Anda di halaman 1dari 6

Kanker tulang adalah jenis kanker yang menyerang tulang.

Penyakit ini dapat diidap oleh


anak-anak hingga orang dewasa.

Kanker tulang terbagi menjadi dua, yaitu kanker tulang primer dan sekunder. Dinamakan
kanker tulang primer bilamana kanker tersebut muncul dan berkembang langsung di dalam
tulang. Sedangkan kanker tulang sekunder adalah kanker yang berasal dari bagian tubuh lain
yang menyebar ke tulang-tulang.

Seluruh tulang di dalam tubuh bisa terserang oleh penyakit ini, namun sebagian besar terjadi
pada tulang kaki dan lengan.

Berikut ini adalah tiga tanda dan gejala utama penyakit kanker tulang, yakni:

 Nyeri. Seseorang yang terkena kanker tulang akan merasakan nyeri pada daerah
tulang yang diserang, dan nyeri akan semakin meningkat saat bergerak. Nyeri
biasanya akan dirasakan terus menerus hingga malam hari.
 Pembengkakan. Daerah sekitar tulang yang terkena kanker akan mengalami
pembengkakan dan berwarna kemerahan. Jika pembengkakan terjadi di tulang yang
dekat dengan persendian, maka gerakan akan menjadi sulit dan terbatas.
 Tulang rapuh. Kanker tulang menyebabkan tulang menjadi lemah atau rapuh.
Bahkan jika sudah parah, jatuh ringan atau cedera kecil saja bisa membuat tulang
patah.
Selain itu, ada pula beberapa gejala lain, seperti rasa kebas dan mati rasa saat kanker di tulang
belakang menekan persarafan, muncul benjolan pada tulang, tubuh terasa lelah, penurunan
berat badan, demam di atas suhu 38° C, dan berkeringat terutama pada malam hari.

Pada orang dewasa, gejala nyeri tulang kadang-kadang disalahartikan sebagai radang sendi.
Pada anak-anak dan remaja, kadang-kadang disalahartikan sebagai efek samping dari
pertumbuhan tulang. Sebaiknya temui dokter jika Anda atau anak Anda terus-menerus
merasakan nyeri pada tulang atau nyeri tersebut berangsur memburuk.

Penyebab kanker tulang

Penyebab pasti kanker tulang belum diketahui, namun kondisi ini diduga disebabkan oleh
adanya perubahan atau mutasi di dalam struktur DNA pengendali pertumbuhan sel sehingga
menjadikannya terus tumbuh di luar kendali. Penumpukan sel-sel ini kemudian membentuk
tumor yang dapat menyerang struktur tulang di dekatnya atau bahkan menyebar ke bagian
tubuh lainnya.

Berikut ini beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker
tulang.

 Paparan radiasi tinggi dari suatu pengobatan yang pernah dialami penderita, misalnya
radioterapi.
 Pernah memiliki riwayat suatu jenis kanker mata yang disebut retinoblastoma saat
kecil.
 Menderita sindroma Li-Fraumeni, sebuah kondisi genetika yang langka.
 Menderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi yang dapat menyebabkan melemahnya
tulang.
 Menderita penyakit hernia umbilitikus sejak lahir.

Jenis-jenis kanker tulang

Berdasarkan tempat sel kanker bermula, kanker tulang dibagi menjadi:

 Osteosarcoma. Kanker tulang ini berkembang di ujung tulang panjang pada tulang
yang sedang aktif pertumbuhannya. Jenis ini biasanya menyerang tulang kering, paha,
dan lengan. Osteosarcoma bisa diidap siapa saja, namun yang paling umum adalah
laki-laki usia remaja muda dan remaja yang baru menginjak usia dewasa, yaitu
kisaran 10-19 tahun.
 Chondrosarcoma. Kanker tulang ini berkembang di dalam sel tulang rawan yang
biasa menyerang tulang paha, tulang panggul, tulang rusuk, tulang belikat, atau tulang
lengan bagian atas. Chondrosarcoma biasa diidap oleh orang-orang yang berusia di
atas 40 tahun.
 Sarkoma Ewing’s. Kanker tulang ini berkembang di dalam jaringan saraf yang
belum dewasa pada sumsum tulang. Jenis ini biasanya menyerang tulang paha, tulang
kering, dan tulang panggul. Ewing’s sarcoma lebih sering diidap remaja laki-laki
ketimbang orang dewasa, yaitu pada usia 4-15 tahun.
 Tumor Sel Raksasa pada Tulang. Meskipun sebagian besar tumor jenis ini bersifat
jinak, beberapa di antaranya dapat bersifat ganas dan umumnya menyerang tulang di
kaki (dekat lutut). Tumor ini jarang bermetastase ke bagian tubuh lainnya yang jauh,
namun sering muncul kembali meskipun telah dioperasi.
 Chordoma. Kanker tulang ini seringkali muncul pada dasar tulang tengkorak atau
pada tulang belakang. Biasanya menyerang orang dengan usia di atas 30 tahun, dan
lelaki dua kali lebih rentan terserang dibanding wanita.

Tahapan perkembangan kanker tulang

Ada empat tahapan yang menentukan tingkat keparahan suatu penyakit kanker tulang, di
antaranya:

Stadium 1. Pada tahap ini, kanker baru mengenai satu bagian tulang dan belum menyebar ke
bagian lainnya. Stadium 1 dibagi menjadi dua:

 Stadium 1A: tumor berukuran ≤ 8 cm


 Stadium 1B: tumor berukuran > 8 cm, atau bila terdapat lebih dari satu tumor pada
satu tulang yang sama.

Stadium 2. Hampir sama seperti stadium 1, tapi pada tahap ini, kanker masih berada di satu
bagian tulang dan belum menyebar. Pada tahap ini juga, agresivitas kanker sudah mulai
terlihat. Stadium 2 dibagi menjadi dua:

 Stadium 2A: tumor berukuran ≤ 8 cm


 Stadium 2B: tumor berukuran > 8 cm.

Stadium 3. Pada tahap ini kanker sudah mulai menyebar ke lebih dari satu area pada tulang
yang sama.

Stadium 4. Pada tahap ini, kanker yang menggerogoti tulang telah menyebar ke bagian-
bagian lainnya di dalam tubuh, misalnya paru-paru, hati, atau otak. Stadium 4 juga dibagi
menjadi dua:

 Stadium 4A : Tumor telah menyebar ke paru-paru


 Stadium 4B : Tumor telah menyebar ke kelenjar getah bening sekitar dan atau
menyebar ke organ lain selain paru-paru.

Penentuan tingkat keparahan kanker tulang bisa dilakukan melalui proses penegakan
diagnosis. Hal ini berguna dalam membantu dokter untuk memberikan pengobatan yang
tepat.

Diagnosis kanker tulang

Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita kanker tulang, selain menanyakan
tentang gejala-gejala yang dirasakan, dokter perlu melakukan beberapa tes. Jenis-jenis tes ini
di antaranya adalah:

 Biopsi. Selain dapat mendeteksi jenis kanker tulang yang diderita, tes ini juga dapat
menentukan tingkat keparahan dan penyebaran penyakit tersebut bila ada. Biopsi
dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel dari tulang untuk selanjutnya diteliti
di laboratorium. Tes ini dianggap sebagai cara paling akurat untuk mendiagnosis
kanker tulang.
 X-ray. Melalui tes ini dapat diketahui apakah kerusakan tulang yang dialami oleh
pasien disebabkan oleh kanker atau kondisi lainnya (misalnya patah tulang). Selain
kerusakan tulang, pertumbuhan tulang yang tidak wajar akibat kanker juga dapat
terdeteksi melalui X-ray.
 Pemindaian tulang. Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah bahan
radioaktif ke dalam pembuluh vena. Bahan tersebut nantinya akan diserap oleh tulang.
Biasanya tulang yang bermasalah atau tidak normal akan lebih cepat melakukan
penyerapan zat radioaktif dibandingkan tulang yang normal. Informasi soal tulang
yang didapat lewat pemindaian tulang biasanya lebih rinci daripada yang didapat
melalui X-ray.
 MRI scan. Melalui metode ini, tingkat keparahan penyebaran kanker di dalam tulang
dapat diketahui. Dengan dibantu gelombang radio dan medan magnetik, MRI scan
dapat menghasilkan gambar tulang dan jaringan lunak secara lebih terperinci.
 CT scan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mencari tahu apakah kanker tulang telah
menyebar, misalnya ke paru-paru. Pemindaian yang menggunakan rangkaian X-ray
dan bantuan komputer ini dapat menghasilkan gambar bagian tubuh secara terperinci
dalam bentuk tiga dimensi.

Pengobatan kanker tulang

Pilihan pengobatan kanker tulang bergantung kepada tingkat keparahan kanker, lokasi
kanker, dan bahkan jenis kanker itu sendiri. Penanganan utama kanker tulang biasanya
dilakukan melalui operasi yang dikombinasikan dengan pengobatan lainnya, seperti
kemoterapi dan radioterapi.

Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker tulang, di antaranya:

 Operasi pengangkatan tulang. Prosedur ini biasanya dilakukan jika kanker belum
menyebar keluar tulang. Bagian tulang atau sendi yang terinfeksi kanker umumnya
masih bisa direkonstruksi atau diganti dengan tulang atau sendi buatan walau tidak
jarang juga langkah amputasi harus tetap dilakukan. Operasi pengangkatan ini juga
masih bisa diterapkan jika kanker baru menyebar ke jaringan-jaringan di sekitar
tulang, misalnya pada sendi lutut.
 Amputasi. Amputasi biasanya dilakukan jika kanker tidak berhasil ditangani dengan
operasi pengangkatan tulang atau jika kanker tulang telah menyebar, misalnya menuju
saraf, pembuluh darah, serta kulit. Amputasi mungkin juga diperlukan jika terjadi
infeksi pascaoperasi pengangkatan tulang. Penderita yang harus melalui prosedur
amputasi akan menggunakan tungkai buatan untuk menggantikan tungkai yang
diangkat. Penderita akan melalui tahap rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi
organ pada anggota tubuh yang diangkat melalui berbagai jenis terapi, salah satunya
adalah fisioterapi.

Kemoterapi

Kemoterapi merupakan metode pengobatan kanker yang melibatkan pemberian sejumlah


obat-obatan. Pada penyakit kanker tulang, obat-obatan tersebut diinfuskan ke dalam
pembuluh darah melalui infus.

Pada kasus kanker tulang, kemoterapi biasanya dilakukan sebelum operasi dengan tujuan
untuk menyusutkan kanker agar tidak perlu dilakukan amputasi. Umumnya, prosedur ini
dilakukan setelah operasi agar kanker tidak muncul kembali. Selain itu, kemoterapi juga bisa
dipadukan dengan radioterapi untuk diberikan kepada penderita sarkoma Ewing sebelum
menjalani operasi. Metode ini disebut sebagai chemoradiation. Jika penderita kanker tulang
sudah tidak bisa ditangani lagi dengan cara apa pun, kemoterapi biasanya diberikan dengan
tujuan memperlambat gejala.

Waktu pelaksanaan kemoterapi biasanya dibagi menjadi beberapa siklus, yang mana tiap
siklus terdiri dari beberapa hari. Jumlah siklus yang dibutuhkan oleh penderita kanker tulang
berbeda-beda, tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit yang diidap oleh mereka.
Tiap siklus kemoterapi biasanya dipisahkan oleh jeda waktu beberapa minggu. Tujuan
pemberian jeda waktu ini adalah agar penderita dapat memulihkan diri dari efek kemoterapi.

Beberapa efek samping kemoterapi adalah rambut rontok, rasa lelah, sariawan, diare, mual
dan muntah, serta melemahnya sistem kekebalan tubuh. Biasanya efek samping ini akan
hilang setelah pengobatan kemoterapi berakhir. Efek samping lain yang perlu
dipertimbangkan adalah pengaruh kemoterapi pada tingkat kesuburan pasien.

Mifamurtide

Mifamurtide adalah obat perangsang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel putih bernama
makrofag yang bertugas membunuh sel kanker. Obat ini diberikan dengan cara disuntikkan
ke pembuluh darah untuk periode perawatan selama 12-24 minggu, tergantung kepada
kondisi pasien.

Penggunaan mifamurtide pada pasien perempuan yang hamil dan menyusui sebaiknya
diawasi dokter. Pasien yang aktif secara seksual sebaiknya disertai dengan penggunaan alat
kontrasepsi, Diskusikan tiap metode pengobatan dengan dokter sebelum memutuskan
melakukannya.

Mifamurtide adalah metode pengobatan kanker tulang jenis osteosarcoma yang bisa
dikombinasikan juga dengan pengobatan yang telah disebutkan di sini, yaitu kemoterapi.
Selain pada penderita kanker tulang yang memiliki osteosarcoma tinggi, mifamurtide
biasanya diberikan setelah operasi.

Beberapa efek samping mifamurtide adalah pusing, mual, mual, diare, kehilangan nafsu
makan, dan rasa lelah.

Radioterapi

Metode radioterapi dilakukan dengan menggunakan pancaran radiasi untuk menghancurkan


sel-sel kanker. Pada kasus kanker tulang, radioterapi dapat digunakan sebelum atau sesudah
operasi. Metode ini juga dapat dilakukan untuk memperlambat gejala kanker tulang pada
penderita yang tidak bisa lagi diobati dengan cara apa pun. Radioterapi biasanya dilakukan
sebanyak lima sesi dalam seminggu. Setiap sesi biasanya berlangsung beberapa menit.

Sama seperti kemoterapi, radioterapi juga memiliki efek samping. Beberapa di antaranya
adalah lelah, rambut rontok, nyeri sendi, mual, iritasi dan kemerahan pada kulit. Umumnya
efek samping ini akan hilang setelah pengobatan radioterapi berakhir.

Peluang sembuh penderita kanker tulang


Kanker tulang yang belum menyebar ke organ tubuh lainnya atau yang masih terlokalisasi,
lebih mudah ditangani ketimbang kanker tulang yang sudah menyebar atau bermetastasis.
Faktor inilah yang nantinya akan berpengaruh pada peluang penderita untuk sembuh.

Menurut penelitian di Inggris, seseorang yang terdiagnosis menderita osteosarcoma


terlokalisasi diperkirakan masih memiliki peluang hidup sebesar 60 persen selama setidaknya
5 tahun ke depan, dibandingkan mereka yang terdiagnosis menderita osteosarcoma
metastasis yang hanya berpeluang 25 persen.

Sedangkan untuk kasus kanker tulang sarkoma Ewing’s yang telah terdiagnosis, penderita
kondisi terlokalisasinya diperkirakan masih memiliki peluang hidup sebesar 70 persen
setidaknya selama lima tahun ke depan dibandingkan penderita kondisi metastasis yang
hanya memiliki peluang 30 persen. Sama seperti osteosarcoma terlokalisasi, sebagian besar
penderita sarkoma Ewing’s terlokalisasi juga berhasil sembuh dari penyakitnya.

Selain tingkat penyebaran, seberapa parah jaringan sel yang terkena kanker juga bisa
berdampak pada kesempatan penderita untuk sembuh. Menurut penelitian, rasio peluang
hidup penderita kanker tulang chondrosarcoma stadium rendah dengan penderita stadium
tinggi selama setidaknya 5 tahun ke depan adalah 80 persen banding 30 persen.

Ditinjau oleh : dr. Marianti

Anda mungkin juga menyukai