Anda di halaman 1dari 9

1

MODUL PERKULIAHAN

Pelibatan Stakeholder dalam Organisasi

Fakultas Program Studi TatapMuka

IlmuKomunikasi llmuKomunikasi
06
Pembahasan

Fakta menunjukan bahwa terdapat peraturan yang mengatur tentang keterlibatan


masyarakat atau partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintah daerah,
yaitu PP No. 45 Tahun 2017 tentang Partisipasi Masyarakat.

Lahir sebagai turunan dari UU 23 Tahun 2014 Pasal 354, Peraturan Pemerintah ini terbit
tanggal 1 November 2017 dan mulai berlaku sejak 2 November 2017 hingga saat ini.
Sebagaimana diatur di dalamnya, pemerintah daerah harus melibatkan masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah. Dalam berpartisipasi, masyarakat dapat
menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan kepentingannya dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah.  

Penyelenggaraan pemerintah daerah yang dimaksud adalah mencakup dalam hal


penyusunan peraturan dan kebijakan daerah; Partisipasi masyarakat dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemonitoran, dan pengevalusian pembangunan daerah;
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan aset dan sumber daya alam daerah;
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik; Akses masyarakat
terhadap informasi penyelenggaraan pemerintah daerah; Penguatan kapasitas kelompok
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan.

Sebagaimana ditegaskan dalam PP No. 45 Tahun 2017 pada Bab II, masyarakat berhak
untuk terlibat dalam penyusunan peraturan dan kebijakan pemerintah daerah & peraturan
kepala daerah yang mengatur dan membebani masyarakat.

Berdasarkan yang tercantum dalam peraturan tersebut, masyarakat sudah memiliki


payung hukum dalam melibatkan diri. Bagi pemerintah daerah, peraturannya menjadi
salah satu pakem dalam menjalankan roda pemerintahaannya.
Isu partisipasi publik juga ada di Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017. Dalam Permenhut ini tertuang mengenai
pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan
pelestarian alam (KPA).

2021
2 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Pemberdayaan masyarakat ini adalah upaya mengembangkan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan,
perilaku, kemampuan, kesadaraan, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan
kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah
dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Masyarakat yang dimaksud dalam Permenhut ini adalah perseorangan atau kelompok
masyarakat dan masyarakat hukum adat yang tinggal di sekitar KSA/KPA atau yang
kehidupannya memiliki keterkaitan dan ketergantungan pada potensi dan sumber daya
alam di KSA/KPA.

Pemberdayaan Masyarakat di sekitar KSA dan KPA bertujuan untuk mengembangkan


kemandirian dan kesejahteraannya di sekitar kawasan KSA dan KPA untuk mendukung
kelestarian KSA dan KPA. Bentuk pemberdayaannya juga sudah diatur dalam Permenhut
ini.

Bentuk pemberdayaan masyarakat yang dimaksud meliputi pengembangan Desa


Konservasi, pemberian akses, fasilitasi kemitraan, pemberian izin pengusahaan jasa
wisata alam dan pembangunan pondok wisata.

Supaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dapat berjalan efektif, pemerintah


perlu untuk melakukan pembinaan dan pengendalian. Sebagaimana yang disebutkan
dalam Permenehut ini, yang bertanggung jawab adalah Direktur Jenderal dan Kepala Unit
Pengelola KSA/KPA.

Pembinaan yang dimaksud mencakup pemberian bimbingan, pelatihan, arahan, dan


supervisi. Sedangkan untuk pengendalian meliputi kegiatan monitoring dan evaluasi.
Peraturan menteri ini sudah ditetapkan pada tanggal 20 Juni 2017 dan diundangkan pada
tanggal 20 Juli 2017.

Peran serta masyarakat juga diatur dalam Peraturan Menteri PAN RB No. 16 Tahun 2017
tentang pedoman penyelenggaraan forum konsultasi publik di lingkungan unit
penyelenggara pelayanan publik. Untuk dapat mempercepat peningkatan kualitas
pelayanan publik yang adil, transparan, dan akuntabel maka diperlukan peran serta dari
dua belah pihak, penyelenggara pelayanan publik dan masyarakat.

2021
3 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kolaborasi antara penyelenggara pelayanan publik dan masyarakat dapat diwujudkan
dalam bentuk Forum Konsultasi Publik (FKP). Untuk itu melalui Kemen PANRB
dikeluarkanlah pedoman penyelenggaraan forum konsultasi publik ini. 

Bentuk dari FKP ini berupa kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif
antara penyelenggara layanan publik dengan masyarakat. Seperti tertuang di Permen
PAN RB ini dimana setiap penyelenggara pelayanan publik wajib melakukan FKP sebagai
bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Dalam pelaksanaan FKP berdasarkan UU 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,


harus melibatkan diantaranya adalah penyelenggara layanan, pengguna
layanan, stakeholder pelayanan publik, ahli/praktisi, organisasi masyarakat sipil, dan
media massa. Peraturan ini telah ditetapkan pada tanggal 15 Mei 2017, dan diundangkan
pada tanggal 30 Mei 2017.

Sebagaimana tertera pada lampiran peraturan ini dimana keberhasilan pelaksanaan FKP
di lingkungan unit penyelenggara pelayanan publik ditentukan oleh komitmen Pembina
pelayanan publik dan konsistensi seluruh pelaksana dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.

Peraturan kementerian, hingga peraturan pemerintahan yang disebutkan di atas sejalan


dengan tujuan/goals ke 16 dan 17 di TPB/SDGs. Tujuan ke 16 adalah Perdamaian,
Keadilan, dan Kelembagaan yang tangguh, sedangkan Tujuan ke 17 adalah Kemitraan
untuk Mencapai Tujuan.

Jika kita bicara kelembagaan maka disini dapat meliputi Kementerian dan atau Badan di
sebuah Negara. Mulai dari Kementerian LHK, Kementerian PAN RB hingga Bangda,
telah menerbitkan peraturan dan kebijakan dalam berkolaborasi/bermitra dengan
masyarakat/publik. Dibutuhkan skill dalam melibatkan seluruh pemangku kepentingan
dalam menyukseskan tujuan-tujuan tersebut sebagai indikator keberhasilannya.

Maka dari pada itu, seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di setiap level jabatan sangat
perlu meningkatkan kapasitasnya terutama dalam hal pelibatan masyarakatan dan
pemangku kepentingan. Cara untuk meningkatkan kapsitas tersebut adalah dengan
mengikuti pelatihan yang tersertifikasi dan berkualitas internasional.  

2021
4 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Namun apakah sudah ada di Indonesia profesi dengan spesialis Stakeholder
Engagement atau Public Participation? Atau apakah ada suatu lembaga yang
membidangi ilmu SE dan P2 ini dan mengeluarkan sertifikasinya?

International Association for Public Participation (IAP2) hadir di tengah-tengah


kekosongan itu. Sebagai pioneer organisasi partisipasi publik di seluruh dunia, dan satu-
satunya lembaga yang ada di Indonesia, IAP2 Indonesia hadir membawa angin segar
untuk siapa pun dan dari kalangan mana pun yang ingin meningkatkan kapasitasnya
dalam bidang stakeholder engagement dan partisipasi masyarakat / publik. 

Melihat trend yang ada, kapasitas pemahaman dan pengalaman terkait stakeholder


engagement dan partisipasi publik sepertinya sudah menjadi kebutuhan di Indonesia.
Bahkan di negara maju, ilmu ini sudah jauh berkembang dan kian dibutuhkan. Terlebih
lagi, saat ini hadir Agenda 2030 dengan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan yang
memberikan ruang besar untuk partisipasi dan kolaborasi serta telah dijalankan oleh
negara anggota PBB, termasuk Indonesia sejak tahun 2015.

