Sistem Muskuloskletal
To 10 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Keganasan
Dosen : Ns. I Kadek Saputra, S.Kep
1. Jelaskan apa yang yang dimaksud dengan sel ganas (sel kanker) dan keganasan dan apa
yang membedakan dengan sel normal.
2. Apakah ada perbedaan sel ganas pada jaringan tulang dengan jaringan tubuh yang lainnya
(misal usus). Jika ada, jelaskan perbedaan tersebut .
3. Sebutkan jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada tulang, otot dan sendi dan jaringan
penunjajng
4. Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan gejala
keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil wawancara riwayat
penyakit maupun keluhan utama.
5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosa keganasan pada sistem muskuloskletal
6. Jelaskan ciri khas/perbedaan (hasil anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjajng) dari beberapa jenis keganasan yang saudara sebutkan pada pertanyaan nomor
3.
7. Jelaskan stadium kegananasan pada sistem muskuloskletal
8. Jelaskan apa masalah keperawatan aktual, potensial maupun komplikasi yang mungkin
timbul pada pasien dengan keganasan pada sistem muskuloskletal
9. Jelaskan apa saja tujuan/outcome dalam rencana keperawatan pasien
10. Sebutkan dan jelaskan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang muncul pada pasien
11. Jika pasien tersebut menjalani perawatan di rumah, apa edukasi dan fokus keperawatan
yang perlu dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk merawat pasien tersebut
dirumah
12. Apakah pasien memerlukan Dukungan psikologis dan sosial dari keluarga, lingkungan
dan tempat kerja pasien? Jelaskan
13. Apa kebiasaan atau mitos yang yang ada di tengah kehidupan masyarakat sehubungan
dengan perawatan pasien dengan gangguan muskuloskletal (keganasan) yang sifatnya
positif dan negatif. (ceritakan apa yang anda ketahui dan temukan di lingkungan sekitar
anda. Boleh menggunakan pendapat pribadi dan tidak menggunakan sumber ilmiah)
Note : untuk setiap item pertanyaan, akan lebih baik jika dicarikan minimal dua
gambar atau 1 video yang terkait dengan pertanyaan tersebut. Jelaskan apa maksud
gambar tersebut
PEMBAHASAN
1. Jelaskan apa yang yang dimaksud dengan sel ganas (sel kanker) dan keganasan dan
apa yang membedakan dengan sel normal.
1
Sel kanker adalah sel yang telah berubah struktur dan fungsi, sehingga sel tersebut
mengalami peningkatan jumlah yang abnormal, invasif, yang dapat menyebar melalui
pembuluh getah bening dan pembuluh darah. Secara umum sel kanker didefinisikan
sebagai sel yang tidak normal, yang tumbuh serta berkembang biak secara cepat dan tidak
terkendali. Sel abnormal diubah oleh mutasi genetic dari DNA seluler (Smeltzer, 2001).
Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan
penyebaran jaringan secara abnormal. Kanker menyebabkan terjadinya perubahan genetik
yang dapat berupa mutasi, kelainan jumlah atau struktur. Kanker merupakan kumpulan
sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis.
Kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif)
sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal
jika dibiarkan (Aziz,2006).
Keganasan yang membedakan dengan sel normal yaitu sel-sel kanker akan
berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya
menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat,
darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Sel kanker
mengalami pembelahan secara terus menerus meskipun tubuh tidak memerlukannya
sehingga terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Sedangkan dalam
keadaan normal, sel hanya akan membelah diri untuk mengganti sel-sel yang telah mati
dan rusak.
Penjelasan gambar : Perbedaan sel normal dengan sel ganas. Pada sel normal
pertumbuhannya secara terkontrol, teratur dan rapi. Ketika sel-sel tersebut
membelah secara tidak terkontrol mereka mengalami pembelahan yang
dilakukan secara terus-menerus sehingga menimbulkan keabnormalan sel
tersebut.
2. Apakah ada perbedaan sel ganas pada jaringan tulang dengan jaringan tubuh yang
lainnya (misal usus). Jika ada, jelaskan perbedaan tersebut.
Kanker tulang merupakan gambaran sel-sel pada tulang yang
mengalami
pertumbuhan yang abnormal. Kanker tulang biasanya disebabkan oleh kanker lain yang
bermetastasis menuju tulang. Beberapa jenis kanker mungkin melepaskan berbagai jenis
protein yang dapat mempengaruhi pembentukan tumor baru pada tulang.
