Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI INDONESIA DALAM MEWUJUDKAN INTERNATIONAL

YEAR OF CREATIVE ECONOMY 2021 DI WORLD INTELLECTUAL


PROPERTY ORGANIZATION (WIPO)

(STUDI PADA DIREKTORAT PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN,


KOMODITAS DAN KEKAYAAN INTELEKTUAL, DIREKTORAT JENDRAL
KERJA SAMA MULTILATERAL, KEMENTERIAN LUAR NEGERI REPUBLIK
INDONESIA)

Manurgara Rara Talaohu

rarashawy@gmail.com

ABSTRAK

Ekonomi Kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu penggerak
pertumbuhan ekonomi nasional. Di bawah tema Tahun Internasional Ekonomi
Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan, sejumlah kegiatan akan berlangsung
untuk menyoroti kekuatan kreativitas untuk ketahanan di masa pandemi dan untuk
berbagi praktik dan pengalaman terbaik, meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia, mempromosikan lingkungan yang mendukung di semua tingkatan serta
mengatasi tantangan ekonomi kreatif. Pada 27 Juli 2021 Committee on
Development and Intellectual Property Partisipasi Indonesia dalam
mempromosikan kekayaan intelektual terwujud dalam forum Committee on
Development and IP, World Intellectual Property Organization pada 27 juli 2021.
Indonesia. Indonesia bersama UAE mengasung Project Proposal yang bertajuk
“Promoting the Use of Intellectual Property for Creative Industries in Developing
countries in the digital Era” yang telah disetujui dan diadopsi secara aklamasi.
Project proposal bernial 795 ribu Swiss Franc atau senilai 1.5 M rupiah ini akan
membawa manfaat konkrit bagi sektor ekonomi kreatif di indonesia dalam
memanfaatkan kekayaan intelektual (IP) untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan daya saing produk E-kraf Indonesia.
Kata Kunci: Intellectual Property, Creative Economy, Indonesia, WIPO

1
PENDAHULUAN

Ekonomi Kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu penggerak
pertumbuhan ekonomi nasional. Ekonomi kreatif dapat diartikan sebagai kegiatan
ekonomi yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam
menggerakkan ekonomi. Berbeda dengan sektor lain yang relatif bergantung pada
ekploitasi sumber daya alam, kekuatan ekonomi kreatif lebih bertumpu pada keunggulan
sumber daya manusia. Ekonomi kreatif juga berpotensi berkontribusi dalam pencapaian
tujuan berkelanjutan 2030, dengan mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi,
mengurangi kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan pekerjaan yang layak untuk
semua, meningkatkan kualitas hidup dan memberdayakan perempuan dan pemuda, serta
mengurangi ketimpangan. baik di dalam maupun antar negara. Tahun 2021 dinyatakan
sebagai Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan di
Majelis Umum PBB ke-74. Pelaksanaan Tahun ini dipimpin oleh Konferensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), dengan
berkonsultasi dengan UNESCO dan entitas PBB terkait lainnya.

Pandemi COVID-19 melumpuhkan ekonomi kreatif. Dari kreasi, produksi, distribusi


hingga akses, tidak ada aktor dalam rantai nilai kreatif yang terhindar dari dampaknya.
Krisis kesehatan juga mengungkapkan dan memperburuk kerentanan yang sudah ada
sebelumnya dalam sektor budaya. Banyak seniman dan budayawan yang tidak memenuhi
syarat untuk mendapatkan bantuan sosial dan ekonomi yang menyelamatkan pekerja di
sektor lain. Meskipun kami mengonsumsi konten budaya online lebih banyak dari
sebelumnya, artis dan pembuat konten jarang menerima imbalan yang adil untuk klik dan
penayangan kami.

Di bawah tema Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan


Berkelanjutan, sejumlah kegiatan akan berlangsung untuk menyoroti kekuatan kreativitas
untuk ketahanan di masa pandemi dan untuk berbagi praktik dan pengalaman terbaik,
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, mempromosikan lingkungan yang
mendukung. di semua tingkatan serta mengatasi tantangan ekonomi kreatif. Di bawah
tema Tahun Internasional Ekonomi Kreatif untuk Pembangunan Berkelanjutan, sejumlah
kegiatan akan berlangsung untuk menyoroti kekuatan kreativitas untuk ketahanan di masa

2
pandemi dan untuk berbagi praktik dan pengalaman terbaik, meningkatkan kapasitas
sumber daya manusia, mempromosikan lingkungan yang mendukung. di semua tingkatan
serta mengatasi tantangan ekonomi kreatif.

Pada 27 Juli 2021 Committee on Development and Intellectual Property Partisipasi


Indonesia dalam mempromosikan kekayaan intelektual terwujud dalam forum Committee
on Development and IP, World Intellectual Property Organization pada 27 juli 2021.
Indonesia. Indonesia bersama UAE mengasung Project Proposal yang bertajuk
“Promoting the Use of Intellectual Property for Creative Industries in Developing
countries in the digital Era” yang telah disetujui dan diadopsi secara aklamasi. Project
proposal bernial 795 ribu Swiss Franc atau senilai 1.5 M rupiah ini akan membawa
manfaat konkrit bagi sektor ekonomi kreatif di indonesia dalam memanfaatkan kekayaan
intelektual (IP) untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan daya saing produk E-
kraf Indonesian.

Proyek yang diusulkan bertujuan untuk memperkuat dan mengembangkan industri


kreatif melalui peningkatan penggunaan sistem HAKI secara kuantitatif dan kualitatif
oleh bisnis lokal, serta meningkatkan kapasitas otoritas KI dari negara-negara peserta
mengingat perubahan di era digital. Secara khusus, proyek ini bertujuan untuk: (1)
memungkinkan pelaku industri kreatif untuk melindungi, mengelola, mengeksploitasi,
dan menegakkan hak kekayaan intelektual untuk mendukung pemasaran produk dan jasa
kreatif dan budaya, dan (2) membangun jaringan antara industri kreatif lokal di Indonesia.
untuk memfasilitasi transfer informasi, kerjasama, dan pertumbuhan. Dalam bidang hak
kekayaan intelektual kesamaan barang dan jasa yang diperdagangkan lintas negara
memerlukan konsep dan standar hukum perlindungan yang sama pula. Dalam rangka itu
sejak tahun 1883 telah diciptakan dan dirumuskan standarisasi hukum perlindungan Hak
Kekayaan Intelektual secara global dengan disetujuinya Paris Convention for the
Protection of Industrial Property.

TINJAUAN PUSTAKA

Implementasi

Implementasi, secara sederhana Implementasi bisa diartikan

pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky, mengemukakan


Implementasi itu sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky, mengemukakan

3
bahwa “ Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan
“1. Adapun Schubert mengemukakan “ Implementasi adalah system
rekayasa “2.

Implementasi Kebijakan adalah proses untuk mewujudkan rumusan


kebijakan menjadi tindakan kebijakan dari “ politik “ ke “ administrasi “.
Menurut Pressman dan Wildavsky adalah, implementasi yaitu proses
interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya, memerlukan
jaringan pelaksana birokrasi yang efektif, dan efektifitas implementasi
ditentukan oleh kemampuan untuk membuat hubungan dan sebab akibat
yang logis antara tindakan dan tujuan.
Adapun 3 pilar dalam implementasi adalah : 1. Organisasi, 2.
Interpretasi, 3. Pelaksanaan, prosedur atau Ketentuan rutin. Sedangkan
variable implementasi konteksnya mencakup : kekuasaan, kepentingan, dan
strategi dari aktor yang terlibat, institusi dan karakteristik rejim, ketaatan (
compliance ) dan daya tanggap.
Dari pengertian Implementasi diatas, maka peneliti menggunakan
implementasi menurut Pressman dan Wildavsky, yakni proses implementasi
TRIPS di Indonesia ditentukan oleh pelaksananya (negara) yang terdiri dari
aparat pemerintah dan juga masyarakat luas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dimana untuk


menelusuri lebih lanjut penelitian di Kementerian Luar Negeri. Menjelaskan kerja
sama kemitraan yang dilakukan oleh Kemlu dengan UNHCR dalam menangani
pengungsi di Indonesia. Bahan penelitian menggunakan sumber buku, jurnal,

1
Dalam Nurdin&Usman,2002
2
Dalam alam Nurdin&Usman,2002

4
berita hingga data-data langsung dari instansi terkait. Lalu menjalankan sedikit
observasi secara langsung terkait hubungan antara Kemlu dengan UNHCR.

