Anda di halaman 1dari 36

LEARNING TASKS

Sistem Muskuloskletal
To 10 : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Keganasan
Dosen : Ns. I Kadek Saputra, S.Kep
1. Jelaskan apa yang yang dimaksud dengan sel ganas (sel kanker) dan keganasan dan apa
yang membedakan dengan sel normal.
2. Apakah ada perbedaan sel ganas pada jaringan tulang dengan jaringan tubuh yang lainnya
(misal usus). Jika ada, jelaskan perbedaan tersebut .
3. Sebutkan jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada tulang, otot dan sendi dan jaringan
penunjajng
4. Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan gejala
keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil wawancara riwayat
penyakit maupun keluhan utama.
5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosa keganasan pada sistem muskuloskletal
6. Jelaskan ciri khas/perbedaan (hasil anamnesa, pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan
penunjajng) dari beberapa jenis keganasan yang saudara sebutkan pada pertanyaan nomor
3.
7. Jelaskan stadium kegananasan pada sistem muskuloskletal
8. Jelaskan apa masalah keperawatan aktual, potensial maupun komplikasi yang mungkin
timbul pada pasien dengan keganasan pada sistem muskuloskletal
9. Jelaskan apa saja tujuan/outcome dalam rencana keperawatan pasien
10. Sebutkan dan jelaskan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan yang muncul pada pasien
11. Jika pasien tersebut menjalani perawatan di rumah, apa edukasi dan fokus keperawatan
yang perlu dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk merawat pasien tersebut
dirumah
12. Apakah pasien memerlukan Dukungan psikologis dan sosial dari keluarga, lingkungan
dan tempat kerja pasien? Jelaskan
13. Apa kebiasaan atau mitos yang yang ada di tengah kehidupan masyarakat sehubungan
dengan perawatan pasien dengan gangguan muskuloskletal (keganasan) yang sifatnya
positif dan negatif. (ceritakan apa yang anda ketahui dan temukan di lingkungan sekitar
anda. Boleh menggunakan pendapat pribadi dan tidak menggunakan sumber ilmiah)
Note : untuk setiap item pertanyaan, akan lebih baik jika dicarikan minimal dua
gambar atau 1 video yang terkait dengan pertanyaan tersebut. Jelaskan apa maksud
gambar tersebut

PEMBAHASAN
1. Jelaskan apa yang yang dimaksud dengan sel ganas (sel kanker) dan keganasan dan
apa yang membedakan dengan sel normal.
1

Sel kanker adalah sel yang telah berubah struktur dan fungsi, sehingga sel tersebut
mengalami peningkatan jumlah yang abnormal, invasif, yang dapat menyebar melalui
pembuluh getah bening dan pembuluh darah. Secara umum sel kanker didefinisikan
sebagai sel yang tidak normal, yang tumbuh serta berkembang biak secara cepat dan tidak
terkendali. Sel abnormal diubah oleh mutasi genetic dari DNA seluler (Smeltzer, 2001).
Kanker atau keganasan adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan dan
penyebaran jaringan secara abnormal. Kanker menyebabkan terjadinya perubahan genetik
yang dapat berupa mutasi, kelainan jumlah atau struktur. Kanker merupakan kumpulan
sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak
terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologis.
Kanker terjadi karena timbul dan berkembang biaknya jaringan sekitarnya (infiltratif)
sambil merusaknya (dekstrutif), dapat menyebar kebagian lain tubuh, dan umumnya fatal
jika dibiarkan (Aziz,2006).
Keganasan yang membedakan dengan sel normal yaitu sel-sel kanker akan
berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, selanjutnya
menyusup ke jaringan sekitarnya (invasive) dan terus menyebar melalui jaringan ikat,
darah, dan menyerang organ-organ penting serta syaraf tulang belakang. Sel kanker
mengalami pembelahan secara terus menerus meskipun tubuh tidak memerlukannya
sehingga terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Sedangkan dalam
keadaan normal, sel hanya akan membelah diri untuk mengganti sel-sel yang telah mati
dan rusak.

Gambar. Sel kanker dan sel normal

Penjelasan gambar : Perbedaan sel normal dengan sel ganas. Pada sel normal
pertumbuhannya secara terkontrol, teratur dan rapi. Ketika sel-sel tersebut
membelah secara tidak terkontrol mereka mengalami pembelahan yang
dilakukan secara terus-menerus sehingga menimbulkan keabnormalan sel
tersebut.
2. Apakah ada perbedaan sel ganas pada jaringan tulang dengan jaringan tubuh yang
lainnya (misal usus). Jika ada, jelaskan perbedaan tersebut.
Kanker tulang merupakan gambaran sel-sel pada tulang yang

mengalami

pertumbuhan yang abnormal. Kanker tulang biasanya disebabkan oleh kanker lain yang
bermetastasis menuju tulang. Beberapa jenis kanker mungkin melepaskan berbagai jenis
protein yang dapat mempengaruhi pembentukan tumor baru pada tulang.
Tulang merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan sel-sel kanker karena tulang
merupakan suatu tempat di mana banyak sel mati dan bertumbuh. Selain itu, sel-sel
tulang juga melepaskan suatu komponen yang dapat membantu mempercepat
pertumbuhan sel kanker.
Sel kanker mungkin juga lebih mudah menempel pada tulang dibandingkan dengan
jaringan tubuh lainnya karena sesuatu alasan yang sampai saat ini belum diketahui oleh
para ahli.
Sel kanker dapat menyebar ke tulang manapun di dalam tubuh, akan tetapi sel kanker
seringkali menempel pada tulang yang memiliki paling banyak suplai darah seperti tulang
belakang, tulang panggul, tulang rusuk, tulang lengan atas, dan tulang paha.
Perbedaan antara kanker tulang dengan kanker lainnya adalah kanker tulang sulit
untuk diobati karena kurang merespon kemoterapi dan radio terapi. Selain itu kanker
tulang biasanya merupakan metastase dari kanker-kanker yang lain.
3. Sebutkan jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada tulang, otot dan sendi dan
jaringan penunjang.
3

Menurut Brunner & Suddarth (2005), jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada
tulang, otot dan sendi dan jaringan penunjang yaitu:
1.

Kondrosarkoma

2.

Ewings Sarcoma

3.

Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna

4.

Mieloma Multipel

5.

Osteosarkoma

6.

Limfoma Tulang Maligna

4. Jelaskan keluhan yang diungkapkan oleh pasien yang menandakan tanda dan
gejala keganasan pada sistem muskuloskletal yang bisa didapatkan dari hasil
wawancara riwayat penyakit maupun keluhan utama.
Pasien yang datang dengan gejala (nyeri local, pembengkakan, demam,kurang nafsu
makan) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan, dan
demam sedang. Pasien dikaji adanya faktor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi
kostikoroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien
selalu menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan perlindungan.
Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akaibat reaksi
sistemik infeksi. Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen dapat terlihat.
Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada osteomielitis kronik, peningkatan
suhu tubuh mingkin minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari. Pengkajian :
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien gangguan sistem
musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada lokasi dan adanya komplikasi pada
tulang. Pengkajian keperawatan osteomielitis meliputi riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
1) Identitas : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomer
register, tanggal masuk rumah sakit, dan agnosis medis. Pada umumnya, keluhan
utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperoleh pengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan metode PQRST:

Provoking Incident
4

Hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah proses supurasi pada
bagian tulang. Trauma, hermatoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu factor predis posisi terjadinya
osteomielitis hematogen akut

Quality of pain
Rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan bersifat menusuk.

