Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA


DOSEN : REZEKI NUR, S.Kep, Ns. M.Mkes.

Kelompok 4 :

ANDI RAIHAN RAMADHAN (2216048)

MUH.REZHA PRASETYO (2216060)

NUR SYAWAL SYAM (2216046)

ELIZABETH MP. (2216054)

LENNY WINDYANI F. (2216058)

TRI RESKY WAHYUNI (2216079)

AKPER MAPPAOUDANG MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

21 November 2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Pengertian

BAB III

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi antar orang yang baik merupakan dasar keberhasilan promosi kesehatan,
baik dalam konteks konsultasi dengan pasien, percakapan dengan sejawat atau permohonan pada
atasan. Komunikasi yang baik berarti komunikasi yang jelas, berjalan dua arah tanpa ada 3
pengurangan pesan antara yang diberikan dan diterima. Penerapan keterampilan ini sering kali
tergantung situasi yang dihadapi, meskipun demikian dapat diterapkan dalam kerja kelompok
dan pengajaran.

Keterampilan ini membantu mengembangkan komunikasi yang lebih baik, tetapi tentu
saja pedoman ini dapat disesuaikan dengan situasi dan bukan merupakan jalan pintas agar
menjadi komunikator yang baik. Pedoman tersebut adalah awal, dan meningkatkan komunikasi
merupakan proses pengembangan seumur hidup (Linda Ewles & Ina Simnett, 1994) dalam
Promosi Kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah

1 Bagaimana perkembangan komunikasi masalah gangguan jiwa ?


2 Apa saja bentuk komunikasi pada pasien gangguan jiwa ?
3 Apa tujuan komunikasi pada klien gangguan jiwa ?
4 Model komunikasi pada klien gangguan jiwa
5 Penerapan strategi pelaksanaan (SP)

1.3 TUJUAN MASALAH

Tujuan dari masalah tentang Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Menangani Proses
Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fase pra-interaksi Petugas Kesehatan dalam Menangani Proses
Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa.
2. Untuk mengetahui fase orientasi Petugas Kesehatan dalam Menangani Proses
Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa.
3. Untuk mengetahui fase kerja Petugas Kesehatan dalam Menangani Proses Penyembuhan
Pasien Gangguan Jiwa.
4. Untuk mengetahui fase terminasi Petugas Kesehatan dalam Menangani Proses
Penyembuhan Pasien Gangguan Jiwa

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN GANGGUAN JIWA

Menurut American Psychiatric Association (APA, 1994), gangguan mental adalah


gejala atau pola dari tingkah laku psikologi yang tampak secara klinis yang terjadi pada
seseorang dari berhubungan dengan keadaan distres (gejala yang menyakitkan) atau
ketidakmampuan (gangguan pada satu area atau lebih dari fungsi-fungsi penting) yang
meningkatkan risiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan
kebebasan yang penting, dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi
tertentu.

Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive terhadap stresor
dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan
fisik individu.

Konsep Gangguan Jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindrom
atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan
yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distres) atau hendaya
(impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia
(Maslim, 2002).

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN GANGGUAN JIWA

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan


dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Teknik
komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik dimana
terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk
mempengaruhi orang lain (Stuart & sundeen,1995).

Adapun tujuan komunikasi terapeutik adalah menurut indrawati (2003)

Bahwa tujuan berkomunikasi terapotik adalah membantu pasien memperjelas dan


mengurangi beban perasaan dan fikiran,membantu mempengarui orang lain, lingkungan
fisik dan orang lain. Ada pun tujuan komunikasi yaitu bukan hanyaa informatif atau
sebagai cara penyampaiyan pesan tapi juga menjadi salasatu bentuk dalam menjalin
hubungan,baik indifidual,dalam kelompok maupun organisasi.

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Prinsip-prinsip komunikasi adalah:

1 Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi


2 Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3 Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik
4 Hubungan sosial dengan klien harus dihindari
5 Kerahasiaan klien harus dijaga
6 Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7 Implementasi intervensi berdasarkan teori
8 Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah
laku klien dan memberi nasihat
9 Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya secara rasional
10 Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik
klien.

Berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada
beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang gangguan jiwa dengan
gangguan akibat penyakit fisik. Perbedaannya adalah :

1 penderita gangguan jiwa cenderung mengalami gangguan konsep diri, penderita


gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar (kecuali pasien dengan
perubahan fisik, ex : pasien dengan penyakit kulit, pasien amputasi, pasien pentakit
terminal dll).
2 Penderita gangguan jiwa cenderung asyik dengan dirinya sendiri sedangkan penderita
penyakit fisik membutuhkan support dari orang lain.
3 Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik bisa saja
jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu.

Sebenarnya ada banyak perbedaan, tetapi intinya bukan pada mengungkap perbedaan
antara penyakit jiwa dan penyakit fisik tetapi pada metode komunikasinya.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang
ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap
topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.
Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa :

1. Pada pasien halusinasi maka perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien
berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak diberikan reinforcement
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama –
sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri
penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.
4. Pasien perilaku kekerasan, khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi
atau ditenangkan dengan obat – obatan sebelum kita support dengan terapi – terapi lain,
jika pasien masih mudah mengamuk maka perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.