Tulang merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan sel-sel kanker karena tulang
merupakan suatu tempat di mana banyak sel mati dan bertumbuh. Selain itu, sel-sel
tulang juga melepaskan suatu komponen yang dapat membantu mempercepat
pertumbuhan sel kanker.
Sel kanker mungkin juga lebih mudah menempel pada tulang dibandingkan dengan
jaringan tubuh lainnya karena sesuatu alasan yang sampai saat ini belum diketahui oleh
para ahli.
Sel kanker dapat menyebar ke tulang manapun di dalam tubuh, akan tetapi sel kanker
seringkali menempel pada tulang yang memiliki paling banyak suplai darah seperti tulang
belakang, tulang panggul, tulang rusuk, tulang lengan atas, dan tulang paha.
Perbedaan antara kanker tulang dengan kanker lainnya adalah kanker tulang sulit
untuk diobati karena kurang merespon kemoterapi dan radio terapi. Selain itu kanker
tulang biasanya merupakan metastase dari kanker-kanker yang lain.
3. Sebutkan jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada tulang, otot dan sendi dan
jaringan penunjang.
3
Menurut Brunner & Suddarth (2005), jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada
tulang, otot dan sendi dan jaringan penunjang yaitu:
1.
Kondrosarkoma
2.
Ewings Sarcoma
3.
4.
Mieloma Multipel
5.
Osteosarkoma
6.
4. Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan
gejala keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil
wawancara riwayat penyakit maupun keluhan utama.
Pasien yang datang dengan gejala (nyeri local, pembengkakan, demam,kurang nafsu
makan) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan
demam sedang. Pasien dikaji adanya faktor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi
kostikoroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien
selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.
Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi
sistemik infeksi. Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat.
Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan
suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari. Pengkajian :
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
1) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer
register, tanggal masuk rumah sakit, dan agnosis medis. Pada umumnya, keluhan
utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST:
Provoking Incident
4
Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada
bagian tulang. Trauma, hermatoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya
osteomielitis hematogen akut
Quality of pain
Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.
Time
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah bentuk pada
malam hari atau siang hari.
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).
Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan
ada).
Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.
Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang
desrtai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut pucat.
Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Persiapan klien
Persiapkan ruangan senyaman mungkin. Berikan informasi yang jelas
kepada klien tentang
Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh ( seperti pada
tabel 2 ). Pada kondisi normal sendi harus bebas dari kekakuan,
ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi.
Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh terhadap keselarasan.
Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok
sendi otot mayor yang berhubungan.
Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh atau pada
posisi netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak penuh. Bandingkan
hasilnya dengan derajat normal gerakan sendi.
8
Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak
sendi.
Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rilek secara pasif
digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot normal menyebabkan
tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif selamanya rentang
geraknya.
Klien menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk
menghentikannya.
Bila kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan pita
pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan membandingkannya
dengan sisi yang berlawanan.
persendian ikut terkena. Gangguan pernafasan dapat ditemukan apabila telah terjadi
penyebaran luas ke paru-paru.
Jones.
2) Radiologi
a) Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi. Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang penting
dalam usaha menegakan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti dapat juga
ditegakan
dengan
pemeriksaan
radiologis.Ketika
dicurigai
adanya
11
terdapat pula reaksi periosteal berupa sunray atau sun burst. Sunray terjadi
sebelum metastase tumor, berupa garis- garis tipis (seperti sinar) yang
tegak lurus dengan aksis tulang. Kortek menuju ke jaringan lunak dan
menyebabkan jaringan lunak bengkak. Sunburst merupakan gambaran
seprti ledakan matahari.
3. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan
tumor tulang
b) X-Ray
Tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada medula dan
terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada
stadium yang masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat
lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang ( sunray appearance ).
Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan
dirusak oleh tumor yang meluas keluar tulang. Dari reaksi periosteal itu hanya
sisanya yaitu pada tepi yang masih dapat dilihat, berbentuk segitiga dan
dikenal sebagai segitiga Codman. Pada kebanyakan tumor ini terjadi
penulangan ( ossifikasi ) dalam jaringan tumor sehingga gambaran
radiologiknya variable bergantung pada banyak sedikitnya penulangan yang
terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomielitis. Pemeriksaan X-ray didapat bermacam-macam gambaran, yaitu
daerah berawan osteolitik yang disertai dengan daerah osteoblastik. Batas
endosteal kurang jelas. Terkadang korteks terbuka dan tumor melebar ke
jaringan sekitarnya, saat itulah terbentuk suatu garis tulang baru, melebar
keluar dari korteks yang disebut efek sunrays. Ketika tumor keluar dari
korteksnya terjadi reaktivasi pembentukan tulang baru yang menyebabkan
peningkatan periosteum (segitiga Codman). Kedua gambaran itu merupakan
tanda khas untuk osteosarcoma.