Region, Radiation, Relief


Nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar
atau menyebar

Severity (Scale) of Pain


Nyeri yang dirasakan klien secara subjek antara 2-3 pada rentang skala
pengukuran 0-4.

Time
Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah bentuk pada
malam hari atau siang hari.

2) Riwayat penyakit sekarang.


Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka (kerusakan pembuluh darah,
edema, hematoma, dan hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan pemasangan
fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri disebabkan oleh lingkungan
bedah) dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang
terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan, pengobatan dengan
imunosupresif.
4) Riwayat psikososial spiritual
Perawat mengkaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
peran klien dalam kluarganya serta masyarakat, respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Pada
kasus osteomielitis akan timbul ketakutan terjadi kecacatan dan klien harus
5

menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang.


Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan
obat steroid yang dapat mengganggu mtabolisme kalsium, konsumsi alcohol yang
dapat mengganggu keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien
akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat karena klien
menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada klien ostiomielitis yaitu timbul
ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak
mampu melaksanakan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya
yang salah (gangguan citra diri)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
1) Keadaan umum meliputi:

Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang


bergantung pada keadaan klien).

Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).

Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi


septikimia.

2) Pemeriksaan Head to toe:

Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan).

Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan
ada).

Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau bentuk.

Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis (pada klien patah
tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang
desrtai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis.

Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.

Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut pucat.

Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya status
mental tidak mengalami perubahan.

Pemeriksaan saraf cranial :


a. Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
b. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.

3) Pemeriksaan Fisik
a) Persiapan klien
Persiapkan ruangan senyaman mungkin. Berikan informasi yang jelas
kepada klien tentang

prosedur tindakan yang akan dilakukan, bila perlu

didemonstrasikan terlebih dulu mengenai gerakan yang akan dilakukan.


Beberapa posisi mungkin mengakibatkan ketidaknyamanan pada klien, oleh
karena itu hindarkan aktivitas yang tidak perlu dan berikan periode istirahat
pada waktu pemeriksaan jika diperlukan. Pencahayaan yang baik pada di
ruangan pemeriksaan juga sangat penting.
b) Inspeksi
Observasi kulit dan jaringan terhadap adanya perubahan warna,
pembengkakan, massa, maupun deformitas. Catat ukuran dan bentuk dari
persendian. Pembengkakan yang terjadi dapat dikarenakan adanya cairan yang
berlebih pada persendian, penebalan lapisan sinovial, inflamasi dari jaringan
lunak maupun pembesaran tulang. Deformitas yang terjadi termasuk dislokasi,
subluksasi, kontraktur ataupun ankilosis. Perhatikan juga postur tubuh dan
gaya berjalan klien, misalnya gaya berjalan spastik hemiparese ditemukan
pada klien stroke, tremor pada klien parkinson, dan gaya berjalan pincang.
Jika klien berjalan pincang, maka harus diobservasi apakah hal tersebut terjadi
oleh karena kelainan organik pada tubuh sejak bayi atau oleh karena cedera
muskuloskeletal. Untuk dapat membedakannya dengan melihat bentuk
kesimetrisan pinggul, bila tidak simetris artinya gaya berjalan bukan karena
cedera muskuloskeletal.
c) Palpasi
Lakukan palpasi pada setiap sendi termasuk keadaan suhu kulit, otot,
artikulasi dan area pada kapsul sendi. Normalnya sendi tidak teraba lembek
pada saat dipalpasi, demikian juga pada membran sinovial. Dan dalam jumlah
yang sedikit, cairan yang terdapat pada sendi yang normal juga tidak dapat
7

diraba. Apabila klien mengalami fraktur, kemungkinan krepitasi dapat


ditemukan, tetapi pemeriksaan ini tidak dianjurkan karena dapat memperberat
rasa nyeri yang dirasakan klien.
d) Rentang Gerak ( ROM )

Buatlah tiap sendi mencapai rentang gerak normal penuh ( seperti pada
tabel 2 ). Pada kondisi normal sendi harus bebas dari kekakuan,
ketidakstabilan, pembengkakan, atau inflamasi.

Bandingkan sendi yang sama pada kedua sisi tubuh terhadap keselarasan.

Uji kedua rentang gerak aktif dan pasif untuk masing-masing kelompok
sendi otot mayor yang berhubungan.

Jangan paksa sendi bergerak ke posisi yang menyakitkan.

Beri klien cukup ruang untuk menggerakkan masing-masing kelompok


otot sesuai rentang geraknya.

Selama pengkajian terhadap rentang gerak, kekuatan dan tegangan otot ,


inspeksi juga memgenai adanya pembengkakan, deformitas, dan kondisi
dari jaringan sekitar, palpasi atau observasi terjadinya kekakuan,
ketidakstabilan, gerakan sendi yang tidak biasanya, sakit, nyeri, krepitasi
dan nodul-nodul.

Bila sendi tampak bengkak dan inflamasi, palpasilah kehangatannya.


Selama pengukuran rentang gerak pasif, minta klien agar rilek dan
memungkinkan pemeriksa menggerakkan sendi secara pasif sampai akhir
rentang gerak terasa. Pemeriksa membandingkan rentang gerak aktif dan
pasif yang harus setara untuk masing-masing sendi dan diantara sendisendi kontralateral. Dalam keadaan normal dapat bergerak bebas tanpa
sakit atau krepitasi.

Bila diduga terjadi penurunan gerakan sendi, gunakan sebuah goniometer


untuk pengukuran yang tepat mengenai derajat gerakan. (Caranya
tempatkan goniometer pada tengah siku dengan lengan melebar
disepanjang lengan bawah dan lengan atas klien. Setelah klien
memfleksikan lengan, goniometer akan mengukur derajat fleksi sendi).

Ukur sudut sendi sebelum rentang gerak sendi secara penuh atau pada
posisi netral dan ukur kembali setelah sendi bergerak penuh. Bandingkan
hasilnya dengan derajat normal gerakan sendi.
8

Tonus dan kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak
sendi.

Tonus dideteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rilek secara pasif
digerakkan melalui rentang geraknya. Tonus otot normal menyebabkan
tahanan ringan dan data terhadap gerakan pasif selamanya rentang
geraknya.

Periksa tiap kelompok otot untuk mengkaji kekuatan otot dan


membandingkan pada kedua sisi tubuh. Caranya minta klien membentuk
suatu posisi stabil. Minta klien untuk memfleksikan otot yang akan
diperiksa dan kemudian menahan tenaga dorong yang dilakukan pemeriksa
terhadap fleksinya . Periksa seluruh kelompok otot mayor. Bandingkan
kekuatan secara bilateral, dalam keadaan normal kekuatan otot secara
bilateral simetris terhadap tahanan tenaga dorong, lengan dominan
mungkin sedikit lebih kuat dari lengan yang tidak dominan.

Bersamaan dengan tiap manuver : minta klien membentuk suatu posisi


kuatnya. Berikan peningkatan tenaga dorong secara bertahap terhadap
kelompok otot.