Kesehatan jiwa sering berpijak pada beberapa komponen, beberapa komponen


tersebut adalah:

1. Support system : dukungan dari orang lain atau keluarga membantu seseorang bertahan
terhadap tekanan kehidupan, stresor yang menyerang seseorang akan melumpuhkan
ketahanan psikologisnya, dengan dukungan dari sahabat, orang – orang terdekat, suami,
istri, orang tua maka seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi stressor.
2. Mekanisme Koping : bagaimana cara seseorang berespon terhadap stressor menjadi satu
ciri khas bagi setiap individu, jika responnya adaptif maka hasilnya tentu perlaku positif,
jika responnya negatif hasilnya adalah perilaku negatif.
3. Harga Diri : jika dia merasa lebih baik dari orang lain maka akan menjadi sombong, jika
dia merasa orang lain lebih baik dari dia maka dia akan mengalami Harga Diri Rendah.
4. Ideal Diri : Bagaimana cara seseorang melihat dirinya, bagaimana dia seharusnya : ” saya
hanya akan menikah dengan seorang wanita anak pengusaha” comment tersebut adalah
ideal diri tinggi, ” saya hanya lulusan SD, menjadi buruh saja saya sudah maksimal”
comment ini adalah ideal diri rendah.
5. Gambaran Diri : apakah seseorang menerima dirinya beserta semua kelebihan dan
kekurangan, meski cantik dia menerima kecantikannya tersebut satu paket dengan
keburukan lain yang menyertai kecantikan tersebut.
6. Tumbuh Kembang : Jika seseorang tidak pernah mengalami trauma maka dewasa dia
tidak akan mengalami memori masa lalu yang kelam atau yang buruk.
7. Pola Asuh : kesalahan mengasuh orang tua memicu perubahan dalam psikologis anak.
8. Genetika : Schizofrenia bisa secara genetis menurun ke anak, bahkan pada saudara
kembar peluang nya 50 %.
9. Lingkungan : Lingkungan yang buruk menjadi salah satu faktor pendukung munculnya
gangguan jiwa.
10. Penyalahgunaan Zat : penyalahgunaan zat memicu depresi susunan saraf pusat,
perubahan pada neurotransmitter sehingga terjadi perubahan pada fungsi neurologis yang
berfungsi mengatur emosi.
11. Perawatan Diri : jika seseorang tidak pernah mendapatkan perawatan, ex : lansia maka
dia akan mengalami suatu perasaan tidak berguna jika perasaan ini berlangsung lama bisa
memicu gangguan jiwa.
12. Kesehatan Fisik : gangguan pada sistem saraf mampu merubah fungsi neurologis,
dampak jangka panjangnya jika yang terkena adalah pusat pengaturan emosi akan
memicu gangguan jiwa

B. BAGAIMANA PERKEMBANGAN KOMUNIKASI GANGGUAN JIWA

1. Perkenalkan diri dengan tenang dan jelas.


2. Jelaskan mengapa kamu berada di situasi tersebut.
3. Tetap bersikap sopan dan tidak mengancam, tetapi juga jujur dan terus terang.
4. Dengarkan apa yang Perkenalkan ingin mereka katakan dengan cara yang tidak
menghakimi.
5. Hindari konfrontasi.

C. TUJUAN KOMUNIKASI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

1. Membantu untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya padahal yang
diperlukan.
2. Mengurangi keraguan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain lingkungan, fisik, dan dirinya sendiri.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PADA KLIEN GANGGUAN


JIWA

Adapun faktor yang mempengaruhi komunikasi pada pasien gangguang jiwa yaitu:

1. Pada pasien halusinasi perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien


berkomunikasi dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering dialihkan dengan aktivitas fisik.
2. Pada pasien harga diri rendah harus banyak di berikan reinforcement atau penguatan:
konsep diri, motivasi, support sistem, psikolgi dan lain lain.
3. Pasien menarik diri/isolasi sosial harus sering di libatkan dalam aktivitas
kelompok/kegiatan yang bersama sama di lakukan, ajari dan contohkn cara perkenalan
dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang
lain dan akibatnya jika dia tidak mau berhubungan dll.
4. Khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau di tenangkan dengan
obat obatan sebelum kita support dengan terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk
perawat dan pasien lain bisa menjadi korban.
E. MODEL KOMUNIKASI PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

1.Teknik mendengarkan

Teknik mendengarkan merupakan teknik awal dan dasar komunikasi terapeutik. Mendengarkan
adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan
yang diterima, dalam hal ini perawat harus menjadi pendengar yang aktif untuk bisa menjadi
penelaah, menganalisis apa yang terjadi pada pasien. Selama mendengarkan, perawat harus
mengikuti dengan mendengarkan apa yang dibicarakan pasien dengan penuh perhatian baik itu
tentang perasaannya, pikirannya, atau persepsi pasien sendiri. Perawat memberikan tanggapan
dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan pasien, menunjukan perhatian yang penuh
sehingga mempunyai waktu untuk mendengarkan.

2. Teknik Bertanya

Bertanya merupakan salah satu teknik yang dapat mendorong dan memancing pasien untuk
mengungkapkan perasaan dipikirannya. Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang lebih
spesifik dan lengkap mengenai apa yang disampaikan pasien. Bertanya merupakan teknik dasar
yang dilakukan oleh perawat dalam mencari informasi yang belum didapat apa yang telah
disampaikan pasien.

3. Menyimpulkan

Dapat disimpulkan dalam teknik ini, perawat mendapatkan poin utama atau kesimpulan yang
menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang dialami pasien sehingga perawat dapat
mencarikan solusi dengan membuat perencanaan dalam teknik selanjutnya. Hal penting dari
menyimpulkan adalah peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan antara perawat dan
pasien. Apabila belum dapat disimpulkan poin utama yang dialami pada pasien maka perawat
harus kembali dan mengulang terus teknik-teknik yang dilakukan sebelumnya sampai
mendapatkan pokok masalah yang ada pada pasien halusinasi sendiri, sehingga dengan demikian
dapat masuk ke teknik selanjutnya dan dapat melakukan perencanaan cara mengatasi dan solusi
dari pemecahan masalah yang dialami pasien.

4.Mengubah cara pandang

Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi terapeutik, teknik
mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari teknik komunikasi terapeutik. Seorang
perawat harus dapat memberikan cara pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu masalah
dari aspek negatifnya saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan
melatih pasien agar dapat keluar dari masalah yang dialaminya. Dalam teknik ini perawat
melakukan stategi perencanaan dalam mengatasi masalah yang dialami pasien halusinasi
tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya yang terus-menerus dilakukan misalnya
dengan cara menghardik atau mengalihkan pikiran dan perasaan pasien kearah yang lebih positif,
makanya teknik ini prosesnya memerlukan waktu yang lama supaya pasien paham terhadap
masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana cara mengatasi masalah yang terjadi dalam
dirinya.
F. PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI PADA PASIEN
GANGGUAN JIWA

Sering ditemui pada pasien gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik
sering ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering ditemuin
waham disorganisasi dan waham tidak sisitematis. Kebanyakan pasien skizofrenia daya tilik nya
berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhanya terhadap pengobatan,
meskipun gangguan pada dirinya dapat dilihat pada orang lain. Tujuannya adalah unutu
mengetahui penerapan strategi pelaksanaan komunikasi terapeutuk pada pasien di rumah sakit
jiwa Penerapan ini bertujuan untuk mengetahui strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik pada
pasien waham terhadap kemampuan menilai realita di rumah sakit jiwa. Metodenya yaitu studi
kasus dengan menerapkan strategi komunikasi terapeutik pada Ny S dengan masalah
keperawatan waham somatik di Ruang Flamboyan RSJ Menur. Variabel yang digunakan adalah
pasien waham. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi dengan memfokuskan intervensi pada teknik komunikasi
terapeutik. Hasil dari penerapan Komunikasi Terapeutik pada pasien waham somatik dapat
diketahui bahwa Komunikasi Terapeutik dapat dipakai untuk menurunkan aspek intelektual dan
memperbaiiki hubungan sosial. Simpulanya yaitu Komunikasi Terapeutik dapat membantu
pasien menerima realistis diri. Meningkatkan kemampuan spiritual. Saran untuk Rumah Sakit
Jiwa Menurut adalah perawat dapat memberikan terapi Komunikasi Terapeutik di samping
terapi-terapi yang lainnya seperti terapi aktivitas kelompok, penerapan jadwal kegiatan harian
dan lain lain agar mempercepat kesembuhan klien serta meningkatkan kinerja perawat
diruangan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa adalah komunikasi yang di


rencanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya di pusatkan untuk kesembuhan
pasien gangguan jiwa. Teknik komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina
hubungan terapeutik dimana dimana terjadi penyampaian informasi dan pertukaran
perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Adapun tujuan berkomunikasi dengan pasien gangguan jiwa yaitu:

1. Membantu untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya
padahal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain lingkungan, fisik, dan dirinya sendiri.

SARAN

1. Kegiatan yang dilakukan pasien gangguan jiwa harus dimaksimalkan lagi agar proses
penyembuhan dapat cepat terjadi.
2. Memberikan fasilitas kepada keluarga saat bertemu dengan pasien yang bertujuan
menjaga privasi dan keamanan dari kedua belah pihak.
3. Rumah Sakit jiwa menambah kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat dan
memberi informasi mengenai gejalagejala gangguan jiwa, mengadakan acara color
run, dan kegiatan positif lainnya agar Rumah Sakit Jiwa semakin dekat dengan
masyarakat sekitar akan pentingnya kesehatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Dr Imrie, R. (2015). Communication skills for consultationsabout mental healthproblems.


Edinburgh: GP Registrar, Inchpark Surgery.

Wahyuningsih, S. (2001). Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Gangguan Jiwa Pasien Dewasa.
Observasi Komunikasi Kesehatan vol 7 no.

Widodo, A. (2008) Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Tingkat Perilaku


Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di RSJ Daerah Surakarta:

Anda mungkin juga menyukai