Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

WORKSHOP PERCEPATAN IMPLEMENTASI ULD PENANGGULANGAN BENCANA


DAN PENANGGULANGAN BENCANA INKLUSIF DIFABILITAS
DI JAWATENGAH

A. Latar Belakang

Perkembangan inklusi disabilitas dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB) saat ini patut
disambut dengan antusias dan disikapi secara serius oleh para pelaku PRB. Pasca ratifikasi
Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 2011,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menangkap dan merespon isu disabilitas
dengan mengeluarkan Peraturan Kepala (Perka) BNPB Nomor 14 Tahun 2014 tentang
Penanganan, Perlindungan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas dalam Penanggulangan
Bencana.
Implementasi kebijakan tersebut tentunya sejalan dengan komitmen berbagai pihak
termasuk pemerintah, organisasi sosial masyarakat termasuk organisasi penyandang disabilitas
untuk realisasi Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) yang menyebutkan bahwa
efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan PRB hanya dapat diwujudkan dalam kegiatan PRB yang
bersifat multisektoral, aksesibel dan inklusif. Lebih lanjut, pendekatan yang berpusat pada
masyarakat merupakan prinsip utama dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, masyarakat sipil,
termasuk di dalamnya penyandang disabilitas dan organisasi penyandang disabilitas diakui sebagai
salah satu aktor utama dalam PRB. Selain PRB, Pertemuan Kemanusiaan Dunia (World
Humanitarian Summit/WHS) tahun 2016 di Turki juga merumuskan tanggung jawab inti para pelaku
aksi kemanusiaan untuk memastikan tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam aksi
kemanusiaan (inklusif). “Sphere” sendiri sebagai buku pegangan para pelaku kemanusiaan memuat
piagam kemanusiaan dan standar minimum dalam aksi kemanusiaan juga mengilhami Standar
Nasional Indonesia (SNI 7937:2013) tentang Layanan Kemanusiaan dalam Bencana. Sedangkan
terkait standar inklusi dalam aksi kemanusiaan, saat ini sedang dikembangkan dengan berangkat
dari ADCAP (Age and Disability Capacity Programme) yang merumuskan buku tentang standar
inklusi lansia dan disabilitas dalam aksi kemanusiaan.
Terbentuknya Unit Layanan Inklusi Difabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB) di
Provinsi Jawa Tengah yang diikuti dengan Terbentuknya unit serupa di beberapa Kabupaten
( Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, dan Boyolali) merupakan salah satu bentuk implementasi
dari UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan Perka BNPB nomor 14 tahun
2014 sekaligus sebagai bentuk meningkatkan peran aktif difabel dalam penanggulangan bencana
mengingat Indonesia terutama wilayah disekitar Jawa Tengah dan DIY merupakan wilayah rawan
bencana, yang memiliki karakteristik tersendiri dan potensi bencana alam. Dimana peran dari ULD
PB ini diantaranya adalah melakukan proses evakuasi menjelang bencana pada saat hingga pasca
terjadinya bencana.
Dalam perkembangannnya, ULD-PB ini telah mendapatkan pengesahan/SK dari Kabupaten
masing masing, mempunyai struktur organisasi dan aktif berkegiatan dalam kegiatan PRB Inklusi.
Hal yang menjadi tantangan Unit LIDi adalah :
1. Faktor Internal
- Internalisasi ULD-PB di dalam organisasi BPBD sesuai amanat Perka Nomor 4 tahun 2014.
- Keberadaan sekretariat, Program dan Anggaran bagi ULD PB
- Pemahaman kapasitas pengurus ULD PB terkait isu-isu kebencanaan,
- Kemampuan Pengurus ULD PB dalam menyusun program kerja untuk lima tahun kedepan
- Keanggotaannya yang tidak harus berasal dari organisasi difabel saja tetapi bagaimana
melibatkan forum PRB, PMI, lembaga sosial, dan lain sebagainya,
- Keterlibatan secara aktif dalam pelaksanaan lima mandat inklusi : tentang toolsnya,
aksesibilitas, partisipasi, peningkatan kapasitas, prioritas perlindungan berinteraksi dengan
difabilitas
2. Faktor Eksternal
- Sejauhmana pola hubungan kerja antara ULD PB Provinsi dengan Kabupaten/Kota
- Bagaimana sistem kepengurusan di ULD PB Provinsi dalam mengakomodir SDM dari ULD-
PB yang ada di Kabupaten / Kota.
Mengacu dari beberapa kondisi diatas, PPRBM Solo bersama dengan ULD-PB Provinsi
Jawa Tengah akan mengadakan Workshop Percepatan Implementasi ULD Penanggulangan
Bencana dan Penanggulangan Bencana Inklusif Difabilitas Di Jawa Tengah.

B. Tujuan
1. Merumuskan pola hubungan antara ULD PB Provinsi dengan ULD Kabupaten/Kota
2. Mendorong Peran ULD Provinsi dan BPBD masing-masing kabupaten dalam memfasilitasi
penyusunan rencana kerja ULD PB Kabupaten/kota
3. Mendorong Internalisasi ULD-PB di dalam organisasi BPBD sesuai amanat Perka Nomor 4
tahun 2014
4. Mendorong terbentuknya ULD PB di Kota Surakarta, Kab. Grobogan, Gunungkidul, dan
Bantul
5. Ada kesepakatan bersama terkait skema hubungan serta kepengurusan di ULD Provinsi
dengan keberadaan para pengurus ULD di tingkat Kabupaten/Kota.
C. Tempat dan Waktu Kegiatan
Tempat :
Waktu kegiatan :

E. Kepesertaan
Mengacu dengan maksud dan tujuan workshop diatas, peserta yang akan berpartisipasi
sebagai berikut yaitu:
1. 1 orang BPBD Kab. Klaten
2. 1 orang BPBD Kab. Wonogiri
3. 1 orang BPBD Kab. Karanganyar
4. 1 orang BPBD Kab. Sragen
5. 1 orang BPBD Kab. Boyolali
6. 1 orang BPBD Kab. Grobogan
7. 1 orang BPBD Kota Surakarta
8. 1 orang BPBD Kab. Bantul
9. 1 orang BPBD Kab. Gunungkidul
10. 1 orang BPBD Kab. Magelang
11. ......pengurus ULD PB Kab Klaten
12. ......pengurus ULD PB Kab Wonogiri
13. ......pengurus ULD PB Kab Karanganyar
14. ......pengurus ULD PB Kab Sragen
15. ......pengurus ULD PB Kab Boyolali
16. ......pengurus ULD PB Kab Magelang
17. ......Organisasi Difabel Kab. Grobogan
18. ......Organisasi Difabel Kota Surakarta
19. ......Organisasi Difabel Kab. Bantul
20. ......Organisasi Difabel Kab. Gunungkidul

G. Narasumber
Narasumber workshop dari :
1. ULD PB Provinsi Jawa Tengah
2. BPBD Kabupaten Klaten
H. Penutup
Demikian kerangka acuan Workshop Percepatan Implementasi ULD Penanggulangan
Bencana dan Penanggulangan Bencana Inklusif Difabilitas Di Jawa Tengah ini dirancang agar
mendapat perhatian, dipahami dan didukung oleh semua pihak. Semoga kita dapat
membangun masa depan difabel menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai