Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ESSAY

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS


AGENDA I

Analisis Masalah Penyalahgunaan Narkotika oleh


Pegawai Negeri Sipil Kasus Posisi Keputusan Wali Kota
Cilegon Nomor 862.3/Kep.464-BKPP/2018 tentang
Penjatuhan Hukuman Disiplin Berat Penurunan Pangkat
Setingkat Lebih Rendah Selama 3 (tiga) Tahun

Disusun oleh:

Nama Peserta : Mochamad Faisal Rachmat, S.H.


NIP : 19870727 201101 1 001
Instansi : Pemerintah Kota Cilegon
Jabatan : Kasubag TU UPT Pelayanan Pajak Wil II
Angkatan PKP : XII
Kelompok : 1

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah


Provinsi Banten
Tahun 2023

1
BAB I
Pendahuluan

Saat ini penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah sangat merajalela, hal ini
terlihat dengan makin banyaknya penggunaan narkotika dari semua kalangan. Narkotika
tidak lagi memandang usia, mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa hingga orang
tua. Tidak pula memandang profesi mulai dari pengangguran, mahasiswa, dokter,
pengusaha, hingga Pegawai Negeri Sipil sekalipun tak luput dari jeratan penyalahgunaan
narkoba saat ini.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan, sementara itu


narkotika Secara etimologi berasal dari Bahasa inggris yaitu narcotics yang berarti obat
bius, yang artinya sama dengan narcosis dalam Bahasa Yunani yang berarti menidurkan
atau membiuskan. Sedangkan dalam kamus inggris Indonesia, narkoba berarti bahan-
bahan pembius, obat bius atau penenang1. Definisi Narkotika juga disebutkan dalam
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (selanjutnya
disebut UU Nakotika) menyebutkan bahwa : “Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke
dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.”

Narkotika telah dikenal berguna bagi kesehatan.Seiring dengan perkembangan


zaman, narkotika tidak hanya digunakan sebagai obat-obatan, tapi di salahgunakan untuk
kepentingan kesenangan yang dapat melumpuhkan produktivitas kemanusiaan sehingga
berpotensi menurunkan derajat kemanusiaan. Menurut Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Untuk lebih jelas lagi, dalam Pasal 6 Undang-
Undang tersebut juga dipaparkan pula pembagian narkotika menjadi beberapa golongan.
Berikut ini golongan narkotika yang perlu diketahui: Narkotika golongan I hanya
dibolehkan untuk keperluan ilmu pengetahuan dan teknologi, reagensia diagnostik atau
1
BNN Kabupaten Pasuruan, “pengertian narkoba” (https://pasuruankab.bnn.go.id/pengertian-narkoba/,
diakses pada 23 Juli 2023, 18.00)

2
laboratorium. Narkotika jenis ini mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan
ketergantungan. Contohnya adalah opiat seperti morfin, heroin (putaw), petidin, candu.
Ganja (kanabis), marijuana, hashis. Kokain meliputi serbuk kokain, pasta kokain daun
koka. Dan narkotika golongan II adalah bahan baku untuk produksi obat, jadi mereka
memang berkhasiat untuk pengobatan, namun digunakan sebagai pilihan terakhir.
Narkotika jenis ini bisa menimbulkan potensi ketergantungan tinggi. Contohnya adalah
petidin, morphin, fentanil atau metadon. Sedangkan narkotika golongan III hanya
digunakan untuk membantu rehabilitasi. Jenis narkotika ini mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah kodein, difenoksilat.2

Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PNS) berkedudukan sebagai pegawai


negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
disebut UUD 1945), PNS merupakan bagian dari Pegawai Aparatur Sipil Negara
(selanjutnya disebut ASN) didalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan
bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah suatu profesi atau pekerjaan bagi Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah3.

Seorang Pegawai Negeri Sipil merupakan ASN yang diangkat sebagai pegawai
tetap oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. Kedudukan seorang Pegawai Negeri Sipil adalah merupakan unsur aparatur
negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
professional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan,
dan pembangunan4. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa PNS merupakan
bagian dari ASN yang berkedudukan sebagai pegawai negara, abdi negara, dan abdi
masyarakat yang dengan setia dan taat pada Pancasila dan UUD 1945 yang diangkat
oleh PPK. Tugas PNS sendiri yakni melaksanakan tugas negara yang berupa pelayanan
publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu.

Tujuan nasional disebutkan dalam pembukaan UUD 1945 yang tujuannya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
2
Halodoc, “3 Penggolongan Narkotika yang Berbahaya”, (https://www.halodoc.com/artikel/inilah-3-
penggolongan-narkotika-yang-berbahaya), diakses pada 23 Juli 2023, 18.20)
3
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
4
Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian”, (https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-
content/uploads/migrasi/peraturan/uu_43_1999_0.pdf), diakses pada 23 Juli 2023, 18.44)

3
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untuk mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai Aparatur Sipil Negara. Dalam
rangka pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan Negara Indonesia
sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, perlu untuk dibangun ASN yang
memiliki Integritas, netral, professional, bebas dari segala intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (selanjutnya disebut KKN) dan mampu
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat serta mampu menjalankan perannya
sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa seperti tertera dalam Pancasila dan
UUD 1945.

Penyalahgunaan narkotika akhir-akhir ini justru sudah merambat pada kalangan


PNS berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
kementrian Hukum dan HAM menunjukan bahwa pada tahun 2016, PNS yang dihukum
penjara karena kasus narkotika sebanyak 289 orang dari total PNS yang dihukum penjara
pada tahun yang sama diseluruh Indonesia yaitu 1.928 orang. Artinya jumlah PNS yang
dihukum penjara karena kasus narkoba mencapai 15%.5

Dari kasus penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai PNS tersebut membuktikan


bahwa masih banyak PNS yang tidak mentaati peraturan yang ditetapkan pada PNS
sehingga diperlukan Tindakan tegas untuk pegawai PNS yang melakukan
penyalahgunaan narkoba. Selain itu hukuman yang dijatuhi dirasa masih belum
memberikan efek jera dikarenakan masih banyak kasus lain yang serupa dengan kasus
narkotika yang melibatkan PNS. Walaupun peraturan tentang hak dan kewajiban PNS
telah diberlakukan, namun kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan oleh PNS, yang
sebenarnya mereka adalah abdi bagi masyarakat tetap banyak terjadi

Seperti Pada Putusan Walikota Cilegon Nomor 862.3/Kep.464-BKPP/2018


tanggal 15Agustus 2018 tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin Berat Penurunan Pangkat
Setingkat Lebih Rendah Selama 3 (tiga) Tahun melibatkan seorang PNS yang bernama
Nahiri, S.E. yang menjabat sebagai Kepala UPTD Pasar Merak dengan SK
Pengangkatan Nomor 821/Kep.31-BKPP/2017 tanggal 11 Desember 2017. Yang hanya

5
HumasMENPANRB, “Cegah PNS Menyalahgunakan Narkoba, Kementerian PANRB Bangun Kerjasama Dengan
BNN”, (https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/cegah-pns-menyalahgunakan-narkoba-kementerian-
panrb-bangun-kerjasama-dengan-bnn, diakses pada 24 Juli 2023, 00.51)

4
dijatuhi Penjatuhan Hukuman Disiplin Berat Penurunan Pangkat Setingkat Lebih
Rendah Selama 3 (tiga) Tahun.

Penyimpangan perilaku PNS tersebut di atas merupakan pelanggaran berat dan


mendapat ancaman pemberhentian secara tidak hormat sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 87 ayat (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Selanjutnya disebut UU ASN). Namun demikian dalam perjalanannya Penegakan
hukum terhadap PNS yang melakukan tindak pidana saat ini dirasakan masih jauh dari
harapan dan belum mampu secara maksimal memberikan dampak positif bagi perilaku
PNS, baik dikarenakan proses dan penegakan hukumnya maupun hasil dan penegakan
hukum peraturan disiplinnya. Upaya penegakan disiplin dan kode etik PNS sangat
dibutuhkan guna terwujudnya pelaksanaan tugas yang dibebankan dan tercapainya
profesionalisme Aparatur Negara.

Essay ini berusaha menjelaskan apa saja faktor penyebab masalah


penyalahgunaan narkotika oleh PNS khususnya oleh PNS di Pemerintah Kota Cilegon,
dan implikasi hukum yang timbul jika terjadi pemberhentian terhadap pegawai yang
melakukan tindak pidana narkotika dibawah 2 tahun. Sehingga analisis ini sangat
berguna untuk perumusan kebijakan dan peraturan-peraturan dimasa yang akan datang.

5
BAB II
Analisis Masalah

1. FAKTOR PENYEBAB MASALAH PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH


PNS

Penyalahgunaan narkotika merupakan penggunaan tanpa hak dan melawan


hukum, yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati
pengaruhnya sehingga terjadi penyimpangan. Diungkapkan oleh Edwin H. Sutherland
menyatakan bahwa penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda.
Penyimpangan dipelajari dengan proses alih budaya dan dengan proses tersebut
seseorang mempelajari suatu kebudayaan menyimpang (deviant subculture).6

Artinya bahwa seseorang akan melakukan perilaku menyimpang sesuai dengan


kondisi lingkungannya dan juga melalui pergaulan yang akrab seperti halnya dalam
interaksi maupun komunikasi, untuk itu sangat diperlukan lingkungan dan pergaulan
yang positif yang nantinya akan mencegah agar seseorang tidak melakukan perilaku
menyimpang.

Jadi teori differential association bila dikaitkan dengan permasalahan yang


penulis angkat mengenai penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tentunya sangat berkaitan karena PNS melakukan perilaku menyimpang dalam
menyalahgunakan narkotika terpengaruh dalam lingkungan, pergaulan teman akrab.
Dalam Laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa Kota Cilegon
dengan Berita Acara Pemeriksaan tanggal 15 Maret 2017, faktor yang mendorong pelaku
menyalahgunakan narkotika sebagai berikut:

Pertama lingkungan tempat tinggal Pertama, Lingkungan tempat tinggal karena


adanya pengaruh yang kuat dari luar tempat tinggal dan lingkungan sosial sehingga
memicu seseorang untuk berbuat hal-hal yang negatif dengan melakukan
penyalahgunaan narkotika. Lingkungan tempat tinggal yang terlalu gampang untuk
dirasuki hal-hal yang negatif sehingga menimbulkan perilaku menyimpang seseorang
dan dengan mudahnya untuk menyalahgunakan narkotika.

6
Kumparan, “Teori Differential Association dan Teori Penyimpangan Sosial Lainnya”,
(https://kumparan.com/berita-terkini/teori-differential-association-dan-teori-penyimpangan-sosial-lainnya-
1zyTsK87REo/full), diakses pada 24 Juli 2023, 02.23)

6
Kedua, lingkungan pergaulan. Pergaulan juga merupakan salah satu faktor
penyebab penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil,
pergaulan bebas yang tidak dapat lagi dikendalikan, sehingga dengan mudah terjerumus
dalam penggunaan narkotika. Adanya satu atau beberapa teman kelompok yang
menggunakan narkotika membuat seseorang terjerumus bahkan ikut-ikutan dalam
melakukan hal tersebut, bahkan walaupun mereka sudah tahu dampak yang akan
merekan terima, dan faktor yang mengakibatkan tingginya peredaran narkoba di
kalangan PNS dikarenakan lingkungan pergaulan, mereka mengaku awalnya diajak,
akhirnya mengalami kecanduan. rasa ingin cobacoba begitu besar.

2. IMPLIKASI HUKUM YANG TIMBUL JIKA TERJADI PEMBERHENTIAN


TERHADAP PEGAWAI YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA
DIBAWAH 2 TAHUN

PNS yang melakukan tindak pidana narkotika dengan pidana penjara dibawah 2
tahun dapat diberhentikan sementara dengan tidak mendapatkan gaji dan hanya
mendapatkan uang pemberhentian sementara sebesar 50% dari penghasilan jabatan
sebelumnya. Selain itu PNS yang terbukti melakukan tindak pidana narkotika juga harus
mendapatkan sanksi disipilin. Sesuai dengan yang disebutkan dalam Pasal 6 Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeru Sipil (selanjutnya
disebut PP No 53 Tahun 2010) yang menyebutkan bahwa “Dengan tidak
mengesampingkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, PNS yang
melakukan pelangggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.”

Dengan adanya aturan diatas maka setiap PNS yang melakukan pelanggaran
disiplin termasuk melakukan tindak pidana narkotika akan dijatuhi hukuman disiplin.
Hukuman disiplin sendiri telah jelas diatur dalam PP No 53 Tahun 2010. Adapun jenis –
jenis hukuman disiplin telah diatur dalam Pasal 7 ayat (2) sampai dengan ayat (4) PP No
53 Tahun 2010 yang menyebutkan bahwa :

(2) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri dari:

a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan

7
c. pernyataan tidak puas secara tertulis.
(3) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri dari:
a. penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b. penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
(4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri dari:
a. penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b. pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c. pembebasan dari jabatan;
d. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS;
dan
e. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.”

Sehubungan dengan sanksi disiplin bagi penyalahguna Narkotika, PNS yang


terbukti melakukannya akan mendapatkan hukuman disiplin sesuai dengan yang ada
pada PP No 53 Tahun 2010. PNS yang telah diberhentikan berhak untuk mengajukan
gugatan melalui upaya administrati pada Kepala Badan Pertimbangan Aparatur Sipil
Negara bagi PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat, dan pada Peradilan Tata
Usaha Negara bagi yang lainnya Sebagai perlindungan hukum bagi PNS yang terjerat
tindak pidana dengan pidana penjara kurang dari 2 tahun naunn tetap diberhentikan
tersedia sarana yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
diperuntukkan bagi PNS yang merasa diperlakukan tidak adil, sehungga dapat mencari
keadilan melalui sarana perlindungan hukum yang ada. Pemberhentian PNS yang
melakukan tindak pidana umum dan tidak berencana bisa diberhentikan tidak dengan
hormat atau tidak diberhentikan sehingga diserahkan kewenagan sepenuhnya kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian daerah. Kewenagan semacam ini, dikategorikan sebagai
kewenangan diskresi, sehingga pengujiannya berdasarkan asas-asas umum pemerintahan
yang baik, seperti asas kepastian hukum, non diskriminasi, keadilan, pemberian alasan
dan sebagainya.

8
Dalam UU ASN, setiap PNS yang diberhentikan berhak untuk mengajukan
gugatan melalui upaya administrasi kepada Kepala Badan Pertimbangan Aparatur Sipil
Nagera bagi PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat, sedangkan yang lainnya
dapat mengajukan gugatan melalui peradilan tata usaha negara(Helan and Asnawi 2014).
Oleh karena itu, apabila PNS yang di beri hukuma pidana penjara kurang dari 2 tahun
diberhentikan maka dapat melakukan upaya melalui upaya administrasi dan upaya
peradilan. PNS yang merasa diberhentikan dengan tidak adil dapat mencari keadilan dan
perlindungan hukum di Peradilan Tata Usaha Negara. Selain upaya yang disebutkan
diatas, ada beberapa kasus yang menyebuutkan bahwa PNS yang diberhentikan tidak
dengan hormat mencari perlindungan hukum melalui Ombudsman Republik Indonesia,
namun tidak berhasil karena tindakan pemberhentian telah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

9
BAB III
Penutup

Seorang PNS dalam melaksanakan kehidupan bernegara dan bermasyarakat


maupun dalam melaksanakan tugasnya dilarang melakukan hal-hal yang diatur dalam
Pasal 250 dan Pasal 251 PP No. 17 Tahun 2020. Pemberhentian PNS tidak dengan
hormat sesuai dengan yang tercantum pada Pasal 87 ayat (4) huruf b dan Pasal 87 ayat
(4) huruf d UU ASN. Maka, jika seorang PNS melakukan tindak pidana narkotika yang
mana tindak pidana narkotika merupakan sebuah tindak pidana seperti yang telah
disebutkan dalam Pasal 87 ayat (4) huruf b dan huruf d UU ASN, PNS dapat
diberhentikan dengan tidak hormat. Namun, untuk PNS yang melakukan tindak pidana
narotika dan dijatuhi hukuman dibawah 2 tahun dapat diberhentikan semantara dari
jabatannya sebagai PNS, hal ini juga sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Pasal 88
ayat (1) UU ASN yang menyebutkan hal yang sama. Selain pemberhentian sementara
waktu, PNS yang diberhentikan sementara tidak mendapatkan penghasilan yang tertuang
pada Pasal 281 ayat (1) PP No 11 Tahun 2017.

PNS yang telah diberhentikan berhak untuk mengajukan gugatan melalui upaya
administrati pada Kepala Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara bagi PNS yang
diberhentikan tidak dengan hormat, dan pada Peradilan Tata Usaha Negara bagi yang
lainnya. Sebagai perlindungan hukum bagi PNS yang terjerat tindak pidana dengan
pidana penjara kurang dari 2 tahun naunn tetap diberhentikan tersedia sarana yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diperuntukkan bagi PNS yang
merasa diperlakukan tidak adil, sehingga dapat mencari keadilan melalui sarana
perlindungan hukum yang ada. PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat mencari
perlindungan hukum melalui Ombudsman Republik Indonesia, namun tidak berhasil
karena tindakan pemberhentian sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku

Setiap sistem memiliki kelebihan dan kelemahan, dan seringkali perlu

10
Daftar Pustaka

BNN Kabupaten Pasuruan, “pengertian narkoba”


(https://pasuruankab.bnn.go.id/pengertian-narkoba/, diakses pada 23 Juli 2023, 18.00)
Halodoc, “3 Penggolongan Narkotika yang Berbahaya”,
(https://www.halodoc.com/artikel/inilah-3-penggolongan-narkotika-yang-berbahaya),
diakses pada 23 Juli 2023, 18.20)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Indonesia, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan
atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian”,
(https://www.kemhan.go.id/itjen/wp-content/uploads/migrasi/peraturan/
uu_43_1999_0.pdf), diakses pada 23 Juli 2023, 18.44)
HumasMENPANRB, “Cegah PNS Menyalahgunakan Narkoba, Kementerian PANRB Bangun Kerjasama
Dengan BNN”, (https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/cegah-pns-menyalahgunakan-
narkoba-kementerian-panrb-bangun-kerjasama-dengan-bnn, diakses pada 24 Juli 2023, 00.51)

Kumparan, “Teori Differential Association dan Teori Penyimpangan Sosial Lainnya”,


(https://kumparan.com/berita-terkini/teori-differential-association-dan-teori-penyimpangan-
sosial-lainnya-1zyTsK87REo/full), diakses pada 24 Juli 2023, 02.23)

11

Anda mungkin juga menyukai