya itu malah
membahayakan kehidupan pasien.

5. Patofisiologi Dan Pathway


Patofisiolog
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak
diketahui. Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan
osteosarkoma.Sel berdiferensiasi dengan pertumbuhan yang abnormal dan
cepat pada tulang panjang akan menyebabkan munculnya neoplasma
(osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah bervariasi.
Bisa berupa:osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan
jaringan lunak diinvasi oleh tumor, osteoblastik sebagai akibat
pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan
pada hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan
yang berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada
berbagai bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk
osteosarkoma; tumor itu sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan
tulang yang bersifat abortif. Gambaran seperti ini pada radiogram akan
terlihat sebagai suatu “sunburst” (pancaran sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke
paru-paru dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat.
Jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup
mencapai 60%. Tetapi jika sudah terjadi penyebaran ke paru-paru
merupakan angka mortalitas tinggi.
Tumor bisa menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di
tempat tumbuhnya tumor disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi
setelah suatu gerakan rutin.Dapat juga terjadi pembengkakan, dimana
pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah (Smeltzer, Suzanne
C,2014).
PATHWAY
Idiopatik, Umur, Jenis kelamin, Terpapar radiasi sinar X, Pertumbuhan sel tulang abnormal (displasia tulang), Pernah terjadi
trauma, Banyak makan makanan mengandung karsinogen

Sel berdiferensiasi

Pertumbuhan abnormal sel

Neoplasma

Pertumbuhan cepat pada tulang panjang

Osteosarkoma

Osteolitik Osteoblastik

Perusakan tulang, dan jaringan lunak Inflamasi Pembentukan tulang sklerotik


diinvasi oleh tumor yang baru
Pembengkakan Hambatan
mobilitas fisik
Sel masuk pembuluh darah Sunburst
Nyeri

Metastase ke paru Destruksi dan erosi tulang


Infeksi pada paru Tindakan Ansietas

Membangkitkan reaksi peradangan

Inflamasi parenkim paru

Nyeri

Kemoterapi Radiasi Pembedahan Nyeri


Supresi sumsum tulang Resti cidera Dosis tinggi Membuang tumor

Efek lanjut Amputasi


SDM SDP Trombosit
Timbulnya fibrosis
Produksi SDM  Produksi leukosit  Trombin  Hilangnya bagian Perubahan kinerja
Di sekitar pleksus saraf tubuh peran
Anemia Sistem pertahanan tubuh  Pembekuan darah 
Anoreksia Nyeri
Resti infeksi
Gangguan citra tubuh
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang
6. Penatalaksanaan
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui tulang
daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang sudah
metastase. Dapat merusak sel normal.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosis ini
timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari proses fibrosis tersebut.
Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
f. Donor tulang.
Berkat kemajuan teknologi, sebenarnya saat ini amputasi bisa dihindari dengan cara
tulang diberi protese atau donor tulang. Tumor diangkat dan bagian tulang yang rusak
diganti dengan protese dari baja atau dengan donor tulang dari mayat. Cuma, di Indonesia
cara ini masih kepentok masalah ketiadaan donor tulang dan juga dibutuhkan keahlian
khusus dari dokter yang melakukannya.Sebelum dilakukan pembedahan, diberikan
kemoterapi yang biasanya akan menyebabkan tumor mengecil. Kemoterapi juga penting
karena akan membunuh setiap sel tumor yang sudah mulai menyebar.
- Kemoterapi yang biasa diberikan:
a) Metotreksat dosis tinggi dengan leukovorin
b) Doxorubicin (adriamisin)
c) Cisplatin
d) Cyclophosphamide (sitoksan)
e) Bleomycin.
- Pengobatan sering kali merupakan kombinasi dari:
a) Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, doksorubisin, ifosfamid,
etoposid)
b) Terapi penyinaran tumor
c) Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor.
Prognosis tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor(Smeltzer, Suzanne C,
2014).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas:
Nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, agama, alamat
b. Riwayat penyakit keluarga.
c. Riwayat penyakit dahulu.
d. Riwayat penyakit sekarang.
e. Pemeriksaan fisik.
a) Inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
b) P : Paliatif
c) Q : Qualitas
d) R : Regional
e) S : Skala nyeri
f) T : Time
f. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk
membantu menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi
atau foto survei seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran klinis
yang mendukung adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat
memberikan gambaran tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis,
diafisis, ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
- Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau
tidak.
- Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah
memberikanreaksi pada periosteum, apakah jaringan lunak di
sekitarnya terinfiltrasi.
- Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaantumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam
tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan
lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang
dalam membantumenegakkan diagnosis tumor.Pemeriksaan laboratorium
yang dilakukan meliputi:
- Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap
darah,haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein
serum, fosfatase asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada
tumor ganas tulang.
- Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein
Bence-Jones.
3. Biopsi
- Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup
untuk pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan
diagnosis serta grading tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat
penting sebab dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologi
yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-scan
dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan
lunak yang memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada
jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
- Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle
aspiration, FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan
salah satu biopsi untuk melakukandiagnosis pada tumor.
- Biopsi terbuka
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif.
Keunggulan biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup,
yaitu dapat mengambil jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan
histologis dan pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan
pengambilan jaringan, dan mengurangikecenderungan perbedaan
diagnostik tumor jinak dan tunor ganas (seperti antara enkondroma
dan kondrosakroma, osteoblastoma dan osteosarkoma). Biopsi
terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan kesulitan pada
prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .

4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status
kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
hipermetabolik 

3. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut NOC: NIC:
berhubungan dengan 1. Pain level Pain Manajement
obstruksi jaringan 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Pain control
saraf atau inflamasi.
secara komprehensif termasuk
3. Comfort level
lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi.
nyeri,mampu 2. Observasi reaksi non verbal dan
menggunakan teknik ketidaknyamanan, seperti pasien
non farmakologi untuk tampak meringis, dan
mengurangi nyeri) memegangi bagian tubuh yang
2. Melaporkan bahwa sakit.
nyeri berkurang dengan 3. Gunakan tehnik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri pasien.
3. Mampu mengenali 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri menpengaruhi nyeri seperti suhu
(skala,intensitas,frekue ruangan, pencahayaan dan
nsi, dan tanda nyeri) kebisingan.
4. Menyatakan rasa 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
nyaman setelah nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang nyeri (farmakologi (analgetik),
dan non – farmakologi
(relaksasi nafas dalam)
7. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi.
8. Ajarkan tentang tehnik non –
farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2 Gangguan citra NOC: NIC:
tubuh berhubungan 1. Body Image Body Image Enhancement
dengan adanya 1. Diskusikan dengan klien
2. Self esteem
tumor
tentang perubahan dirinya
Kriteria Hasil:
1. Body image positif 2. Bantu klien dalam
2. Mampu memutuskan tingkat actual
mengidentifikasi perubahan dalam tubuh atau
kekuatan personal level fungsi tubuh
3. Mendiskripsikan 3. Monitor frekuensi pernyataan
secara faktual klien
perubahan fungsi 4. Berikan dukungan dan suport
tubuh mental serta spiritual.
4. Mempertahankan 5. Libatkan keluarga untuk
interaksi sosial memberikan dukungan sacara
mental dan spiritual
3 Hambatan NOC : NIC :
mobilitas fisik 1. Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
berhubungan 1. Monitoring vital
Active
dengan
signsebelm/sesudah latihan dan
penurunan 2. Mobility Level
kekuatan dan lihatrespon pasien saat latihan
3. Self care : ADLs
kerusakan
2. Konsultasikan dengan terapi
muskuloskeletal 4. Transfer performance
fisiktentang rencana ambulasi
Kriteria hasil:
1. Klien meningkat sesuaidengan kebutuhan
dalam aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk
2. Mengerti tujuan dari menggunakantongkat saat berjalan
peningkatan mobilitas dan cegahterhadap cedera
3. Memverbalisasikanpera 4. Ajarkan pasien atau
saan tenagakesehatan lain tentang
dalammeningkatkankek teknik ambulasi
uatan dankemampuan 5. Kaji kemampuan pasien
berpindah dalammobilisasi
4. Memperagakanpenggu 6. Latih pasien dalam pemenuhan
naan alat Bantuuntuk kebutuhan ADLs secara mandiri
mobilisasi (walker) sesuaikemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien
saatmobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan
ADLs
1. Berikan alat Bantu jika
klienmemerlukan.
2. Ajarkan pasien bagaimana
merubahposisi dan berikan
bantuan jikadiperlukan

4 Ansietas NOC: NIC:


berhubungan dengan Penurunan Kecemasan
ancaman kematian  Anxiety self control 1. Gunakan pendekan yang
dan perubahan status  Anxiety level
menyenangkan
kesehatan
 Coping 2. Nyatakan dengan jelas harapan

Kriteria hasil : terhadap pelaku pasien


1. Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur dan
mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala prosedur
cemas. 4. Temani pasien untuk
2. Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
mengungkapkan dan mengurangi takut
menunjukkan teknik 5. Dengarkan dengan penuh
untuk mengontrol cemas. perhatian
3. Vital sign dalam batas 6. Identifikasi tingkat kecemasan
normal 7. Bantu pasien mengenal situasi
4. Postur tubuh, ekspresi yang menimbulkan kecemasan
wajah, bahasa tubuh, dan 8. Dorong pasien untuk
tingkat aktivitas mengungkapkan perasaan,
menunjukkan ketakutan, persepsi
berkurangnya 9. Intruksikan pasien
kecemasan. menggunakan teknik relaksasi
5 Resiko cedera NOC: NIC :
berhubungan dengan 1. Risk Kontrol Enviroment Management
tumor (Manajemen Lingkungan)
Kriteria Hasil:
1. Indentifikasi kebutuhan
1. Klien terbebas dari
keamanan pasien berdasarkan
cidera
level fisik dan fungsi koognitif
2. Klien mampu
serta riwayat kebiasaan
menjelaskan
sebelumnya.
cara/metode untuk
2. Indentifikasi benda-benda
mencegah
beresiko di lingkungan.
injury/cidera
3. Pindahkan benda-benda
3. Klien mampu
berbahaya dari lingkungan
menjelaskan faktor
pasien.
resiko dari
4. Modifikasi lingkungan
lingkungan/perilaku
meminimalisir bahaya dan
personal
resiko.
4. Mampu
5. Siapkan pasien dengan telfon
menggunakan
emergency.
fasilitas kesehatan
6. Beritahu pasien terhadap resiko
yang ada
individual dan kelompok
mengenai bahaya dan resiko.
7. Kolaborasikan dengan petugas
lain untuk meningkatakan
keamanan lingkungan.
6 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Immune Status Infection Control
penyakit kronis dan 1. Pertahankan teknik aseptif
2. Knowledge : Infection
kerusakan jaringan
2. Batasi pengunjung bila perlu
control
3. Risk control 3. Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria Hasil : dan sesudah tindakan
1. Klien bebas dari tanda
keperawatan
dan gejala infeksi
4. Gunakan baju, sarung tangan
2. Menunjukkan
sebagai alat pelindung
kemampuan untuk
5. Ganti letak IV perifer dan
mencegah timbulnya
dressing sesuai dengan
infeksi
petunjuk umum
3. Jumlah leukosit dalam
6. Gunakan kateter intermiten
batas normal
untuk menurunkan infeksi
4. Menunjukkan perilaku
kandung kencing
hidup sehat
7. Tingkatkan intake nutrisi
v
Infection Protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Pertahankan teknik isolasi k/p
3. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
4. Monitor adanya luka
5. Dorong masukan cairan
6. Dorong istirahat
7. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
8. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
7 Resiko NOC : NIC :
ketidakseimbangan 1. Nutritional Status Nutrision Management
nutrisi kurang dari 1. Kaji adanya alergi makanan
2. Nutritional Status : food
kebutuhan yang
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
berhubungan dengan and fluid intake
hipermetabolik  menentukan jumlah kalori dan
3. Nutritional Status :
nutrisi yang dibutuhkan pasien
nutrient intake
4. Weight control 3. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
1. Adanya peningkatan
4. Anjurkan pasien untuk
berat badan sesuai
meningkatkan protein dan vitamin
dengan tujuan
C
2. Berat badan ideal sesuai
5. Monitor jumlah nutrisi dan
dengan tinggi badan
kandungan kalori
3. Mampu mengidentifikasi
6. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda
7. Kaji kemempuan pasien untuk
malnutrisi
mendapatkan nutrisi yang
5. Menunjukkkan
dibutuhkan
peningkatan fungsi
Nutrition Monitoring
pengecapan dari menelan 1. BB pasien dalam batas normal
Tidak terjadi penurunan 2. Monitor adanya penurunan berat
berat badan yang berarti
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
4. Monitor lingkungan selama
makan
5. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam makan
6. Monitor mual muntah
7. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
8. Monitor kalori dan intake nutrisi

4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan telah
tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. et al. (2013). Nursing interventions classification (nic) edisi keenam.UK:
Elsevier
Herdman,T. Heather. (2015). Nanda internasional inc. Diagnosis keperawatan: definisi &
klarifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta: EGC
Isaacs DM. Osteosarcoma. (2013). Orthopedic Surgery Rotation
Kumar V, Cotran RZ, Robbins SL. (2014). Dalam: Hartanto H (editor). Buku ajar patologi.
Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue et.al. (2013). Nursing outcomes classification (noc) pengukuran outcomes
kesehatan edisi kelima. UK: Elsevier.
Price, Sylvia Anderson. (2012). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Editor 4.
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2014). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Edisi
8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai