Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOSARKOMA

A. Pengertian
Terdapat 2 macam kanker tulang, yaitu:
1. Kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder: kanker dari organ
lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya bukan berasal dari tulang.
Contohnya adalah kanker paru yang menyebar ke tulang, di mana sel-sel
kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel tulang.
2. Kanker tulang primer: merupakan kanker yang berasal dari tulang. Yang
termasuk ke dalam kanker tulang primer adalah:
a. Mieloma multiple
Mieloma multiple merupakan kanker tulang primer yang paling sering
ditemukan, yang berasal dari sel sum-sum tulang yang menghasilkan sel
darah. Umumnya terjadi pada orang dewasa. Tumor ini dapat mengenai
satu atau lebih tulang, sehingga nyeri dapat muncul pada satu tempat
atau lebih. Pengobatannya rumit, yaitu meliputi kemoterapi, terapi
penyinaran dan pembedahan.
b. Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan tumor tulang ganas, yang umumnya mengenai
usia antara 10 sampai 25 tahun (pada tulang yang sedang tumbuh cepat).
Osteosarkoma paling sering ditemukan pada anak-anak. Angka kejadian
pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetapi pada akhir
masa remaja tumor ini paling sering ditemukan pada anak laki-laki.
Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi bukti-bukti mendukung
bahwa osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan.
Gejala yang sering ditemukan adalah nyeri dan pembengkakan pada
ekstremitas yang terkena, keterbatasan gerak dan peningkatan suhu kulit
di atas massa dan ketegangan vena. Tanda awal dari penyakit ini bisa
merupakan patah tulang, karena tumor bisa menyebabkan tulang menjadi
lemah.
Tulang yang paling sering terkena adalah femur distal, tibia proksimal
dan humerus proksimal.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan, yaitu:
1) Rontgen tulang yang terkena
2) CT-Scan tulang yang terkena
3) Pemeriksaan darah (termasuk kimia serum)
4) CT-Scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru
5) Biposi terbuka
6) Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor
c. Fibrosarkoma dan histiositoma fibrosa maligna
Merupakan 4% dari seluruh kasus keganasan tulang dan sering terjadi
pada dewasa muda dan remaja. Kanker ini biasanya berasal dari jaringan
lunak (jaringan ikat selain tulang: ligamen, tendo, lemak, otot). Tempat
paling sering terkena adalah femur dan tibia dengan gejala yang paling
sering adalah nyeri dan pembengkakan.
d. Kondrosarkoma
Kondrosarkoma adalah tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang
rawan) yang ganas.
Kondrosarkoma biasanya merupakan tumor yang pertumbuhannya
lambat, tetapi dapat melakukan metastasis ke organ-organ yang jauh.
Tempat yang paling sering terkena adalah pelvis, femur, humerus,
vertebra, skapula dan tibia.
Kondrosarkoma harus diangkat seluruhnya melalui pembedahan karena
tidak bereaksi pada kemoterapi maupun terapi penyinaran.
e. Tumor Ewing
Tumor Ewing terjadi pada 6% dari tumor ganas tulang. Tumor Ewing
sering terjadi pada anak yang berusia antara 10 sampai 15 tahun dan
jarang ditemukan pada anak yang berusia di bawah 10 tahun.
Tumor bisa tumbuh di bagian tubuh manapun, tetapi tempat yang paling
sering terkena adalah tulang-tulang pelvis dan ekstremitas bawah. Tumor
mudah bermetastase dan mengenai paru-paru.
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dan pembengkakan
pada bagian yang terkena, penderita juga mungkin mengalami demam
ringan.
f. Limfoma tulang maligna
Limfoma tulang maligna biasanya timbul pada usia 40 sampai 50 tahun.
Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh
kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri
dan pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah.
Pengobatannya yaitu terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.

B. ETIOLOGI
Sangat sedikit faktor resiko yang tampaknya berhubungan dengan kanker
tulang. Radiasi dosis tinggi telah dikaitkan dengan perkembangan kanker tulang.
Ada beberapa bukti adanya kecenderungan keluarga pada kanker tulang ini,
selain itu beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit Paget
yang tampak mencetuskan individu pada kanker tulang.

C. MANIFESTASI KLINIK
Nyeri yang mungkin timbul berbulan-bulan dan digambarkan sebagai
nyeri tumpul, dalam dan perasaan seperti dilakukan pemboran pada tulang.
Akan tetapi, awitan nyeri tajam dan kasar mungkin akan dirasakan jika timbul
fraktur tulang patologis. Tanda dan gejala lainnya meliputi terang atau
pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian.

D. EVALUASI DIAGNOSTIK
a. Sinar-x menunjukkan peningkatan atau penurunan densitas tulang,
menunjukkan aktivitas tumor.
b. Pemindaian tulang untuk mendeteksi luasnya malignansi dan membantu
terapi yang menyertainya.
c. CT-Scan dan MRI menunjukkan keterlibatan jaringan lunak dan lokasi
tumor.
d. Serum fosfatase alkali biasanya meningkat (pada osteosarkoma).
e. Biopsi tulang mungkin perlu untuk memastikan diagnosis.

E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pembuangan tumor,
penghindaran amputasi kalau memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara
maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit. Penatalaksanaan
terdiri dari pembedahan, kemoterapi, radioterapi, bioterapi atau terapi
kombinasi.
Kondrosarkoma sangat sulit disembuhkan dengan kemoterapi dan
pembedahan masih merupakan jenis penatalaksanaan yang utama.
Pembedahan radikal adalah tindakan utama untuk penatalaksanaan
fibrosarkoma. Tumor ini radioresisten, sehingga konsekuensinya adalah
radioterapi digunakan hanya untuk tumor-tumor yang tidak dapat dioperasi.
Tumor Ewing ditangani dengan radiasi dan/atau pembedahan yang
dikombinasi dengan kemoterapi. Agen kemoterapi yang digunakan meliputi
siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, doksorubisin, ifosfamid dan etoposid.
Osteosarkoma Pengobatannya berupa pembedahan, tetapi sebelum itu
dilakukan kemoterapi terlebih dahulu, yang biasanya akan menyebabkan tumor
mengecil. Kemoterapi yang diberikan, yaitu metotreksat dosis tinggi dan
leukovorin, Doxorubicin (Adriamisin), Cisplatin, Cyclophosphamide (Sitoksan),
Bleomycin.

F. PENGKAJIAN
Pasien didorong untuk mediskusikan awitan dan perjalan gejala. Selama
wawancara, perawat mencatat pemahaman pasien mengenai proses penyakit,
bagaimana pasien dan keluarganya mengatasi masalah dan bagaimana pasien
mengatasi nyeri yang dirasakannya. Pada pemeriksaan fisik, massa dipalpasi
dengan lembut; ukuran dan pembengkakan jaringan lunak yang diakibatkannya
dan nyeri tekan dicatat. Pengkajian status neurovaskuler dan rentang gerak
ekstremitas merupakan data dasar sebagaipembanding kelak. Mobilitas dan
kemampuan pasien melakukan aktivitas sehari-hari juga perlu dievaluasi.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker tulang meliputi:
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan.
2. Resiko terhadap cedera: fraktur patologik berhubungan dengan tumor.
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau
perubahan kinerja peran.
4. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan,
persepsi tentang proses penyakit dan sistem pendukung tidak adekuat.
5. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik.

H. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan pada pasien dengan kanker tulang meliputi:
1. Nyeri berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan
a. Kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10).
R/:    Membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi.
b. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
R/:    Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan
menurunkan nyeri.
c. Dorong pasien menggunakan teknik manajemen stress, contoh napas
dalam, visualisasi, aktivitas terapeutik.
R/:    Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan
dapat meningkatkan kemampuan koping, menghilangkan nyeri.
d. Berikan analgesik.
R/:    Analgesik diperlukan untuk memberikan penghilangan
nyeri/ketidaknyamanan.
2. Resiko terhadap cedera: fraktur patologik berhubungan dengan tumor.
a. Pertahankan tirah baring/eksteremitas sesuai indikasi.
R/:    Meningkatkan stabilitas, menurunkan kemungkinan gagguan
posisi.
b. Letakkan papan di bawah tempat tidur atau tempatkan pasien pada
tempat tidur ortopedik.
R/:    Tempat tidur lembut atau lentur dapat membuat deformasi gips
yang basah, mematahkan gips yang sudah kering.
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh
(amputasi) atau perubahan kinerja peran.
a. Kaji/pertimbangkan persiapan pasien dan pandangan terhadap amputasi.
R/:    Pasien yang memandang amputasi sebagai rekonstruksi akan
menerima diri yang baru lebih cepat.
b. Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan kehilangan bagian
tubuh.
R/:    Ekspresi emosi membantu pasien mulai menerima kenyataan dan
realitas hidup tanpa tungkai.
c. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri tantang hal negatif,
penggunaan penyangkalan atau terus menerus melihat perubahan
nyata/yang diterima.
R/:    Mengidentifikasi tahap berduka/kebutuhan untuk intervensi.
d. Dorong partisipasi pasien dalam aktivitas sehari-hari.
R/: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan perasaan harga diri.
4. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidaktahuan,
persepsi tentang proses penyakit dan sistem pendukung tidak adekuat.
a. Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku,
misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan
berpartisipasi dalam perencanaan pengobatan.
R/:    Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang,
mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-
hari.
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
R/:    Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam
mengubah respon seseorang terhapa stresor.
c. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
R/:    Keterlibatan memberikan pasien rasa kontrol diri yang
berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam regimen terapeutik.
d. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan
perubahan hidup yang perlu.
R/:    Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk
menghindari rasa tidak menentu dan rasa tidak berdaya.
5. Kurang pengetahuan mengenai proses penyakit dan program terapeutik.
a. Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.
R/:    Memberikan dasar pengetahuan di mana pasien dapat membuat
pilihan informasi.
b. Buat daftar aktivitas di mana pasien dapat melakukannya secara mandiri
dan yang mana memerlukan bantuan.
R/:    Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan
bantuan.
c. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan evaluasi medic.
R/:    Intervensi cepat dapat mencegah komplikasi serius.

I. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan kanker tulang meliputi:
1. Mampu mengontrol nyeri
a. Memanfaatkan teknik pengontrolan nyeri termasuk obat yang
diresepkan.
b. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat,
selama menjalankan aktivitas sehari-hari.
2. Tidak mengalami patah tulang patologik
a. Menghindari stress pada tulang yang lemah.
b. Mempergunakan alat bantu dengan aman.
c. Memperkuat ekstremitas yang sehat.
3. Memperlihatkan konsep diri yang positif
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuannya.
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
c. Memperlihatkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari.
4. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif
a. Mengemukakan perasaannya dengan kata-kata.
b. Mengidentifikasi kekakuan dan kemampuannya.
c. Membuat keputusan.
d. Meminta bantuan bila perlu.
5. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan berkelanjutan.
a. Mematuhi regimen yang ditentukan (misal menelan setiap obat yang
diresepkan, tetap menjalankan terapi fisik dan okupasi).
b. Menyetujui perlunya supervisi kesehatan jangka panjang.
c. Rajin memenuhi janji perawatan kesehatan tindak lanjut.
d. Melaporkan bila ada gejala atau komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Gale, Danielle. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC.

http://ukmpilarkotaku.blogspot.co.id/2015/12/kanker-tulang.html

Anda mungkin juga menyukai