HASIL DAN PEMBAHASAN

i. Indonesia dan Kerangka Kerja HKI Internasional

Di era globalisasi, permasalahan perlindungan HKI tidak lagi


menjadi urusan satu negara saja tetapi sudah menjadi urusan masyarakat
internasional. Terlebih sejak ditandatanganinya Trade Related Aspects of
Intellectual Property (TRIPs)3, perlindungan HKI semakin ketat dan
diawasi oleh suatu badan yang bernaung di dalam system World Trade
Organization (WTO) yang disebut dengan Badan Penyelesaian Sengketa
(Dispute Settlement Board/ DSB).

Globalisasi ekonomi juga telah mendorong para pelaku terutama


kalangan pengusaha untuk memperluas target pasar mereka ke negara-
negara lain yang potensial diseluruh dunia. Ekspansi tersebut harus
didukung oleh upaya untuk meningkatkan daya kompetisi produk mereka di
negara tujuan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mendapatkan
perlindungan HKI untuk produk-produk yang mereka pasarkan. Sebagai
salah satu negara yang memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap
perlindungan HKI, Indonesia juga sudah lama terlibat secara aktif dalam
kerangka kerja HKI baik yang bersifat regional maupun internasional. Kerja
sama internasional adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari system
HKI Indonesia. Standar HKI internasional telah menjadi sebuah sumber
yang penting bagi hukum HKI Indonesia, dan system administrasi
internasional telah memberikan sumbangan kepada system administrasi
HKI di Indonesia. Indonesia juga telah menjadi peserta aktif di dalam
banyak pengembangan HKI internasional saat ini, khususnya melalui
keterlibatannya dalam organisasi perdagangan dunia (WTO) dan Organisasi
HKI Dunia (World Intellectual Property Rights Organization/WIPO).

3
“Agreement On Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights,” n.d., 319–51.

5
Keterlibatan Indonesia secara langsung di dalam Kerjasama hukum
HKI internasional di mulai sejak tahun 1950, beberapa tahun setelah
kemerdekaan, saat Indonesia meratifikasi konvensi Paris, sebuah perjanjian
internasional di bidang hak kekayaan industri. Indonesia juga mengambil
bagian di dalam putaran Uruguay (1986-1994), yang merupakan
perundingan perdagangan multilateral, termasuk perundingan tentang
pendirian perjanjian di bidang aspek-aspek perdagangan dan pembentukan
organisasi perdagangan dunia (WTO) sebagai sebuah Lembaga formal
untuk administrasi dan perundingan lebih lanjut dari aturan-aturan yang
telah dihasilkan. Indonesia adalah salah satu anggota pertama yang
bergabung dengan WTO pada saat organisasi tersebut didirikan tahun 1994.

Sejak itu, keterlibatan Indonesia di dalam Kerjasama internasional


terus berlanjut misalnya, saat WIPO mengadakan perundingan mengenai
perjanjian internasional dibidang hak cipta dalam lingkup lingkungan
digital, yang disebut perjanjian hak cipta WIPO (WIPO Copyright
Treaty/WCT). WCT merupakan kejadian besar yang terjadi dalam hukum
HKI internasional sejak dicetuskannya TRIPs dimana Negara Indonesia
yang pertama meratifikasi perjanjian. Indonesia terus melanjutkan peran
pentingya dalam berbagai hal, khususnya Negara pertama yang meratifikasi
WCT, negara yang mengalami kemajuan yang saling berarti satu dari
kelompok pertam negara berkembang yang terus meninjau ulang peraturan
di bidang HKI melalui dewan TRIPs yang terdapat di dalam WTO.

Di wilayah regional, pada bulan Desember 1995 Indonesia


bergabung dengan mitra ASEAN-nya untuk menetapkan perjanjian
kerangka kerja ASEAN di bidang Kerjasama HKI, perjanjian ini telah
membangun proses Kerjasama yang formal di antara negara-negara
ASEAN, yang tujuannya meliputi:

6
1. Memperkuat dan mempromosikan Kerjasama terkait di bidang
HKI, yang melibatkan Lembaga-lembaga pemerintah, sector-
sektor swasta dan Lembaga-lembaga professional.
2. Mengadakan pengaturan Kerjasama antar anggota ASEAN di
bidang HKI, menyumbangkan peningkatan solidaritas ASEAN
dan juga promosi inovasi teknologi serta pengalihan dan juga
promosi onovasi teknolofi serta pengalihan dan penyebaran
teknologi
3. Menyelidiki kemungkinan pendirian sebuah system paten
ASEAN,termasuk sebuah kantor paten ASEAN, Jika mungkin
4. Menyelidiki kemungkinan mendirikan sebuah system merek
ASEAN, termasuk kantor merek ASEAN, jika mungkin
5. Mengkonsultasikan tentang perkembangan peraturan HKI
negara-negara ASEAN dengan pandangan untuk menciptakan
standar-standar dan praktek-praktek yang konsisten dengan
standar internasional.

Untuk wilayah Asia Pasifik, kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (Asia


Pacific Economic Cooperation/APEC) memiliki sebuah program
aktif kerjasama di bidang HKI, yang dikoordinasikan melalui
kelompok ahli-ahli HKI APEC (Intellectual Property Right Experts
Group/IPEG). Berbeda dengan TRIPs, yang menekankan pada
penetapan dan pelaksanaan aturanaturan yang mengikat secara
hukum yang telah disetujui, penekanan dalam proses IPEG adalah
pada proses kerjasama sukarela, mengenai dasar-dasar kepentingan
dan kepemilikan umum dari sitem HKI. Fokusnya pada
permasalahan penerapan praktis, termasuk bantuan teknik dengan
penerapan TRIPs, dan harmonisasi administrasi. Beberapa inisiatif
IPEG termasuk: a. Dukungan secara praktis terhadap penerapan
TRIPs secara luas dari anggota APEC b. Administrasi dan
penegakan HKI yang diharmonisasikan secara lebih baik dan lebih

7
efisien, yang didukung oleh kesadaran masyarakat yang lebih besar
dan pemanfaatan sistem HKI yang lebih terlatih dalam perdagangan
dan sektor-sektor publik c. Dialog kebijakan dan pertukaran
informasi mengenai permasalahan HKI yang sedang muncul d.
Respon secara praktis terhadap kebutuhan yang diidentifikasikan
pada administrasi HKI yang dipersingkat.

ii. Usulan Project Proposal Oleh Indonesia Bersama Uni Emirates


Dalam Mempromosikan Penggunaan Intelektual Property di Negara
Berkembangan Untuk Industry Kreatif Di Era Digital

Perwakilan tetap Indonesia untuk PBB, World Trade Organization dan


Organisasi Internasional lainnya di Genewa mengapresiasi World Intellectual
Property Organization (WIPO) dalam Committee on Development and
Intellectual Property (CDIP) pada sesi 26, 26-30 Juli 2021. Revisi project
proposal ini diusulkan bertujuan untuk memperkuat industry kreatif melalui
peningkatkan penggunaan system Intelektual Property dari negara-negara
peserta guna meningkatkan perubahan di era digital. Secara khusus, project ini
bertujuan untuk: (1) memungkinkan pemangku kepentingan industi kreatif
untuk melindungi,mengelola,mengeksploitasi dan menegakkan hak kekayaan
intelektual (HAKI) untuk mendukung pemasaran produk dan jasa kreatif dan
budaya, dan (2) membangun jejaring antar industry kreatif local dalam rangka
memfasilitasi transfer informasi, kerja sama dan meningkatkan kualitas pasar.4

Industri Kreatif adalah salah atu industry yang paling cepat berkembang
dibanyak negara berkembang. Industry ini mendorong kreativitas, teknologi,
budaya dan inovasi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga
memberikan peluang bagi lowongan pekerjaan. Dengan kemajuan teknologi
khususnya revolusi digital, Pendidikan dan inovasi, industry kreatif dan

4
WIPO, “Project Proposal Submitted By The Republic Of Indonesia And The United Arab Emirates
On Promoting The Use Of Intellectual Property In Developing Countries For Creative Industries In
The Digital Era,” 2021.

8
berbasis pengetahuan telah muncul sebagai salah satu sector ekonomi global
yang dinamis.

Ekonomi kreatif juga merupakan bagian penting dari perdagangan global.


Menurut laporan diterbitkan oleh UNCTAD “Pasar Global untuk barang dan
jasa Kreatif yang di perpadangangkan berjumlah $547 Miliar pada tahun
2012. Perdagangan lintas batas barang-barang kreatif telah menunjukan
pertumbuhan yang berkelanjutan dalam beberapa tahun dasawars terakhir.
Tingkat pertumbuhan mencapai 8,6% pertahun dari 2003 hingga 2012.” 5

Industri kreatif tumbuh dan berkumbang sebagai penghubung antara


budaya, ekonomi, dan teknologi. Inovasi dalam industri ini seringkali
merupakan proses kolektif yang melibatkan banyak actor dan pemangku
kepentingan yang berbeda dengan kebutuhan IP yang spesifik. System
kekayaan intelektual selalu di identifikasi sebagai salah satu instrument
kebijakan utama dalam tata Kelola kegiatan industri kreatif. Kedua industri
yang bersumber pada kreativitas, keterampilan, dan bkat individu serta
memiliki potensi kekyaan dan penciptaan lapangan kerja melalui
pembangkitan dan eksploitasi kekayaan intelektual, harus dapat
memanfaatkan system kekayaan intelektual secara penuh. Pelaku industri
secara konsisten menghasilkan produk yang melibatkan satu, atau kombinasi
dari berbagai jenis hak kekayaan intelektual termasuk hak cipta, paten, desain
dan merek dagang.

Tentu saja, salah satu tantangan paling mendesak yang ada saat ini dalam
ekonomi kreatif adalah bagaimana mempromosikan peran kekayaan
intelektual dalam pengembangan sector ekonomi kreatif untuk pembangunan
sosial ekonomi yang berkelanjutan, terutama dalam mendidik dan melatih
pemangku kepentingan terkait tentang cara melindungi, mengelola,
mengeksploitasi dan menegakan hak kekayaan intelektual dalam industri
kreatif. Industri kreatif membutuhkan banyak pembinaan melihat dari
5
Anggri Puspita Sari et al., Ekonomi Kreatif: Pilar Pembangunan Indonesia, pertama (Surakarta:
Ziyad Visi Media, 2016).

9
kesenjangan pengetahuan yang besar; industri kreatif terdiri dari banyak
pemangku kepentingan yang sangat beragam, mulai dari industri budaya dan
keranjinan tradisional yang didominasi oleh usaha Mikro,Kecil dan Menengah
(UMKM) hingga bisnis baru di era digital.6

Kebutuhan untuk dapat memanfaatkan sepenuhnya system kekayaan


intelektual ini menjadi semakin kritis di era digital. Digitalisasi dan kemajuan
teknologi informasi telah membuka lebih banyak peluang dan tantangan bagi
industri kreatif, serta mengubah cara produk dan jasa kreatif di pasarkan,
didistribusikan, dan dikonsumsi. Peningkatan digitalisasi telah menurukan
hambatan masuk dan lebih banyak kesempatan yang sama bagi semua orang
dari semua negara untuk bekerja di industri kreatif. Akses infomasi dan
penelitian secara online, peningkatan interkonektivitas, dan partisipasi industri
kreatif itu sendiri di era digital, telah memungkinkan pelaku bisnis kreatif
memasarkan barang dan jasa kepada khalayak yang lebih luas dan beragam.
Era digital juga memungkinkan talenta dari seleruh dunia untuk bekerja sama
dengan menghasilkan lebih banyak ide dan produk dari pada sebelumnya.

Namun, era digital juga menghadirkan tantangan tersendiri bagi bisnis


kreatif, khususnya di bidang kekayaan intelektual. Prevalensi platform online,
khususnya yang berkaitan dengan e-commerce, telah meningkatkan kebutuhan
akan nama merek, pengenalan desianm yang memerlukan penggunaan merek
dagang dan desain industri. Selain itu, peningkatan peluang Kerjasama yang
dibawa oleh digitalisasi telah menciptakan kebutuhan mendesak bagi sector
kreatif untuk memahami bagaiman melindungi ide dan inovasi serta
bagaimana membaginya melalui perjanjian lisensi atau cara kaloborasi
lainnya. Tantangan kritis lainnya yang dihadirkan oleh era digital adalah
kebutuhan untuk memastikan penegakan hak kekayaan intelektual yang kuat. 7
Peningkatan konektivitas dapat menimbulkan resiko bagi pemangku
kepentingan yang memiliki literasi digital yang rendah atau kekayaan
6
UNCTAD, “Committee on Development and Intellectual Property (CDIP),” 2010, 6–9.
7
Komite Pengembangan and Intelektual Cdip, “Komite Pengembangan Dan Kekayaan Intelektual
(CDIP),” 2020.

