SUGENG SURYANTO
A0 6540
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Osteo sarcoma?
2. Apa Etiologi Osteo sarcoma?
3. Apa klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Apa saja manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Bagaimana patofisiologi Osteo sarcoma?
6. Pathway Osteo sarcoma?
7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penatalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan dari Osteo sarcoma
meliputi :
1. Pengertian dari Osteo sarcoma?
2. Etiologi Osteo sarcoma?
3. Klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Patofisiologi Osteo sarcoma?
6. Pathway Osteo sarcoma?
7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penantalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10. Asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Menurut Suradi, (2013) Osteo sarcoma atau dengan nama lain Osteogenic Sarcoma merupakan
tumor primer tulang yang sifatnya paling ganas pada anak dimana sel-sel tumornya
adalah osteoblast atau menghasilkan sel osteoblas. Disebut osteogenik oleh karena
perkembangannya berasal dari seri osteo blastiksel mesenkim primitif. Osteo sarkoma merupakan
neoplasma primer dari tulang yang tersering setelah myeloma multiple. Osteosarkoma biasanya
terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal
growth plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimalhumerus
dan pelvis.
B. Etiologi
Menurut Putri, (2010) Penyebab pasti osteosarcoma belum diketahui. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaituC-Fos dapat meningkatkan kejadian
tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosistinggi, Keturunan. Namun, beberapa hal berikut menjadi
faktor resiko yang menyebabkan terjadinya osteosarkoma :
1. Kecepatan Pertumbuhan Tulang
Kecepatan pertumbuhan tulang nampaknya menjadi predisposisi seseorang terkena
osteosarkoma, berdasarkan insidens yang terjadi pada masa remaja dan lokasi tipikal pada
daerah metafiseal yang berbatasan dengan fisis pada tulag panjang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap osteo sarkoma adalah pengaruh radiasi.
3. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga
merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi
yang diberikan untuk penyakit tulang sepertikista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah
3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma
4. Predisposisi Genetik
Mutasi genetik merupakan dasar berkembangnya osteosarkoma. Pasien dengan retinoblastoma
(Rb) herediter memiliki resiko ratusan kali lipat terhadap terjadinya osteosarkoma, hal
ini berhuubungan dengan mutasi gen Rb. Mutasi osteosarcoma pada lutut kiri pada gen Rb
tidak bisa ditemukan pada osteosarcoma sporadic. Mutasi pada genp53 sering Nampak. Namun
gen retinoblastoma telah melokalisir pada lengan kromosom 13 (13q14). Gen Rb diakui sebagai
prototype tumor suppressor gen dan menyakngkut jumlah pathogenesis neoplasma pada
manusia. Tumor suppressor gene berfungsi mengendalikan pertumbuhan sel tumor, jadi
hilangnya fungsi atau inaktivasid ari tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya
pertumbuhan tumor.
5. Displasia Tulang
Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa, enkondromatosis, dan eksotose
multipel herediter dan retinoblastoma yang merupakan factor resiko. Sindrom Li-Fraumeni
(mutasi germline p53) dan sindrom Rothmund-Thomson (berkumpulnya autosomal yang
terpendam pada defek tulang kongenital, dysplasia pada kulit dan rambut, hipogonadisme, dan
katarak) juga menjelaskan kemungkinan berkembangnya osteosarcoma.
C. Klasifikasi
Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarcoma dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan dimana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker
yang paling sering menyebar ke paru-paru mungkin juga menyebar ke tulang lainnya.
3. Berulang
Berulang berarti kanker telah terjadi berulang kali setalah dirawat. Ketika osteosarcoma
ditemukan biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai dan akan
kambuh lagi tetapi langka.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Loho, (2014) Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah
timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifikc seperti nyeri dengan atau tanpa teraba
massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan
sebagai peradangan.
Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi pada umumnya pada tulang panjang distal
femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus dimana growth plate paling proliferatif. Pada
tulang panjang sering pada bagianmetafisis (90%) kemudian diafisis (9%), dan jarang pada epifisis.
1. Pergerakan terganggu
2. Teraba massa nyeri, keras
3. Fungsi normal menurun
4. Edema
5. Panas setempat
6. Teleangiektasi
7. kulit diatas tumor hiperemi, hangat
8. Pelebaran vena.
E. Fatodisiologi
Menurut Putri (2014), Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja. Namun lebih sering pada
tulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan metaphyseal growth plate. Bagian yang paling
sering adalag femur (42 % dengan kejadian 75 % tumor pada distal femur), tibia ( 19 % dengan
kejadian 80 % pada proximal tibia) dan humerus (10 % dengan kejadian 90 % tumor pada proksimal
humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorang dan rahang (8%) serta pelvis (8%).
Osteogonik sarcoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan tulang atau osteoid serta
gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan menghasilkan tulang rawan, jaringan
lunak atau jaringan miksoid dan juga mungkin ada daerah jaringan tumor dengan sel – sel spindle
yang ganas dengan pembentukan osteoid. Pembentukan jaringan tulang harus dibedakan dari
pembentukan reaksi tulang. Pemeriksaan histokimia dapat menunjukan adanya aktivitas alkali
fostatase. Pada telingeaktasis osteosarcoma pada lesinya di dapatkan kantong darah yang dikelilingi
oleh sedikit elemen seluler yang mana elemen selulernya sangat ganas.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penujang
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien Osteo Sarcoma adalah :
1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau permeatif, lesi blastik,
destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segitiga Codman, sunburst, hair on end ),
massa jaringan lunak, dan formasimatriks (osteoid maupun campuran osteoid
dan khondroid).
b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan kalsifikasi sentral
berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadangdisertai gambaran string sign.
Osteosarkoma periosteal memperlihatkanmassa jaringan lunak dengan reaksi periosteal
perpendikuler, erosi kortikal,dan penebalan korteks.
c. High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas tinggi, reaksi
periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan invasi intramedular.
d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil asimetrik, tepi
sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukan pola pertumbuhan agresif. Dapat
ditemukan fraktur patologik dab matriks osteoid minimal.
e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi korteks, massa
jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriksosteoid.
f. Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif ekspansil, disrupsi
korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteosarcoma meliputi terapi pembedahan (limb salvage surgery (LSS) atau
amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang diberikan konkuren atau pun sekuensial
sesuai indikasi.
1. Pembedahana
a. Limb Salvage Surgery Limb salvage surgery (LSS) merupakan suatu prosedur pembedahan
yangdilakukan untuk menghilangkan tumor, pada ekstremitas dengan tujuanuntuk
menyelamatkan ekstremitas. Prosedur LSS merupakan tindakan yang terdiri dari
pengangkatan tumor tulang atau sarkoma jaringan lunak secara en-bloc dan rekonstruksi
defek tulang atau sendi dengan megaprostesis (endoprostesis), biological reconstruction
(massive bone graft baik auto maupun allograft ) atau kombinasi megaprostesis dan bone
graft.
Dalam melakukan tindakan LSS harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Rekurensinya dan survival rate pasien tidak lebih buruk daripada amputasi
2) Prosedur yang dilakukan tidak boleh menunda terapi adjuvant
3) Fungsi ekstremitas harus lebih baik dari amputasi. Fungsi ekstremitas pasca
rekonstruksi harus mencapai functional outcome yang baik, mengurangi morbiditas
jangka panjang dan mengurangi / meminimalkan perlunya pembedahan tambahan.
4) Rekonstruksi yang dilakukan tidak boleh menimbulkan komplikasi yangmembutuhkan
pembedahan berikutnya atau hospitalisasi yang berulang-ulang.
a) Limb Salvage Surgery dengan Megaprostesis. Megaprostesis adalah alat yang
terbuat dari logam yang didesain sebagai pengganti segmen tulangdan atau sendi
pada defek tulang yang terjadi pasca reseksi. Penggunaan megaprostesis,
memungkinkan pasien lebih cepat pulih dan lebih awalmenjalani rehabilitasi dan
weight bearing. Dalam dua minggu pascaoperasi latihan isometrik atau non-
bending exercise dapat dimulai. Dalam periode enam minggu pasien sudah berjalan
weight bearing sesuai dengan toleransi pasien.
b) Limb Salvage Surgery dengan Biological
Reconstruction Biological reconstruction adalah metode rekonstruksi yang ditandai
dengan integrasi autograft dan atau proses inisiasi pembentukan tulang secara de novo pada
rekonstruksi defek tulang atau sendi. Dalam ruang lingkup onkologi ortopaedi,
biological reconstructiondiklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
(1) Transplantasi tulang yang vitalvascularized atau non-vascularizedautograft,
(2) Implantasi tulang non-vital berupa extracorporeal devitalized
autograft(allograft),
(3) Sintesis tulang secara de novo dengan distraction osteogenesis. PendekatanLSS
dengan metode biological reconstruction dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik rotational plasty, free microvascular bone transfer,
extracorporeal irradiation autograft, pasteurized autograft, serta dengan
allograft.
c) Limb Salvage Surgery dengan method lainnya
Metode LSS lainnya dilakukan pada ostaeosarkoma yang mengenai tulan gexpandable seperti
fibula proksimal, ulna distal, ilium dengan indikasi pelvic resection tipe I, costae
yang diindikasikan untuk reseksi tanpa rekonstruksi. Pada ekstremitas dengan defek
tulang massif yang tidak memungkinakan dilakukan rekonstruksi dengan megaprostesis
atau biological reconstruction,seperti defek tulang pada tibia atau distal femur,
rekonstruksi dapat dilakukandengan IM nail atau plate dengan bone cement atau disesuaikan
denganfasilitas yang tersedia di RS setempat.
2. Amputasi
Amputasi pada osteosarkoma dilakukan bila persyaratan LSS tidak terpenuhi. Pada
osteosarkoma derajat keganasan tinggi yang tidak memungkinkan pemberian kemoterapi
neoadjuvan ( misalnya : adanya ulkus, perdarahan, tumor dengan ukuran yang sangat besar)
maka langsung dilakukan pembedahan terlebih dahulu, selanjutnya diikuti dengan pemberian
kemoterapi adjuvant.
3. Kemoterapi
Osteosarkoma salah satu dari solid tumor dimana adjuvant kemoterapi terbukti bermanfaat.
Ketentuan umum :
a. Karena kemoterapi adalah sistemik terapi, akan mempengaruhi dan dipengaruhi organ-
organ lain. Oleh karena itu dilakukan oleh dokter penyakit dalam dan spesialis onklologi
medis. Atau paling sedikit oleh internis plus latihan singkat onkologi medis, bersertifikat.
(internis plus).
b. Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi anatomi: osteosarkoma, grade,
stadium.
4. Radioterapi Prinsip radioterapi pada osteosarkoma dapat dibedakan untuk lokasitumor primer
dan lesi metastasis.
Radiasi pada tumor primer :
a. Radiasi eksterna dipertimbangkan pada kasus batas sayatan positif pascaoperasi, reseksi
subtotal, dan kasus yang tidak dapat dioperasi
b. Dosis radiasi pasca operasi: 54-66 Gy Dosis radiasi pada kasusunresectable:60 – 70 Gy,
bergantung pada toleransi jaringan sehat. Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi
paliatif pada kasus metastasis, misalnyanyeri hebat atau perdarahan.
c. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yang dapat terbagi dalam fraksinasikonvensional, 2Gy per hari
atau hipofraksinasi.
Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus metastasis, misalnya nyeri
hebat atau perdarahan. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yangdapat terbagi dalam fraksinasi
konvensional, 2Gy per hari atau hipofraksinasi.
Pemilihan Terapi :
1) Localized disease Menurut rekomendasi guidelines, wide excision merupakan terapi
primer pada pasien dengan low grade (intra medullarydan surface) oteosarkoma dan
lesi pariosteal. Pada periostealosteosarkoma penatalaksanaan disesuaikan dengan
highgradeosteosarkoma lainnya. Setelah wide excision maka dilanjutkan dengan
kemoterapi setelah operasi. Operasi re-reseksi dengan atau tanpa radioterapi perlu
dipertimbangkan untuk pasien dengan margin jaringan positif.
2) Osteosarkoma yang disertai metastasis 8 Sepuluh sampai dengan 20
% pasien osteosarkoma terdiagnosis saat sudah terjadi metastasis. Walau kemoterapi
menunjukan hasil yang membaik pada pasien non metastatik, high grade, localized
osteosarcoma kemoterapi justru menunjukan hasil kurang memuaskan pada
osteosarkoma yang disertai metastasis. Pada yang resectable dengan metastasis paru,
visceral, atau tulang, maka terapi untuk tumor primernya sama dengan
penatalaksanaanosteosarkoma derajat keganasan tinggi dan didukung dengan
kemoterapiserta metastasektomi.
Pada yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi
dan melakukan evaluasi ulang tumor primeruntuk mengontrol tumor secara local.
5. Tatalaksana Nyeri
Tatalaksana nyeri dapat mengikuti tiga langkah stepladder WHO:
a. Nyeri ringan: analgetik sederhana seperti NSAID atau paracetamol
b. Nyeri sedang: opioid lemah dan analgetik sederhana
c. Nyeri berat: pioid kuat dan analgetik sederhanaT
Terapi nyeri adjuvan seperti kortikosteroid (deksamatason), antikonvulsan (gabapentin) atau
antidepresan (amitriptilin) juga dapatdiberikan sebagai tambahan. Nyeri breakthrough dapat
ditangani denganopioid kerja cepat seperti morfin lepas cepat, morfin intravena ataufentanil
intravena.
I. Komplikasi
Menurut Suratman (2006) komplikasi yang di akibatkan Osteo sarcoma adalah :
1. Gangguan produksi antibody
2. Infeksi akibat kerusakan sumsung tulang
3. Fraktur patologis
4. Gangguan pada ginjal dan hematologi
5. Hilangnya anggota ekstremitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Ariyansyah, (2016) Pengkajian merupakan tahap awal dan dasartahap keperawatan yang
harus dilakukan secara teliti untuk dipergunakan sebagaidata untuk menegakkan diagnose. Berikut
pengkajian yang dilakukan pada pasienosteo sarcoma :
1. Pengumpulan dataa.
a. Identitas pasien : Merupakan biodata klien yang meliputi, nama, umur, jeniskelamin,
agama,suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat serta identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatana
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling di rasakan klien sehingga mendorong pasien untuk
mendapatkan pertolongan medis. Keluhan utama pada pasien Osteosarkoma biasanya
nyeri.
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah
untuk beraktifitas / keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
1) P (Paliatif / provokatif ), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan serta
memberatkan keluhan.
2) Q (Quality / kwantity), berapa berat keluhan dan bagaimana rasana serta berapa sering
keluhan itu muncul.
3) R (Region), lokasi keluhan dirasakan dan arah penebaran keluhan.
4) S (Scala / Saverity), intensitas keluhan yang dirasakan, seberapa seringdan apakah
sampai mengganggu aktivitas atau tidak.
5) T (Time), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang.
c. Riwayat kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat / penyakit tertentu
yang menungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur
operatif dan penggunaan oabat – obatan.
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami
klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal
seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau tanpa
sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, dan bahan pengawet ), Anoreksia, mual / muntah, Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya
massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgorkulit, edema
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi.
Perubahan eliminasi urinenarius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak, Pekerjaan atau
profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari.
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibatkelemahan yang
dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal.
Tanda : Perilaku hati - hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi, Ruam kulit,
ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluarrumah
karenamengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan).
B. Diagnosa
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan berhubungan dengan perubahan presepsi diri
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keadaan tulang yang rapuh.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunansuplai O2 ke jaringan.