Menurut Nugroho (2014, h.16-17) stakeholder dalam program pembangunan dapat


diklasifikiasikan berdasarkan perannya, yaitu :
 Policy creator, stakeholder yang berperan sebagai pengambil keputusan dan
penentu suatu kebijakan.
 Koordinator, stakeholder yang berperan mengkoordinasikan stakeholder lain yang
terlibat.
 Fasilitator, stakeholder yang berperan memfasilitasi dan mencukupi apa yang
dibutuhkan kelompok sasaran.
 Implementer, stakeholder pelaksana kebijakan yang di dalamnya termasuk
kelompok sasaran.
 Akselerator, stakeholder yang berperan mempercepat dan memberikan kontribusi
agar suatu program dapat berjalan sesuai sasaran atau bahkan lebih cepat waktu
pencapaiannya.

Soekanto (2002, h.243) mengartikan peran sebagai aspek dinamis dari status
(kedudukan), apabila seseorang melaksanakan kewajiban dan haknya sesuai dengan
kedudukannya, maka dapat dikatan ia telah menjalankan suatu peran.

2021
5 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dari hal di atas lebih lanjut melihat pendapat lain tentang peran yang telah ditetapkan
sebelumnya disebut sebagai peranan normatif dan peran ideal. Peran normatif lebih
berkaitan erat dengan tugas dan kewajiban, sedangkan peran ideal dapat diterjemahkan
sebagai peran yang diharapkan dilakukan oleh pemegang peranan tersebut (Soekanto,
2002, h.220).

Pada hakekatnya peran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu
yang ada karena suatu jabatan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa peran merupakan suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang
atau sekelompok orang terhadap seseorang yang mempunyai status (kedudukan)
tertentu.

Koordinasi diartikan oleh Moekijat (1994, h.2) sebagai penyelarasan kembali


kegiatankegiatan yang saling bergantung atau penyusunan dari individu, kelompok atau
organisasi yang dilakukan secara teratur guna mencapai tujuan bersama. Hal senada
diungkapkan oleh Handayaningrat (1984, h.117) yang mengartikan koordinasi sebagai
usaha dalam menyatukan kegiatan-kegiatan dari unitunit kerja organisasi, sehingga
organisasi dapat bergerak sebagai satu kesatuan yang bulat untuk melaksanakan seluruh
tugas guna mencapai tujuan organisasi.

Menurut Handayaningrat (1984) terdapat dua bentuk koordinasi, yakni : koordinasi intern
dan koordinasi ekstern.
 Koordinasi intern.
 Koordinasi vertikal atau disebut juga koordinasi struktural, dimana antara
yang mengkoordinasikan mempunyai hubungan hierarchies secara
struktural.
 Koordinasi horizontal atau koordinasi fungsional, dimana mempunyai
kedudukan eselon yang sama antara yang mengkooordinasi dan yang
dikoordinasi.
 Koordinasi diagonal atau koordinasi secara fungsional, dimana pihak yang
mengkoordinasikan mempunyai tingkat eselon yang lebih tinggi ketimbang
yang dikoordinasikan namun tidak berada pada satu garis komando (line of
command).
 Koordinasi ekstern.
 Koordinasi ekstern yang bersifat horizontal.
 Koordinasi ekstern yang bersifat diagonal.

2021
6 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dalam hal menyeimbangkan peran dan hubungan antara stakeholder, maka perusahaan
harus memiliki tanggung jawab sosial atau yang biasa dikenal dengan istilah CSR
(Corporate Social Responsibility) kepada para stakeholdernya jika menginginkan
perusahaannya terus beroperasi dalam jangka panjang, terlebih lagi dalam hal
memaksimalkan keuntungan.

Beberapa contoh tanggung jawab sosial ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab sosial kepada karyawan
Dalam melakukan pekerjaan di perusahaan / organisasi para pemilik
perusahaan harus memiliki tanggung jawab sosial pada karyawan seperti
memberikan fasilitas yang nyaman dan sesuai bagi karyawan mereka,
memberikan gaji sesuai dengan perjanjian kerja yang tertulis, dan tidak
melakukan diskriminasi dalam hal apapun pada karyawan.

2. Tanggung jawab sosial kepada konsumen


Jika dahulu kita sering mendengar pernyataan “konsumen adalah Raja”,
sekarang pernyataan tersebut berubah menjadi “konsumen adalah mitra”.
Seperti pernyataan bahwa konsumen adalah mitra berarti perusahaan harus
bisa menjadi rekan baik bagi para konsumen mereka. Lewat pendekatan
CRM (Customers Relation Management), perusahaan berusaha memberikan
manfaat yang baik dengan menjual produk / jasa kepada para konsumennya
dengan harapan adanya Repeat Order  dari mereka.
3. Tanggung jawab sosial kepada supplier
Kerja sama antara perusahaan dengan para supplier harus dijaga dengan
adanya tindakan kejujuran dalam penetapan harga dan hak untuk menjual,
mengedepankan rasa toleransi agar tercipta hubungan jangka panjang dalam
bisnis, selalu bertukar informasi dengan supplier, dan melakukan pembayaran
secara tepat waktu pada para supplier.
4. Tanggung jawab sosial pemegang saham
Perusahaan harus melibatkan pemegang saham (investor) dalam pembuatan
sebuah keputusan di perusahaan. Karena perusahaan memiliki tanggung
jawab berkaitan dengan kepuasan investor dan semua keputusan yang
diambil oleh perusahaan adalah demi kepentingan investor. Hubungan timbal
balik yang sangat menguntungkan ini harus tetap terjaga agar tujuan obyektif
perusahaan dapat tercapai dengan maksimal.

2021
7 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
5. Tanggung jawab sosial kepada lingkungan
Tanggung jawab sosial di sini berkaitan dengan hal kelestarian lingkungan.
Beberapa hal yang biasanya dilakukan perusahaan adalah memberikan
manfaat kepada masyarakat sekitar seperti di bidang pendidikan, kesehatan,
fasilitas umum, dan bantuan sosial.

Penting bagi individu yang berkecimpung di dunia entrepreneur atau


calon entrepreneur untuk mengetahui tentang para stakeholder mereka dan
bagaimana tanggung jawab sosial kepada para stakeholder agar terbangun
kerjasama yang kuat antara keduanya demi mencapai visi, misi, dan tujuan
perusahaan agar maksimal.

2021
8 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Chinyio, Ezekiel. Olomolaiye, Paul. 2010. Construction Stakeholder


Management. Blackwell Publishing Ltd. USA.
Franklin, Bob. Hogan, Mike. Langley, Quentin. Mosdell, Nick and Pill, Elliot. 2009. Key
Concept in Public Relations. SAGE Publications. L.td. London
Kiroyan, Noke. 2018. Stakeholder Management. PR Indonesia Magazine 36th edition,
issued on March 2018, page 54.
https://www.kiroyan-partners.com/insights/stakeholder-management
https://www.humasindonesia.id/berita/empat-metode-stakeholder-mapping--418
http://pride.co.id/pentingkah-stakeholder-mapping/
FrameWork Institute. 2002. Framing Public Issues. Washington DC: FrameWorks Institute
Pfiffner, James P. 2004. Traditional Public Administration versus The New Public
Management: Accountability versus Efficiency. Institutionenbildung in Regierung
und Verwaltung: Festschrift fur Klaus Konig. Berlin: Germany
Flynn, Janine O. 2007. From New Public Management to Public Value: Paradigmatic
Change and Managerial Implications. The Australian Journal of Public
Administration. Vol.66
Mathur, Vivek N, et al. 2007. Defining, identifying and mapping stakeholders in the
assessment of urban sustainability. International Conference on Whole Life Urban
Sustainability and its Assessment. Glasgow
Bryson, John M. 2003. What to do When Stakeholders Matter: A Guide to Stakeholder
Identification and Analysis Techniques. Public Management Review
Van Riel, Chees BM. Fombrun, Charles J. 2007. Essensial of Corporate Communication;
Implementing practices for effective reputation management.  Routledge, Oxon. 

2021
9 Stakeholder Management

Dr. Hj. Ispawati Asri, MM


Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai