Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH OSTEOSARKOMA

Disusun untuk memenuhi syarat Assesment PK IV

SUGENG SURYANTO
A0 6540

MAYAPADA HOSPITAL JAKARTA SELATAN


2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data WHO, osteosarcoma adalah tumor tulang primer paling umum dengan estimasi
insiden 4 – 5/1.000.000 per tahun didapatkan insiden 0,2 – 3/100.000 pertahun dalam kelompok
usia 15 – 19 tahun. Angka 2 – year survival rate di Taiwan di dapatkan sebesar 46,9 %, dengan 5 –
year survival rate sebesar 37,5 %.
Di Indonesia berdasarkan Riset Dasar Kesehatan 2013 di daptkan prevalnsi penyakit kanker seesar
1,4 per mil (0/00). Odds ratio tumor tulang adalah 4,6 % sedangkan insisedn tumor tulang ganas di
Indonesia di daptkan sebesar 1,6 dari seluruh jenis tumor ganas pada manusia, dengan
kecenderungan meningkatkanta insiden tumor tulang setiap tahunnya. Insiden tumor tulang di RS
Ciptomangunkusumo sebsar 1,2 %, dengan insiden tumor tulang ganas sebesar 1,3 %. Berdasarkan
data system informasi rumah sakit tahun 2005, osteosarcoma termasuk dalam lima besar kasus
kanker pada usia 1-17 yahun. Pada evaluasi profil tumor tulang pada anak di RS
Ciptomangunkusomo tahun 1995 – 2004 di dapatkan 73,7 % kasus merupakan kasus osteosarcoma.
Pada tahuan 1991 – 1995 di RSUD Dr. Soetomo didaptkan tumor ganas tulang sebanyak 373 kasus,
dengan tumor ganas tulang primer sebanyak 183 kasus. Perbandingan pria : wanita 1.4 : 1 dan
jumlah kasus primer 44 kasus per tahun, terutama osteosarcoma sebesar 62,4 % kasus.
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang yang didiagnosa berdasarkan pemeriksaan histologi
terhadap produksi osteoid berhubungan dengan malignant mesenchymal cells. Osteosarcoma
umumnya adalah tumor yang agresif dan cenderung bermetastasis cenderung bermetastasis secara
dini.
Amputasi telah menjadi pilihan yang standar untuk tatalaksana kebanyakan kasus sarcoma tulang,
tetapi pada era tahun 1980-an, perkembangan operasi penyelamatan tungkai untuk tumor tulang
malignat mulai tampak. Sekarang ini, limb slvage surgery dikategrikan aman dan dilakukan secara
rutin pada sekitar 90 % pasien dengan osteosarcoma pada ekstremitas. Kemajuan dalam teknik
operasi ini juga di ikuti oleh efektivitas kemoterapi addjuvan yang secara dramatis meningkatkan
overall survival. Pada era tahun 1970-an angka ketahanan hidup berkisar antara 15%-
20% dengan operasi sendiri. Angka ini meningkat menjadi55%-80% dengan pemberian kemoterapi
adjuvant  pada tahun 1980-an. Regimen kemoterapi multipel  saat ini dipertimbangkan sebagai
terapi yang esensial. Regimen kemoterapi pre-operatif (yang disebut juga sebagai kemoterapi
neoadjuvan atau induksi) dan regimen kemoterapi post-operatif sedang dievaluasi untuk
menentukan efeknya pada tumor dan dampaknya terhadap pemilihan prosedur operasi dan overall
survival. 
Eilber et al pada tahun 1981 melakukan penelitian acak prospektif untuk menentukan peranan
kemoterapi pada tata laksana multi disiplin pada pasien dengan osteosarcoma. Lima puluh
sembilan pasien dengan osteosarcoma intrameduler klasik non-metastasis diacak. Tiga puluh dua
orang menerima kemoterapi adjuvant dengan regimen methotrexate dosis tinggi, Adriamycin dan
bleomycin / cyclophosphamide / actinomycin-D (BCD). Dua puluh tujuh pasienlainnya tidak
mendapatkan kemoterapi adjuvan. Pada  follow-up selama 2 tahun,terdapat peningkatan signifikan
secara statistik pada disease-free dan overal  survival  pada pasien yang menerima kemoterapi
adjuvan.
Sementara itu, disease-free dan overall survival pada kelompok kontroltanpa kemoterapi adjuvant
pada penelitian ini sama nilainya dengan yangdijumpai pada pasien yang tidak mendapatkan
kemoterapi adjuvan pada tahun1970-an. Karena itu, dengan melakukan prosedur staging yang
identik, manajemen bedah yang sama dan evaluasi patologis yang standar, kemoterapi adjuvan
post-operatif  jelas sekali meningkatkan angka bebas penyakit dan overallsurvival pada pasien
osteosarcoma. Semenjak itu, peranan kemoterapi kombinas iadjuvan post-operatif menjadi diakui
dan hal ini menyebabkan indoktrinasi kemoterapi adjuvan pada protokol terapi osteosarcoma yang
terlokalisir padaekstremitas di hampir semua institusi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Osteo sarcoma?
2. Apa Etiologi Osteo sarcoma?
3. Apa klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Apa saja manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Bagaimana patofisiologi Osteo sarcoma?
6. Pathway Osteo sarcoma?
7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penatalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan dari Osteo sarcoma
meliputi :
1. Pengertian dari Osteo sarcoma?
2. Etiologi Osteo sarcoma?
3. Klasifikasi Osteo sarcoma?
4. Manifestasi klinis Osteo sarcoma?
5. Patofisiologi Osteo sarcoma?
6. Pathway Osteo sarcoma?
7. Pemeriksaan diagnostik Osteo sarcoma?
8. Penantalaksanaan Osteo sarcoma?
9. Komplikasi Osteo sarcoma ?
10. Asuhan keperawatan pada Osteo sarcoma?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi

Menurut Suradi, (2013) Osteo sarcoma atau dengan nama lain Osteogenic Sarcoma merupakan
tumor primer tulang yang sifatnya paling ganas pada anak dimana sel-sel tumornya
adalah  osteoblast atau menghasilkan sel osteoblas. Disebut osteogenik oleh karena
perkembangannya berasal dari seri osteo blastiksel mesenkim primitif. Osteo sarkoma merupakan
neoplasma primer dari tulang yang tersering setelah myeloma multiple. Osteosarkoma biasanya
terdapat pada metafisis tulang panjang di mana lempeng pertumbuhannya (epiphyseal
growth plate) sangat aktif, yaitu pada distal femur, proksimal tibia dan fibula, proksimalhumerus
dan pelvis.

B. Etiologi
Menurut Putri, (2010) Penyebab pasti osteosarcoma belum diketahui. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaituC-Fos dapat meningkatkan kejadian
tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosistinggi, Keturunan. Namun, beberapa hal berikut menjadi
faktor resiko yang menyebabkan terjadinya osteosarkoma :
1. Kecepatan Pertumbuhan Tulang
Kecepatan pertumbuhan tulang nampaknya menjadi predisposisi seseorang terkena
osteosarkoma, berdasarkan insidens yang terjadi pada masa remaja dan lokasi tipikal pada
daerah metafiseal yang berbatasan dengan fisis pada tulag panjang.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap osteo sarkoma adalah pengaruh radiasi.
3. Ekstrinsik karsinogenik 
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi dosis juga diduga
merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu contoh adalah radium. Radiasi
yang diberikan untuk penyakit tulang sepertikista tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah
3-40 tahun dapat mengakibatkan osteosarcoma
4. Predisposisi Genetik
Mutasi genetik merupakan dasar berkembangnya osteosarkoma. Pasien dengan retinoblastoma
(Rb) herediter memiliki resiko ratusan kali lipat terhadap terjadinya osteosarkoma, hal
ini berhuubungan dengan mutasi gen Rb. Mutasi osteosarcoma pada lutut kiri pada gen Rb
tidak bisa ditemukan pada osteosarcoma sporadic. Mutasi pada genp53 sering Nampak. Namun
gen retinoblastoma telah melokalisir pada lengan kromosom 13 (13q14). Gen Rb diakui sebagai
prototype tumor suppressor gen dan menyakngkut jumlah pathogenesis neoplasma pada
manusia. Tumor suppressor gene berfungsi mengendalikan pertumbuhan sel tumor, jadi
hilangnya fungsi atau inaktivasid ari tumor suppressor gene menyebebkan terjadinya
pertumbuhan tumor.
5. Displasia Tulang
Hal ini juga menyangkut paget disease, displasia fibrosa, enkondromatosis, dan eksotose
multipel herediter dan retinoblastoma yang merupakan factor resiko. Sindrom Li-Fraumeni
(mutasi germline p53) dan sindrom Rothmund-Thomson (berkumpulnya autosomal yang
terpendam pada defek tulang kongenital, dysplasia pada kulit dan rambut, hipogonadisme, dan
katarak) juga menjelaskan kemungkinan berkembangnya osteosarcoma.

C. Klasifikasi
Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarcoma dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Local osteosarcoma
Kanker sel belum tersebar di luar tulang atau dekat jaringan dimana kanker berasal.
2. Metastatic osteosarcoma
Kanker sel telah menyebar dari tulang yang kanker berasal, ke bagian tubuh yang lain. Kanker
yang paling sering menyebar ke paru-paru mungkin juga menyebar ke tulang lainnya.
3. Berulang
Berulang berarti kanker telah terjadi berulang kali setalah dirawat. Ketika osteosarcoma
ditemukan biasanya dalam waktu 2 sampai 3 tahun setelah perawatan selesai dan akan
kambuh lagi tetapi langka.

Osteosarcoma menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


1. Osteocondroma
Osteocondroma merupakan tumor tulang jinak dan merupakan tumor yang paling sering
ditemukan. Biasanya menyerang di usia 10 –  20 tahun.
2. Kondroma Jinak
Biasanya terjadi pada usia 10 – 30 tahun, di bagian tengah tulang. Beberapa jenis kondroma
menyebabkan nyeri.
3. Kondroblastoma
Merupakan tumor yang jarang terjadi, tumbuh pada ujung tulang. Biasanyatimbul pada usia
10 – 20 tahun.
4. Fibroma Kondromaksoid
Merupakan tumor yang sangat jarang yang terjadi pada usia ≤ tahun. Tumor ini akan
memberikan gambaran khas pada foto rontgen.
5. Osteoid Osteoma Merupakan tumor yang sangat kecil biasanya tumbuh pada lengan atau
tungkai, tetapi dapat terjadi pada semua tulang. Biasanya menimbulkan nyeri terutama pada
malam hari dan berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah. Otot disekitar
tumor akan mengecil (atrofi) dan keadaan akan membaik setelah tumor diangkat.
6. Tumor sel raksasa
Bisanya terjadi pada usia 20 dan 30 tahun. Umumnya tumbuh di ujung tulang dan dapat
meluas ke jaringan sekitarnya dan di sertai nyeri.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Loho, (2014) Umumnya gejala klinik terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah
timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifikc seperti nyeri dengan atau tanpa teraba
massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai nyeri yang dalam dan hebat, yang dapat dikelirukan
sebagai peradangan.
Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi pada umumnya pada tulang panjang distal
femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus dimana growth plate paling proliferatif. Pada
tulang panjang sering pada bagianmetafisis (90%) kemudian diafisis (9%), dan jarang pada epifisis.
1. Pergerakan terganggu
2. Teraba massa nyeri, keras
3. Fungsi normal menurun
4. Edema
5. Panas setempat
6. Teleangiektasi
7. kulit diatas tumor hiperemi, hangat
8. Pelebaran vena.

E. Fatodisiologi
Menurut Putri (2014), Osteosarkoma dapat terjadi pada tulang mana saja. Namun lebih sering pada
tulang ekstremitas yang posisinya dekat dengan metaphyseal growth plate. Bagian yang paling
sering adalag femur (42 % dengan kejadian 75 % tumor pada distal femur), tibia ( 19 % dengan
kejadian 80 % pada proximal tibia) dan humerus (10 % dengan kejadian 90 % tumor pada proksimal
humerus). Lokasi lainnya adalah tengkorang dan rahang (8%) serta pelvis (8%).
Osteogonik sarcoma secara histologis mempunyai gambaran dari jaringan tulang atau osteoid serta
gambaran pleomorf jaringannya. Tulang dan osteoid akan menghasilkan tulang rawan, jaringan
lunak atau jaringan miksoid dan juga mungkin ada daerah jaringan tumor dengan sel – sel spindle
yang ganas dengan pembentukan osteoid. Pembentukan jaringan tulang harus dibedakan dari
pembentukan reaksi tulang. Pemeriksaan histokimia dapat menunjukan adanya aktivitas alkali
fostatase. Pada telingeaktasis osteosarcoma pada lesinya di dapatkan kantong darah yang dikelilingi
oleh sedikit elemen seluler yang mana elemen selulernya sangat ganas.
F. Pathway

G. Pemeriksaan Penujang
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien Osteo Sarcoma adalah :
1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau permeatif, lesi blastik,
destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segitiga Codman, sunburst, hair on end  ),
massa jaringan lunak, dan formasimatriks (osteoid maupun campuran osteoid
dan khondroid).
b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan kalsifikasi sentral
berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadangdisertai gambaran string sign.
Osteosarkoma periosteal memperlihatkanmassa jaringan lunak dengan reaksi periosteal
perpendikuler, erosi kortikal,dan penebalan korteks.
c. High  grade  surface  osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas tinggi, reaksi
periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan invasi intramedular.
d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil asimetrik, tepi
sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukan pola pertumbuhan agresif. Dapat
ditemukan fraktur patologik dab matriks osteoid minimal.
e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi korteks, massa
jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriksosteoid.
f. Low  grade  central  osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif ekspansil, disrupsi
korteks, massa jaringan lunak dan reaksi periosteal.

Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai pengurangan


ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan peripheral bony shell. Fhoto X-ray
thorax proyeksi AP / PA, untuk melihat adanya metastasis paru dengan ukuran yang cukup
besar.
2. Computed Tomography (CT) ScanCt-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada
tulang kompleksdan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan
untukmendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan
biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untukmengidentifikasi adanya
metastasis mikro pada paru dan organ thoraks.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan modalitas terpilih untukevaluasi ekstensi
lokal tumor dan membantu menentukan manajemen bedahyang paling sesuai. MRI dapat
menilai perluasan massa ke intramedular (ekstensi longitudinal, keterlibatan epifisis, skip
lesion), perluasan massa ke jaringan lunak sekitarnya dan intra articular, serta keterlibatan
struktur neuro vascular. Pemberian kontras gadolinium dapat memperlihatkanvaskularisasi lesi,
invasi vaskular, dan area kistik atau nekrotik. Pascakemoterapi, MRI digunakan untuk menilai
ekstensi massa dan penambahankomponen nekrotik 2 intramassa. Dynamic MRI juga dapat
digunakan untukmenilai respon pasca kemoterapi.
4. Kedokteran NuklirBone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis
atausuatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik.
5. BiopsiPemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus (
fine  needle  aspiration  biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil FNAB inkonklusif. FNAB
mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%. Penilaian skor Huvos untuk mengevaluasi
secara histologis responskemoterapi neoadjuvant. Pemeriksaan ini memerlukan minimal 20
coupe. Penilaian dilakukan secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya area
nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel :
a. Grade 1 : sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
b. Grade 2 : nekrosis>50 - <90%
c. Grade 3 : nekrosis 90 –  99%
d. Grade 4 : nekrosis 100%

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan osteosarcoma meliputi terapi pembedahan (limb salvage surgery (LSS) atau
amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi yang diberikan konkuren atau pun sekuensial
sesuai indikasi.
1. Pembedahana
a. Limb Salvage Surgery  Limb  salvage  surgery (LSS) merupakan suatu prosedur pembedahan
yangdilakukan untuk menghilangkan tumor, pada ekstremitas dengan tujuanuntuk
menyelamatkan ekstremitas. Prosedur LSS merupakan tindakan yang terdiri dari
pengangkatan tumor tulang atau sarkoma jaringan lunak secara en-bloc dan rekonstruksi
defek tulang atau sendi dengan megaprostesis (endoprostesis), biological reconstruction
(massive bone graft  baik auto maupun allograft  ) atau kombinasi megaprostesis dan bone
graft.
Dalam melakukan tindakan LSS harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1) Rekurensinya dan survival rate pasien tidak lebih buruk daripada amputasi
2) Prosedur yang dilakukan tidak boleh menunda terapi adjuvant
3) Fungsi ekstremitas harus lebih baik dari amputasi. Fungsi ekstremitas pasca
rekonstruksi harus mencapai functional outcome yang baik, mengurangi morbiditas
jangka panjang dan mengurangi / meminimalkan perlunya pembedahan tambahan.
4) Rekonstruksi yang dilakukan tidak boleh menimbulkan komplikasi yangmembutuhkan
pembedahan berikutnya atau hospitalisasi yang berulang-ulang.
a) Limb Salvage Surgery dengan Megaprostesis. Megaprostesis adalah alat yang
terbuat dari logam yang didesain sebagai pengganti segmen tulangdan atau sendi
pada defek tulang yang terjadi pasca reseksi. Penggunaan megaprostesis,
memungkinkan pasien lebih cepat pulih dan lebih awalmenjalani rehabilitasi dan
weight bearing. Dalam dua minggu pascaoperasi latihan isometrik atau non-
bending exercise dapat dimulai. Dalam periode enam minggu pasien sudah berjalan
weight bearing sesuai dengan toleransi pasien.
b) Limb Salvage Surgery dengan Biological
Reconstruction  Biological  reconstruction adalah metode rekonstruksi yang ditandai
dengan integrasi autograft dan atau proses inisiasi pembentukan tulang secara de novo pada
rekonstruksi defek tulang atau sendi. Dalam ruang lingkup onkologi ortopaedi,
biological reconstructiondiklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu:
(1) Transplantasi tulang yang vitalvascularized atau non-vascularizedautograft,
(2) Implantasi tulang non-vital berupa extracorporeal devitalized
autograft(allograft),
(3) Sintesis tulang secara de novo dengan distraction osteogenesis. PendekatanLSS
dengan metode biological reconstruction dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik rotational plasty, free microvascular bone transfer,
extracorporeal irradiation autograft, pasteurized autograft, serta dengan
allograft.
c) Limb Salvage Surgery dengan method lainnya
Metode LSS lainnya dilakukan pada ostaeosarkoma yang mengenai tulan gexpandable seperti
fibula proksimal, ulna distal, ilium dengan indikasi pelvic resection tipe I, costae
yang diindikasikan untuk reseksi tanpa rekonstruksi. Pada ekstremitas dengan defek
tulang massif yang tidak memungkinakan dilakukan rekonstruksi dengan megaprostesis
atau biological reconstruction,seperti defek tulang pada tibia atau distal femur,
rekonstruksi dapat dilakukandengan IM nail atau plate dengan bone cement atau disesuaikan
denganfasilitas yang tersedia di RS setempat.
2. Amputasi
Amputasi pada osteosarkoma dilakukan bila persyaratan LSS tidak terpenuhi. Pada
osteosarkoma derajat keganasan tinggi yang tidak memungkinkan pemberian kemoterapi
neoadjuvan ( misalnya : adanya ulkus, perdarahan, tumor dengan ukuran yang sangat besar)
maka langsung dilakukan pembedahan terlebih dahulu, selanjutnya diikuti dengan pemberian
kemoterapi adjuvant.
3. Kemoterapi
Osteosarkoma salah satu dari solid tumor dimana adjuvant kemoterapi terbukti bermanfaat.
Ketentuan umum :
a. Karena kemoterapi adalah sistemik terapi, akan mempengaruhi dan dipengaruhi organ-
organ lain. Oleh karena itu dilakukan oleh dokter penyakit dalam dan spesialis onklologi
medis. Atau paling sedikit oleh internis plus latihan singkat onkologi medis, bersertifikat.
(internis plus).
b. Pemeriksaan pendahuluan (work up) adalah, patologi anatomi: osteosarkoma, grade,
stadium.
4. Radioterapi Prinsip radioterapi pada osteosarkoma dapat dibedakan untuk lokasitumor primer
dan lesi metastasis.
Radiasi pada tumor primer :
a. Radiasi eksterna dipertimbangkan pada kasus batas sayatan positif pascaoperasi, reseksi
subtotal, dan kasus yang tidak dapat dioperasi
b. Dosis radiasi pasca operasi: 54-66 Gy Dosis radiasi pada kasusunresectable:60 – 70 Gy,
bergantung pada toleransi jaringan sehat. Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi
paliatif pada kasus metastasis, misalnyanyeri hebat atau perdarahan.
c. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yang dapat terbagi dalam fraksinasikonvensional, 2Gy per hari
atau hipofraksinasi.
Radiasi juga dapat diberikan sebagai terapi paliatif pada kasus metastasis, misalnya nyeri
hebat atau perdarahan. Dosis paliatif biasanya 40 Gy yangdapat terbagi dalam fraksinasi
konvensional, 2Gy per hari atau hipofraksinasi.
Pemilihan Terapi :
1) Localized disease Menurut rekomendasi guidelines, wide excision merupakan terapi
primer pada pasien dengan low grade (intra medullarydan surface) oteosarkoma dan
lesi pariosteal. Pada periostealosteosarkoma penatalaksanaan disesuaikan dengan
highgradeosteosarkoma lainnya. Setelah wide excision maka dilanjutkan dengan
kemoterapi setelah operasi. Operasi re-reseksi dengan atau tanpa radioterapi perlu
dipertimbangkan untuk pasien dengan margin jaringan positif.
2) Osteosarkoma yang disertai metastasis 8 Sepuluh sampai dengan 20
% pasien osteosarkoma terdiagnosis saat sudah terjadi metastasis. Walau kemoterapi
menunjukan hasil yang membaik pada pasien non metastatik, high grade, localized
osteosarcoma kemoterapi justru menunjukan hasil kurang memuaskan pada
osteosarkoma yang disertai metastasis. Pada yang resectable dengan metastasis paru,
visceral, atau tulang, maka terapi untuk tumor primernya sama dengan
penatalaksanaanosteosarkoma derajat keganasan tinggi dan didukung dengan
kemoterapiserta metastasektomi.
Pada yang unresectable penatalaksanaan yang dilakukan adalah kemoterapi, radioterapi
dan melakukan evaluasi ulang tumor primeruntuk mengontrol tumor secara local.
5. Tatalaksana Nyeri
Tatalaksana nyeri dapat mengikuti tiga langkah stepladder WHO:
a. Nyeri ringan: analgetik sederhana seperti NSAID atau paracetamol
b. Nyeri sedang: opioid lemah dan analgetik sederhana
c. Nyeri berat: pioid kuat dan analgetik sederhanaT
Terapi nyeri adjuvan seperti kortikosteroid (deksamatason), antikonvulsan (gabapentin) atau
antidepresan (amitriptilin) juga dapatdiberikan sebagai tambahan. Nyeri breakthrough dapat
ditangani denganopioid kerja cepat seperti morfin lepas cepat, morfin intravena ataufentanil
intravena.

I. Komplikasi
Menurut Suratman (2006) komplikasi yang di akibatkan Osteo sarcoma adalah :
1. Gangguan produksi antibody
2. Infeksi akibat kerusakan sumsung tulang
3. Fraktur patologis
4. Gangguan pada ginjal dan hematologi
5. Hilangnya anggota ekstremitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut Ariyansyah, (2016) Pengkajian merupakan tahap awal dan dasartahap keperawatan yang
harus dilakukan secara teliti untuk dipergunakan sebagaidata untuk menegakkan diagnose. Berikut
pengkajian yang dilakukan pada pasienosteo sarcoma :
1. Pengumpulan dataa.
a. Identitas pasien : Merupakan biodata klien yang meliputi, nama, umur, jeniskelamin,
agama,suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan
alamat serta identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatana
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling di rasakan klien sehingga mendorong pasien untuk
mendapatkan pertolongan medis. Keluhan utama pada pasien Osteosarkoma biasanya
nyeri. 
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, Klien mengatakan susah
untuk beraktifitas / keterbatasan gerak, Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
1) P (Paliatif / provokatif ), apakah yang menyebabkan keluhan dan memperingan serta
memberatkan keluhan.
2) Q (Quality / kwantity), berapa berat keluhan dan bagaimana rasana serta berapa sering
keluhan itu muncul.
3) R (Region), lokasi keluhan dirasakan dan arah penebaran keluhan.
4) S (Scala / Saverity), intensitas keluhan yang dirasakan, seberapa seringdan apakah
sampai mengganggu aktivitas atau tidak.
5) T (Time), kapan keluhan dirasakan, seberapa sering, apakah berulang-ulang.
c. Riwayat kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat / penyakit tertentu
yang menungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur
operatif dan penggunaan oabat – obatan.
d. Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami
klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal
seperti gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
e. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang Mungkin Terganggu
a) Bernapas
Gejala: Napas pendek, dispnea nocturnal paroksismal, batuk dengan atau tanpa
sputum.
Tanda: Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b) Makan dan Minum
Gejala: Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak,
aditif, dan bahan pengawet ), Anoreksia, mual / muntah, Intoleransi makanan.
Tanda: Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia, berkurangnya
massa otot, Perubahan pada kelembapan/turgorkulit, edema
c) Eliminasi
Gejala: Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat defikasi.
Perubahan eliminasi urinenarius misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: Perubahan bising usus, distensi abdomen.
d) Aktifitas
Gejala: Kelemahan, malaise.
Tanda: Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak, Pekerjaan atau
profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi
e) Istirahat Tidur
Gejala : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari.
Tanda : nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f) Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada infeksi.
g) Kebersihan/Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibatkelemahan yang
dialami.
h) Nyaman
Gejala: Nyeri tekan/nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal.
Tanda : Perilaku hati - hati (distraksi), gelisah, jalan pincang
i) Keamanan
Gejala: Berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda: Fraktur tulang, kalsifikasi metastasik, keterbatasan gerak sendi, Ruam kulit,
ulserasi.
j) Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: Kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga.
k) Rekreasi Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluarrumah
karenamengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan).

B. Diagnosa
1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan berhubungan dengan perubahan presepsi diri
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terputusnya kontiunitas jaringan.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan keadaan tulang yang rapuh.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunansuplai O2 ke jaringan.
5. Resiko perdarahan
6. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

7. Intervensi
Diagnosa
NO NOC NIC Rasional
Keperawatan
1 Gangguan Citra Tubuh 1. Tentukan presepsi klien 1. Informasi tentang
citra tubuh (1200) dan keluarga terkait persepsi pasien
1. Kesesuaian perubahan citra diri dan dan keluarga akan
antara Bak realitas membantu
realitas dan 2. Bantu pasien perawat dalam
idea ltubuh untukbicara perubahan- proses perawatan.
dengan penamp perubahan (bagian 2. Mendapatkan cara
ilan tubuh1ke4 tubuh) disebabkan dan penganan
2. Penyesuaian adanya penyakit yang tepat
terhadap perub atau keuntungandengan sesuaidengan
ahan tubuh cara yang tepat. presepsi pasien
akibat meningk 3. bantu pasien penentu 3. Melakukan terapi
at 1 ke 4 berkelanjutan sesuai dengan
3. Kepuasan dari perubahan- keiginan pasien itu
dengan fungsi perubahan aktual dari untuk mencapai
tubuh 1 ke 3 tubuh atau tingkat citra tubuh sesuai
4. Sikap fungsinya keinginan pasien
terhadap pengg 4. Identifikasi cara untuk 4. Meningkatkan
unaan strategis menurunkan dampak ideal diri pasien
untuk dari adanya perubahan dan kepuasan
meningkatkan p bentuk melalui pakaian, terhadap
enampilan 1 ke rambut palsu, atau diri pasca keuntun
4 kosmetik dengan cara gan
yang tepat
2 Kerusakan Integritas jaringan:  1. Untuk mengetahui
Perawatan daerah
integritas Kulit &membran adanya gejala
(area)sayatan (3440)
integritas kulit mukosa (1101) infeksi
1. Pantau sayatan untuk
1. Integritas kulit 2. Melihat adanya
tanda dan gejala infeksi.
dariskala 1 ke 5 kemerahan , sakit,
2. Periksa daerah sayatan
dan tanda
terhadap
dehisensi atau
kemerahan, sakit, atau
eviserasi
tanda-tanda dehisensi
3. Menghindari
atau eviserasi
adanya infeksi
3. Bersihkan daerah sekitar
akibat pembersiha
sayatan
n luka yang tidak
dengan pembersihan
tepat.
yang tepat.
4. Menghindari
4. Bersihkan dari daerah
adanya bakteri
yang bersihke daerah
yang masuk
yang kurang bersih
kedalam luka

3 Hambatan Pergerakan 0208 1. Kaji mobilitas yangada 1. Untuk mengetahui


mobilitas fisik 1. Cara berjalan, dan observasi terhadap sejauh mana
berhubungan bergerak peningkatan kerusakan. kemampuan pasie
dengan dengan mudah 2. Status kaji n dalam memenuh
keadaan Ambulasi 0200 neuromuskular, pantau kebutuhan
tulangyang 1. Menopang nadi periferal, dan mobilitas
rapuh berat badan, periksa warnakulit pada 2. Baru kondisi pasien
berjalan ektrimitas, kehangatan, 3. Mencegah
denganefektif sensasi, edema, dan terjadinya
Kegiatan sehari-hari kelemahan setiap 4 selai resiko jatuh
0300 3. Baik / bantu teknik 4. Untuk menjaga
1. Berpindah pemindahan dan keseimbangan
penggunaan alat 5. Mencegah
mobilitas seperti walker terjadinya
dan kruk
4. sesuai dengan
kesejajaran tubuh yang
tepat
5. Imobilisasi atau sokong kecelakaan
bagian tubuh yang 6. Mengurangi
terkena jalan dengan ketegangan otot
tepat 7. Untuk mengurangi
6. Dorong latihan ROM aktif mobilitas berlebiha
dan pasif n pada pasien
7. Tempatkan barang 8. Mencegah
secara berkala kekakuan otot
dlam jangkauan pasien 9. Mengurangi
8. Latihan rentang gerak, kejenuhan
ambulasi, perawatan diri pada pasien
sesuai toleransi 10. Nafas dalam
9. Berikan aktivitas hiburan membantu pasien
10. Bantu dengan dan untuk lebih rileks
tentang tentang latihan dan meningkatkan
nafas dalam untuk fungsi pernafasan.
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
vaskular periferal

4 Ketidakefektif Perfusi Jaringan: Perawatan sirkulasi: 1. Pemeriksaan


an perfusi perifer Insufisiensi arteri sistem fisik
jaringan 1. Wadah 1. Lakukan pemeriksaan kardiovaskuler
peripheral kapiler jari dari fisiksi stem dapat mengetahui
berhubungan 1 ke 4 kardiovaskuler atau kondisi klien tetap
dengan 2. Wadah penilaian yang stabil
penurunan kapiler jari kaki komprehensif pada 2. Mengevaluasi klien
suplai O2 ke dari 1 ke 4 sirkulasi peripheral edema dapat
jaringan 3. Kekuatan (misalnya, melihat mengetahui
getaran nadi denyut nadi periferal, kondisi klien tetap
karotis busung, pengisian stabil
kanandan kiri waktukapiler, warna dan 3. Informasi akan
dari 1 ke3 suhu) menambah penget
4. Tekanan darah 2. Evaluasi edema klien ahuan klien
sistolik 3. Intruksikan pasien mengenai faktor-
dandiastolik mengenai faktor-faktor faktor yang dapat
dari 1 ke4 yang mengganggu mengganggu
5. Edema perifer sirkulasi darah (misalnya, sirkulasi darah.
dari1 ke 3 merokok, pakaian ketat, 4. Mengubah posisi
6. Nyeri di ujung teralu lama disuhu kliensetiap 2 jam
kaki dan tangan dingin, menyilangkan kondisi agar klien
yang kaki) terap stabil
terlokalisasi 4. Atur posisi pasien 5. Pemberian obat
dari 1 ke 3 setidaknya 2 jam dengan anti platelet dapat
tepat.
menghambat pem
5. Berikan obat anti platelet
bentukan trombus
7. Nekrotis dari 1 (menurunkan
pada arteri
ke 3 agregasi trombosit) atau
sirkulasi
8. Muka pucat antikoagulan (pengencer
6. Memantau
dari 1ke 4 darah) dengan tepat 
adanya parastesia
9. Kram otot dari Manajemen sensasi perifer
dengan tepat
1 ke 3 1. Pantau adanya parastesia
untuk mengetahui
dengan tepat (misalnya,
kondisi klien tetap
matirasa, kesemutan
stabil
hipertesia, hipotesa, dan
tingkat nyeri)
5 Resiko Keperahan Pendarahan 1. Membantu
perdarahan kehilangan darah Pendarahan(4020) mengidentifikasi p
1. Penurunan 1. Identifikasi penyebab enyebab perdarah
tekanan darah perdarahan an
sistol dari 3 ke 2. Memantau pasien 2. Untuk
4 akan perdarahan secara monitorkondisi
2. Penurunan ketat pasienselama
tekanandarah 3. Ukuran layar dan perawatan
diastole dari 3 karakter hematoma, jika terutama
ke 4 ada saat perdarahan.
3. peningkatan 4. Perhatikan kadar 3. Terjadinya
getaran nadi hemoglobin / hematom
apikal dari 3 ke hematokrit sebelum dan mengidentifikasi
4 sesudah kehilangan adanya perdaraha
4. Kulit dan darah n.
membranmuk 5. Memantau tren dalam 4. Dengan
osa pucat dari tekanan darahserta menyatukan
2 ke4 parameter laboratorium
5. Penurunan hemodinamik darah setiap hari,
hemoglobin 6. Pantau status dapat
dari 2 ke  cairan berupa diketahui berapa
pemasukan dan banyak kehilangan
keluaran kadardarah.
5. Pucat
keseimbangan
cairan
danelektrolit
tubuh.
6. Mendeteksi dini
kekurangan cairan
serta mengetahui
keseimbangan
cairan dan
elektrolit tubuh.

6 Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri 1. Pengkajian nyeri


(1605)
1. Mengenal
kapan nyeri
terjadi dari 1 ke
4
2. Mengenal
factor
penyebab dari 1 secara
ke 4 komprehensif
3. Menggunakan 1. Lakukan pemulihan nyeri dapat mengetahui
tindakan secara komprehensif nyeri yang
pencegahan meliputi lokasi, fitur, dirasakan klien.
dari 1 ke 3 awitan dan durasi, 2. Tanda nonverbal
4. Menggunakan frekuensi, kualitas, dapat memperkuat
tindakan intensitas atau nyeri yang lapor
pengurangan keparahan nyeri dan klien.
nyeri tanpa factor presipitasinya. 3. Menggali informasi
analgesic dari 1 2. Pengamatan isyarat bersama klien
sampai 4 nonverbal tentang
5. Menggunakan ketidaknyamanan, kondisiyang dapat
analgetik yang khususnya pada mereka menurunkan atau
dirokemdasikan yang tidak mampu memperberat nyeri
dari 1 untuk 5 berkomuikasi efektif klien yang dialami
6. Melaporakan 3. Gali bersama pasien 4. Informasi akan
nyeri yang factor – factor yang menambah
permainan dari dapat menurunkan atau pengetahuan klien
1 ke 4 memperberat nyeri. mengenai apa yang
Tingkat nyeri 4. Berikan informasi menjadi klien
1. Nyeri yang tentang nyeri, seperti rasakan
melaporkan penyebab nyeri, berapa 5. Distraksi dapat
dari 1 sampai 4 lama akan berlangsung mengalihkan rasa
2. Episode 5. Ajarkan penggunaan nyeri yang
panjangnya teknik nonfarmakologi dirasakan klien.
nyeri dari 1 ke 3 (relaksasi, distraksi, 6. Analgetik
3. Mengerang terapi) merupakan obat
atau menangis 6. Berikan analgetik yang digunakan
dari 1 untuk 4 untuk mengurangi
4. Tidak bisa rasa sakit.
istirahat dari 1
untuk 4
5. Agitasi dari 1 ke
3
6. Berkeringat
berlebihan dari
1 ke 3
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteogenic Sarcoma merupakan tumor primer tulang yang sifatnya palingganas pada anak dimana
sel-sel tumornya adalah osteoblast atau menghasilkan sel  osteoblast. Menurut Putri, (2010),
Penyebab pasti osteosarcoma belum diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan suatu zat dalam tubuhyaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi
sinar radioaktif dosis tinggi, Keturunan.
Menurut Ariyansyah, (2016) klasifikasi menurut kemampuan infiltrasinya Osteosarcoma dapat
diklasifikasikan, Local osteosarcoma, Metastatic danosteosarcoma berulang. Diagnosis dapat
dilakukan dengan pemeriksaan fisik, foto thoraks, scantulang, MRI, dan biopsi yang merupakan eara
terbaik. Cara pengobatan adalahamputasi terutama pada tumor yang berukuran besar, dan
pengobatan lain sepertikemoterapi, terapi radiasi dan rotationoplasty sebagai terapi tambahan.

B. Saran
Dengan mengetahui tumor ganas osteosarkoma baik dari segietiopatogenesis, diagnosis dini dan
terapi, gejala klinis dan prognosisnya, maka diharapkan dapat mengetahui terjadinya osteosarkoma
secara dini (yang ditandai adanya benjolan pada tulang dan nyeri) serta pengelolaannya secara
klinik.Sebaiknya, masyarakat diberi penyuluhan mengenai penyakit osteosarkoma misalnya melalui
kegiatan puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyansyah Alfitri, 2016. ASKEP OSTEOSARKOMA. Dikutip dari
https://www.academia.edu/30004007/ASKEP_OSTEOSARKOMA.docx  
Loho, L. L. (2014). OSTEOSARKOMA.  JURNAL BIOMEDIK, 6  (3).
Suriadi, Yuliani, Rita.2010. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.Sagung Seto
Bielack, S., Carrle, D. and Casali, P.G. (2009) Osteosarcoma: ESMOclinicalrecommendation for diagnosis,
treatment and follow-up. Ann. Oncol.20(Suppl. 4), 137  –  39.
Putri Afliani Andini, 2012. Osteosarcoma. Makalah. Dikutip dari
https://www.scribd.com/doc/102166294/Osteosarcoma  
Rosenberg, M., & Owens, T.J. (2001). Low self-esteem people: A collective portrait.In T.J. Owens. S.
Stryker, & N. Goodman (Eds.), Extending selfesteem theory andresearch (pp. 40-436). New York:
Cambridge University Press.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalksanaan Osteo
sarcoma.http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOsteosarkoma.pdf   
Suratun., dkk. 2006. Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta :
Penerbit : Buku Kedokteran EGChttps://www.academia.edu/30004007/ASKEP_OSTEOSARKOMA.docx  

Anda mungkin juga menyukai