Kelompok 4 - Kelas 1B :
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “ Komunikasi Pada Pasien Dengan Gangguan Fisik Dan Jiwa”
ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dalam penyusunan
makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dan
dorongan orang tua, teman-teman, dan sahabat yang dengan Ikhlas membantu
sehingga kendala-kendala yang kami hadapi bisa teratasi. Dalam penulisan
makalah ini, kami banyak menerima bantuan baik berupa bimbingan maupun
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini, kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Ns. M. Ibnu Hasan M.Kep. selaku dosen Mata Kuliah Komunikasi
2. Teman-teman seperjuangan Politeknik Harapan Bersama yang telah
memberikan dorongan spiritual maupun materi.
Besar harapan kami agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi seluruh umat
Islam di dunia, Khususnya mahasiswa muslim di Politeknik Harapan Bersama.
Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.4 PATOFISIOLOGI...................................................................................4
2.6 KOMPLIKASI.........................................................................................6
2.7 PENATALAKSANAAN.........................................................................7
2.8 ANAMNESA............................................................................................8
3.1 KESIMPULAN......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Apa saja teknik komunikasi terapeutik yang efektif untuk pasien gangguan
fisik dan jiwa?
c. Hangat
Sikap hangat merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring.
Sikap hangat terlihat perhatian kepada pasien dan mengungkapkan
kesenangan dalam merawat pasien. Ini bukan berarti bahwa kita harus
berlebihan dengan pasien atau berusaha untuk menjadi teman mereka.
Sikap hangat dapat diungkapkan secara non verbal, sikap positif, nada
yang ramah, dan senyum yang hangat. Mencondongkan badan ke depan
dan mempertahankan kontak mata, sentuhan fisik, menerima, dan tidak
membuat rasa takut pasien merupakan contoh sikap yang hangat kepada
pasien.
d. Empati
Empati merupakan sikap yang paling utama dalam menunjukkan
caring. Empati berarti memahami pikiran dan perasaan pasien dan ikut
merasakan perasaannya tapi ikut terlarut didalamnya. Dalam mencapai
empati ada 2 proses yang dilewati yaitu memahami dan validasi.
Langkah yang pertama memahami perasaan pasien melalui observasi.
Langkah yang kedua menvalidasi perasaan pasien dengan cara meminta
pasien mengungkapkan perasaannya. Empati dapat memfasilitasi
hubungan terapeutik dan membantu pasien memahami dirinya sendiri.
e. Keaslian
Menjadi perawat yang caring harus memiliki pribadi yang tulus dan kita
komitment dengan pasien, maka kita harus bersikap profesional.
Profesional disini maksudnya adalah berperan sebagai tenaga kesehatan
yang memberikan layanan kesehatan dengan tujuan untuk
menyembuhkan pasien.
f. Kongruensi
Kesesuaian antara komunikasi verbal dan nonverbal merupakan
indikasi dari kongruensi. Kongruensi dibutuhkan untuk menumbuhkan
hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien.
g. Sabar
Untuk membina hubungan terapeutik, hal penting yang dilakukan
adalah sabra dengan pasien. Karakter ini dapat meningkatkan
kemandirian pasien. Sabar artinya memberikan pasien ruang untuk
mengungkapkan perasaannya, berpikir, mengambil keputusan, dan
memberikan kesempatan untuk membuat perencanaan sesuai keinginan
dan kebutuhannya.
h. Hormat
Menghargai pasien merupakan karakteristik lain dari perawat yang
caring. Sikap hormat termasuk pertimbangan untuk pasien, komitmen
melindungi mereka, dan dari bahaya lain, dan percaya terhadap
kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah atau melakukan
perawatan secara mandiri.
i. Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya merupakan karakteristik lain dari perawat yang caring,
dimana karakter ini mengawali karakter-karakter caring yang lain.
Dengan kemampuan interpersonal yang baik, dapat membantu perawat
mengontrol emosional pasien, dan membantu membangun hubungan
saling percaya dengan pasien. Karakter ini harus ditunjukkan pada
setiap proses keperawatan. Ketika kita dipercaya oleh pasien, maka kita
menjadi tempat bergantung dan bertanggung jawab. Untuk
menumbuhkan kepercayaan pasien, sikap yang harus dibangun adalah
komitmen terhadap waktu, menjaga janji, dan konsisten terhadap sikap.
j. Terbuka
Hubungan saling percaya dapat terbina ketika perawat bersikap terbuka.
Untuk menumbuhkan sikap terbuka pada pasien dapat dilakukan
dengan mendengar pasien, percaya dengan apa yang mereka lakukan,
tidak menghakimi.
k. Humor
Humor merupakan karakteristik yang penting dalam membina
hubungan terapeutik dengan pasien. Humor dapat menciptakan
hubungan yang hangat dengan pasien, menghilangkan rasa takut dan
khawatir pasien terhadap perawat.
2. Teknik Komunikasi Terapeutik
Pada Pasien Gangguan Mental Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan
dalam berkomunikasi dengan pasien gangguan jiwa, yaitu:
a. Pada pasien halusinasi, perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta
pasien berkomunikasi dengan pasien lain ataupun dengan perawat.
b. Pada pasien harga diri rendah, harus banyak diberikan reinforcement
positif.
c. Pada pasien menarik diri, sering libatkan pasien dalam aktifitas atau
kegiatan yang bersama-sama
d. Pada pasien dengan perilaku kekerasan, reduksi kemarahan pasien dengan
terapi farmakologi, setelah tenang baru dapat diajak untuk berkomunikasi.
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji tujuan komunikasi terapeutik pada pasien
gangguan fisik dan jiwa.
PENUTUP
Pertama, kita telah melihat pentingnya empati dan kesabaran. Pasien yang
mungkin merasa rentan atau cemas membutuhkan perawatan yang penuh
pengertian dan sabar. Kita harus mendengarkan dengan teliti dan memberikan
perhatian penuh kepada kebutuhan mereka.
Kedua, strategi komunikasi non-verbal seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan
kontak mata juga memiliki dampak besar pada perasaan pasien. Membangun
hubungan yang kuat melalui kontak mata dan menyampaikan dukungan melalui
bahasa tubuh yang positif dapat membantu meredakan kecemasan pasien.
Dalam menghadapi pasien dengan gangguan fisik dan jiwa, kita harus selalu
mengingat bahwa setiap individu adalah unik. Kita memiliki tanggung jawab
moral untuk memberikan perawatan yang mendukung dan menghormati martabat
setiap pasien. Dengan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang telah dibahas
dalam makalah ini, kita dapat meningkatkan pengalaman pasien, membantu
mereka merasa lebih nyaman, dan secara keseluruhan meningkatkan kualitas
perawatan yang mereka terima.
Ketika kita menjalani perawatan kesehatan yang memperhatikan aspek fisik dan
jiwa, kita bukan hanya merawat tubuh, tetapi juga merawat jiwa. Semoga makalah
ini dapat memberikan panduan yang berguna dalam upaya kita untuk memberikan
pelayanan yang holistik dan peduli terhadap pasien-pasien kami.