Anda di halaman 1dari 7

COMMENTARY

KOLABORASI DAN AKSI


KOLEKTIF MASYARAKAT
SIPIL BERSAMA PEMERINTAH
DALAM UPAYA PE
01

Tentang I-KHub BNPT Commentary

I-KHub BNPT Commentary adalah wadah untuk analisis ringkas terhadap perkembangan berbagai isu
ekstremisme kekerasan yang mengarah pada terorisme di Indonesia. Setiap I-KHub BNPT Commentary
menyajikan rekomendasi strategis dan operasional bagi BNPT serta kementerian dan lembaga terkait dalam
semangat akselerasi implementasi RAN PE yang tepat guna dan berdaya guna.

Disclaimer

Publikasi ini adalah salah satu produk pengetahuan Indonesia Knowledge Hub on CT/VE, Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT). Artikel ini merupakan analisis dari para ahli atau praktisi dan tidak
sepenuhnya mewakili pandangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Ucapan Terima kasih

I-KHub BNPT menyampaikan apresiasi kepada para penulis, mitra bestari, editor, mitra pembangunan, dan
seluruh pihak yang terlibat dalam proses publikasi I-KHub BNPT Commetary.

Dewan Pengarah
Andhika Chrisnayudhanto
Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT

M. Zaim Alkhalish Nasution


Direktur Kerjasama Regional dan Multilateral BNPT

Weti Deswiyati
Kepala Sub Direktorat Kerjasama Multilateral BNPT

Dewan Editorial
Editor in Chief Khelmy K. Pribadi
Editor Prakoso Permono
Asisten Editor M. Nauval El Ghifari, Safira Novia Safitry
Desain dan Tata Letak Jawad Mughofar, Khairunnisa Assyifa, Fredrick
Sekretariat Irfan, Sulfiah, Abdul Rahman Ahdori
Kolaborasi dan Aksi Kolektif Masyarakat Sipil Bersama Pemerintah Dalam Upaya PE
02

KOLABORASI DAN AKSI KOLEKTIF MASYARAKAT SIPIL BERSAMA


PEMERINTAH DALAM UPAYA PE
Irfan Amali & Utami Nurhasanah

Ringkasan Artikel
Kolaborasi dan sinergi antar pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi ekstremisme
kekerasan adalah suatu keniscayaan. Pada tahun 2021, pemerintah dengan dorongan organisasi
masyarakat sipil yang aktif dalam advokasi regulasi, menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 7
tahun 2021 tentang RAN PE. Oleh karena itu, RAN PE sebagai operasionalisasi PCVE di Indonesia
hadir dengan pendekatan whole government – whole society. Berbagai organisasi masyarakat
sipil telah secara konsisten turut bekerja dalam isu PCVE di Indonesia, mulai dari dorongan
pembentukan Pokja Tematis, Forum Kemitraan, pengadaan data dan analisis isu PCVE, dan
program yang saat ini umumnya berfokus pada sektor pencegahan dan pendidikan. Demi
meningkatkan dampak dari kolaborasi yang tak terpisahkan ini tentu terdapat berbagai aspek
yang dapat dioptimalisasi, termasuk penguatan Pokja Tematis dan Forum Kemitraan sebagai
wadah koordinasi dan komunikasi hingga penyediaan peluang grant dan dukungan pemerintah
akan data.

RAN PE dan Keterlibatan Organisasi Masyarakat Sipil


Setelah melalui proses yang panjang, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, baik dari unsur
pemerintah, akademisi maupun masyarakat sipil, akhirnya Indonesia memiliki satu cetak biru penanganan
ekstremisme kekerasan dengan diterbitkannya Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan
Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE) melalui Perpres No. 7 tahun 2021.
Cetak biru ini terdiri dari 130 rencana aksi pemerintah yang dibagi menjadi tiga pilar utama yakni pilar
pencegahan yang meliputi kesiapsiagaan, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi; pilar penegakan hukum,
perlindungan saksi dan korban, dan penguatan kerangka legislasi nasional; dan pilar ketiga yaitu kemitraan dan
kerja sama internasional. Rencana aksi ini memiliki berbagai tujuan mulai dari memperkuat tata kelola data
PCVE, meningkatkan efektivitas pemantauan deradikalisasi pasca penjara, hingga mengembangkan program
perlindungan saksi dan korban yang lebih baik.

Sebagai sebuah cetak biru, RAN PE ini bisa menjadi kompas dan peta pemandu. Dengan merujuk pada tiga
pilarnya, semua pihak bisa menyadari dan mengambil jalur sesuai dengan kekuatan dan keahliannya. Peta ini
juga bisa membantu kita melihat gambar besar kerja-kerja P/CVE dari kacamata helicopter view, melihat mana
jalur padat mana jalur kosong. Seperti pemantauan arus lalu lintas dari helikopter, kita dapat melakukan
pengendalian dan orkestrasi agar semua bisa bersinergi mencapai tujuan besar bersama.

Lahirnya RAN PE ini tak lepas dari peran dan upaya organisasi masyarakat sipil (OMS) yang sejak 10 tahun
terakhir terlibat aktif dalam upaya PCVE dan advokasi regulasi. Upaya panjang ini akhirnya menjadi salah satu
faktor lahirnya RAN PE dalam Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2021 yang salah satu fokusnya adalah penguatan
ketahanan masyarakat (resiliensi) – soft approach yang sejak lama dilakukan oleh OMS.

RAN PE dibangun dengan pendekatan whole government-whole society. Pemerintah dan OMS sama-sama
punya andil dalam upaya PCVE. Apabila pemerintah memiliki kekuatan untuk melahirkan iklim dan regulasi yang
kondusif untuk upaya PCVE, OMS memiliki kekuatan jaringan dan kedekatan dengan aktor kunci sehingga
mampu mengoptimalkan upaya PCVE, terutama pada kelompok-kelompok rentan dan kelompok akar rumput
yang sulit dijangkau dengan upaya yang struktural.

Peran OMS dan pemerintah seperti dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan. Sinergi dan kolaborasi
keduanya menjadi kunci implementasi regulasi. Karena itu, inisiasi forum seperti Pokja Tematis dan Forum
Kemitraan menjadi penting dan strategis. Pokja Tematis disahkan pada 20 Oktober 2022 dalam rangka
mengukuhkan keterlibatan OMS dalam implementasi RAN PE. Melalui forum konsultasi bersama yang dimotori
oleh AMAN Indonesia, ditetapkan 7 (tujuh) bidang pokja tematis yaitu: pengarusutamaan gender, perlindungan
saksi dan pemenuhan hak korban, pelibatan pemuda, komunikasi strategis, kesiapsiagaan nasional, rehabilitasi
dan reintegrasi, hukum dan perlindungan HAM. Hingga saat ini terdapat 36 OMS yang tergabung dalam Pokja
Tematis.

I-KHub BNPT Commentary, Volume 1, Nomor 2 Tahun 2022


03
Kolaborasi dan Aksi Kolektif Masyarakat Sipil Bersama Pemerintah Dalam Upaya PE

Pendekatan whole society juga meniscayakan keterlibatan dunia akademis seperti perguruan tinggi, sektor
filantropi, media dan pelaku usaha. Untuk itulah demi membangun sinergi dan kolaborasi dengan pihak-pihak
tersebut, maka dibentuklah Forum Kemitraan pada september 2022 yang dimotori oleh Wahid Foundation
sebagai koordinator forum.

Persebaran Inisiatif PCVE oleh Organisasi Masyarakat Sipil


Sudah banyak yang meniti perjalanan dalam upaya pencegahan dan penanganan ekstremisme kekerasan,
baik pihak pemerintah maupun organisasi masyarakat sipil (OMS). INFID (2020) merekam 144 program PCVE
yang dijalankan oleh 52 organisasi masyarakat sipil pada rentang tahun 2014 - 2019. Dari riset di atas ditemukan
kepadatan yang berbeda satu sektor dengan sektor lainnya. Misalnya, sektor pendidikan menjadi jalur padat
yang banyak diisi oleh sekitar 34% dari seluruh program yang di data. Sementara wilayah deradikalisasi relatif
lengang intervensi hanya mencapai 15,3%

Proporsi di atas sebetulnya bukan tanpa alasan. Bidang deradikalisasi yang relatif “lengang” memang area
yang tak mudah. Sektor ini membutuhkan sumber daya yang relatif besar dalam implementasinya baik dari segi
sumber daya manusia maupun pendanaan. Terlebih lagi, sektor ini cukup sensitif, sehingga OMS membutuhkan
kapasitas khusus dalam melakukan pre-assessment, assessment, hingga intervensi terhadap napiter dan
eks-napiter. Akses informasi terkait deradikalisasi pun sangatlah terbatas. Saat ini, lembaga-lembaga
pemerintah masih menjadi pemegang kunci deradikalisasi di tanah air. Bahkan kini, Densus 88 pun terlibat
dalam program deradikalisasi bersama dengan BNPT. Di sisi lain, sumber pendanaan juga masih menyasar
sub-sektor pencegahan seperti sektor pendidikan yang dalam hal pengukuran dampak pasca program relatif
lebih mudah dibandingkan sektor deradikalisasi.

Meskipun upaya pendataan inisiatif PCVE sudah mulai dilakukan, namun masih banyak yang harus
disempurnakan agar menjadi cukup representatif untuk bisa menjadi basis data-driven decision making yang
kuat bagi OMS.

n = 144 program dari 52 organisasi

Terlepas dari dinamika masing-masing area, data menunjukkan bahwa ada sektor-sektor yang lebih intensif
dibanding sektor lainnya secara intervensi. Tanpa ada pertukaran informasi dan pengetahuan, tak menutup
kemungkinan, terjadi penumpukan dan pengulangan inisiatif yang pada akhirnya berdampak pada inefisiensi.
Tidak jarang program serupa dilakukan dua organisasi berbeda tanpa ada komunikasi dan sinergi. Produk
pengetahuan diproduksi namun tak terdiseminasi, sehingga tidak terjadi pertukaran dan pemerataan
pengetahuan dalam sektor ini.

Platform Bersama Kontribusi Organisasi Masyarakat Sipil


Untuk mengorkestrasi beragam inisiatif ini, diperlukan sebuah alat bantu teknologi yang dapat merekam dan
mengolah hingga menganalisis data bersama. Di ranah pemerintah, BNPT telah meluncurkan I-KHub BNPT,
sebuah platform yang bertujuan untuk mendokumentasikan semua program PCVE yang dilakukan oleh
lembaga pemerintah. Sementara itu, K-Hub, platform digital serupa yang dikelola oleh Peace Generation,
diproyeksikan untuk mendokumentasikan semua program PCVE yang dilakukan oleh OMS melalui pemetaan
data (data mapping) dan visualisasi data (data visualization). K-Hub juga menjadi pusat ilmu pengetahuan
(resource center) untuk memahami PCVE melalui berbagai medium seperti artikel, video, graphic recording, dan
lainnya. Dua platform ini dapat menjadi papan pemantauan (dashboard) yang membawa sektor ini memiliki
kemampuan pengambilan keputusan berbasis data (data driven decision making).

I-KHub BNPT Commentary, Volume 1, Nomor 2 Tahun 2022


Kolaborasi dan Aksi Kolektif Masyarakat Sipil Bersama Pemerintah Dalam Upaya PE
04

Inisiatif membangun basis data, juga muncul di berbagai organisasi. Misalnya Center for Detention Studies,
OMS yang sukses merilis database geospasial terkait tindak pidana terorisme pertama di Indonesia. Database ini
dapat diakses secara luas oleh OMS PCVE sehingga dapat membantu organisasi dalam melihat tren, demografi,
hingga progress kebijakan hukum bagi terpidana terorisme di Indonesia. Selain database dari OMS, sebuah
institusi penelitian, CSIS, juga telah meluncurkan database kekerasan di Indonesia untuk melihat tren kekerasan
selama ini. Dalam beberapa tahun terakhir, Setara Institute juga secara konsisten merilis data indeks kota toleran
dalam bentuk pemetaan data (data mapping).

Meskipun inisiatif membangun pusat data ini telah berjalan sekitar tiga tahun terakhir, dengan sumber daya
dan dana yang tidak kecil, tantangan yang dihadapi tidaklah mudah. Budaya data yang belum terbentuk,
menyebabkan proses pengumpulan data belum optimal. Membangun infrastruktur platform adalah satu hal
besar, namun mengisi dan memelihara platform tersebut adalah hal lain. Tak jarang pusat-pusat data yang
sudah dibangun terbengkalai tanpa pembaruan data. Sebagai contoh, platform sistem pemantauan konflik
kekerasan yang pernah dikembangkan oleh The Habibie Center, kini sudah tidak lagi aktif melakukan pembaruan
data. Beberapa organisasi di K-Hub pun banyak yang masih belum aktif dan maksimal dalam melakukan
pembaruan data. I-KHub mengalami tantangan yang juga tak mudah. Pengumpulan data dari K/L memerlukan
upaya yang ekstra.

Dengan berbagai tantangan di atas, upaya membangun basis data yang kuat di sektor PCVE ini masih
memiliki urgensi sekaligus harapan di masa depan. Selain harus terus dilakukan upaya edukasi mengenai
pentingnya data, juga perlu adanya pemahaman kita tentang perilaku organisasi terhadap penggunaan data
(behaviour). Sehingga alat-alat bantu teknologi ini juga menjadi semakin ramah bagi pengguna dengan konteks
Indonesia yang secara adaptasi teknologi sangatlah beragam.

Rekomendasi
Dengan berbagai tantangan di atas, upaya membangun basis data yang kuat di sektor P/CVE ini masih
memiliki urgensi sekaligus harapan di masa depan. Selain harus terus dilakukan upaya edukasi mengenai
pentingnya data, juga perlu adanya pemahaman kita tentang perilaku organisasi terhadap penggunaan data
(behaviour). Sehingga alat-alat bantu teknologi ini juga menjadi semakin ramah bagi pengguna dengan konteks
Indonesia yang secara adaptasi teknologi sangatlah beragam.

Sudah cukup banyak upaya membangun gerakan berbasis data pada sektor PCVE ini, namun jalan panjang
masih membentang di depan. Selain memberikan rekognisi dan apresiasi bagi semua pihak yang telah
berkontribusi, kita juga tetap harus membuka diri untuk beragam proses perbaikan. Berikut ini sejumlah
rekomendasi yang bisa menjadi catatan perbaikan dan penyempurnaan ke depan:

1. Optimalisasi Pokja Tematis dan K-Hub untuk mendokumentasikan sebaran inisiatif PCVE dan mendorong
kolaborasi antar-OMS yang memiliki irisan program. Pelibatan lebih banyak OMS akar rumput agar
pemetaan lebih representatif dan menjangkau beneficiaries (penerima manfaat) yang lebih luas.

2. Optimalisasi Forum Kemitraan untuk menjadi wadah pemantauan implementasi RAN PE dari berbagai
unsur masyarakat.

3. Diseminasi outlook terkait inisiatif PCVE baik dari K-Hub, I-KHub, maupun laporan Pokja Tematis secara
masif sehingga dapat menjadi basis penentuan program dan mendorong pengambilan keputusan
berbasis data (data driven decision making).

4. Grant opportunity/support dari pemerintah. Pemerintah perlu terlibat secara aktif dalam mendukung
inisiatif-inisiatif PCVE yang ada dan memastikan bahwa kelompok kerja di bawah supervisinya dapat
bekerja dengan optimal sesuai dengan koridornya.

5. Untuk program deradikalisasi, perlu support dari pemerintah terkait transparansi data misalnya siapa
yang keluar lapas, dan hal yang terkait dan mendukung penyusunan program.

Tentang Penulis
Irfan Amali adalah Co-founder and Director of PeaceGeneration Indonesia. Penulis dapat dihubungi melalui
irfanamalee@peacegen.id

Utami Nurhasanah adalah Editor in Chief at PeaceGeneration Indonesia. Penulis dapat dihubungi melalui
tami@peacegen.id

I-KHub BNPT Commentary, Volume 1, Nomor 2 Tahun 2022


Kolaborasi dan Aksi Kolektif Masyarakat Sipil Bersama Pemerintah Dalam Upaya PE
05

Daftar Rujukan
Satria, A. (2022). Two Decades of Counterterrorism in Indonesia: Successful Developments and Future
Challenges. Counter Terrorist Trends and Analyses, 14(05), 7–16.

INFID. (2020). Laporan Pemetaan Program Pencegahan Ekstremisme-Kekerasan oleh Pemerintah dan
Lembaga Non-Pemerintah di Indonesia (2014-2019) (pp. 30–50). Jakarta, Indonesia.

Institute for Policy Analysis of Conflict. (2016). Update on Indonesian Pro-ISIS Prisoners and Deradicalisation
Efforts (p. 18). IPAC Report No. 34. Jakarta, Indonesia.

I-KHub BNPT Commentary, Volume 1, Nomor 2 Tahun 2022


Indonesia Knowledge Hub (I-KHub) on CT/VE
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
Jl. Medan Merdeka Timur No. 6
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110
ikhub.id admin@ikhub.id

Anda mungkin juga menyukai