WHOLE OF GOVERNMENT
“PENANGGULANGAN NARKOBA“
H
KELOMPOK 1
dr. ANA YOSEFINA DAENG LILIMANAK
FITRI ADI JAYATI, S.Pd
YOSEP LINTIN, S.Pd
I. Konsep WoG
A. Definisi WoG
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-
upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu
pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang
relevan.
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mengapa WoG menjadi penting dan
tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah :
1) Faktor-Faktor Eksternal, meliputi :
Dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika kebijakan
yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG agar tercipta penyelenggaraan
pemerintah yang lebih baik.
2) Faktor-Faktor Internal, meliputi :
Adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa
kompetisi antar sektor dalam pembangunan.
3) Khususnya dalam konteks Indonesia
Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang
lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa.
B. Praktek WoG
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan
institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh beberapa negara,
termasuk Indonesia dalam level-level tertentu :
1) Penguatan koordinasi antar lembaga
Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang
dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus
Pembentukan lembaga terpisah dan permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan
sektor atau kementerian. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status kelembagaan
setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
dikoordinasikannya.
3) Membentuk gugus tugas
Gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan di luar struktur
formal, yang sidatnya tidak permanen.
4) Koalisi sosial
Koalisi sosial ini merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau
lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini.
C. Tantangan dalam Praktek WoG
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek antara lain
adalah:
Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama. Perbedaan
kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG,
misalnya, mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, di mana terjadi
penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi pun menjadi kendala manakala terjadi upaya kolaborasi
sampai dengan penyatuan kelembagaan.
Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi
perubahan nilai dan budaya organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna mencapai
tujuan yang diharapkan.
Peran Tugas
BNN Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai
pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;
Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika;
Berkoordinasi dengan kepala kepolisian republik negara
indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial pecandu narkotika, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat;
Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan
masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika dan prekursor narkotika;
Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional
maupun internasional, guna mencegah dan memberantas
peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;
Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor
narkotika.
Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan
tehadap perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika dan prekursor narkotika;
Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang.
POLRI Preemtif (pembinaan) melalui kegiatan edukatif dengan
tujuan menghilangkan faktor peluang dan pendorong
terkontaminasinya seorang menjadi pengguna.
preventif (pencegahan) dengan turun langsung ke wilayah-
wilayah yang diduga dijadikan tempat penampungan,
penyimpanan dan peredaran narkotika.
Represif (penindakan)yaitu dengan cara melakukan
penindakan terhadap orang yang diduga menggunakan,
menyimpan dan menjual narkotika.
TNI Melakukan razia gabungan bersama POLRI ke tempat-tempat
yang dicurigai sebagai tempat produksi narkoba serta rawan
peredaran narkoba
Menjaga daerah perbatasn dalam upaya mengagalkan
penyelundupan narkoba
Dinas Kesehatan Memberikan sosialisasi mengenai narkoba kepada masyarakat
Mendukung proses rehabilitasi
Dinas Sosial Melaksanakan koordinasi kegiatan rehabilitasi sosial bagi
pecandu dan korban penyalagunaan NAPZA