10
intelektual yang tidak dilindungi. Pelanggaran dan pemalsuan merek, merek
dagang, desain produk, misalnya akan menyebabkan hilangnya keuntungan
dan memiliki efek yang lebih tidak berwujud tetapi nyata seperti hilangnya
reputasi brand.

Sementara itu, peluang yang disajikan kurang dimanfaatkan oleh bisnis


semacam itu, terutama di negara-negara berkembang. Baik pemerintah daerah
maupun bisnis swasta di negara berkembang umumnya memiliki literasi
digital yang lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara
maju, masih mengandalkan pemasaran offline dan distribusi fisik dengan
hamper tidak ada strategi branding, yang membatasi aksesbilitas pasar dan
informasi potensial.

Kemudian ada dua tujuan utama yang saling terkait yang perlu
ditingkatkan untuk menjaga indsutri kreatif di negara berkembang. Yang
pertama adalah mambangun kapasitas bisnis local yang terlibat dalam industri
kreatif dan otoritas nasional, termasuk kantor HKI, untuk menggunakan dan
memanfaatkan alat dan strategi IP untuk menambah nilai yang membedakan
produk dan layanan mereka, dan untuk mendeversifikasi kegiatan ekonomi
mereka secara digital. Kedua yang diperlukan untuk mendukung yang
pertama, membangun jejaring antar industri kreatif local guna memfasilitasi
transefer informasi, Kerjasama, dan pertumbuhan. Indonesia dan UNI
Emirates memiliki tujuan dalam pelaksanaan proyek ini, industri kreatif
mencakup sector-ektor beikut; aplikasi dan game, arsitektur, desain interior,
desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi & video,
fotografi, kerajinan, kuliner, music, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan,
seni rupa, penyiaran radio, dan jasa pariwisata.8

Sebagai gambaran daerah yang mungkin bisa diterapkan konsep industri


kreatif adalah pariwisata. Pariwisata, sebagai contoh, merupakan sector

8
WIPO, “Project Proposal Submitted By The Republic Of Indonesia And The United Arab Emirates
On Promoting The Use Of Intellectual Property In Developing Countries For Creative Industries In
The Digital Era.”

11
penting dari industri kreatif karena menghargai asset budaya dan kreatif,
memperluas audiens untuk produk, mendukung inovasi, memingkatkan citra
negara dan wilayah, membuka pasar ekspor, dan mendukung jaringan
professional dan pengembangan pengetahuan. Pada giliranya, indsutri kreatif
memungkinkan pengembangan dan diversifikasi produk dan pengalaman
pariwisata, merevitalisasi produk pariwisata yang ada, menyediakan teknologi
kreatif yang diperlukan untuk pengembangan dan peningktan pengalaman
pariwisata, menambah suasana lokasi pariwisata, dan membantu mengatasi
keterbatasan model wisata budaya tradisional.

iii. Implementasi Indonesia Dalam Mewujudkan International Year of


Creative Economy 2021 Di World Intellectual Property Organization
(WIPO)

Dalam rangka International Year of Creative Economy 2021,


Indonesia memanfaatkan momentum ini dalam siding Committee on IP
and Development (CDIP) WIPO untuk mainstreaming isu “Kekayaan
Intelektual dan Ekonomi Kreatif” melalui berbagai inisiatif, ada tiga
inisiatif yang Indonesia berikan yakni

Pertama, adopsi project proposal Indonesia “promoting the use of


IP for Creative Industries in the Digital Era” Pada Sesi ke-26 Committee
on Development and Intellectual Property (CDIP), World Intellectual
Property Organization (WIPO), proposal Indonesia bersama UAE bertajuk
“Promoting the Use of Intellectual Property for Creative Industries in
Developing Countries in the Digital Era” telah diadopsi secara aklamasi.
Project proposal bernilai 795 ribu Swiss Franc ini akan membawa manfaat
konkrit bagi sektor ekonomi kreatif di Indonesia dalam memanfaatkan
kekayaan intelektual (KI) untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan daya saing produk ekraf Indonesia. Projek proposal dengan
dengan total anggaran sebesar 795 ribu Swiss Franc ini memiliki tujuan
utama untuk memperkuat industri ekonomi kreatif melalui pemanfaatan
kekayaan intelektual, mulai dari pendaftaran aset kekayaan intelektual,

12
hingga perlindungan aset kekayaan intelektual dari merek, desain, hak
cipta hingga hak paten. Projek ini juga meningkatkan jaringan dan
kaloborasi antar pelaku industri kreatif baik di dalam negeri dan secara
internsional melalui dukungan kebijakan yang baik, mendorong produk
ekraf Indonesia bernilai tambah tingga masuk ke pasar global.

Kedua, Pembahasan agenda proposal Indonesia dengan tema “IP


and Creative Economy” agenda ini merupakan proposal dari Indonesia,
yang mana pada agenda ini Indonesia menunjukan dan berbagi
pengalaman terkait dengan pengembangan sektor ekraf melalui
pemberdayaan Kekayaan Intelektual. Agenda ini jua membantu
memperkokokh kempemimpinan Indonesia pada isu IP dan Ekraf dan
didukung juga oleh negara-negara anggota WIPO.

Ketiga, pelaksanaan Side-Event International bertajuk “Creative


Economy and IP Suppoerting Creative Business and MSMEs” dalam side
event ini diselenggarakan untuk menyediakan kerangka berbagi pandangan
dan pegalaman berbagai pemangku kepentingan dari berbagai negara
terkait dengan peran system kekayaan intelektual dalam pendukung
pengembangan bisnis kreatif dan UMKM. Dalam sesi ini Indonesia
berkesempatan untuk mengutarakan bagaimana persoalan dan latar
belakang permasalahan terkait dengan penerapan system kekayaan
intelektual yang terjadi didalam negeri, juga Indonesia menjelaskan solusi-
solusi Kerjasama untuk memfasilitasi dan mendukung pelaku usaha kreatif
dalam meningkatkan pengetahuan KI dan mengelola aset KI untuk daya
saing bisnis.

KESIMPULAN

13
Indonesia sebagai negara yang memiliki komitmen kuat terhadap perlindungan

HAKI, sudah lama terlibat secara aktif dalam kerangka kerja baik yang bersifat

regional maupun Internasional di bidang HAKI. Meskipun keikutsertaan tidak

secara otomatis menghapus faktor-faktor penghalang didalam penegakan HAKI di

Indonesia, setidaknya Indonesia telah menunjukan pada dunia Internasional,

bahwa HAKI telah menjadi prioritas utama di dalam pembangunannya saat ini

untuk mengetahui lebih jauh peran aktif tersebut serta kerangka kerja di bidang

HAKI yang telah diselenggarakan dibidang WTO khususnya pada Committee on

Development and Intellectual Property (WIPO). Bersamaan dengan

diselenggarakanya International Year of Creative Economy ini juga yang menjadi

pendorong Indonesia untuk aktif memberikan masukan dan project proposal yang

mana menjadi implementasi komitmen Indonesia dalam mewujukan International

Year of Creative Economy dan di CDIP (WIPO) sendiri.

14
DAFTAR PUSTAKA

“Agreement On Trade-Related Aspects Of Intellectual Property Rights,” n.d., 319–51.

Pengembangan, Komite, and Intelektual Cdip. “Komite Pengembangan Dan Kekayaan


Intelektual (CDIP),” 2020.

Sari, Anggri Puspita, Muhammad Faisal A R Pelu, Idah Kusuma Dewi, Marthinus Ismail,
Robert Tua Siregar, Nina Mistriani, Elisabeth Lenny Marit, Maklon Felipus Killa,
Bonaraja Purba, and Endang Lifchatullaillah. Ekonomi Kreatif: Pilar Pembangunan
Indonesia. Pertama. Surakarta: Ziyad Visi Media, 2016.

UNCTAD. “Committee on Development and Intellectual Property (CDIP),” 2010, 6–9.

WIPO. “Project Proposal Submitted By The Republic Of Indonesia And The United Arab
Emirates On Promoting The Use Of Intellectual Property In Developing Countries
For Creative Industries In The Digital Era,” 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai