Anda di halaman 1dari 6

BAB

Rumusan Peran 10
Pemangku Kepentingan

Upaya yang dapat dilakukan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan


diperlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah serta sektor swasta, komunitas filantropi, organisasi masyarakat,
akademisi/perguruan tinggi, maupun Lembaga internasional yang memiliki kapasitas dan
peran penting dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Indikasi Pembagian peran antar actor pembangunan untuk mewujudkan
perumahan serta sarana dan prasarana dasar perkotaan dalam hal penanganan kawasan
permukiman kumuh adalah sebagai berikut:
1. Pengakuan terhadap permukiman formal;
2. Peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh; dan
3. Pencegahan tumbuh kembangnya kawasan permukiman kumuh.
Selain itu, peran pelaku pembangunan perkotaan juga didorong dengan adanya
kemitraan secara vertikal dan horizontal (multi level dan multi aktor) dalam
merencanakan, membangun dan mengelola perkotaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebelum membagi peran antar aktor untuk mengimplementasikan NUA, UN-
Habitat telah mengidentifikasi beberapa hal yang dibutuhkan sebagai persyaratan untuk
mewujudkan perkotaan yang berkelanjutan bagi semua, mulai dari kebijakan perkotaan
nasional, peraturan perundang-undangan terkait perkotaan dan pembangunan fisik

LAPORAN AKHIR
10 - 1
Penyusunan Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh (RP2KPKPK)

perkotaan. Dengan memperhatikan kebutuhan akan perihal diatas dalam


megimplementasikan pembangunan kota yang berkelanjutan, maka masing-masing aktor
dapat mengambil peran. Sebagai perbandingan, dokumen NUA tidak secara spesifik
menjabarkan hal-hal apa saja yang menjadi tugas dan wewenang dari masing-masing
aktor, karena bentuk sistem pemerintahan tiap-tiap negara berbeda-beda. Berikut
penjabaran singkat mengenai peran yang dapat diambil oleh para pelaku pembangunan di
Indonesia.
Tabel X.1 Peran Para Pelaku dalam Pembangunan yang Berkelanjutan Sesuai Prinsip
NUA dalam Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
PEMANGKU PERAN
KEPENTINGAN
Pemerinta Pemerintah Pusat  Menyusun kebijakan perkotaan nasional yang
h mengakomodasi NUA dan SDGs.
 Mengkoordinasikan pemerintah daerah untuk
menangani permasalahan dan pembangunan lintas
daerah.
 Mendorong terwujudnya Kerjasama multi pihak dan
multi level pemerintahan untuk mewujudkan NUA.
Pemerintah  Memperkuat mekanisme kerjasama antar
Provinsi kabupaten/kota.
 Bersama dengan pemerintah pusat, mendorong
terlaksananya kebijakan perkotaan nasional (jika sudah
berlandaskan hukum) di tingkat daerah.
Pemerintah  Menjalankan wewenang dan fungsi pemerintah sesuai
Kabupaten dengan yang diamanatkan UU Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
 Memetakan keterkaitan NUA dengan RPJMD.\
mendorong Kerjasama dengan badan usaha.
Non Sektor swasta  Menggiatkan Corporate Social Responsibility (CSR)
Pemerinta dan komunitas dan Corporate Shared Value (CSV).
h fliantropi  Mendorong KPBU untuk membantu pemenuhan
kebutuhan pembangunan perkotaan.
Akademisi dan Menyediakan evidence-based research sebagai masukan
Perguruan dalam pembuatankebijakan pembangunan perkotaan.
Timggi
Komunitas dan  Terlibat aktif dalam berbagai forum pembangunan kota.
Organisasi  Mendorong aspirasi masyarakat terkait pembangunan
Masyarakat perkotaan.
Media  Memantau perkembangan pembangunan kota secara
objektif.
 Mengadvokasi isu-isu pembangunan perkotaan yang
tengah ramai di masyarakat.
Sumber: New Urban Agenda,2016

Keterlibatan para pemangku kepentingan seperti yang tertuang pada tabel diatas,
tentu masih banyak yang bisa dilakukan. Namun hal yang tidak kalah penting yaitu

LAPORAN AKHIR
10 - 2
Penyusunan Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh (RP2KPKPK)

mendorong terciptanya kolaborasi dan kemitraan antara para pemangku kepentingan


dalam mengimplementasikan NUA. Pendekatan kolaboratif dan kemitraan ini juga sangat
didorong dalam NUA, terlebih karena adanya keterbatasan peran dan kapasitas masing-
masing aktor pembangunan, termasuk dari segi alternatif pendanaan pembangunan.
Dalam penyelenggaraannya, pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman dilakukan secara terdesentralisasi oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dengan melibatkan peran berbagai elemen masyarakat. Pemerintah pusat akan
lebih berperan sebagai Pembina, pengarah dan pengatur agar terus dapat terciptanya
suasana yang semakin kondusif. Antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga
terdapat Pembagian peran dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan pengendalian
mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Disamping itu, akan terjadi efisiensi
dan efektivitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan
perkotaan maupun di kawasan perdesaan, pelaksanaanya harus dilakukan secara terpadu
(baik sektornya, pembiayaannya maupun pelakunya) dan dilakukan berdasarkan dokumen
perencanaan pembangunan dan penataan ruang yang berlaku. Pembagian peran
kewenangan dalam pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman secara luas,
dapat dilihat pada gambar ilustrasi sebagai berikut.

Keterangan*) Sesuai dengan Pembagian Kewenangan Berdasarkan UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah

Gambar 10.1 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalan Pembangunan


dan Pengembangan Kawasan Permukiman

LAPORAN AKHIR
10 - 3
Penyusunan Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh (RP2KPKPK)

Seluruh kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk dapat
ikut berkontribusi dalam perencanaan dan pembangunan perkotaan, termasuk seluruh
elemen atau lapisan masyarakat. Adapun beberapa upaya yang dapat dilakukan guna
meningkatkan peran aktif seluruh aktor pembangunan, diantaranya:
1. Menguatkan Peran Daerah Untuk Mewujudkan Tata Kelola Yang Partisipatif.
Kondisi tata kelola suatu daerah akan sangat bergantung pada keinginan dari
pemimpin daerah tersebut (political will), termasuk dalam hal tingkat partisipasi
dalam proses pemngambilan keputusan terkait pembangunan. Oleh karena itu,
peran dari pemimpin di masing-masing daerah perlu diperkuat dalam
mewujudkan tata kelola yang partidipatif.
2. Memperkuat Keterlibatan Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Perkotaan
Pergurauan Tinggi merupakan pihak yang erat dengan perkembangan ilmu,
termasuk ilmu-ilmu yang terkait dengan pembangunan perkotaan. Pelibatan
akademisi dalam pembangunan perkotaan dapat memberikan mereka ruang untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang selama ini diajarkan.
Harapan akan keterlibatan seluruh aktor dalam proses pembangunan perkotaan
berimplikasi pada keharusan untuk menyediakan mekanisme yang dapat memberdayakan
semua pemangku kepentingan. Penguatan kapasitas, khususnya kapasitas pemerintah
nasional, provinsi dan kabupaten/kota, perlu dilakukan secara berkala agar dapat
meningkatkan kemampuan bekerja Bersama dalam membentuk proses tata kelola yang
diharapkan.
Terdapat beberapa cara yang dapat dipilih sebagai suatu langkah untuk
meningkatkan kapasitas aktor pembangunan, diantaranya adalah:
1. Melaksanakan Program Pendidikan dan Pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan terhadap para aktor pembangunan dilakukan sesuai
dengan tugas dan perannya masing-masing. Pendidikan dan pelatihan juga sangat
penting dilakukan kepada aparatur pemerintah untuk memperkuat Lembaga-
lembaga nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Pendidikan dan pelatihan ini
lebih bersifat formal.
2. Melaksanakan Program Pembelajaran Antar Rekan Sederajat (peer-to-peer
learning).
Pembelajaran antar rekan sederajat menjadi salah satu cara yang dapat dipilih
dalam mengembangkan kapasitas para aktor pembangunan. Terdapat beragam

LAPORAN AKHIR
10 - 4
Penyusunan Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh (RP2KPKPK)

mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran antar rekan sederajat ini,


dapat melalui kegiatan diskusi ataupun dikemas dalam bentuk lainnya.
3. Melaksanakan Kegiatan Pertukaran Informasi dan Pengetahuan.
Pertukaran informasi dan pengetahuan dapat memperbaiki proses pembangunan
perkotaan yang sedang atau akan dilakukan. Pertukaran ini akan memberikan
kesepatan para aktor untuk saling melengkapi pemahaman yang mereka miliki.
4. Memberikan Dukungan Teknis Kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah
Pusat.
Dukungan teknis dari pemerintah pusat kepemerintah daerah dapat berupa
pendampingan-pendampingan teknis dalam menjalankan program-program
pembangunan. Pemerintah pusat dalam beberapa hal memiliki kapasitas yang
lebih baik sehingga pperlu melakukan pendampingan kepada pemerintah daerah
(Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah).
5. Memberikan Dukungan Teknis Kepada Masyarakat dan Pemerintah.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah juga perlu memberikan dukungan teknis
yang salah satunya dapat berupa pendampingan kepada masyarakat, khususnya
pada pelaksanaannya program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
6. Menyamakan Pemahaman Anggota Dewan Mengenai Isu dan Kebijakan
Perkotaan.
DPR dan DPRD merupakan bagian penting dari proses penyusunan kebijakan,
khususnya dalam hal legalisasi karena program-program dalam hal legalisasi
karena program-program dan kebijakan oembangunan perkotaan akan
membutuhkan persetujuan dari para anggota dewan. Oleh karena itu, pandangan
dan pemahaman antara anggota dewan dan pemerintah terkait isu perkotaan yang
berkembang perlu disamakan dan diselaraskan.
7. Melibatkan Aktor-aktor Kunci dalam Komunitas dalam Mencari Solusi Bersama.
Melibatkan aktor-aktor kunci dalam pembangunan perkotaan, seperti
perencanaan kota, perancangan kota dan lainnya juga tetap perlu peningkatan
kapasitas. Begitu pula dengan aktor-aktor kunci di dalam komunitas, seperti ketua
RT, Ketua RW, ketua BKM ataupun organisasi lainnya di tingkat masyarakat.
8. Mendorong BPS Menyediakan Data yang Sesuai dengan Kebutuhan NUA.
Salah satu aktor kunci lainnya dalam proses pembangunan perkotaan adalah
Badan Pusat Statistik (BPS). BPS memiliki peran yang cukup besar dikarenakan
BPS merupakan Lembaga utama penyedia data dan informasi. Seluruh kebijakan

LAPORAN AKHIR
10 - 5
Penyusunan Rencana Pencegahan Dan Peningkatan Kualitas Perumahan
Kumuh Dan Permukiman Kumuh (RP2KPKPK)

dan program pembangunan sangat membutuhkan data dan informasi dalam


perencanaan dan evaluasinya.

Tabel X.1 Peran Para Pelaku dalam Pembangunan yang Berkelanjutan Sesuai Prinsip
NUA dalam Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh.....................................................2

Gambar 10.1 Peran Antar Pemangku Kepentingan dalan Pembangunan dan


Pengembangan Kawasan Permukiman..............................................................................3

LAPORAN AKHIR
10 - 6

Anda mungkin juga menyukai