Anda di halaman 1dari 6

TUGAS KELOPOK

WHOLE OF GOVERNMENT
“PENANGGULANGAN NARKOBA“

H
KELOMPOK 1
dr. ANA YOSEFINA DAENG LILIMANAK
FITRI ADI JAYATI, S.Pd
YOSEP LINTIN, S.Pd

PESERTA LATSAR CPNS ANGKATAN XLI


KELAS KABUPATEN MALINAU
TAHUN 2021
Whole of Government (WoG)

I. Konsep WoG

A. Definisi WoG
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi penting dan
tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah :
1) Faktor-Faktor Eksternal, meliputi :
Dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan
yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG agar tercipta penyelenggaraan
pemerintah yang lebih baik.
2) Faktor-Faktor Internal, meliputi :
Adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
3) Khususnya dalam konteks Indonesia
Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang
lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.

B. Praktek WoG
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara,
termasuk Indonesia dalam level-level tertentu :
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan
sektor atau kementerian. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status kelembagaan
setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
dikoordinasikannya.
3) Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur
formal, yang sidatnya tidak permanen.
4) Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau
lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.
C. Tantangan dalam Praktek WoG
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek antara lain
adalah:
 Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan
kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG,
misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi
penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
 Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi
sampai dengan penyatuan kelembagaan.
 Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi
perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna mencapai
tujuan yang diharapkan.

D. Praktek WoG dalam Pelayanan Publik


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang
terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal dapat didekatkan oleh
pendekatan WoG adalah :
 Pelayanan yang Bersifat Adminisitratif
Pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan
warga masyarakat.
 Pelayanan Jasa
Pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga masyarakat,
seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya.
 Pelayanan Barang
Pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga massyarakat, seperti
misalnya jalan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya.
 Pelayanan Regulatif
Pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan, maupun
kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat.

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berjuang


mengimplementasikan Whole of Government. Untuk mencapai good governance dalam tata
pemerintahan di Indonesia, maka prinsip-prinsip Whole of Government menjadi terobosan yang
perlu diambil dalam berbagai institusi penting pemerintahan. Terselenggaranya WoG bertumpu
pada prinsip-prinsip pokok seperti partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum,
transparansi, kepedulian, orientasi pada konsensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi,
akuntabilitas dan visi strategis. Untuk itu apa yang didambakan Indonesia mewujudkan
pemerintahan bersih dan bagus (clean and good governance) dapat terwujud.
II. Studi kasus
Kapolres Malinau AKBP Agus Nugraha mengungkapkan bahwa dari 49 kasus
kehahatan yang ditangani pihaknya, 27 kasus kejahatan diantaranya adalah kasus
narkoba.  Dengan  tersangka sejumlah 36 orang dan barang bukti 110,19 gram. “Temuan
barang bukti Narkotika di Malinau cenderung kecil karena  Malinau bukan pintu masuk
narkotika tetapi hanya sebagai tempat peredaran saja,” ungkap Kapolres dalam press
release, Kamis (31/12). Berdasarkan hasil yang di peroleh dari Polres Malinau, tindak
pidana narkotika masih menempati urutan pertama sebagai kejahatan yang paling banyak
terjadi. Tahun 2019 tindak pidana narkotika berjumlah 31 kasus. Sedangkan tahun 2020
meningkat menjadi 36 kasus. Meskipun para tersangka yang diamankan sepanjang tahun
2020 lebih sedikit, namun jumlah narkotika yang diamankan jauh lebih banyak dari pada
tahun 2019 lalu.
Peredaran dan kasus narkoba di Indonesia semakin meningkat beberapa tahun
terakhir. Kasus narkoba tidak lagi hanya ditemui di kalangan remaja, dewasa serta
masyarakat ekonomi sedang dan tinggi, namun juga dikalangan remaja, anak-anak ,ibu
rumah tangga dan masyarakat ekonomi rendah. Penangaan kedaruratan narkoba perlu
dilakukan secara lintas profesi, lintas sector dan keterlibatan masyarakat serta tokoh
agama dengan penerapan praktek WoG.

A. Tim Penanggulangan Darurat Narkoba

Tim Terpadu Pencegahan & Pemberantasan Penyalagunaan & Peredaran Gelap


Narkotika (P4GN)
B. Uraian Tugas Tim Penanggulangan Darurat Narkoba

Peran Tugas
BNN  Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; 
 Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika; 
 Berkoordinasi dengan kepala kepolisian republik negara
indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika; 
 Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; 
 Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
 Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan
masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika; 
 Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional
maupun internasional, guna mencegah dan memberantas
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;
 Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor
narkotika. 
 Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan
tehadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika dan prekursor narkotika;
 Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang.
POLRI  Preemtif (pembinaan) melalui kegiatan edukatif dengan
tujuan menghilangkan faktor peluang dan pendorong
terkontaminasinya seorang menjadi pengguna.
 preventif (pencegahan) dengan turun langsung ke wilayah-
wilayah yang diduga dijadikan tempat penampungan,
penyimpanan dan peredaran narkotika.
 Represif (penindakan)yaitu dengan cara melakukan
penindakan terhadap orang yang diduga menggunakan,
menyimpan dan menjual narkotika.
TNI  Melakukan razia gabungan bersama POLRI ke tempat-tempat
yang dicurigai sebagai tempat produksi narkoba serta rawan
peredaran narkoba
 Menjaga daerah perbatasn dalam upaya mengagalkan
penyelundupan narkoba
Dinas Kesehatan  Memberikan sosialisasi mengenai narkoba kepada masyarakat
 Mendukung proses rehabilitasi
Dinas Sosial  Melaksanakan koordinasi kegiatan rehabilitasi sosial bagi
pecandu dan korban penyalagunaan NAPZA

C. Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukan Oleh Tim Penanggulangan Darurat Narkoba


o Upaya pencegahan dengan melakukan sosialisasi/penyuluhan sebagai langkah
awal untuk mencegah penyebaran penggunaan NAPZA di lingkungan masyarakat
o Memperketat penjagaan di jalur yang diduga dapat penjadi tempat pengedaran
narkoba
o Melakukan razia atau pemeriksaan ke tempat-tempat yang di curigai guna
mencegah terjadinya pengedaran ataupun penyalagunaan narkoba
o Bekerja sama dalam melakukan rehabilitasi terhadap pecandu dan korban
penyalagunaan narkoba
o Penindakan terhadap orang yang diduga menggunakan, menyimpan dan menjual
narkotika
Setiap sektor melakukan kerjasama dengan saling berkoordinasi guna mencapai
tujuan yang sama yaitu mengurangi kasus narkoba.

D. Pemaknaan Dari Pembentukan Tim Penanggulangan Darurat Narkoba Dikaitkan Dengan


Praktek WoG
Pembentukan Tim Penanggulangan Darurat Narkoba, merupakan upaya dalam
mengurangi kasus narkoba.
Keterkaitan pembentukan tim penanggulangan narkoba dengan praktek WOG jika
dilihat dari pengertian WOG itu sendiri adalah sebuah pendekatan penyelenggara
pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan
sektor dalam lingkup yang luas guna mencapai tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik, maka dapat dilihat dari pembentukan Tim
Penanggulangan Darurat Narkoba ini berkerja sama dengan berbagai sektor seperti BNN,
Polri, Tni, Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial. Dimana pendekatan secara kolaboratif dari
berbagai sektor ini guna mencapai tujuan yang sama yaitu mengurangi kasus narkoba.

Anda mungkin juga menyukai