12
c)
CT
Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos
membingungkan, terutama pada area dengan anatomi yang kompleks
(contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada osteosarkoma
gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder).
Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari
13
destruksi tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto
polos. CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang
tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT terutama sangat membantu ketika
perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan. CT jarang
digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang, namun merupakan
modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru. CT
sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada
osteosarkoma telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika
digunakan bersama kontras dapat membedakan dengan lesi pada aneurysmal
bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka akan terlihat peningkatan
gambaran nodular disekitar ruang kistik.
14
d) MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari
tumor karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan
jaringan lunak. MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk
menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam menentukan
manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor,
penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya
merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi
fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan
ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus adalah
jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah diketahui sering
terjadi daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto
polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal
yang sama dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan
destruksi fokal dari lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus
synchronous dari tumor yang secara anatomis terpisah dari tumor primer
namun masih berada pada tulang yang sama. Deposit sekunder pada sisi lain
dari tulang dinamakan transarticular skip metastase. Pasien dengan skip
metasase lebih sering mempunyai kecenderungan adanya metastase jauh dan
interval survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari penyebaran tumor
ekstraoseus melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan
tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting
untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen
yang terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor
terlihat menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.
15
16
e) Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan
stadium dari lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan
percutaneous biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography
mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya yang dapat
menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau MRI
dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography
dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa
digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.
6. Jelaskan ciri khas/perbedaan (hasil anamnesa, pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang) dari beberapa jenis keganasan yang saudara sebutkan
pada pertanyaan nomor 3.
Menurut Brunner & Suddarth (2005), jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada
tulang, otot dan sendi dan jaringan penunjang yaitu:
1) Kondrosarkoma
17
Merupakan
tumor
tulang
18
tumor
ganas
ganas
dari
sel-sel
sklerotik yang baru. Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi,
dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun deposit tulang ini terlihat pada banyak keganasan
tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik ; tumor itu sendiri dapat
menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gangguan seperti ini
pada radiogram akan terlihat sebagai suatu sunburst (pancaran sinar matahari).
6) Limfoma Tulang Maligna
Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul pada usia
40- 50 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh
kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan
pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari
kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan
pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan
7. Jelaskan stadium kegananasan pada sistem muskuloskletal
Terdapat dua jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan Musculoskeletal Tumor
Society (MSTS) untuk stratifikasi tumor berdasarkan derajat dan ekstensi lokal serta
stadium berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke 7.
a. Sistem klasifikasi stadium Musculoskeletal Tumor Society (MSTS)
IA
IB
IIA
IIB
III
IB
IIA
IIB
III
IVA
metastasis paru
IVB
metastasis lain
Ada empat tahapan yang menentukan tingkat keparahan suatu penyakit kanker tulang,
di antaranya:
20
a. Stadium 1. Pada tahap ini kanker baru mengenai satu bagian tulang dan belum
menyebar ke bagian lainnya.
b. Stadium 2. Hampir sama seperti stadium 1, tapi pada tahap ini kanker masih
berada di satu bagian tulang dan belum menyebar. Pada tahap ini, agresivitas
kanker sudah mulai terlihat.
c. Stadium 3. Pada tahap ini kanker sudah mulai menyebar ke lebih dari satu area
pada tulang yang sama.
d. Stadium 4. Pada tahap ini, kanker yang menggerogoti tulang telah menyebar ke
bagian-bagian lainnya di dalam tubuh, misalnya paru-paru, hati, atau otak.
8. Jelaskan apa masalah keperawatan aktual, potensial maupun komplikasi yang
mungkin timbul pada pasien dengan keganasan pada sistem muskuloskletal
a) Defisiensi Pengetahuan
Pasien dengan kanker sebagian besar tidak mengetahui proses penyakit serta
bagaimana penatalaksanaannya. Biasanya pasien baru datang ke pelayanan kesehatan
apabila sudah terjadi komplikasi dan sel kanker sudah bermetastase. Dari hal tersebut
maka dapat muncul masalah keperawatan defisiensi pengetahuan.
b) Nyeri Akut
Sel kakner yang terus memperbanyak diri dapat mendesak jaringan di sekitarnya
sehingga dapat menimbulkan perlukaan pada jaringan sekitarnya sehingga timbul
respon inflamasi. Respon inflamasi merangsang pengeluaran
mediator kimia
21
Pada pasien kanker tulang dengan pengetahuan yang kurang tentang penyakit dan
penatalaksanaannya akan sangat berdampak pada status psikologis pasien. Selain itu
apabila kanker sudah sampai bermetastase dan menimbulkan komplikasi akan
menambah kecemasan yang dialami pasien. Oleh karena itu, muncul masalah
keperawatan ansietas.
f) Mual
Salah satu penatalaksanaan pada kanker adalah kemoterapi. Kemoterapi menstimulasi
zona pemicu kemotaksis sehingga dapat merangsang mual dan muntah dan
menimbulkan masalah keperawatan mual.
g) Hambatan Mobilitas Fisik
Pasien dengan keganasan pada muskoloskeletal misalnya kanker tulang dapat berisiko
mengalami fraktur patologik. Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik
dimana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur. Keadaan
fraktur akan berakibat pada terganggunya pergerakan pasien sehingga mengakibatkan
masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.
9. Jelaskan apa saja tujuan/outcome dalam rencana keperawatan pasien
1) Nyeri Akut
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan rasa
nyeri yang dirasakan pasien berkurang. Dengan kriteria hasil :
NOC Label : Pain Control
1. Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, lokasi dan lamanya
nyeri). (skala : 3)
2. Pasien mampu menggunakan analgesik yang direkomendasikan (skala : 4)
3. Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologi yang direkomendasikan
(skala : 4)
NOC Label : Pain Level
1. Skala nyeri pasien berkurang dari skala 5 menjadi 2 dengan rentang (1-10) (skala :
3)
2. Rasa nyeri pasien berkurang ketika sedang menarik nafas. (skala : 4)
3. Pasien mampu mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal ( T =
36,5o C 37,5o C , TD = 120/80 mmHg, RR = 16-20 x/menit, N = 60-100x/menit)
(skala : 4)
2) Risiko Cedera
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam, diharapkan klien
tidak mengalami cedera dengan kriteria hasil :
22
(skala 3)
5. Menjaga lingkungan dan tubuh tetap bersih (skala 3)
6) Mual
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x 24 jam diharapkan mual
teratasi dengan kriteria hasil :
NOC Label :
Nausea and Vomiting Control
1. Mengenali dan menghindari penyebab mual (skala : 3)
2. Tidak melaporkan rasa mual (-) (skala : 3)
NOC Label : Nutritional Status
1. Jumlah cairan dan makanan yang diterima sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien
(skala : 3)
2. Asupan nutrisi yang adekuat (skala : 3)
7) Defisiensi Pengetahuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien
mendapatkan informasi mengenai penyakit kanker. Dengan kriteria hasil :
NOC Label : Knowlegde: Cancer management
1. Pasien dan keluarga mengetahui hasil screening yang abnormal (skala 4)
2. Pasien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala kanker (skala 4)
3. Pasien dan keluarga mengetahui penyebab dan faktor pencetus kanker. (skala 4)
4. Pasien dan keluarga mengetahui pilihan pengobatan yang ada (skala 4)
5. Pasien mengetahui efek samping dari setiap pengobatan kanker (skala 4)
10. Sebutkan dan jelaskan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang muncul pada pasien
1)
Nyeri Akut
NIC Label : Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
24
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
2. Bantu pasien dalam penggunaan kaki palsu yang dapat memfasilitasi pasien
berjalan dan mencegah terjadinya luka.
3. Pantau pasien dalam menggunakan kruk atau alat bantu jalan lainnya.
4) Ansietas
NIC Label : Anxiety Reduction
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
3. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan
4. Dorong keluarga untuk berada disisi klien
5. Berusaha memahami perspektif klien dari situasi stres
6. Berikan obat penurun rasa cemas yang tepat
NIC Label : Coping Enhancement
1.
2.