Klien menahan dorongan dengan usaha untuk menggerakkan sendinya


berlawanan dengan dorongan tersebut.

Klien menjaga tahanan tersebut agar tetap ada sampai diminta untuk
menghentikannya.

Sendi seharusnya bergerak saat pemeriksa memberi variasi kekuatan


tenaga dorong terhadap kelompok otot tersebut.

Bila kelemahan otot terjadi, periksa ukuran otot dengan menempatkan pita
pengukur di sekitar lingkar otot tubuh tersebut dan membandingkannya
dengan sisi yang berlawanan.

5. Jelaskan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan


untuk menegakkan diagnosa keganasan pada sistem muskuloskletal
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik biasanya terbatas pada tumor primer. Teraba massa yang
lunak dan hangat. Meningkatnya vaskularisasi kulit di daerah tumor, pulsasi atau bruit
dapat ditemukan. Menurunnya pergerakan sendi atau range of motion menunjukkan

persendian ikut terkena. Gangguan pernafasan dapat ditemukan apabila telah terjadi
penyebaran luas ke paru-paru.

Gambaran klinis pasien dengan osteosarkoma


B. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam
membantumenegakkan diagnosis tumor. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan meliputi:
Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase

asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.


Urin. Pemeriksaan urin yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-

Jones.
2) Radiologi
a) Radiografi
Pemeriksaan X-ray merupakan modalitas utama yang digunakan untuk
investigasi. Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang penting
dalam usaha menegakan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti dapat juga
ditegakan

dengan

pemeriksaan

radiologis.Ketika

dicurigai

adanya

osteosarkoma, MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang


dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. CT kurang sensitif apabila
dibandingkan dengan MRI untuk evaluasi lokal dari tumor namun dapat
digunakan untuk mendeteksi metastase pada tulang atau tumor synchoronous,
tetapi MRI seluruh tubuh dapat menggantikan bone scan. Beberapa hal yang
perlu diingat kembali dalam rangka menganalisis tumor tulang pada foto
rontgen adalah :
10

pada anak-anak tulang panjang dibagi dalam epifisis, metafisis, dan


diafisis. Antarametafisis dan epifisis terdapat lempeng epifisis.neonatus
banyak epifisis tulang belum mengalami osifikasi sehingga belum dapat

dilihat pada foto rontgen.


Tulang terdiri atas 3 komponen yaitu korteks, spongiosa, dan periost.
Korteks danspongiosa dapat dilihat pada foto rontgen, tetapi periost tidak.
Bila karena suatu proses dalam tulang, misalnya radang atau neoplasma,
periost mengalami iritasi atau terangkat, maka periost akan membentuk

tulang dibawahnya yang dikenal sebagai periosteal.


Gambaran reaksi periosteal bermacam-macam
o Berupa garis-garis yang sejajar dengan korteks disebut lamellar
o Berupa garis-garis yang tegal lurus pada korteks disebut sunray
appearance
o Berupa seperti renda, dan sebagainya

Pada osteosarkoma terdapat 3 gambaran radiologi, yaitu:


1. Gambaran osteolitik, dimana proses destruksi merupakan proses utama.
Tumor tumbuh dari ujung metaphisis kearah diaphisis dan sedikit
reaksi periosteal dan terjadi destruksi korteks. Bentuk ini mempunyai batas
tak tegas dengan gambaran spikula dan segitiga codmann (codmann
triangle). Pada codmanns triangle ini biasanya terjadi kalsifikasi dan
pembengkakan
2. Gambaran osteoblastik, yang diakibatkan oleh banyak pembentukan tumor
tulang.
Gambaran tumor tampak lebih putih dengan batas irreguler. Pada
bentuk ini terjadi kalsifikasi jaringan lunak sehingga densitas meningkat,

11

terdapat pula reaksi periosteal berupa sunray atau sun burst. Sunray terjadi
sebelum metastase tumor, berupa garis- garis tipis (seperti sinar) yang
tegak lurus dengan aksis tulang. Kortek menuju ke jaringan lunak dan
menyebabkan jaringan lunak bengkak. Sunburst merupakan gambaran
seprti ledakan matahari.
3. Gambaran campuran antara proses destruksi dan proses pembentukan
tumor tulang
b) X-Ray
Tampak tanda-tanda destruksi tulang yang berawal pada medula dan
terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada
stadium yang masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat
lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang ( sunray appearance ).
Dengan membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan
dirusak oleh tumor yang meluas keluar tulang. Dari reaksi periosteal itu hanya
sisanya yaitu pada tepi yang masih dapat dilihat, berbentuk segitiga dan
dikenal sebagai segitiga Codman. Pada kebanyakan tumor ini terjadi
penulangan ( ossifikasi ) dalam jaringan tumor sehingga gambaran
radiologiknya variable bergantung pada banyak sedikitnya penulangan yang
terjadi. Pada stadium dini gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan
osteomielitis. Pemeriksaan X-ray didapat bermacam-macam gambaran, yaitu
daerah berawan osteolitik yang disertai dengan daerah osteoblastik. Batas
endosteal kurang jelas. Terkadang korteks terbuka dan tumor melebar ke
jaringan sekitarnya, saat itulah terbentuk suatu garis tulang baru, melebar
keluar dari korteks yang disebut efek sunrays. Ketika tumor keluar dari
korteksnya terjadi reaktivasi pembentukan tulang baru yang menyebabkan
peningkatan periosteum (segitiga Codman). Kedua gambaran itu merupakan
tanda khas untuk osteosarcoma.

12

1. Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow)


dan difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.
2. Perubahan periosteal berupa Codman triangles (white arrow) dan masa
jaringan lunak yang luas (black arrow).
3. Reaksi periosteal ketika tumor telah menembus kortek, sunburst
appearance

c)
CT
Scan
CT dapat berguna secara lokal ketika gambaran foto polos
membingungkan, terutama pada area dengan anatomi yang kompleks
(contohnya pada perubahan di mandibula dan maksila pada osteosarkoma
gnathic dan pada pelvis yang berhubungan dengan osteosarkoma sekunder).
Gambaran cross-sectional memberikan gambaran yang lebih jelas dari
13

destruksi tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya daripada foto
polos. CT dapat memperlihatkan matriks mineralisasi dalam jumlah kecil yang
tidak terlihat pada gambaran foto polos. CT terutama sangat membantu ketika
perubahan periosteal pada tulang pipih sulit untuk diinterpretasikan. CT jarang
digunakan untuk evaluasi tumor pada tulang panjang, namun merupakan
modalitas yang sangat berguna untuk menentukan metastasis pada paru. CT
sangat berguna dalam evaluasi berbagai osteosarkoma varian. Pada
osteosarkoma telangiectatic dapat memperlihatkan fluid level, dan jika
digunakan bersama kontras dapat membedakan dengan lesi pada aneurysmal
bone cyst dimana setelah kontras diberikan maka akan terlihat peningkatan
gambaran nodular disekitar ruang kistik.

1. CT scan, axial view; osteosarcoma of proximal tibia


2. CT Scan: Telangiectatic Osteosarcoma of Proximal Tibia

3. Xray: Telangiectatic Osteosarcoma of Proximal Tibia


4. MRI: Telangiectatic Osteosarcoma of Proximal Tibia Multiple
Fluid-Fluid Levels are Demonstrated

14

d) MRI
MRI merupakan modalitas untuk mengevaluasi penyebaran lokal dari
tumor karena kemampuan yang baik dalam interpretasi sumsum tulang dan
jaringan lunak. MRI merupakan tehnik pencitraan yang paling akurat untuk
menentuan stadium dari osteosarkoma dan membantu dalam menentukan
manajemen pembedahan yang tepat. Untuk tujuan stadium dari tumor,
penilaian hubungan antara tumor dan kompartemen pada tempat asalnya
merupakan hal yang penting. Tulang, sendi dan jaringan lunak yang tertutupi
fascia merupakan bagian dari kompartemen. Penyebaran tumor intraoseus dan
ekstraoseus harus dinilai. Fitur yang penting dari penyakit intraoseus adalah
jarak longitudinal tulang yang mengandung tumor, keterlibatan epifisis, dan
adanya skip metastase. Keterlibatan epifisis oleh tumor telah diketahui sering
terjadi daripada yang diperkirakan, dan sulit terlihat dengan gambaran foto
polos. Keterlibatan epifisis dapat didiagnosa ketika terlihat intensitas sinyal
yang sama dengan tumor yang terlihat di metafisis yang berhubungan dengan
destruksi fokal dari lempeng pertumbuhan. Skip metastase merupakan fokus
synchronous dari tumor yang secara anatomis terpisah dari tumor primer
namun masih berada pada tulang yang sama. Deposit sekunder pada sisi lain
dari tulang dinamakan transarticular skip metastase. Pasien dengan skip
metasase lebih sering mempunyai kecenderungan adanya metastase jauh dan
interval survival bebas tumor yang rendah. Penilaian dari penyebaran tumor
ekstraoseus melibatkan penentuan otot manakah yang terlibat dan hubungan
tumor dengan struktur neurovascular dan sendi sekitarnya. Hal ini penting
untuk menghindari pasien mendapat reseksi yang melebihi dari kompartemen
yang terlibat. Keterlibatan sendi dapat didiagnosa ketika jaringan tumor
terlihat menyebar menuju tulang subartikular dan kartilago.

15

16

e) Ultrasound
Ultrasonography tidak secara rutin digunakan untuk menentukan
stadium dari lesi. Ultrasonography berguna sebagai panduan dalam melakukan
percutaneous biopsi. Pada pasien dengan implant prostetik, Ultrasonography
mungkin merupakan modalitas pencitraan satu satunya yang dapat
menemukan rekurensi dini secara lokal, karena penggunaan CT atau MRI
dapat menimbulkan artefak pada bahan metal. Meskipun ultrasonography
dapat memperlihatkan penyebaran tumor pada jaringan lunak, tetapi tidak bisa
digunnakan untuk mengevaluasi komponen intermedula dari lesi.
6. Jelaskan ciri khas/perbedaan (hasil anamnesa, pemeriksaan fisik maupun
pemeriksaan penunjang) dari beberapa jenis keganasan yang saudara sebutkan
pada pertanyaan nomor 3.
Menurut Brunner & Suddarth (2005), jenis-jenis keganasan yang bisa terjadi pada
tulang, otot dan sendi dan jaringan penunjang yaitu:
1) Kondrosarkoma

17

Merupakan

tumor

tulang

ganas yang terdiri dari kondrosit


anaplastik yang dapat tumbuh sebagai tumor tulang
perifer atau sentral. Tumor ini paling sering
menyerang laki-laki berusia di atas 35
tahun. Gejala yang paling sering adalah massa
tanpa nyeri yang berlangsung lama.
Pada radiogram, kondrosarkoma akan
tampak sebagai suatu daerah radiolusen dengan
bercak-bercak perkapuran yang tidak jelas.
2) Ewings Sarcoma
Paling sering terlihat pada anak-anak usia belasan dan tempat yang paling
sering adalah corpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasarnya adalah berupa
tumor abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan merusak korteks
tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang
baru diendapkan parallel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran serupa
kulit bawang. Tanda dan gejala yang khas berupa nyeri, benjolan nyeri tekan, demam
(38-40oC) dan leukositosis (20.000-40.000 leukosit/mm3).

18

3) Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna


Kanker ini biasanya berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selaintulang,
yaitu ligamen, tendo, lemak dan otot) dan jarang berawal dari tulang.Kanker ini
biasanya ditemukan pada usia lanjut dan usia pertengahan. Tulang yang paling sering
terkena adalah tulang pada tungkai, lengan dan rahang. Fibrosarkoma dan
histiositoma fibrosa maligna mirip dengan osteosarcoma dalam bentuk, lokasi dan
gejala-gejalanya, pengobatannya juga sama.
4) Mieloma Multipel
Merupakan

tumor

ganas

yang paling sering ditemukan akibat


proliferasi

ganas

dari

sel-sel

plasma. Multiple myeloma sangat


jarang terlihat pada orang-orang
yang berusia di bawah 40 tahun.
Laki-laki lebih sering terkena dan
orang Afrika Amerika memiliki
insiden dua kali lipat daripada orang
Kaukasia. Gejala yang paling sering
timbul adalah nyeri tulang dan lokasi nyeri seringkali pada tulang costa dan vertebra.
Dapat teraba lesi tulang, terutama pada tulang tengkorak dan clavicula. Lesi-lesi pada
tulang punggung dapat menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang menjepit
saraf spinal. Pengobatannya memerlukan berbagai usaha sebab multiple myeloma
menyerang banyak organ.
5) Osteosarkoma
Sarcoma osteogenik atau osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer
yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Kasus
sarcoma osteogenik paling banyak menyerang anak remaja dan mereka yang baru
menginjak masa dewasa, tetapi dapat juga menyerang pasien penyakit Paget yang
berusia lebih dari 50 tahun. Nyeri yang menyertai destruksi tulang dan erosi adalah
gejala umum dari penyakit ini.
Penampakan kasar dari sarcoma osteogenik bervariasi. Neoplasma tersebut
dapat berupa osteolitik, dengan tulang yang telah mengalami kerusakan dan jaringan
lunak diinvasi oleh tumor, atau osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang
19

sklerotik yang baru. Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi,
dan pada hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun deposit tulang ini terlihat pada banyak keganasan
tulang, tetapi bersifat khas untuk sarcoma osteogenik ; tumor itu sendiri dapat
menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif. Gangguan seperti ini
pada radiogram akan terlihat sebagai suatu sunburst (pancaran sinar matahari).
6) Limfoma Tulang Maligna
Limfoma Tulang Maligna (Sarkoma Sel Retikulum) biasanya timbul pada usia
40- 50 tahun. Bisa berasal dari tulang manapun atau berasal dari tempat lain di tubuh
kemudian menyebar ke tulang. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan
pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah. Pengobatan terdiri dari
kombinasi kemoterapi dan terapi penyinaran, yang sama efektifnya dengan
pengangkatan tumor. Amputasi jarang diperlukan
7. Jelaskan stadium kegananasan pada sistem muskuloskletal
Terdapat dua jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan Musculoskeletal Tumor
Society (MSTS) untuk stratifikasi tumor berdasarkan derajat dan ekstensi lokal serta
stadium berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke 7.
a. Sistem klasifikasi stadium Musculoskeletal Tumor Society (MSTS)
IA

derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis

IB

derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis

IIA

derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis

IIB

derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis

III

ditemukan adanya metastasis

b. Sistem klasifikasi AJCC edisi ke 7


IA

derajat keganasan rendah, ukuran 8

IB

derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya diskontinuitas

IIA

derajat keganasan tinggi, ukuran 8

IIB

derajat keganasan tinggi, ukuran > 8

III

derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas

IVA

metastasis paru

IVB

metastasis lain

Ada empat tahapan yang menentukan tingkat keparahan suatu penyakit kanker tulang,
di antaranya:
20

a. Stadium 1. Pada tahap ini kanker baru mengenai satu bagian tulang dan belum
menyebar ke bagian lainnya.
b. Stadium 2. Hampir sama seperti stadium 1, tapi pada tahap ini kanker masih
berada di satu bagian tulang dan belum menyebar. Pada tahap ini, agresivitas
kanker sudah mulai terlihat.
c. Stadium 3. Pada tahap ini kanker sudah mulai menyebar ke lebih dari satu area
pada tulang yang sama.
d. Stadium 4. Pada tahap ini, kanker yang menggerogoti tulang telah menyebar ke
bagian-bagian lainnya di dalam tubuh, misalnya paru-paru, hati, atau otak.
8. Jelaskan apa masalah keperawatan aktual, potensial maupun komplikasi yang
mungkin timbul pada pasien dengan keganasan pada sistem muskuloskletal
a) Defisiensi Pengetahuan
Pasien dengan kanker sebagian besar tidak mengetahui proses penyakit serta
bagaimana penatalaksanaannya. Biasanya pasien baru datang ke pelayanan kesehatan
apabila sudah terjadi komplikasi dan sel kanker sudah bermetastase. Dari hal tersebut
maka dapat muncul masalah keperawatan defisiensi pengetahuan.
b) Nyeri Akut
Sel kakner yang terus memperbanyak diri dapat mendesak jaringan di sekitarnya
sehingga dapat menimbulkan perlukaan pada jaringan sekitarnya sehingga timbul
respon inflamasi. Respon inflamasi merangsang pengeluaran

mediator kimia

(bradikinin, prostaglandin dan histamin). Mediator kimiawi ini akan merangsang


ujung saraf bebas dan menimbulkan nyeri. Masalalah keperawaytan yang muncul
yaitu nyeri akut.
c) Risiko Cedera
Pasien dengan keganasan pada muskoloskeletal misalnya kanker tulang dapat berisiko
mengalami fraktur patologik. Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik
dimana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur sehingga
tinggi berisiko mengalami cedera.
d) Risiko Infeksi
Pada pasien kanker sebagian besar akan mengalami penurunan kekebalan tubuh
(imunitas) akibat sel darah putih akan menyerang sel kanker sehingga akan sangat
rentan terhadap terjadinya risiko infeksi
e) Ansietas

21

Pada pasien kanker tulang dengan pengetahuan yang kurang tentang penyakit dan
penatalaksanaannya akan sangat berdampak pada status psikologis pasien. Selain itu
apabila kanker sudah sampai bermetastase dan menimbulkan komplikasi akan
menambah kecemasan yang dialami pasien. Oleh karena itu, muncul masalah
keperawatan ansietas.
f) Mual
Salah satu penatalaksanaan pada kanker adalah kemoterapi. Kemoterapi menstimulasi
zona pemicu kemotaksis sehingga dapat merangsang mual dan muntah dan
menimbulkan masalah keperawatan mual.
g) Hambatan Mobilitas Fisik
Pasien dengan keganasan pada muskoloskeletal misalnya kanker tulang dapat berisiko
mengalami fraktur patologik. Tumor tulang akan melemahkan tulang sampai ke titik
dimana aktivitas normal atau perubahan posisi dapat mengakibatkan fraktur. Keadaan
fraktur akan berakibat pada terganggunya pergerakan pasien sehingga mengakibatkan
masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik.
9. Jelaskan apa saja tujuan/outcome dalam rencana keperawatan pasien
1) Nyeri Akut
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x 24 jam, diharapkan rasa
nyeri yang dirasakan pasien berkurang. Dengan kriteria hasil :
NOC Label : Pain Control
1. Pasien mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, lokasi dan lamanya
nyeri). (skala : 3)
2. Pasien mampu menggunakan analgesik yang direkomendasikan (skala : 4)
3. Pasien mampu menggunakan teknik non-farmakologi yang direkomendasikan
(skala : 4)
NOC Label : Pain Level
1. Skala nyeri pasien berkurang dari skala 5 menjadi 2 dengan rentang (1-10) (skala :
3)
2. Rasa nyeri pasien berkurang ketika sedang menarik nafas. (skala : 4)
3. Pasien mampu mempertahankan tanda-tanda vital dalam rentang normal ( T =
36,5o C 37,5o C , TD = 120/80 mmHg, RR = 16-20 x/menit, N = 60-100x/menit)
(skala : 4)
2) Risiko Cedera
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24 jam, diharapkan klien
tidak mengalami cedera dengan kriteria hasil :
22

NOC label: Risk Control


1. Klien terbebas dari cedera (skala : 3)
2. Klien mampu menjelaskan cara / metode untuk mencegah cedera (skala : 3)
3. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan / perilaku personal (skala
: 3)
4. Klien mampu mengikuti strategi pengendalian resiko yang dipilih (skala : 3)
5. Klien mampu mengenali perubahan status kesehatan (skala : 3)
NOC Label : Personal Safety Behaviour
1. Klien mampu menggunakan mekanika tubuh yang tepat (skala : 3)
2. Klien mampu melindungi diri dari cedera (skala : 3)
3) Hambatan Mobilitas Fisik
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan pasien
dapat bermobilisasi secara optimal. Dengan kriteri hasil :
NOC Label : Ambulation
1. Pasien dapat berjalan dengan langkah yang pelan (skala : 3)
2. Pasien mampu duduk dan berdiri (skala : 3)
3. Pasien dapat berjalan dengan jarak pendek (skala : 3)
4) Ansietas
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama x24 jam diharapkan pasien
tidak cemas dalam menjalani pengobatan. Dengan kriteria hasil :
NOC Label : Anxiety Level
1. Klien tidak gelisah (skala : 4)
2. Tidak ada ketegangan pada raut wajah klien (skala : 4)
3. Klien tidak berkeringat (skala : 4)
NOC Label : Anxiety Self-Control
1. Klien dapat mencari informasi mengenai pembedahan untuk mengurangi
kecemasan (skala : 4)
2. Klien dapat menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan (skala :
4)
3. Klien dapat menggunakan strategi koping yang efektif (skala : 4)
5) Risiko Infeksi
23

Setelah dilakukan asuhan keperawatan x24 jam diharapkan tanda-tanda


infeksi tidak ada dengan kriteria hasil
NOC Label: Risk Control: Infectious Process
1.
2.
3.
4.