5. Resiko perdarahan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
7. Intervensi
Diagnosa
NO NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Citra Tubuh 1. Tentukan presepsi klien 1. Informasi tentang
citra tubuh (1200) dan keluarga terkait persepsi pasien
1. Kesesuaian perubahan citra diri dan dan keluarga akan
antara Bak realitas membantu
realitas dan 2. Bantu pasien perawat dalam
idea ltubuh untukbicara perubahan- proses perawatan.
dengan penamp perubahan (bagian 2. Mendapatkan cara
ilan tubuh1ke4 tubuh) disebabkan dan penganan
2. Penyesuaian adanya penyakit yang tepat
terhadap perub atau keuntungandengan sesuaidengan
ahan tubuh cara yang tepat. presepsi pasien
akibat meningk 3. bantu pasien penentu 3. Melakukan terapi
at 1 ke 4 berkelanjutan sesuai dengan
3. Kepuasan dari perubahan- keiginan pasien itu
dengan fungsi perubahan aktual dari untuk mencapai
tubuh 1 ke 3 tubuh atau tingkat citra tubuh sesuai
4. Sikap fungsinya keinginan pasien
terhadap pengg 4. Identifikasi cara untuk 4. Meningkatkan
unaan strategis menurunkan dampak ideal diri pasien
untuk dari adanya perubahan dan kepuasan
meningkatkan p bentuk melalui pakaian, terhadap
enampilan 1 ke rambut palsu, atau diri pasca keuntun
4 kosmetik dengan cara gan
yang tepat
2 Kerusakan Integritas jaringan: 1. Untuk mengetahui
Perawatan daerah
integritas Kulit &membran adanya gejala
(area)sayatan (3440)
integritas kulit mukosa (1101) infeksi
1. Pantau sayatan untuk
1. Integritas kulit 2. Melihat adanya
tanda dan gejala infeksi.
dariskala 1 ke 5 kemerahan , sakit,
2. Periksa daerah sayatan
dan tanda
terhadap
dehisensi atau
kemerahan, sakit, atau
eviserasi
tanda-tanda dehisensi
3. Menghindari
atau eviserasi
adanya infeksi
3. Bersihkan daerah sekitar
akibat pembersiha
sayatan
n luka yang tidak
dengan pembersihan
tepat.
yang tepat.
4. Menghindari
4. Bersihkan dari daerah
adanya bakteri
yang bersihke daerah
yang masuk
yang kurang bersih
kedalam luka
B. Saran
Dengan mengetahui tumor ganas osteosarkoma baik dari segietiopatogenesis, diagnosis dini dan
terapi, gejala klinis dan prognosisnya, maka diharapkan dapat mengetahui terjadinya osteosarkoma
secara dini (yang ditandai adanya benjolan pada tulang dan nyeri) serta pengelolaannya secara
klinik.Sebaiknya, masyarakat diberi penyuluhan mengenai penyakit osteosarkoma misalnya melalui
kegiatan puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyansyah Alfitri, 2016. ASKEP OSTEOSARKOMA. Dikutip dari
https://www.academia.edu/30004007/ASKEP_OSTEOSARKOMA.docx
Loho, L. L. (2014). OSTEOSARKOMA. JURNAL BIOMEDIK, 6 (3).
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.Sagung Seto
Bielack, S., Carrle, D. and Casali, P.G. (2009) Osteosarcoma: ESMOclinicalrecommendation for diagnosis,
treatment and follow-up. Ann. Oncol.20(Suppl. 4), 137 – 39.
Putri Afliani Andini, 2012. Osteosarcoma. Makalah. Dikutip dari
https://www.scribd.com/doc/102166294/Osteosarcoma
Rosenberg, M., & Owens, T.J. (2001). Low self-esteem people: A collective portrait.In T.J. Owens. S.
Stryker, & N. Goodman (Eds.), Extending selfesteem theory andresearch (pp. 40-436). New York:
Cambridge University Press.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalksanaan Osteo
sarcoma.http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOsteosarkoma.pdf
Suratun., dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Penerbit : Buku Kedokteran EGChttps://www.academia.edu/30004007/ASKEP_OSTEOSARKOMA.docx