Monitor adanya tanda dan gejala sistemik atau local dari infeksi
Pantau adanya kulit yang kemerahan, hangat dan pengeluaran drainase
pada area keganasan
Pantau kondisi insisi pembedahan/ luka
Anjurkan intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Ajarkan pasien untuk mencegah terjadinya infeksi
Anjurkan pemberian antibiotic sesuai resep dokter bila diperlukan
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
Teaching: Procedure/Treathment
1. Kaji pengalaman dan pengetahuan pasien tentang prosedur/ perawatan.
2. Berikan informasi kepada pasien mengenai prosedur perawatan yang harus
dilakukan serta hal-hal yang harus dilakukan pasien
3. Anjurkan pasien untuk kooperatif/ berpartisipasi dalam prosedur/ perawatan
4. Libatkan keluarga dalam melakukan prosedur/ perawatan
27
11. Jika pasien tersebut menjalani perawatan di rumah, apa edukasi dan fokus
keperawatan yang perlu dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk merawat
pasien tersebut dirumah
Ajarkan mekanisme koping yang efektif, motivasi klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan mereka dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohanian. Memberikan nutrisi yang
adekuat. Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. Pasien dan keluarga diberikan
pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan
teknik perawatan luka dirumah. (Smeltzer, 2001).
Selain edukasi yang dijelaskan diatas dapat pula diberikan edukasi sebagai berikut:
a. Beritahu pasien dan keluarga agar tetap ingat jadwal kemoterapi atau radiasi
b. Ajarkan pasien dalam mengatasi kecemasan saat akan melakukan terapi seperti
mengajari teknik guided imaginenary atau dengan latihan tarik nafas dalam.
c. Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu jalan seperti kruk atau kursi roda
dengan benar. Beritahu agar pasien dan keluarga tetap memperhatikan kondisi alat
sebelum digunakan oleh pasien. Pada alat kruk, selalu perhatikan bagian ujungnya
agar tetap terlapis karet dengan utuh.
d. Beritahu pasien dan keluarga melakukan kompres hangat apabila nyeri timbul
Penjelasan Gambar:
Penggunaan alat bantu yang tepat sangat penting untuk
diberikan untuk mengatasi terjadinya perubahan postur tubuh,
menghindari risiko jatuh karena alat ini berfungsi untuk
menjaga keseimbangan, jika penggunaannya kurang tepat bisa
mengakibatkan posisi tubuh tidak seimbang dan jatuh.
12. Apakah pasien memerlukan Dukungan psikologis dan sosial dari keluarga,
lingkungan dan tempat kerja pasien? Jelaskan
28
Iya,
tentu
saja
pasien
mengalami
gangguan
khususnya
kanker
yang
kesehatan
memerlukan
Penjelasan gambar: adanya dukungan sosial dari teman teman untuk penderita kanker,
dengan diberikan dukungan dan kepedulian akan terciptanya rasa kepedulian terhadap pasien
dengan kanker. Dukungan sosial sangat mempengaruhi agar pasien tidak merasa sendiri.
psikologis,sosial dan keluarga
29
Penjelasan gambar: adanya dukungan psikologis dari keluarga yang sangat penting untuk
pasien kanker. Keluarga akan memberikan dorongan psikologis dan memberikan dukungan
untuk pasien kanker. Keluarga juga yang akan menemani pasien kanker agar tidak merasa
sendiri. Keluarga yang berperan penting untuk memberikan dukungan psikologis
13. Apa kebiasaan atau mitos yang yang ada di tengah kehidupan masyarakat
sehubungan
dengan
perawatan
pasien
dengan
gangguan
muskuloskletal
(keganasan) yang sifatnya positif dan negatif. (ceritakan apa yang anda ketahui dan
temukan di lingkungan sekitar anda. Boleh
menggunakan
pendapat
pribadi
dan
tidak
berpengaruh
bagi
kehidupan
masyarakat
untuk
mengatasi
penyakit
terkait,
khususnya
penyakit
muskuloskeletal. Berikut merupakan kebiasaan dan atau mitos yang ada di tengah
kehidupan masyarakat sehubungan dengan perawatan pasien dengan gangguan
muskuloskletal (keganasan) yang dapat dikaji dari aspek positif dan negatifnya :
1. Pijat Patah Tulang
Dewasa ini kanker tulang masih tetap perlu diwaspadai, baik dengan
penggunaan alat dan hal lain yang dapat mencegah terjadinya patah tulang itu
sendiri. Akibat penyakit ini, kebanyakan orang harus merelakan salah satu anggota
tubuhnya. Contohnya mengistirahatkan salah satu bagian yang terkena untuk tidak
beraktifitas. Sama sepeti penyakit lainnya, keganasan pada patah tulang juga dapat
terjadi. Keganasan yang terjadi sering disebut dengan istilah kanker tulang. Dan,
sama seperti jenis kanker lainnya, kanker tulang dapat menyebabkan kematian
jika penyebaran ke organ vital terjadi.
Deteksi dini secara berkala perlu ditekankan untuk setiap jenis kanker, terlebih
untuk kasus kanker tulang. Salah satu alasannya disebabkan oleh gejala awal
kanker tulang yang tidak terlalu kentara. Biasanya, gejala awal yang kerap kali
diabaikan oleh calon penderita kanker tulang adalah rasa nyeri yang timbul. Tentu
30
wajar jika ini terjadi, karena nyeri tulang memang dapat terjadi pada kasus
penyakit lain (nonkanker).
Bahaya dapat muncul, terutama jika individu yang mengalaminya, mencari
tukang urut untuk meredakan nyeri yang timbul. Dengan cara tersebut, bisa jadi
pertumbuhan sel kanker akan semakin agresif. Karena itu, pastikan bahwa nyeri
tulang yang pasien atau individu alami adalah bukan kanker. Pada kanker tulang,
nyeri yang ditimbulkan biasanya akan terjadi berulang dan intensitas sakitnya
akan semakin menjadi, terutama pada malam hari. Seraya waktu berjalan,
perubahan pada struktur tulang juga dapat terjadi. Atau, bisa jadi terjadi patah
tulang tanpa sebab yang jelas.
Salah satu kebiasaan masyarakat yang hingga kini menjadi mitos sebagai upaya
untuk perawatan dan penyembuhan patah tulang adalah adanya teknik pemijatan
atau urut pada patah tulang.
Positif
Negatif
: (-)
:
31
32
http://www.jitunews.com/read/6859/khasiat-jitu-tanaman-patah-
tulang#ixzz3UXsPR4Vb
Dalam sumber ini dijelaskan bahwa patah tulang dapat
diobati dengn beberapa langkah dibawah ini :
Siapkan 3/4 genggam tangkai dan daun patah
tulang, 1 genggam daun srigi, kemudian dicuci dan
digiling halus. Lalu remas dengan 4 sendok air garam,
dihangatkan sebentar. Dipakai untuk menurap bagian
tubuh yang patah, lalu dibalut dengan daun bakung/kulit
randu. Diganti 2 x sehari.
3. Pengunaan sarang semut untuk pengobatan kanker tulang
Pengobatan alternatif lainnya yang sangat di gemari oleh masyarakat adalah
pengunaan sarang semut untuk mengobati kanker tulang dimana disamping
pengobatan medis, konsumsi herbal yang notabene memiliki antikanker asal
Papua, sarang semut, dapat menjadi salah satu pengobatan kanker tulang alternatif
yang dapat Anda pertimbangkan untuk menekan biaya pengobatan dan perawatan
yang membebani.
Positif
Negatif
Contoh
:
Sumber : https://www.deherba.com/pengobatan-kanker-tulang.html
33
diangkat
melalui
kanker
berada
pada
34
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprapto, dkk. 2001. Review penelitian pengobatan patah tradisional patah tulang :
media litbang kesehatan volume XI no 4 tahun 2001. Jakarta
Aziz, F. (2006).Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta : EGC
Bulechek, G.M., Butcher, H.W. & Dochterman, J.M. 2008. Nursing intervention
classification (NIC). (5th edition). St Louis: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather.2012. Nursing diagnoses : definitions and classification 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Indri. 2012. Ld50 Ekstrak Air Pohon Patah Tulang (Euphorbia Tirucalli Linn) Terhadap
Mencit Jantan Galur Balb- C. Skripsi
Mulyono, 1993. Laporan penelitian pengobatan tradisional patah tulang cimande. jakarta
Mulyono, 1999. Laporan penelitian tahap I, pengembangan model standar pengobatan
tradisional patah tulang sebagai pengobatan alternatif.Jakarta.
35
Morrhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. 2008. Nursing outcomes
classification (NOC) (5th edition). St.Louis: Mosby Elsevie.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.
Jakarta : EGC
Soeksmanto, A., P, Simanjuntak, dan M.A. Subroto. 2010. Uji toksisitas akut ekstrak air
sarang semut ( Myrmecodia pendans) terhadap histologi organ hati mencit. J. Nature
Indonesia 12 (2) : 152-155.
36