Mengetahui tentang risiko infeksi (skala 3)


Mampu mengidentifikasi cara melindungi diri dari infeksi (skala 3)
Mampu mempraktikan strategi untuk mengontrol infeksi (skala 3)
Mengidentifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko yang potensial

(skala 3)
5. Menjaga lingkungan dan tubuh tetap bersih (skala 3)
6) Mual
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x 24 jam diharapkan mual
teratasi dengan kriteria hasil :
NOC Label :
Nausea and Vomiting Control
1. Mengenali dan menghindari penyebab mual (skala : 3)
2. Tidak melaporkan rasa mual (-) (skala : 3)
NOC Label : Nutritional Status
1. Jumlah cairan dan makanan yang diterima sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien
(skala : 3)
2. Asupan nutrisi yang adekuat (skala : 3)
7) Defisiensi Pengetahuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien
mendapatkan informasi mengenai penyakit kanker. Dengan kriteria hasil :
NOC Label : Knowlegde: Cancer management
1. Pasien dan keluarga mengetahui hasil screening yang abnormal (skala 4)
2. Pasien dan keluarga mengetahui tanda dan gejala kanker (skala 4)
3. Pasien dan keluarga mengetahui penyebab dan faktor pencetus kanker. (skala 4)
4. Pasien dan keluarga mengetahui pilihan pengobatan yang ada (skala 4)
5. Pasien mengetahui efek samping dari setiap pengobatan kanker (skala 4)

10. Sebutkan dan jelaskan Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah keperawatan yang muncul pada pasien
1)

Nyeri Akut
NIC Label : Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien

24

4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,


pencahayaan dan kebisingan
5. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
6. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
7. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
8. Tingkatkan istirahat
NIC Label : Analgesic Administration
1.
2.
3.
4.

Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian

lebih dari satu


5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
NIC Label : Vital Sign
1. Pantau tanda-tanda vital pasien (tekanan darah, nadi, suhu dan respirasi)
2) Risiko Cedera
NIC Label: Environmental Management
1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi
kognitif pasien serta riwayat penyakit terdahulu pasien
3. Hindari pasien dari lingkungan yang berbahaya
4. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab penyakit.
NIC Label : Seizure Management
1. Kontrol pergerakan untuk mencegah cedera
2. Kontrol status neurologi
3) Hambatan Mobilitas Fisik
NIC Label : Exercise Therapy : Ambulation
1. Konsultasikan dengan fisioterapis tentang rencana ambulasi (perpindahan)
25

2. Bantu pasien dalam penggunaan kaki palsu yang dapat memfasilitasi pasien
berjalan dan mencegah terjadinya luka.
3. Pantau pasien dalam menggunakan kruk atau alat bantu jalan lainnya.
4) Ansietas
NIC Label : Anxiety Reduction
1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
2. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
3. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan kecemasan
4. Dorong keluarga untuk berada disisi klien
5. Berusaha memahami perspektif klien dari situasi stres
6. Berikan obat penurun rasa cemas yang tepat
NIC Label : Coping Enhancement
1.
2.

Bantu keluarga untuk memotivasi klien


Bantu pasien menyesuaikan diri pada perubahan yang

terjadi pada citra tubuhnya


3.
Bantu pasien memahami proses penyakitnya
5) Risiko Infeksi
NIC Label : Infection Protection
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Monitor adanya tanda dan gejala sistemik atau local dari infeksi
Pantau adanya kulit yang kemerahan, hangat dan pengeluaran drainase
pada area keganasan
Pantau kondisi insisi pembedahan/ luka
Anjurkan intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Ajarkan pasien untuk mencegah terjadinya infeksi
Anjurkan pemberian antibiotic sesuai resep dokter bila diperlukan
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

NIC Label : Infection Control


1. Jaga lingkungan agar tetap bersih
2. Ajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar
3. Anjurkan pengunjung untuk selalu mencuci tangan sebelum masuk dan sesudah
meninggalkan ruangan pasien
4. Ganti peralatan protokol yang digunakan saat merawat pasien
5. Beritahu pasien untuk mendapatkan asupan nutrisi yang adekuat
6) Mual
NIC label : Nausea Management
1. Kaji frekuensi, durasi dan faktor penyebab mual
2. Anjurkan pemberian obat antiemetic sesuai resep dokter
3. Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologi (hipnosis, relaksasi, terapi musik,
guided imagery, distraksi, biofeedback dan akupresur) untuk mengelola mual
26

4. Monitor intake cairan, nutrisi dan kalori yang adekuat


5. Anjurkan pemberian makanan yang tinggi karbohidrat serta rendah lemak
6. Berikan air dingin dan hindari makanan yang berbau dan berwarna mencolok bila
diperlukan
NIC Label : Chemotherapy Management
1. Temukan pengalaman pasien sebelumnya mengenai hubungan kemoterapi dengan
mual muntah
2. Berikan obat yang sesuai kebutuhan untuk mengontrol efek samping mual muntah
seperti antiemetic.
3. Pastikan pasien mendapatkan asupan cairan yang adekuat untuk mencegah
dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
7) Defisiensi Pengetahuan
NIC Label : Teaching: Disease Process
1. Kaji pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit yang dialami
2. Jelaskan mengenai penyakit yang dialami pasien meliputi penyebab, faktor
predisposisi, proses terjadinya penyakit, tanda dan gejala serta komplikasi yang
dapat terjadi
3. Diskusikan gaya hidup yang perlu diubah untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
dan atau mengontrol penyakit.
NIC Label :Teaching: Prescribed Medication
1.
2.
3.
4.
5.

Jelaskan mengenai tujuan pengobatan.


Berikan informasi mengenai nama obat, dosis, rute dan durasi kerja obat.
Evaluasi kemampuan pasien dalam mengadministrasikan pengobatannya sendiri.
Jelaskan kepada pasien mengenai kemungkinan efek samping yang terjadi.
Ajarkan tanda dan gejala overdosis obat.

Teaching: Procedure/Treathment
1. Kaji pengalaman dan pengetahuan pasien tentang prosedur/ perawatan.
2. Berikan informasi kepada pasien mengenai prosedur perawatan yang harus
dilakukan serta hal-hal yang harus dilakukan pasien
3. Anjurkan pasien untuk kooperatif/ berpartisipasi dalam prosedur/ perawatan
4. Libatkan keluarga dalam melakukan prosedur/ perawatan

27

11. Jika pasien tersebut menjalani perawatan di rumah, apa edukasi dan fokus
keperawatan yang perlu dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk merawat
pasien tersebut dirumah
Ajarkan mekanisme koping yang efektif, motivasi klien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan mereka dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan
keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohanian. Memberikan nutrisi yang
adekuat. Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Pemberian nutrisi
parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter. Pasien dan keluarga diberikan
pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan
teknik perawatan luka dirumah. (Smeltzer, 2001).
Selain edukasi yang dijelaskan diatas dapat pula diberikan edukasi sebagai berikut:
a. Beritahu pasien dan keluarga agar tetap ingat jadwal kemoterapi atau radiasi
b. Ajarkan pasien dalam mengatasi kecemasan saat akan melakukan terapi seperti
mengajari teknik guided imaginenary atau dengan latihan tarik nafas dalam.
c. Ajarkan pasien tentang penggunaan alat bantu jalan seperti kruk atau kursi roda
dengan benar. Beritahu agar pasien dan keluarga tetap memperhatikan kondisi alat
sebelum digunakan oleh pasien. Pada alat kruk, selalu perhatikan bagian ujungnya
agar tetap terlapis karet dengan utuh.
d. Beritahu pasien dan keluarga melakukan kompres hangat apabila nyeri timbul
Penjelasan Gambar:
Penggunaan alat bantu yang tepat sangat penting untuk
diberikan untuk mengatasi terjadinya perubahan postur tubuh,
menghindari risiko jatuh karena alat ini berfungsi untuk
menjaga keseimbangan, jika penggunaannya kurang tepat bisa
mengakibatkan posisi tubuh tidak seimbang dan jatuh.

12. Apakah pasien memerlukan Dukungan psikologis dan sosial dari keluarga,
lingkungan dan tempat kerja pasien? Jelaskan
28

Iya,

tentu

saja

pasien

mengalami

gangguan

khususnya

kanker

yang

kesehatan
memerlukan

dukungan secara psikologis, sosial


dan keluarga baik itu dari lingkungan
kerja pasien atau sekitarnya. Itu
karena pasien yang mengalami kanker
mengalami kendala terhadap dirinya
sendiri yang merasa putus asa dan ketidakmampuan pasien dalam mengatasi
ketakutannya untuk tidak bisa sembuh karena itulah dukungan keluarga. Menurut Setiacd
(2008) keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk
membentuk kebudayaan yang sehat. Pihak keluarga tidak dapat melepaskan diri dari
keterlibatan dalam menghadapi penderitaan. Pihak keluarga yang penuh pengertian dan
kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada
penderita akan banyak membantu dalam pelaksanaan penderita kanker (Dadang,2004).
Selain gangguan jasmaniah dan ketidaknyaman yang diungkapkan dalam keluhan,pada
pasien juga ada gangguan emosi. Pengobatan holistik didasarkan atas 2 hal pengobatan
fisik dan pengobatan psikis. Banyak diantara penderita kanker mengalami depresi mental
sehingga cenderung untuk melakukan hal diluar batas normal. Sehingga dukungan
psikologis sangat diperlukan untuk pasien kanker. Lingkungan dan tempat kerja pasien
sangat mempengaruhui dalam dukungan secara psikologis pasien. Pasien butuh dorongan
untuk melangsungkan kehidupannya

Penjelasan gambar: adanya dukungan sosial dari teman teman untuk penderita kanker,
dengan diberikan dukungan dan kepedulian akan terciptanya rasa kepedulian terhadap pasien
dengan kanker. Dukungan sosial sangat mempengaruhi agar pasien tidak merasa sendiri.
psikologis,sosial dan keluarga

29

Penjelasan gambar: adanya dukungan psikologis dari keluarga yang sangat penting untuk
pasien kanker. Keluarga akan memberikan dorongan psikologis dan memberikan dukungan
untuk pasien kanker. Keluarga juga yang akan menemani pasien kanker agar tidak merasa
sendiri. Keluarga yang berperan penting untuk memberikan dukungan psikologis

13. Apa kebiasaan atau mitos yang yang ada di tengah kehidupan masyarakat
sehubungan

dengan

perawatan

pasien

dengan

gangguan

muskuloskletal

(keganasan) yang sifatnya positif dan negatif. (ceritakan apa yang anda ketahui dan
temukan di lingkungan sekitar anda. Boleh
menggunakan

pendapat

pribadi

dan

tidak

menggunakan sumber ilmiah).


Dewasa ini, penyakit muskuloskeletal
sangat

berpengaruh

bagi

kehidupan

masyarakat. Seiring dengan berkembangnya


pengaruh teknologi saat ini, berkembang juga
kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan
oleh

masyarakat

untuk

mengatasi

penyakit

terkait,

khususnya

penyakit

muskuloskeletal. Berikut merupakan kebiasaan dan atau mitos yang ada di tengah
kehidupan masyarakat sehubungan dengan perawatan pasien dengan gangguan
muskuloskletal (keganasan) yang dapat dikaji dari aspek positif dan negatifnya :
1. Pijat Patah Tulang
Dewasa ini kanker tulang masih tetap perlu diwaspadai, baik dengan
penggunaan alat dan hal lain yang dapat mencegah terjadinya patah tulang itu
sendiri. Akibat penyakit ini, kebanyakan orang harus merelakan salah satu anggota
tubuhnya. Contohnya mengistirahatkan salah satu bagian yang terkena untuk tidak
beraktifitas. Sama sepeti penyakit lainnya, keganasan pada patah tulang juga dapat
terjadi. Keganasan yang terjadi sering disebut dengan istilah kanker tulang. Dan,
sama seperti jenis kanker lainnya, kanker tulang dapat menyebabkan kematian
jika penyebaran ke organ vital terjadi.
Deteksi dini secara berkala perlu ditekankan untuk setiap jenis kanker, terlebih
untuk kasus kanker tulang. Salah satu alasannya disebabkan oleh gejala awal
kanker tulang yang tidak terlalu kentara. Biasanya, gejala awal yang kerap kali
diabaikan oleh calon penderita kanker tulang adalah rasa nyeri yang timbul. Tentu
30

wajar jika ini terjadi, karena nyeri tulang memang dapat terjadi pada kasus
penyakit lain (nonkanker).
Bahaya dapat muncul, terutama jika individu yang mengalaminya, mencari
tukang urut untuk meredakan nyeri yang timbul. Dengan cara tersebut, bisa jadi
pertumbuhan sel kanker akan semakin agresif. Karena itu, pastikan bahwa nyeri
tulang yang pasien atau individu alami adalah bukan kanker. Pada kanker tulang,
nyeri yang ditimbulkan biasanya akan terjadi berulang dan intensitas sakitnya
akan semakin menjadi, terutama pada malam hari. Seraya waktu berjalan,
perubahan pada struktur tulang juga dapat terjadi. Atau, bisa jadi terjadi patah
tulang tanpa sebab yang jelas.
Salah satu kebiasaan masyarakat yang hingga kini menjadi mitos sebagai upaya
untuk perawatan dan penyembuhan patah tulang adalah adanya teknik pemijatan
atau urut pada patah tulang.
Positif
Negatif

: (-)
:

pemijatan pada kanker tulang dapat menyebabkan peningkatan


pertumbuhan sel kanker yang akan menjadi agresif. dengan teknik
pemijatan kanker tulang, hal yang terjadi adalah adanya perubahan
pada struktur tulang dari posisi anatomisnya.
Berdasarkan jurnal penelitian yang dilansir oleh media litbang
kesehatan volume XI no 4 tahun 2001 menyatakan bahwa sesuai
dengan kajian yang telah dilakukan terhadap beberapa ahli patah
tulang tradisional di berbagai daerah di indonesia, terdapat
kecendrungan

dari hasil pengobatannya banyak terjadi kelainan

seperti angulasi, deformitas, mal union, terjadi kalus yang tidak


semestinya, deviasi dan dislokasi. Hal tersebut ternyata tidak jauh
berbeda dengan hasil kajian yang dilakukan diberbagai daerah
lainnya seperti Cimande, Bekasi, Kediri, Paiton, dan Karanganyar.
Contoh :
Sumber : http://www.herbalinsani.com/klinik/patah-tulang
Dengan dasar keahlian dan pengalaman mengobati pasien patah tulang dan
keseleo yang telah kami jalani bertahun tahun. Maka bersama ini herbal insani
memberi layanan pengobatan terapi patah tulang dan pijat syaraf yang insya Allah

31

bermanfaat utuk membantu mengobati penderita


patah tulang dengan biaya RP. 75.000

2. Penggunaan tanaman patah tulang untuk


mengobati patah tulang
Masyarakat kini sangat bervariasi, dari
mengenali pengobatan medis hingga herbal.
Salah satu pengobatan herbal yang hingga kini masih kerap dilakukan oleh
masyarakat adalah penggunaan tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli)
sebagai terapi untuk mengobati penyakit patah tulang. berdasarkan fenomena yang
dikutip dari sumber yang ada, tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) dinilai
mampu mengobati patah tulang atau fraktur yang ada.
Positif
: pada kenyataannya memang tanaman patah tulang memiliki
kandungan yang baik untuk mengobati penyakit patah tulang,
namun hal tersebut digaris bawahi oleh batasan-batasan seperti
umur, jenis kelamin dan sebagainya. Hingga kini kami mencoba
menganalisis apakah tanaman ini benar-benar berfungsi untuk
Negatif

mengobati tanaman patah tulang.


: berdasarkan analisis yang kami lakukan, belum ada penelitian
terkait yang mengkhusus mengenai adanya manfaat dari tanaman
patah tulang untuk mengobati fraktur atau patah tulang. namun dari
beberapa sumber yang kami dapatkan telah ada penelitian mengenai
pengaruh dari pemberian ekstrak tanaman patah tulang yang
ternyata sangat berpengaruh dan menyebabkan kematian sel pada
mamalia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indri Noor
Haryati (FK Jember) mengenai (LD50 Ekstrak Air Pohon Patah
Tulang (Euphorbia Tirucalli Linn) Terhadap Mencit Jantan Galur
Balb-C)didapatkan hasil penelitian yang dilakukan ternyata
memiliki pengaruh yang mneyebabkan kematian pada mencit Jantan
Galur Balb-C dengan nilai LD50 sebesar 42.062 mg. Hal tersebut
terjadi karena adanya kandungan dari pohon patah tulang yang
memiliki efek toksik. Sangat banyak kandungan dari pohon patah
tulang ini namun dari keseluruhan yang ada ternyata kandungan

32

yang dimiliki memiliki golongan triterpenoid yang memiliki efek


samping toksisitas.
Contoh :
Sumber

http://www.jitunews.com/read/6859/khasiat-jitu-tanaman-patah-

tulang#ixzz3UXsPR4Vb
Dalam sumber ini dijelaskan bahwa patah tulang dapat
diobati dengn beberapa langkah dibawah ini :
Siapkan 3/4 genggam tangkai dan daun patah
tulang, 1 genggam daun srigi, kemudian dicuci dan
digiling halus. Lalu remas dengan 4 sendok air garam,
dihangatkan sebentar. Dipakai untuk menurap bagian
tubuh yang patah, lalu dibalut dengan daun bakung/kulit
randu. Diganti 2 x sehari.
3. Pengunaan sarang semut untuk pengobatan kanker tulang
Pengobatan alternatif lainnya yang sangat di gemari oleh masyarakat adalah
pengunaan sarang semut untuk mengobati kanker tulang dimana disamping
pengobatan medis, konsumsi herbal yang notabene memiliki antikanker asal
Papua, sarang semut, dapat menjadi salah satu pengobatan kanker tulang alternatif
yang dapat Anda pertimbangkan untuk menekan biaya pengobatan dan perawatan
yang membebani.
Positif

: beberapa hal yang dinilai positif dari pengobatan menggunakan


sarang semut, yaitu mudah dicari, menekan biaya perawatan dan
pengobatan rumah sakit dan harga terjangkau

Negatif

: memang pada saat ini penelitian yang ada tidak mengkhusus


mengenai pemanfaatan sarang semut terhadap penyembuhan kanker
tulang. namun berdasarkan sumber yang kutip mengenai kandungan
dari sarang semut itu sendiri Secara empiris, rebusan sarang semut
dapat menyembuhkan beragam penyakit ringan dan berat, seperti
kanker dan tumor, asam urat, jantung koroner, wasir, tuberkulosis,
migren, rematik, dan leukemia (Soeksmanto et al., 2009).

Contoh
:
Sumber : https://www.deherba.com/pengobatan-kanker-tulang.html

33

Pengobatan Kanker Tulang


Pengobatan Kanker Tulang Konvensional
Bila Anda divonis terkena kanker tulang, jangan takut, berikut beberapa pilihan
terbaik pengobatan kanker tulang yang tersedia saat ini, secara medis maupun
alternatif. Faktanya, kanker tulang bisa disembuhkan dengan pengobatan dan
perawatan yang benar.
Jika kanker belum menyebar
terlalu jauh dan masih berada
di area tulang, jaringan kanker
dapat

diangkat

melalui

tindakan kuretase. Atau, jika


letak

kanker

berada

pada

tungkai, dokter bisa melakukan proses limb salvage.


Namun, metode ini hanya bisa dilakukan jika
saraf-saraf dan pembuluh darah di area tersebut
masih sehat. Jika rekonstruksi dibutuhkan, tulang
yang dipotong akibat kanker bisa diganti dengan
implan yang terbuat dari bahan-bahan tertentu,
ataupun dari donor manusia. Selain cara-cara di
atas, saat ini, kemoterapi dan radiasi masih
menjadi metode utama pengobatan kanker tulang,
disamping operasi.
Kadang, imunoterapi juga dilakukan sebagai terapi pendamping agar tubuh penderita
kanker tulang dapat menolerasi keadaan-keadaan tertentu akibat proses pengobatan
yang dijalaninya. Tentu saja, semua bentuk terapi ini membutuhkan biaya dan waktu
ekstra di pihak pasien dan keluarganya.

34

DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprapto, dkk. 2001. Review penelitian pengobatan patah tradisional patah tulang :
media litbang kesehatan volume XI no 4 tahun 2001. Jakarta
Aziz, F. (2006).Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah (edisi 8). Jakarta : EGC
Bulechek, G.M., Butcher, H.W. & Dochterman, J.M. 2008. Nursing intervention
classification (NIC). (5th edition). St Louis: Mosby Elsevier.
Herdman, T. Heather.2012. Nursing diagnoses : definitions and classification 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Indri. 2012. Ld50 Ekstrak Air Pohon Patah Tulang (Euphorbia Tirucalli Linn) Terhadap
Mencit Jantan Galur Balb- C. Skripsi
Mulyono, 1993. Laporan penelitian pengobatan tradisional patah tulang cimande. jakarta
Mulyono, 1999. Laporan penelitian tahap I, pengembangan model standar pengobatan
tradisional patah tulang sebagai pengobatan alternatif.Jakarta.

35

Morrhead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. 2008. Nursing outcomes
classification (NOC) (5th edition). St.Louis: Mosby Elsevie.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.
Jakarta : EGC
Soeksmanto, A., P, Simanjuntak, dan M.A. Subroto. 2010. Uji toksisitas akut ekstrak air
sarang semut ( Myrmecodia pendans) terhadap histologi organ hati mencit. J. Nature
Indonesia 12 (2) : 152-155.

36

Anda mungkin juga menyukai